Tubuhku Mengkhianatiku (Bondage)(Remake)

Chapter 1 : Awal Mula I

Cerita ini berawal ketika seorang satpam bernama Pardi yang berada di sebuah kompleks perumahan terkenal di Kota Kembang sedang berkeliling melakukan tugas ronda malamnya. Saat tengah berjaga, pria itu kemudian melihat dan berpapasan dengan sebuah mobil berwarna merah milik salah satu anak perempuan yang tinggal di kompleks perumahan tersebut. Kebetulan mobil yang berpapasan dengan Pardi sedang berada di ujung kompleks perumahan itu dan sedang melakukan u-turn.

Pemilik mobil berwarna merah itu bernama Keke. Seorang gadis cantik, berkulit putih yang berumur 21 tahun. Tinggi Keke sekitar 165 cm dan berat tubuhnya 60kg. Gadis cantik itu memiliki ukuran payudara yang cukup besar, yakni 36B. Pesona dan kecantikan Keke sudah terkenal di seluruh kompleks tempat tinggal gadis cantik itu. Meskipun dengan wajah yang bak bidadari tersebut, Keke adalah seorang gadis yang cukup tomboy dan ramah pada semua orang. Berkat sikap ramahnya itu, siapa yang tidak mengenal gadis cantik itu.

Pada saat berpapasan dengan Pardi, Keke pun membuka kaca jendela mobilnya. Gadis dengan paras cantik itu menyapa Pardi dengan senyum indahnya. “Malam, Pak Pardi.”

“Selamat malam, Non,” sahut Pardi. “Si Non, sendirian aja? Kok kayaknya rumah dari tadi sepi?” lanjut Pardi bertanya.

“Iya, Pak. Ini bonyok lagi ke luar negeri. Biasa, ada urusan,” jawab Keke sambil tersenyum.

“Oalah … gitu, toh. Ya udah deh lanjut muter dulu ya, Non,” ucap Pardi kemudian pergi meninggalkan Keke.

Dalam percakapan itu, sebenarnya Pardi sudah mengetahui tentang keadaan rumah Keke. Karena dalam beberapa hari belakangan, Pardi sudah mengamati keadaan rumah gadis cantik itu. Orang tua Keke memang merupakan orang yang super sibuk. Ayah Keke merupakan seorang pengusaha yang terkenal di Kota Kembang. Sedangkan ibu gadis cantik itu sendiri mempunyai hobi traveling keluar negeri. Meskipun keluarga Keke adalah keluarga yang sangat berkecukupan, tetapi keluarga itu sama sekali tidak menyewa pembantu. Sehingga di rumah tersebut hanya terdapat 3 orang saja yang menempatinya, yakni kedua orang tua Keke dan Keke sendiri yang merupakan anak tunggal.

Pardi yang sudah mengetahui kondisi rumah Keke tersebut sebenarnya sedang menyiapkan rencana. Malam itu Pardi bersama keempat temannya yang lain yaitu Tono, Mamang, Bagas, dan Sutejo akan menjalankan sebuah rencana untuk memperkosa dan memperdaya Keke. Kecantikan Keke memang bukanlah rahasia umum dan tidak sedikit orang-orang yang sangat tertarik pada gadis cantik itu. Keramahannya justru menjadi bumerang bagi Keke, karena gadis berusia 21 tahun itu semakin dikenal banyak orang termasuk oleh Pardi dan kawan-kawannya. Di malam itu, akan terjadi sebuah hal yang akan mengubah hidup Keke sepenuhnya.

Setelah mobil tersebut melintas cukup jauh, Pardi langsung mengambil HT miliknya dan memberi kode pada Tono, Mamang, Bagas, dan Sutejo untuk beraksi. Dalam aksi ini, Pardi mengamankan situasi kompleks dan mencoba membuat keadaan kompleks menjadi tidak mencurigakan. Tono dan Mamang akan bertugas sebagai pengaman di daerah sekitar rumah Keke. Sedangkan Bagas dan Sutejo akan menjadi eksekutor di dalam rencana malam itu.

Dua jam sudah berlalu, semua persiapan rencana malam itu sudah matang sepenuhnya. Alat-alat seperti kain, tali, dan beberapa sex toys sudah dikemas oleh Tono. Tidak lupa mereka juga membawa gunting dan pisau untuk berjaga-jaga dalam mengancam Keke nantinya.

“Sudah disiapin semuanya, Ton?” tanya Pardi pada Tono.

“Sudah beres semua, Pak,” jawab Tono singkat.

Jam telah menunjukkan pukul 12 malam. Rencana jahat ke lima orang pria itu pun dimulai. Bagas dan Sutejo mulai menyelinap masuk ke dalam rumah Keke. Dengan lihai kedua orang itu masuk ke dalam rumah gadis cantik itu dengan perlengkapan yang seadanya. Mereka berdua berhasil membobol rumah tersebut dengan mudah tanpa menimbulkan keributan yang berarti. Untuk memastikan keadaan aman-aman saja, akhirnya Mamang pun ikut menyusul mereka berdua untuk membantu menyergap Keke. Mamang khawatir kalau Keke yang tomboy tersebut mampu untuk melawan dua orang pria yang sedang menyelinap masuk rumahnya itu.

Mamang, Bagas, dan Sutejo langsung memeriksa seisi rumah Keke. Dengan perlahan dan penuh kehati-hatian, mereka membuka setiap pintu kamar yang ada di rumah itu. Hingga akhirnya mereka bertiga menemukan kamar di mana sang bidadari sedang tertidur pulas.

Mamang, Bagas, dan Sutejo pun membuka pintu itu dan terlihat seorang gadis cantik, manis, dan kulit putihnya bak bercahaya diterpa sinar yang remang-remang dari lampu tidurnya. Secara perlahan mereka mengendap-endap, masing-masing dari mereka mencoba untuk membagi tugasnya. Bagas dan Mamang akan mencoba mengikat kedua lengan dan kaki Keke pada kaki-kaki kasur, sehingga membuat tubuh Keke menjadi seperti huruf X. Sedangkan Sutejo dengan hati-hati membuka dan menggunting baju tidur yang dikenakan oleh gadis cantik itu.

Sutejo terkejut saat menggunting baju tidur yang dikenakan oleh Keke karena gadis cantik itu sudah tidak menggunakan bra di dalam baju tidurnya. Terlihat lah sebuah payudara yang tidak begitu besar namun amat menggoda dengan putingnya yang berwarna putih kemerahan. Mamang dan Bagas pun sudah menyelesaikan tugasnya, lalu memberi kode pada Pardi dan Tono untuk ikut dalam pesta pemerkosaan tersebut.

Tak berselang lama, Tono dan Pardi pun tiba. Dengan sengaja mereka menyalakan lampu tersebut dan seketika itu juga Keke pun terbangun dengan mata yang rabun karena perubahan cahaya yang drastis di dalam kamarnya. Ketika gadis cantik itu mencoba untuk mengucek matanya, tetapi dia terkejut karena tangannya tidak bisa digerakkan.

“Apa-apaan ini? Kok tangan gue diiket gini?” teriak Keke panik.

“Tenang Keke. Hari ini kami akan memberikan kamu sebuah pengalaman yang luar biasa!” jawab Mamang dengan senyum mesumnya.

Angin dari AC pun terasa berhembus ke tubuh Keke yang setengah bugil karena pakaian yang dikenakan gadis cantik itu sudah di gunting-gunting oleh Sutejo.

“Pak Pardi, ini apaan sih? Pak, please! Lepasin saya, Pak!” ucap Keke dengan wajah mulai pucat pasi. “Pak Pardi! Lepasin saya, Pak! Please … lepasin saya, Pak!” lanjut Keke.

“Aduh, Non. Mana mungkin saya ngelepasin, Non. Sudah lama saya mengidam-idamkan untuk bisa ngentotin dan mainin memek, Non Keke,” ucap Pardi dengan menyunggingkan senyum jahatnya. Pria itu senang karena akhirnya sebentar lagi apa yang selama ini diinginkannya akan terwujud.

Mendengar perkataan Pardi membuat Keke tidak mempercayainya, gadis cantik itu pun meronta-ronta dan mencoba berteriak. “TOOO….”

Tiba-tiba Keke merasakan sebuah benda dingin dan tajam berada di lehernya. Mata gadis cantik itu langsung terbelalak seakan tidak percaya karena saat ini pisau tajam sedang menempel persis di lehernya.

“Sekali lagi kamu teriak. Leher Non Keke akan saya gorok,” kata Mamang dengan senyum kejinya. Mamang dengan sengaja sedikit menekankan pisau itu untuk mengancam Keke yang sempat ingin berteriak meminta tolong.

Pardi pun menimpali ucapan temannya itu, “Sudahlah, Non Keke. Non pasrah aja, deh. Gak perlu ngelawan gitu, lah. Wong kita mau ngentotin Non Keke karena pengen kasih kenikmatan juga buat Non. Nanti saya jamin pasti Non Keke juga bakal ketagihan.”

Mendengar ucapan Pardi membuat Keke marah karena merasa dilecehkan. “Cuih! Gak sudi aku berhubungan dengan kalian, NAJIS!” Keke meludah lalu berteriak dengan raut wajah yang marah.

Pardi pun dengan lembut dan senyum jahatnya menjawab, “Oke lah kalau begitu. Kami tidak akan memaksa, Non. Tapi bukan berarti kami menyerah buat ngentotin memek Non Keke, ya. Kami yang akan buat Non Keke sendiri yang memohon-mohon untuk dientot!”

“Gak! Gak bakalan mau aku! Aku gak sudi dengan orang macam kalian! Menjijikkan!” Keke masih penuh dengan rasa jijik menjawab perkataan Pardi. Raut wajah gadis cantik itu benar-benar sudah memerah, menahan amarahnya.

“Bagaimana kalau kita buat game, Non? Kami tidak akan ngentotin Non Keke selama satu jam ke depan. Tapi dengan satu syarat selama satu jam itu kami bebas ngelakuin apa pun ke tubuh Non Keke. Kami janji gak akan masukkin kontol kami ke lobang memek Non Keke kecuali Non yang minta,” ucap Pardi dengan senyum liciknya.

“Silakan aja! Gak, gak bakal aku minta ngentot sama kalian!” Keke berteriak menjawab tantangan Pardi karena gadis itu sangat yakin tidak akan jatuh ke perangkap pria yang akan memperkosanya.

Inilah puncak rencana yang direncanakan oleh Pardi dan kawan-kawannya. Pria itu akan membuat Keke mengemis dan tunduk hingga menjadikan gadis cantik itu sebagai budak nafsu bejat mereka.

Pardi pun tersenyum, perlahan-lahan pria itu mulai naik ke atas ranjang tempat Keke terikat. Keke yang dalam posisi terikat itu memasang wajah yang sangat marah dan jutek terhadap Pardi. Pardi pun mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Keke dengan perlahan-lahan. Semakin dekat wajah Pardi, Keke pun mulai merasakan nafas berat pria itu yang mengenai wajahnya.

Pardi berhenti sejenak dengan aksinya saat bibir kasarnya dan bibir tipis lembut Keke hampir saling bersentuhan.

“Memang cantik bener Non Keke ini,” puji Pardi pelan.

MUACHHH … MUACHHH … MUACHHH….

Pardi pun mencumbu dengan begitu lembut bibir gadis cantik itu meskipun dengan nafas yang begitu berat. Keke yang belum pernah sama sekali berciuman pun kaget, tetapi gadis cantik itu tidak mampu untuk langsung memberontak. Bibir Keke hanya terdiam, namun juga tidak berusaha menolak. Ini merupakan pengalaman pertama bagi gadis cantik itu. Meskipun Keke dalam kondisi yang terikat dan mungkin akan diperkosa, gadis cantik itu seperti terhipnotis dengan perlakuan lembut yang dilakukan oleh Pardi.

Pardi pun terus mencumbui bibir manis Keke secara lembut dan intens. Tangan Pardi sedikit membuka mulut gadis cantik itu sehingga lidah pria itu menyeruak masuk ke dalam mulut Keke. Perlahan-lahan birahi Keke juga sedikit terpancing dan tanpa sadar gadis cantik itu mulai mengeluarkan air liurnya.

“Shhh … hpmhhh … shhh … mphhh … shhh … phmmm….”

Pardi kemudian mencumbu bagian leher Keke. Hembusan nafas berat Pardi pun mengenai leher jenjang gadis cantik itu yang begitu mulus dan lembut.

Keke yang bingung itu pun mulai sedikit terangsang namun dia berusaha untuk mengontrol tubuh dan pikirannya untuk tidak jatuh ke dalam permainan Pardi.

Pardi dengan lembut dan perlahan mendekati leher jenjang Keke. Saat bibir pria itu hampir menyentuh tengkuk gadis cantik itu, Pardi kemudian menghentikan perbuatannya tepat berada beberapa cm saja dari leher jenjang Keke.

Pardi sekali lagi dengan lembut meniup-niup leher jenjang Keke yang tanpa sadar membuat gadis cantik itu mulai sedikit menggerakkan pinggulnya. Keke merasakan memeknya terasa mulai lembap.

Pardi kemudian membuka mulutnya seakan-akan hendak menjilat leher jenjang Keke. Namun dia berhenti beberapa detik dan kemudian kembali meniup area sensitif gadis cantik itu.

SLURP … SLURP … SLURP….

Suara decak pada mulut Pardi saat hendak menjilat leher tersebut membuat jantung Keke terasa berdebar-debar. Seakan mempersiapkan dirinya akan sebuah serangan, namun serangan tersebut tak kunjung datang.

Pardi yang masih merangsang tubuh gadis cantik itu tiba-tiba menghisap dengan lembut leher Keke yang tanpa sadar membuat gadis cantik itu langsung menggelinjang kegelian dan bersuara, “Eeenggghhhhh….”

Bersambung….​
Chapter 2 : Awal Mula II

Rumah Keke

Pardi terus melancarkan serangan pada leher Keke dengan begitu lembutnya. Terdengar di telinga Pardi kalau nafas gadis cantik itu yang mulai berat. Dada Keke pun sudah naik turun dengan perlahan setiap kali lidah kasar Pardi menjilat leher jenjang gadis cantik itu. Pria itu sadar kalau birahi Keke sekarang mulai naik karena perbuatannya. Tetapi Pardi dengan sabar terus menyerang titik-titik sensitif gadis cantik itu, merangsang terus-menerus bagian sensitif di tubuh Keke.

Pardi telah puas mencumbu leher jenjang Keke, bagian yang dicumbu oleh pria itu kini sudah sangat basah karena liurnya. Pardi kemudian menurunkan tangannya secara lembut dan perlahan, mengelus perut rata Keke hingga naik ke payudara gadis cantik itu. Meskipun Pardi merupakan pekerja lapangan dan hanyalah orang kampung biasa, tetapi tangan Pardi cukup lembut. Tangan lembut itu menyentuh dan mengelus-ngelus tubuh gadis cantik itu. Sesekali Pardi mengarahkan tangannya pada pinggang Keke dan naik sedikit ke atas hingga membuat gadis cantik itu menggelinjang geli dan menggeserkan pinggangnya.

“Shhh … shhh … shhh … shhh … shhh … shhh … shhh….”

Pardi sadar itu adalah bagian yang sangat sensitif bagi Keke. Begitu tangan Pardi sampai di payudara gadis cantik itu yang sedikit menggunung dan padat berisi. Pria itu kemudian meraba-raba gunung kembar milik Keke. Namun pria itu tidak menyentuh secara langsung puting susu gadis cantik itu. Jemari Pardi hanya bergerak dengan lembut di sekitaran puting Keke hingga membuat nafas gadis cantik itu semakin tersengal-sengal. Tanpa bisa dikendalikan oleh Keke, perlahan-lahan puting gadis cantik itu pun mulai menegang dan mengeras.

Pardi tahu kalau saat ini Keke sudah sangat sange, namun Pardi tetap dengan strateginya. Puting Keke semakin keras dan semakin sensitif, tubuhnya sesekali terguncang. Pardi lalu mendekatkan wajahnya pada payudara Keke dan meniup dengan lembut puting gadis cantik itu. Dengan hembusan angin yang dingin, puting Keke pun semakin keras.

“Udah keras aja puting Non Keke. Udah nafsu banget, ya?’ tanya Pardi memancing nafsu Keke.

“Ennnhhhgggak! Please, Pak! Stop!” jawab Keke mencoba mengendalikan dirinya.

“Non Keke putingnya boleh diemut gak, Non?” tanya Pardi sambil memandang puting payudara Keke yang sudah mengeras.

“Stop, Pak! Jangan, please….” Keke berteriak namun gadis cantik itu mulai sadar bahwa dia mulai sulit untuk mengendalikan tubuhnya yang belum pernah dijamah oleh pria.

Namun tiba-tiba Pardi langsung menghisap puting payudara Keke yang sudah keras maksimal itu dengan lembut. Cukup panjang Pardi menghisap puting gadis cantik itu hingga membuat badan Keke pada saat itu juga langsung menggelinjang. Dada gadis cantik itu sampai naik ke atas yang tanpa sadar membuat Keke mengeluh, “Uggghhhhh … Pak Pardi, STOPGRHHH!”

Badan Keke pun menggeliat seperti ulat dan mengejan sesuai dengan irama dari isapan mulut Pardi di puting payudara gadis cantik itu. Sambil menghisap puting kiri Keke dengan lembut, tangan kanan Pardi terus bergerilya di payudara gadis cantik itu sambil meremas-remas dan terkadang mencubit puting payudara sudah sangat keras tersebut. Puas bermain di puting kiri payudara Keke, lalu Pardi pun pindah ke puting kanan payudara gadis cantik itu.

Pardi mengeluarkan lidahnya, lalu sesekali dia menyentuhkan lidah kasarnya itu dengan perlahan tepat diujung puting payudara Keke. Menerima rangsangan dari Pardi membuat Keke menggelinjang kecil dan tiba-tiba “HAP”, kembali badan gadis cantik itu pun menggelinjang kuat selama beberapa detik. Nafas Keke sangat berat tidak teratur, badan gadis cantik itu terus bergoyang ke kanan dan ke kiri karena kegelian. Tangan lembut Pardi tetap terus bergerilya di pinggang Keke yang sensitif itu. Dirasa puas karena telah bermain di puting payudara Keke yang sudah sangat keras, Pardi pun turun mencium-cium pusar gadis cantik itu. Keke yang mendapatkan perlakuan seperti itu dari Pardi sangat kegelian sekaligus terangsang.

“Shhh … Pak, stop! Ugrhhh … geli. Ahhh … Bapak, berhenti!” pinta Keke yang rasa geli itu menjalar ke seluruh tubuhnya.

Pardi lalu turun tepat di berhadapan dengan gundukan kecil di selangkangan Keke. Dengan masih terhalang dengan sebuah celana, Pardi menciumi memek gadis cantik itu. Keke pun kembali menggelinjang dan kali ini pinggulnya yang sedikit bergetar karena perbuatan nakal pria itu. Meskipun masih terhalang oleh celana dan celana dalam Keke, Pardi tetap dengan penuh nafsu bermain beberapa saat di area sensitif itu.

“Agrhhh … Pak. Jangan di situ. Shhh … shhh … shhh … Bapak, geli!” teriak Keke.

Tiga menit kemudian, Pardi mengambil gunting lalu dengan rapi dan lembut dia memotong celana Keke hingga akhirnya bisa terlepas. Saat celana itu terlepas dari tubuh gadis cantik itu, terpampanglah sebuah pemandangan indah di depan mata Pardi. Kaki jenjang yang indah dan selangkangan Keke yang masih tertutupi dengan celana dalamnya.

Pardi lalu meniup-niup selangkangan Keke tepat di lobang memek gadis cantik itu. Jemari Pardi mulai meraba memek indah dan tanpa bulu karena Keke selalu mencukur bersih bulu yang ada di selangkangannya.

“Owhhh … Pak! Jangan, jangan digituin. Shhh … geli, Pak. Ugrhhh … sudah, berhenti! Aowhhh … stop!” Keke tidak dapat menahan rasa geli di daerah selangkangannya itu. Gadis cantik itu berusaha menjauhkan rangsangan yang dilakukan oleh Pardi di area vaginanya.

Pardi merasa memek Keke sudah sangat lembap bahkan terlihat basah di celana dalam yang masih di pakai gadis cantik itu. Pria itu lalu kembali mengambil gunting dan perlahan dia memotong celana dalam Keke. Saat kain tipis itu sudah terlepas, tampaklah sebuah vagina yang indah tanpa bulu, sedikit mengkilap dikarenakan cairan birahi gadis cantik itu yang mulai merembes.

Ini adalah pengalaman pertama bagi Keke saat payudara dan memeknya dilihat oleh orang lain, apa lagi oleh seorang laki-laki. Dia benar-benar merasa malu dan wajahnya memerah.

“Pak, Pak, Pak! Jangan dilihat, Pak! Bapak, jangan!” teriak Keke panik.

Keke berusaha mengatupkan kakinya, namun tidak dapat dilakukannya karena kuatnya ikatan yang dibuat oleh Mamang dan Bagas. Kembali dengan lembut Pardi lalu meniup liang kewanitaan milik Keke yang indah dan masih perawan itu. Liang kewanitaan tersebut masih merupakan sebuah garis lurus yang terlihat sangat rapat, indah, dan menggiurkan.

Pardi lalu beraksi di bawah tubuh Keke, dimulai dengan paha bagian dalam gadis cantik itu. Tangan Pardi naik terus hingga tepat berada di sekitar labia mayora Keke.

“Ahhh … Pak, jangan gitu! Ugrhhh … jangan, udah! Shhh … Pak, jangan dilihat! Agrhhh….”

Mamang yang sedari tadi melihat aksi temannya tiba-tiba mengambil kaos yang dipakai Keke dan menutupi muka gadis cantik itu begitu saja. Dalam kondisi mata tertutup dan tidak bisa melihat apa-apa, Keke hanya bisa menduga-duga apa yang akan terjadi pada dirinya tanpa mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh Pardi dan teman-temannya.

Keke mulai merasakan ada sebuah benda tumpul yang kecil membuka vaginanya. Tangan tersebut dengan lembut membuka celah yang masih rapat di selangkangan Keke itu. Gadis cantik itu merasakan udara yang dingin berhembus mengenai klitorisnya. Keke merasakan udara lembut itu terus menurus berhembus di bagian sensitifnya itu.

“AGRHHH … PAK, JANGAN! NGAPAIN, PAK! SHHH … JANGAN, AKU GAK MAU. TOLONG, TOLONG, TOLONG! JANGAN, PAK!” teriak Keke panik karena tidak tahu apa yang dilakukan oleh para pria tersebut pada tubuhnya.

Keke perlahan merasakan vaginanya semakin becek. Tiba-tiba, ada sesuatu yang lembek, basah, dan sedikit kasar menyapu tepat di klitorisnya. Gadis cantik itu pun mengejang-ngejang, pinggulnya naik dengan cepat dan tegang. Sapuan di selangkangan Keke itu dilakukan terus menerus hingga gadis cantik itu menegang dan mengeluh, “ENGGGRRRRRHHHHHHH….”

Pardi yang sesekali menyapu klitoris gadis cantik itu dengan lidahnya, membuat Keke semakin birahi dan mulai kehilangan akal sehatnya. Keke mulai melenguh keras karena perbuatan Pardi. Puas mengerjai Keke dengan jilatannya gerilyanya, Pardi pun akhirnya mencium dan menyeruput klitorisnya yang sudah basah itu dengan begitu lembut namun kuat.

Keke menggelinjang ke sana kemari semakin liar. Gadis cantik itu sudah dikendalikan oleh birahinya yang dipermainkan oleh Pardi. Pardi sangat bernafsu menjilat klitoris gadis cantik itu yang mengeras dan berwarna pink tersebut. Keke lalu mengeluh dan menggelinjang. Tubuh gadis cantik itu perlahan mulai mengkhianati pikirannya. Nafsu birahinya mulai mengambil alih kesadarannya. Dengan keadaan mata tertutup, seluruh badan Keke pun semakin sensitif. Dia semakin bisa merasakan kelembutan jilatan dan sedotan Pardi pada daerah selangkangannya.

Stop, Pak! Eeennnggghhh … pingin pipis,” teriak Keke tiba-tiba karena merasakan geli di area selangkangannya dan ada sesuatu yang akan meledak.

Sadar bahwa Keke akan sampai pada puncak orgasme pertamanya, Pardi pun tiba-tiba berhenti melakukan aktivitasnya dan melepas jilatannya di klitoris Keke. Gadis cantik itu menggelinjang terus menerus, meskipun Pardi telah berhenti menghisap dan menjilat area sensitif itu. Ekspresi Keke terlihat penuh dengan kekecewaan karena gadis cantik itu gagal mencapai orgasmenya. Klitoris Keke saat ini terasa sangat gatal dan sensitif hingga membuat gadis cantik itu ingin menggaruk area selangkangannya itu.

“Gimana Non, enak kan? Mau lagi? Nanti pak Pardi kasih lebih enak,” ucap Pardi dengan tersenyum mesum.

“Udah, Pak! Please, tolong berhenti! Geli banget, aku gak mau lanjut lagi. Jangan perkosa saya, Pak,” ucap Keke yang nafsu birahinya mulai turun dan memberi kesempatan gadis cantik itu untuk berpikir jernih.

Tanpa mendengarkan perkataan Keke, Pardi berpindah posisi di samping tubuh gadis cantik itu. Pria itu menghadap Keke lalu melumat bibir manis gadis cantik itu dengan penuh nafsu. Keke yang masih setengah sadar lalu tanpa disadarinya mulai menikmati ciuman Pardi. Namun gadis cantik itu tidak membalasnya karena gengsi. Tangan pria itu juga mulai merambah ke area vagina Keke dan dengan lembut mengelus-ngelus belahan vagina gadis cantik itu yang gundul.

“Shhh … Pak. Owhhh .. geli, Pak. Ahhh … ahhh … ahhh … Bapak, berhenti! Agrhhh … geli banget. Uwhhh….”

Pardi juga mulai menyelipkan jarinya ke vagina Keke yang sudah sangat licin karena cairan cintanya. Jari Pardi tidak masuk terlalu dalam, sehingga Keke tidak merasakan sakit. Namun justru rasa geli dan nikmat yang Keke rasakan saat jari Pardi mulai membelai-belai vagina gadis cantik itu.

Pardi dengan lembut mempermainkan klitoris Keke yang telah mengeras dengan cara menggosoknya secara perlahan dan sesekali pria itu melingkari klitoris gadis cantik itu dengan tangannya. Cairan cinta Keke terus keluar hingga membanjiri paha putih mulus gadis cantik itu.

“Owhhh … Pak. Ahhh … ahhh … ahhh … ampun, Keke mau pipis, Pak. Ahhh … ahhh … ahhh … udah! Keke gak mau lanjut. Shhh….”

Keke yang sudah digantung pada puncak birahinya pun langsung kembali kehilangan kesadarannya. Pinggulnya menggelinjang mengikuti gerakan jari Pardi yang menyentuh area sensitifnya itu.

Pardi mulai mempercepat tempo gesekannya di klitoris Keke. Perlahan-lahan dimulai dengan cepat dan semakin cepat hingga kembali lagi temponya dipelankan. Ketika Pardi tahu kalau Keke hampir sampai mendapatkan puncak kenikmatannya, pria itu langsung menghentikan perbuatannya.

Keke yang terus dipermainkan oleh Pardi dilanda rasa kekecewaan. Berulang kali bahkan hingga puluhan kali Pardi melakukan hal itu, mempermainkan nafsu birahi Keke. Setiap kali Keke hampir mendapatkan puncak kenikmatannya, Pardi langsung mencabut jarinya.

Tak terasa batas waktu tinggal 10 menit lagi, Mamang lalu memberi kode pada temannya, Pardi. Pardi yang mengerti kode dari temannya itu lalu langsung menganggukkan kepala. Pria itu kemudian semakin intens dalam mempercepat tempo gesekan dan kocokkan dia area selangkangan Keke.

Saat Keke akan mencapai puncak, Pardi pun berkata, “Bapak cabut ya, Non?”

“Shhh … jangan, Pak! Ughhh….” Keke dengan nafas berat menjawab pertanyaan Pardi.

“Mau diterusin?” tanya Pardi yang tahu kalau Keke telah jatuh ke dalam perangkapnya.

“Ughhh … iya, Pak. Shhh … jangan berhenti. Owhhh,” jawab Keke di dalam kendali nafsu birahinya.

“Mohon dulu dong, Non. Kalo gak minta, ya gak bakal Bapak kasih,” ejek Pardi disambut gelak tawa teman-temannya.

“Please, Pak! Saya … ahhh … jangan berhenti! Terus, Pak! Enak, oughhh….”

“Tapi syaratnya saya boleh ngentot kamu,” ucap Pardi mesum.

“Shhh … iya, Pak. Ahhh … Bapak boleh ngentot saya, masukkin kontol Bapak. Pleaseee….” Keke berkata dengan sedikit berteriak karena sudah tidak tahan lagi dengan rasa geli di area selangkangannya.

Mendengar ucapan Keke langsung membuat Pardi meningkatkan tempo gesekan dan kocokkan di vagina gadis cantik itu pada kecepatan maksimal. Keke dengan mulut menganga dan kepala terbanting ke kanan dan ke kiri akhirnya mendapatkan puncak kenikmatannya.

“AHHH … KEKE MAU PIPIS. UGHHH … PAK, KEKE MAU PIPIS. AHHH … AHHH … AHHH … PAK, KELUAR, GELI. KEKE PIPIS, PAKGRHHH … AGRHHH….” Keke melenguh dengan tubuh gadis cantik itu yang mengejang kuat ke atas. Pinggulnya begitu tegang dan terasa cairan hangat serta lendir yang keluar dari vagina Keke.

Saat Keke mendapatkan klimaksnya, Pardi tetap dalam tempo maksimal dalam memainkan klitoris gadis cantik itu. Karena perbuatan Pardi itu malah membuat gadis cantik itu mengeluh nikmat “Uhhhhh … enak, Pak. Ahhh … ahhh … ahhh … Enggghhhhh….” Keke mendesah nikmat dengan squirt yang keluar begitu derasnya. Cairan bening itu sampai membasahi kasur hingga menjadi basah kuyup.

Setelah beberapa saat, Pardi menghentikan perbuatannya. Pria itu telah menang dalam taruhan ini. Dengan tersenyum jahat Pardi bersiap untuk menyantap makanan lezat di hadapannya. Tubuh Keke masih menggelinjang kecil, menikmati sisa-sisa puncak kenikmatan yang tadinya terus menerus disiksa dan digantungkan oleh Pardi hingga puluhan menit.

Bersambung….​