Ucok Anakku

Ketika suamiku kawin lagi, rasanya aku sengat marah padanya, karena telah menghianati cinta suci ku. Aku yang sedang diliputi dilema terjerumus oleh Ajakan teman-temanku ntuk clubing. Lama-lama aku mulai ketagihan minum-minuman keras. Shalat yang dulu sering aku lakukan kini sudah aku tingalkan dan mulai asyik dengan daganganku membawa berlian dari rumah ke rumah dan menghasilkan banyak uang.

Saat anakku Ucok nmemasuki rumah, aku sebenarnya sudah setengah mabuk. Kepalaku sudah berat sekali. Aku masih sadar dan mengetahui semuanya. Kulihat anakku berjalan sempoyongan dan menatapku dengan tajam.
“Baru pulang sayang? Kamu minum minuman keras ya?” sapaku.

“Ya. Kalau mama juga selalu minum minuman keras, kenapa aku tak boleh,” katanya sambil mengangkat gelasku di atas meja yang berisi sedikit Tequila dan meneguknya.

Aku kasihan padanya. AKu sadar, kalau ini adalah kesalahanku. Anak bungsuku dan satu-satunya laki-laki berumur 19 tahun ini akan hancur, jika aku biarkan. 2 putriku sudah menikah dan ikut suaminya. Kupeluk ucok dan mencium pipinya. ucok membalas memelukku serta mengarahkan bibirnya ke bibirku. Dia mengecup bibirku dengan lembut dan mengelus rambutku.

“Cokkkkkk!!!….” jeritku… untuk menyadarkan anak bungsu ku.
Bukan nya sadar namun anak bungsu ku malah membalas menjawab “Ya sayaaaang…”

Jujur saja Aku agak risih dipanggil sayang, oleh anak kandungku seperti menyapa kekasihnya sendiri. Aku sadar, mungkin ucok menganggap aku kekasihnya, karena dia sedang mabuk. ucok yang baru saja duduk di semester I pada sebuah universitas ternama di negeri ini, terus mempemainkan lidahnya dengan liar dalam mulutku.
“Aku sangat mencintaimu…” bisiknya.

Aku diam saja. Tangannya mulai meremas-remas buah dadaku, dengan kasar dia lepaskan dasterku, kemudian di susul dengan bra-ku, hingga aku tinggal memakai celana dalamku. Dengan cepat pula dia melepas semua pakaiannya hingga bugil tanpa sehelai benangpun. Di bawah sinar Lampu ruang tengah yang terang benderang, terlebih semua pintu dan jendela sudah ditutup rapat. Aku tetap menganggapnya mabuk, hingga mungkin saja ucok tidak menyadari, kalau aku adalah ibu kandungnya. Tapi rabaan dan elusan tangannya pada tubuhku yang sudah lama tidak mendapatkan belaian ini, membuat libidoku bangkit.

Apa yang harus kulakukan? Menolaknya yang sedang mabuk? Atau….

“Kamu tau, aku ini siapa Cokkkk?…” tanyaku halus dan selembut mungkin, untuk menyadarkannya.
“Ya. Aku tahu.”
“Siapa sayang?”
“Kamu kan Silvya, kekasihku…”
jantung ku langsung berdegup kencang sekali mendengar kata kata yang baru saja keluar dari bibir anak kandungku, dia sangat berani dan kurang ajar menyebut ibu kandungnya bahkan menyebutkan kalau aku adalah kekasihnya. Tapi mungkin saja ada perempuan senama denganku pikirku, Silvya yang adalah kekasih anakku si ucok.
“Silvya kekasihmu? Silvya yang mana sayang…?” tanyaku dengan lembut dan dengan cepat bibirnya sudah menyedot-nyedot buah dadaku.
“Silvya, mantan isterinya Wawan,” jawabnya.
Wawan adalah mantan suamiku yang aku gugat cerai ke mahkamah syariah, ayah kandung ucok anakku.
“Ya. Aku adalah mama mu sayang,” kataku dengan nada lembut.

kelembutan suaraku, agar anak ku yang sedang mabuk tinggi akibat di pengaruhi alkohol tidak tersinggung, kemudian karean libidoku juga sudah meninggi.
“Mulai sekarang, kamu bukan mamaku lagi, Tapi kekasihku, calon isteriku,” katanya. sambil terus meggerayangi tubuhku dan menjilatinya.

Karena sudah lama body seksi ku tidak di jamah oleh lelaki setelah aku bercerai dengan wawan, Aku semakin tak mampu menahankan hasrat seksualku, tapi haruskah aku melakukannya derngan anak kandungku sendiri?
“Sayang, kamu sudah mabuk. KIta tak boleh…”
“Mulai sekarang, aku bebas melakukan apapun padamu, Silvya. Mulai sekarang kamu adalah isteriku. Aku sangat mencintaimu. Aku sudah lama menunggu perceraianmu,” jawabnya semakin tegas.

Karena kenikmatan yang di buat nya aku bahkan tidak sadar kalau Lidahnya sudah menjilati perutku dan tangannya sudah menurunkan celan dalamku. vagina ku memang susah basah. Perlahan ucok menidurkanku di atas karfet di ruang tamu.Kini dia menjilati vaginaku, dimana suamiku sendiri tidak pernah melakukannya. Aku tak tau harus berbuat apa, karena aku merasakan kenikmatan yang luar binasa. Aku hanya bisa mendesah dan langsung kutangkap penis Ucok. Aku yang ketika itu sudah mabuk ditambah rasa horny ku yang sudah lama tidak tersalurkan semenjak bercerai dengan suamiku tidak bisa berpikir jernih lagi. Langsung saja waktu itu aku menangkap penis anak ku yang sudah setengah menegang. Jujur saja aku sangat terkejut. merasakan betapa kerasnya penis ucok yang hanya setengah menegang. Kucoba untuk menyempurnakan batang penis anak ku dengan sedikit mengocok nya. Besar dan jauh lebih besar dan panjang dari milik ayah kandungnya. Kutuntun batang penis anak ku untuk masuk ke lubang vagina ku tempat nya anak ku ucok di keluarkan. Vaginaku kini mulai agak basah, namun tanpa kusadari ucok langsung menenggelamkan penisnya yang besar dan panjang itu jelas saja membuat ku mendesah aku sendiri tidak dapat menjelaskan bagaimana perasaan aku ketika itu.

Ucok tiba tiba berjongkok di antar kedua pahaku. Tangannya meraih Tequilla dari meja dan sedikit meneguknya. Kemudian diteguknya sedikit, lalu dari mulutnya dia salurkan Tequilla ke mulutku. Kami berciuman dan lidah kami saling mengait, sementara ucok terus menusuk vaginaku dengan cepat. Makin lama makin cepat liang vaginaku saat itu terasa penuh.

Suara cuhcuk-tarik penis anakku dalam vaginaku mengeluarkan suara yang mengasyikkan. Akhirnya kedua kakiku kujepitkan ke pinggang anakku dan kedua tanganku memeluk erat tubuhnya sambil merintih keras dengan nafas sangat berat. Aku merintih karena merasa nikmat, bukan karna alkohol. aku sudah melupakan rasa malu, berdosa ku, aku sudah tidak perduli dengan laki-laki yang kini di atas tubuhku dan sedang memompa vagina ku adalah anak kandungku sendiri. ucok memberikan aku sebuah kenikmatan yang selama ini belum pernah aku rasakan dari siapapun.
“Huuuhhhhhhh… ahhhh … hmmmm … uhm,mmm” rintihku saat sesuatu terasa keluar dari tubuhku yang amat dalam.

Mungkin ini yang dinamakan orgasme. Kalau benar ini adalah kenikmatan orgasme, maka inilah pengalaman pertamaku merasasakan orgasme seumur hiudpku, namun tidak kusangka aku malah merasakan orgasme dengan anak kandungku sendiri. Selam 26 tahun aku menikah, aku tak pernah merasakan orgasme dan tak pernah merasakan kenikmatan seks. Saat aku mulai mau menikmati seks, tiba-tiba suamiku sudah melepaskan spermanya dalam vaginaku. Selalu saja terjadi seperti itu, dan aku pun hamil, hamil dan hamil. Alhasil melahirkan ke tiga anak-anakku.

Entah kenapa setelah merasakan sesuatu yang keluar tadi seluruh badan ku kini terkurai lemas dan nikmat. Ucok masih juga terus memompa. Aku diam saja, karena nafasku sudah tersengal-sengal. Usiaku tak mampu kulawan. Aku kini sudah 37 tahun.
“Mama sudah tua sayang… maafkan mama,” bisikku.
“Kamu masih cantik dan hebat, Silvya,” jawabnya.
“Betulkan aku masih cantik sayang?”
“Betul. Kamu masih cantik dan tubuhmu masih sintal. Aku mencintaimu,” bisiknya sambil terus memompa tubuhku.

Tak lama nafasku mulai kembali normal dan aku memberikan perlawanan pada anakku, agar dia tidak kecewa. Rasanya aku berdosa sekali, jika mengecewakan anakku yang sudah memberikan pengalaman terindah dalam hidupku, dimana selama ini tak pernah kudapatkan dari mantan suamiku.
ucok terus memompa tubuhku dari atas. tubuh muda nya kini terlihat kilat di balut dengan air keringat yang terpantul oleh cahaya lampu ruangan. Suara pompa nya semakin berisik keluar dari vaginaku yang sangat basah. Aku mengangkat kedua kakiku ke atas dan memeluknya dengan sekuat tenagaku. Pompaan dari atas, membuatku semakin menikmati keindahan itu untuk kedua kalinya. Anakku memompa semakin kencang ucok mendekati telinga ku dan dapat kurasakan nafas nya yang terengah engah menyisir tengkuk leherku hal itu membuat ku benar benar begairah.Ucok membisikan sesuatu dengan lembut di telingaku, Mamah sayang aku sudah mau keluar nich kata ucok dengan nafas agak berat.

“Tunggu Mama sayaaaang…”
“Aku sudah mau keluar Silvya…”
Kini Aku pun mengimbanginya. Jika dia sudah keluar, maka batang kontol ucok akan terkulai dan aku pasti tidak akan mendapatkan kenikmatan untuk kedua kalinya. Kuarahkan penisnya pada sisi-sisi yang membuatku nikmat sekali dan akhirnya tusukan dimana sisi yang membuatku enak itu membuat aku menjerit kecil sambil memeluknya. Saat itu ucok menusukkan penis besarnya sedalam mungkin ke liang vaginaku. Aku merasakan beberapa kali semprotan sperma hangat di dalam dalam liangku vaginaku, membuat aku semakin histeris. Aku tak tau, apakah ada orang di luar mendengarkan jeritan kenikmatanku. Semoga saja tidak.
Nafasku dan nafas ucok sudah tidak beraturan. Ucok kini terkulai di atas tubuhku. Sambil kubiarkan penis besar nya di dalam vagina ku. kucoba untuk menhisap Penisnya menggunakan otot vaginaku. Perlahan batang penis nya yang panjang dan besar itu mengecil dan terlepas dari liang vaginaku.

Tak lama setelah mengatur nafas dan kembali normal kami saling menatap, dengan senyum manis. Ucok memakaikan daster ke tubuhku, lalu dia memakai pakaiannya dan membimbingku ke meja makan untuk makan bersama.

“Sil… isteriku. Sejak malam ini, kamu harus memanggilku suamimu,” katanya.
Aku haru tapi aku harus menjawab apa, karena hal itu tidak mungkin.
“Tapi…”:
“Tak ada tapi tapi lagi. Kamu adalah isteriku dan aku adalah suamimu,” suaranya setengah membentak.
Aku diam. Dirangkulnya tubuhku dan dia mencium pipiku dengan lembut dan penuh kasih sayang. Aku meneneteskan air mata. Aku tak mengerti tetasan airmataku, apakah itu tetas air mata penyesalan atau air mata haru. Jelasnya, suamiku Wawan, papanya ucok , tidak pernah memperlakukan aku semesra yang dilakukan oleh ucok . Aku membalas pelukannya dan menyandarkan kepalaku di dadanya.
“Kamu isteriku ya…” bisiknya ke telingaku. Aku menganggukkan kepala dengan lemah dan memeluknya kuat.

Ucok pun mengecup ubun-ubunku dengan penuh kasih sayang. Kami makan satu meja bersama. Setelah menonton TV sejenak, Ucok menggandengku ke kamar tidur. ucok megunci kamar dan mematikan lampu kami tiduran berdampingan di dalam gelap nya malam.

“Kamu tidak tidur di kamarmu? sayang” tanyaku.
“Bukankah kita sudah suami isteri?” jawabnya

Mungkin karena letih dan hampir setahun aku tak pernah bertempur di lautan birahi kenikmatan, aku pun tertidur pulas tanpa memperdulikan nya lagi. Aku terbangun pukul 09.00 Wib. Pagi itu aku melihat ucok masih pulas tertidur. Setelah mandi dan menyiapkan sarapan, aku kembali tidur bermalas-malas di sisi ucok . Aku pun mengingat kembali apa yang sudah terjadi tadi malam. Benarkah ucok sekarang sudah menjadi suamiku? Apa yang terjadi jika aku menolaknya?

Aku menunggunya terbangun. Aku ingin tau apa yang terjadi jika dia sudah terbangun. Saat aku membuka selimut, aku melihat ucok dalam keadaan bugil. Bukankah tadi malam dia tidur memakai celana dan baju? Lalu kenapa sekarang dia jadi bugil. Pertanyaanku terjawab, karean ada lendir sperma di sprei. Berarti tadi malam dalam keadaan tidur pulas, aku kembali disetubuhi oleh ucok anak kandungku sendiri yang kini mencoba untuk menjadi suamiku.