Yang Keempat

Oke perkenalkan nama ane Joko dan sekarang usia ane menjelang 44 tahun. Sebenarnya ane bingung mau meletakkan tulisan ini di mana, berhubung ini kisah nyata. Tapi its oke, tulisan ini ane tampilkan di kategori cerita “Setengah Baya” karena ini merupakan kisah percintaan ane dengan istri yang waktu itu berusia 40 tahun.

Cerita ini sebenarnya berkisar terkait aktivitas seksual kita saat istri tengah hamil anak keempat pada medio 2021-2022. Ya, kita berdua mendapatkan anak keempat ketika musim pandemi. Oya, istri ane sebut saja namanya Yeni. Kami berdua adalah pekerja. Ane sebagai konsultan adapun istri adalah editor media cetak. Di lingkungan rumah. kita termasuk ditokohkan. Ane rutin menjadi khotib di masjid komplek rumah dan istri secara rutin mengajar ngaji ibu2 komplek. Sehari-hari di luar rumah dia memakai jilbab besar, hanya di rumah saja dia hanya memakai daster (tipikal IRT biasa). Kami hobi berolahraga, dikaruniai 3 anak (11, 4, dan 2 tahun), dan beraktivitas seksual cukup normal (menurut kami).

Sampai kemudian pandemi datang dan keluarga ane mengungsi ke kampung di Jawa Tengah, hanya ane yang tinggal di Jabodetabek. Hingga istri ane menyusul kembali ke rumah karena perusahaannya menuntut untuk stay di Jabodetabek. Dan karena hanya tinggal berdua saja di tengah kondisi WFH, maka buntinglah istri ane untuk keempat kalinya. Dan selama masa pra, lalu masa hamil, hingga pasca, kami melakukan aktivitas seksual yang sangat sering dan seru (cenderung liar). Ane gak memungkiri pasti ada pasutri di luar sana yang lebih panas ketimbang kami. Tapi entah kenapa ane sedikit gatal untuk speak up tentang aktivitas seksual kami. Oke, cerita ini ane mulai saat detik-detik persalinan bayi keempat kami. SELAMAT MEMBACA!

MEMBUKA JALAN #01

Sesuai prediksi bidan tempat kita memeriksakan kandungan, HPL istri adalah pertengahan Agustus. Istri ane ngebet ingin lahiran normal seperti 3 persalinan sebelumnya. Tapi karena sudah masuk kepala empat, bidan hanya memberikan saran “Silahkan sering-sering berhubungan badan. Kalau bisa sehari sekali, lebih banyak lebih baik.”. Mendengar saran tersebut, ane dan istri saling pandang dan senyum-senyum aja.

HPL istri jatuh antara tanggal 16 sampai 18 Agustus dan area vaginannya sering terasa gatal. Untuk mengatasinya, ia biasanya mengajak berhubungan. Istri ane juga bilang klo berhubungan sex membuatnya lebih merasa rileks menjelang bersalin.

16 Agustus malam, kebetulan kita sholat berjamaah saja berdua di rumah. Ane pake gamis dan sengaja gak pake daleman apa2. Istri ane juga sama, cuma pake atasan mukenah dan bawahannya pake sarung, karena klo pake bawahan mukena bawaannya ngatung karena perut udah gede. Usai sholat dan doa panjang supaya dilancarkan persalinan ane berdiri dan nyingkap bawahan gamis lalu nyodorin kontol ke wajahnya. Sebagaimana habit selama bulan2 pandemi, istri ane langsung aja nyepong dengan nikmat sambil gesek2 memeknya pake jari.

Ane masih ingat waktu itu Yeni langsung nyopot sarung dan mukena. Bugil dan telentang di karpet ruang tengah tempat kita sholat barusan. Otomatis langsung ane copot gamis dan gagahi dg posisi MOT. 5 menit kemudian istri minta ganti posisi duduk, karena emang di rumah cuma berdua istri dengan santainya mendesah keras-keras hingga terdengar ke seantero rumah.

Kami bercinta dg saling berhadap-hadapan. Payudara ukuran 38B nya tentu jadi monopoli saya. Kebetulan ASInya udah deras dan selama 10 menit, ane dibuat kenyang oleh susu istri saya.

Setelah itu, istri minta posisi favoritnya, yaitu WOT meski cukup kesulitan karena udah hamil 9 bulan. Bukannya naik turun, istri ane malah geal-geol kayak di atas gym ball. Penis ane bener2 diuleg sampai nyaris crot.

Usai WOT 5 menitan, ya udah istri turun dan kita main pake gaya dasar untuk membuka jalan lahir; doggy style.

Birahi kita berdua udah di ubun2 dan ane langsung tancap gas pake RPM tinggi meski istri lagi hamil besar. Tapi Yeni emang udah berpengalaman, dia mampu mengimbangi sodokan keras dan cepat karena kebetulan juga lagi birahi tinggi. Kami berdua bersimbah keringat (dan ASI yg netes-netes dari kedua puting istri ane) karena menggila. Istri ane gak lagi mendesah tapi udah level teriak-teriak.

“Ayo terus yah, yang keras yah, adek seneng dijenguk ayah..”
“bunda suka kontol ayah, bunda ketagihan kontol ayah..”
“crot dalam..crot dalam..biar adek gampang keluar..”
begitu teriaknya dan kadang-kadang diselingi senandung sholawat sambil nafasnya terengah-engah.

Sepuluh menitan ane doggy istri sampai kemudian ane crot di dalam. Lalu kita duduk di karpet dan sandaran sofa, ane nbantu ngelapin sisa sperma di vagina istri yg kebetulan jembutnya rimbun bener (selama hamil gak mau cukur sama sekali). Sambil olah nafas, kami cuma cengar-cengir berdua. Lalu istri merasa kebelet BAK dan minta tolong gandeng ke kamar mandi.

“Yah kelihatannya air ketubanku rembes deh”, lalu meluncurnya kami ke klinik bersalin.

 

MEMBUKA JALAN #02

Bidan yang menangani istri tergolong bidan senior. Itulah mengapa ia selalu memotivasi kami dan menyanggupi untuk proses persalinan normal. Dengan syarat (karena usia istri saat itu sudah 40 tahun dan ane 42 tahun) semua proses pra persalinan dijalani. Kami juga diultimatum jika 24 jam bayi tidak lahir secara normal maka akan dirujuk untuk caesar.

Kebetulan tempat bersalinnya adalah klinik yang berdampingan dg rumah bidannya. Sampai di sana istri langsung dicek dan ternyata sudah bukaan 3.

“Abis melakukan induksi alami ya bu?” tanya bu bidan tanpa basa-basi ke istri.
“Iya bu..tadi di rumah” jawab istri dg polos
“Kapan tadi berhubungan?” tanyannya lagi
“Sejam yg lalu bu” giliran saya yg jawab
“Pake posisi doggy kan?” kami berdua sontak mengangguk “Berapa lama?”
“Setangah jam bu” jawab kami kompak
“Wiih semangat ya, meski udah kepala empat” kata beliau tanpa maksud menyindir “Tapi ini masih bukaan 3 nih pak..bu, jadi masih perlu induksi alami. Jadi nanti di kamar jangan sungkan-sungkan ya. Meski ya sambil saya monitor, agar jangan sampai berlebihan. Ada yg ingin ditanyakan?”

Tiba-tiba Yeni tanya, “Bu ini bulu kemaluan apa perlu dicukur habis?”
“Gak papa dibiarkan gondrong, biar bapaknya kegelian.” jawab bu bidan sambil cengar-cengir.

Beliau lalu mengarahkan kita ke kamar bersalin. Ane kebetulan sewa yg kamar VIP di lantai atas yg cuma ditempati satu orang dan ada kamar mandi dalam. Usai meletakkan barang persalinan di kamar. Ane dan istri disuruh oleh bidan untuk memakai baju bedah agar steril. Ente semua tau kan bentuk baju bedah yg kayak kimono tersebut? Ane juga disuruh pakai karena udah komitmen akan mendampingi persalinan sebagaimana 3 persalinan sebelumnya.

Nah baju bedah ini dipakai tanpa lapisan apapun. Jadi ane dan istri gak pake daleman apa2 selain baju tersebut. Istri ane hanya pake kerudung, adapun ane disuruh pake semacam topi mandi karena pas itu rambut ane sedang gondrong sebahu.

Usai pake baju kita kembali ke kamar. Bu bidan dan seorang perawat, merapikan alat2 untuk persiapan persalinan adapun istri ane disuruh melakukan gerakan senam hamil. Istri ane jalan jongkok sambil ane bantu. Bolak-balik di dalam kamar sampai gak sadar bu bidan dan perawat udah keluar. Nah sedang dalam posisi jongkok, dg nakalnya istri ane nyingkap bagian bawah pakaian ane dan tanpa permisi langsung melumat kontol ane plus kantong menyannya. Seperti biasa, dengan santainya tangannya menggerayangi vaginanya sendiri. Hampir 3 menit kita bermain oral sex. Tiba2 istri minta diberdirikan dan dituntun ke wastafel yg ada di samping ranjang bersalin.

“Bunda merasakan kontraksi yah, dan pingin banget di-ewe” dia ngomong gitu sambil nyingkap bagian bawah pakaiannya dan menyuguhkan bokongnya yg semok serta belahan daging vagina yg ditumbuhi bulu lebat yg sebagiannya basah. Tanpa banyak cakap, sambil berdiri ane tancapnya kontol ane ke tempat yg semestinya.

“AAAHH..” istri ane sedikit memekik karena ada efek mengungkit setiap kali kita berhubungan sambil berdiri. Maklum, tinggi Yeni hanya 160 cm dg BB (pas hamil) sekitar 85 kg, adapun ane tingginya 170 cm dg BB 65-an. Setiap berhubungan sambil berdiri, istri ane sampe terkangkang-kangkang, termasuk malam ini.

Sambil berpegangan wastafel (yg untungnya kuat), Yeni ane doggy sambil berdiri. Tangan ane meraba bagian dada Yeni, lalu melonggarkan bajunya dan mengeluarkan kedua payudara. Ane maju mundur menyodoknya dan tangan ane secara buas meremas-remas payudara istri ane yg montok luar biasa.

Istri ane mengerang, merintih, dan mendesah cukup keras sambil diselingi komat-kamit baca sholawat. Kebetulan di atas wastafel terdapat kaca yg cukup besar sehingga ekspresi kami yg tengah birahi terpampang jelas. Entah mengapa, melihat bayangan diri sendiri kami berdua semakin terpacu dan persenggamaan kami semakin panas.

Hingga tanpa sadar bu bidan sudah ada di samping kami.

“Bagus pak..bu, ini sangat membantu persalinan.” katanya dg tenang namun cukup mengagetkan kami. Dan kami pun sempat menghentikan kegiatan kami, tapi malah beliau cegah.

Dengan santainya bu bidan malah jongkok dan melongok vagina Yeni yg tengah disodok2 oleh kontol ane.

“Alhamdulillah.***k ada air ketuban yg merembes, meski tadi permainannya cukup kencang.” kami berdua nyengir kuda. Ane mengira bu bidan sudah melihat kami yg berhubungan sex dg lumayan buas sambil berdiri.

“Bagus pak, betul itu payudara ibunya diuwel-uwel, karena buat merangsang persalinan.” kata beliau saat melihat kedua tangan ane yg memegangi kedua payudara Yeni.

Tiba-tiba Yeni memberi isyarat untuk berhenti, maka kami menghentikan kegiatan sex kami.

“Lho kok berhenti bu?” tanya bu bidan
“capek bu..” jawab Yeni cengar-cengir
Lalu istri ane dicek lagi oleh bu bidan dan ternyata masih bukaan 4

BERSAMBUNG

Gallery for Yang Keempat