Submissive Story, Emilia Permata

Selamat malam para maestro dan suhu .
Setelah bertahun-tahun menjadi pembaca pasif di forum ini,,
akhirnya ane memberanikan diri untuk turut serta dan berpartisipasi aktif *ceh* , dan berusaha membuat suatu kreasi..
Silahkan dibaca gan,, kritik yang membangun sangat dinantikan

Sunday, 31st of July, 2016
11.34 p.m.
Dear diary,
It must be fate which delivered you to me.

(Pasti takdirlah yang membawamu kepadaku)
Diantara miliaran kemungkinan yang ada,
ikatan takdir kita berdua mungkin telah diatur agar kita saling bertemu, dan saling mengukir kisah hidup.
Entah bagaimanapun nanti, apapun hasil akhirnya,
meeting a one of a kind girl like you, Emilia Permata, isn’t a mistake.
(Bertemu dengan gadis langka sepertimu, Emilia Permata, Bukanlah suatu kesalahan)
Semoga..

“Buka mulut kamu, aku mau pake mulut kamu.” Pintaku canggung.
“Bukannya tadi Tuan udah setuju, tentang bagaimana kita harus bersikap dalam ruangan ini?”
Gadis rupawan itu menjawab sambil tersenyum simpul.
“Oh, sorry Li—”
“Tuan tidak perlu minta maaf, sebab Tuan tidak melakukan kesalahan apapun,
Your wish is my command, Sir.” * Potongnya, dengan pandangan matanya menjauh dari pandangan mataku.
“Oke, oke, sorry Li aku—”
“Please, Sir,, you shouldn’t feel sorry about anything, Sir,,”
(Tolong, Tuan, jangan merasa nggak enak) selanya sambil tetap menunduk dan tersenyum..
Mendengar pernyataan tersebut, aku hanya dapat membisu..

Melihatku meragu, Lia berusaha memberi solusi.
“Kiita ulang lagi yuk dari awal. Sekarang Aku bakalan keluar dulu, nanti pas Aku masuk lagi,
Kamu harus melakukan apa yang tadi udah kita sepakatin bareng sesuai perjanjian kita tadi.
Please, Ga, I really want to make this works, but I can’t do this alone.”
(Tolong, Ga,, aku pengen ini sukses,, dan untuk itu kita harus bekerja sama)
Serunya sambil menatap mataku dan memberikan senyum manis nya.

“Oke, oke Li.. Aku juga pengen ini lancar, maaf banget,, ayo kita coba lagi dari awal.”
Jawabku dengan muka memelas, bingung bagaimana harus bersikap dihadapan peri selalu tersenyum ini.
“Calm down, honey, everything’s going to be just fine.
Drink another glass if you have to, I will be back in 2 minutes.”
(Tenang saja, sayang,, semuanya bakan baik-baik saja,, silahkan minum lagi kalo perlu,, 2 menit lagi aku balik)
ujarnya sambil mengecup bibirku dan berhambur pergi menuju pintu.

Imajinasi liarku membuat pikiranku terbang membayangkan hal-hal menakjubkan yang mungkin kudapatkan pada malam ini.
Senjata di selangkanganku berdiri begitu tegak dari tadi.
Kutuang 1 gelas wine di meja, dan kuminum dalam 1 teguk. Apa pun yang terjadi, malam ini harus berjalan dengan lancar. Harus,,

Pintu terbuka perlahan, sesosok peri yang anggun dalam balutan sex dress putih, masuk secara perlahan.
Rambut lurus hitamnya dikepang satu. Ia kembali menutup pintu segera setelah ia masuk ke dalam.
Setelah masuk, gadis itu hanya memandang ke arah kakiku, sambil tersenyum, ia berkata :

“Selamat malam, Tuan.” Ia berdiri diam dan terpaku, menunggu perintahku…

Jantungku berdetak begitu cepat menyaksikan pemandangan ini,
pikiranku terbang membayangkan hal-hal yang akan segera terjadi.

“Cepet kesini, sujud di depan Tuan mu, Lonte.” Kataku pelan, berusaha menyembunyikan perasaan canggungku.
“Baik, Tuan” jawabnya pelan. Dengan wajah tersenyum, ia berjalan ke arahku, dan segera bersujud dihadapanku.

Segera kubuka celana jeans dan underwear ku secara bersamaan,
Senjata ku yang sudah On langsung menyembul mengenai muka si peri yang sekarang wajahnya merona merah.
“Lihat, belom apa-apa aja pre-cum Gw udah keluar.
Open your mouth, I wanna fuck your mouth, Emilia, hard.
(Buka mulut lo, gue mau ngentotin mulut lo dengan kasar, Emilia)

Lia segera membuka mulutnya, memasukkan penisku ke dalam mulutnya, dan menutup mulutnya, mengigitku dengan keras.
“Ahhh,, Bangsat! Sakit, Tolol!” Makiku kencang, tanpa sadar aku menamparnya, kencang, gerakan refleks akibat gigitannya.

Pikiran pertama yang terlintas adalah meminta maaf atas tamparan dan makian itu,
Namun, alih-alih ekspresi kecewa atau takut seperti perempuan normal setelah diperlakukan seperti itu,
Lia justru tersenyum manja.
Ekspresi puas jelas sekali terlihat dalam raut wajahnya, seolah-olah ia memang menanti perlakuan kasar dan hinaan itu.
Gejolak hasrat aneh mulai bangkit dalam diriku, dengan tambahan pengaruh alkohol,
aku merasa keberanian dalam diriku muncul untuk melakukan hal-hal lain.

“Heh, bisa ngerti instruksi gak sih?
I was the one who will fuck your mouth, not the other way around!
(Gue yang mau maju-mundur, lo cukup diam aja!)
Lo Cuma perlu buka mulut lebar-lebar, dan sepong Kontol Gw, ngerti Lonte?” umpatku.
Sebelum Lia sempat menjawab, saat ia baru membuka mulutnya,
segera kumasukkan penis ku ke dalam mulutnya dalam-dalam lewat 1 sentakan keras.

“Sepong Kontol Tuan lo yang keras!” nafsu birahiku memuncak dengan cepat,
keinginan untuk mengontrol dan menguasai gadis elok yang sedang memuaskanku menguasai ragaku.

Lia menghisap penisku dengan begitu keras, suara hisapannya dapat terdengar di seisi ruangan ini.
Lidahnya meliuk-liuk seolah memeluk penis majikannya ini. Hisapan demi hisapan membuat hasratku makin memuncak.
Terbawa nafsu birahi, kuarahkan kedua tangannya untuk memelukku dari bawah, dan kupegang kepalanya.

Dengan kedua tanganku menahan kepalanya, kumasukkan penis ku ke dalam mulutnya lebih dan lebih dalam lagi.
Kupaksa mulutnya untuk memasukkan penisku sepenuhnya, hingga bibir Lia mengecup pangkal batang penis Tuannya ini.
Rongga kerongkongan Lia segera memberontak saat dimasuki oleh objek asing terlalu dalam.
Gag reflex nya membuatnya seperti ingin muntah, sekitar 10 detik kupaksa Lia untuk bertahan dalam posisi itu.
Saat kulepas, Lia segera bernafas terengah-engah, ekspresi wajahnya tampak lebih cerah dari sebelumnya.

Who told you to take a breath? (siapa yang nyuruh lo istirahat?)
Gw belom puas make mulut Lo, Jablay hina.” seruku kasar.
Tanpa menjawab, Lia kembali melanjutkan blowjob nya, kali ini, ia memulainya dengan menjilat-jilat batang dan buah zakar ku.
Kutarik wajah cantiknya untuk menatap ke arahku, kedua mata kami beradu untuk beberapa saat,
sebelum ia kembali menatap ke bawah, menjauhi tatapan mataku.

Sebelum aku sempat berkata-kata, Lia kembali memasukkan penis ku ke dalam mulutnya,
memaju-mundurkan mulutnya dengan cepat, diiringin dengan hisapan yang sangat kuat dari mulutnya..
sekitar 5 menit kubiarkan ia memuaskan hasratku, dan hasratnya juga, mungkin..

“Ahhhhh,, Lonte Brengsek! Lonte Nakal, Lonte Sayang, Lonte Gw..!” Ceracauku saat karuan menikmati perlakuan Lia.
“Gw mau keluarrr,, di dalem mulut Kamu, ya?” tanyaku tanpa sadar.
Tanpa menjawab, ia menghentikan gerakan maju mundurnya.
Saat aku hendak protes, Lia kembali menghisap ujung helm penisku dengan keras.
Tangan kanannya mengocok sisa batang kemaluanku dengan sangat cepat, sedangkan tangan yang lain memijat buah zakarku.
Lia mendongak ke arah ku, seolah sengaja menunjukkan wajah cantiknya kepadaku.
Dengan mata terpejam , dan bibir tersenyum sambil menghisap kemaluanku, ia terus mengocok dan menghisap penis ku.

“Ahhhhh,, aaaaahhhhh,,, enak banget sayanggg,, teruss,,, ahhh,, Aku keluar sayang,,” Croooootttttt,,
spermaku menyembur begitu banyak di dalam mulut Lia.
Spermaku memenuhi mulut Lia, sebagian bahkan lumer di bibirnya dan menetes hingga mengenai sex dress nya.
Namun ia tetap tidak melakukan apa-apa.

“Thanks Li,, That blowjob was one of a kind,, the best that I’ve ever had, actually.”
(Makasih Lia,, blowjob tadi bener-bener sempurna. Bahkan, itu yang terbaik.) Pujiku.
Lia tetap diam,, pandangannya menjauhi tatapanku. Spermaku masih berada didalam mulutnya…

“Kok Kamu diem aja? Kenapa nggak Kamu bersihin?” Tanyaku bingung padanya.
Nafsu dan keberanianku untuk bertindak sesuai perjanjian sirna bersama spermaku yang juga telah keluar.
Pengaruh hormon testosteron luntur bersama dengan ereksiku.
Lia tetap diam.

“Heeeii,, bersihin dong itu,, aku ambilin tissue ya,, ato masa mau kamu telen?” gurauku..
Tanpa disangka, Lia malah menelan habis semua cairan spermaku yang ada di mulutnya, seolah ia telah menuruti permintaan gurauanku.
Setelah tersenyum simpul ke arahku, Lia bangkit berdiri. Matanya menatapku dalam… pandangannya begitu sedih,,
matanya berkaca-kaca berusaha menahan air mata yang akan segera tumpah..

Shit, I’ve messed up everything.

“Lia, maaf banget..”

“Please come in, Yoga..” (Silahkan masuk) kataku ragu-ragu.
“Wooww,, Luas banget Li apartment Kamu,,” jawabnya ngaco sambil masuk ke dalam apartmentku.
“Aku baru nyuruh masuk, Kamu kenapa jawab—”
“Wah, ada ruang makannya gini? Katanya kamu tinggal sendirian? Kamu makan sendirian di ruang makan?”
Jawabnya makin ngaco sambil memeriksa tempat asing baginya.
“Yogaaa,,, fokus dulu dong,, jangan asik sendiri git–”
“Kamar mandinya ada bath tube nya???! Dashyaatt!” ceracaunya.
“Ahh,, kumat deh..” kataku pasrah..
“Ini ada 3 kamar tidur? Gileee! Kamu gak takut sendirian disini?” Jawabnya dngan memberikan pertanyaan lain..

Aku hanya bisa cemberut. Kalau Yoga sudah excited begini, tidak bakalan ada yang bisa mengalihkan perhatiannya.
Sambil menungguku excitement nya mereda, aku berjalan ke dapur untuk menyiapkan minum.
Romagna Sangiovese 1860 might be helpful to create the mood for tonight’s discussion, pikirku.
(Wine ini mungkin bisa membantu menciptakan suasana yang tepat untuk diskusi malam ini)

Ya, Prayoga Budiman ini memang sesosok laki-laki super ceria.
Lelaki yang sudah 6 bulan ini kukenal dan telah begitu dekat denganku selama 3 bulan.
Dekat, bukan hubungan spesial. Kenapa tidak menjalin hubungan?
Well, It’s kind of complicated because I’ve an issue.. some issues actually…
(Yah,, semacem ribet gitu lah karena aku punya beberapa isu)
Hal-hal yang kuharap dapat kuselesaikan malam ini, dengan mengundangnya datang kesini untuk pertama kalinya.

“Liaaa,, kenapa Cuma kamar diujung yang dikunci pake passcode?? Itu kamar apaan??”
Tanyanya seraya berjalan kembali ke ruang tamuku, tentunya setelah ia selesai mengecek semua ruangan di tempat ini.

“Kamu duduk sini dulu” kataku tegas, sambil menaruh sebotol wine dan 2 gelas Kristal di atas meja.
“Waaw, wine mahal nih sepertinya,,” Jawabnya polos.
“Special wine for special occasion,”
(Wine spesial untuk acara yang spesial juga)
Kataku sambil mengisyaratkan padanya untuk membuka botol ini.

Minatnya pada kamar ujung rupanya telah terganti oleh wine ini. Good boy. Pikirku.

“And what kind of special occasion it is, to be exact?
(Memang sekarang ada acara spesial apa?)
Jawabnya sambil membuka botol wine,
lalu menuangkannya ke dalam gelas.
“Kamu cowok pertama yang aku undang kemari sebagai teman, cheers”
“Teman aja nih? hehehe.. , cheers!”

Yoga dan aku berbincang-bincang hampir sepanjang malam sambil menikmati wine tersebut.
Ini bukan pertama kalinya Kami menghabiskan malam bersama. Ngobrol dengan Yoga selalu terasa santai dan nyaman,
sebab obrolan kami hampir selalu nyambung. Dalam 3 bulan terakhir, hampir setiap malam . kami bertemu dan jalan bareng,
Entah itu hanya sekedar makan malam bersama, nonton bioskop, atau malah hanya berjalan-jalan di taman.
Semua berjalan lancar tanpa ada rasa canggung hingga Negara api menyerang.
Eh salah, hingga malam minggu yang lalu, 23 Juli 2016, tepatnya.
He confessed his feeling for me. (dia menyatakan perasaannya)

“Emilia Permata, 3 bulan ini, kita selalu hang out 6 hari dalam 1 minggu,
gimana kalo kita sempurnakan jadi 7 hari dalam 1 minggu?” Tanyanya,, absurd…
“Maksudnya? Emang bedanya apa?” jawabku, benar-benar bingung akan maksud perkataannya.
“I like you and I really believes that we have a really amazing together. I think we have to date”
(Aku suka kamu,, dan aku percaya bahwa kita berdua sangat cocok,, kita harus pacaran)
“Yoga… Things has been awesomely smooth between us,, but…”
(Yoga,, sejauh ini memang semuanya berjalan mulus,, tapi…)
“Ssshh,, Li,, jangan dijawab sekarang.. Pikirkan lagi coba,, nanti aja jawabnya ya.. Please,, pikir-pikir dulu..”

“Emilia Permata,, udah punya jawaban bagus buat Saya? Kalo jawabannya masih jelek, Saya gak mau denger…”
katanya tiba-tiba… aku yakin yang dia maksud adalah jawabanku tentang pernyataan cintanya.
“……….” Aku tetap membisu, ragu dengan diriku sendiri.
“Please Li,, sejauh ini kita sempurna,, apa masalahnya? ” desaknya kepadaku.
“Justru itu Yoga, Saya takut kita malah jadi berantakan,,
My complicated things would mess up everything.. You haven’t see my other side…”
(Kamu belom tau siapa aku yang sebenarnya,, kalo kamu tau,, semuanya bisa kacau)
Jawabku malu, masih belum iklas kalau-kalau persahabatan-ttm-gebetan-or whatever lah- ini mungkin berakhir malam ini..

“Then tell me your other side, Li. With you, i can endure anything.”
(Silahkan ceritain semuanya Li,, buat kamu, aku bisa tahan semuanya.)
Suaranya terdengar mantap, tanpa keraguan.
“…..” Aku terdiam mendengar ketegasan dalam suaranya. Keberanianku kembali sirna..

“Oh my God Emilia, what is it? Please,,”
(Astaga Emilia,, apaan sih? bilang dong,,)
Yoga berkata dengan hampir memohon.
“……… Alright…. However, promise me that we cannot meet up anymore if things are messed up after tonight.
I won’t have the courage to meet you anymore.”

(…….. Oke,, oke… Tapi,, kamu harus janji kalo hubungan kita jadi kacau,
kita gak boleh ketemuan lagi setelah malam ini,, aku gak bakalan punya muka untuk ketemu kamu lagi..)
Jawabku ragu-ragu..

“Kalo kamu bisa menerima aku sepenuhnya, dan bisa menyetujui perjanjian yang akan kita sepakati bersama malam ini,
I promise you, I am yours until you can’t stand me anymore.” s
(Aku janji, aku milikmu sampe kamu puas) lanjutku dengan suara mantap.
Make it or break it, huh? Keep this in mind, Emilia. Unable to be with you is the only thing which would make can’t stand.
(Berhasil ato gagal total nih? Pegang ucapanku, Emilia, gak bisa bareng sama kamu itu satu-satunya hal yang bikin aku gak puas..
Balasnya.

Damn Yoga… How could you said such sweet things… Not a good boy!
Okay Emilia, this is your time to reveal your truth. Brace yourself, girl.
Batinku.
(Yoga kampret,, kenapa dia jadi romantis gini! nakal!)
(Oke Emilia, ini saatnya kamu menjelaskan segalanya , beranikan dirimu!)

“Yoga, ada sesuatu yang kamu harus tau tentang aku,,” ucapku sambil bangkit berdiri.
“Wait here for 5 exact minutes, after that you can enter that locked room. Password nya 100515.”
(tunggu disini selama 5 menit tepat, baru kamu boleh masuk ke ruangan yang dikunci tadi,, kode nya 100515)
Tambahku lagi,, seraya berjalan dan membuka pintu tersebut, meninggalkan Yoga yang kebingungan.
Segera kubuka pintu tersebut dan aku masuk ke dalam kamar.

My Playroom.

Aku segera menyiapkan diri, kunyalakan AC ruangan dan segera kubereskan peralatan-peralatan yang pasti Yoga anggap gila. Membuatnya lari segera setelah memasuki ruangan bukanlah ide yang baik.

Handcuffs, whip, ropes, and vibrators must be placed somewhere else,
(Borgol, cambuk, tali, dan vibrator mesti disimpen dulu,,)
Yoga belum perlu pake alat apapun. Belum..
Yes, I am a dom-sub enthusiast. Not a big fan of Hardcore BDSM which use a lot of tools though.
(Yup,, aku adalah penggemar dom-sub sex,,tapi bukan penggila BDSM yang bener-bener sadis)
Peralatan sederhana yang digunakan dengan tepat masih bisa membuatku puas. Masih…

Setelah merapikan kamar, kuganti bajuku dengan sex dress putih yang disimpan dalam ruangan ini.
Kalo sampe dia ngeliat isi lemari ini, Yoga bisa mimisan…
Setelah berganti baju, kucopot semua aksesoris perhiasan yang ku pakai.
Kucopot jam tanganku, sesaat kulihat 8 menit telah berlalu sejak aku masuk. 2 menit lagi Yoga akan masuk…
Hanya 1 atribut yang perlu kukenakan malam ini,, a collar.

Aku berdiri di tengah ruangan, seperti biasa, sambil menantikan Tamu yang tak biasa.
Please,, please,, I hope he could endure this..
(Please,, please,, kamu harus bisa nerima aku)
Terdengar suara pintu terbuka, dan si lelaki masuk perlahan.
“Selamat malam, Tuan….” Kataku pelan..
Yoga tetap diam membisu… berusaha menebaknebak aa yang sedang terjadi..
“Yes, this is me, Prayoga,, I am a submissive. Can you be my dominant?”
(Ya,, ini aku yang sebenarnya, Prayoga,, Aku seorang submissive, maukah kamu jadi Tuanku?kataku dengan suara memohon.

Aneh, beneran aneh. Gak biasanya Lia kayak gini.
Emilia Permata adalah seorang cewek dengan kepribadian yang sangat keras, gak pernah mau kalah, dan ber-ego tinggi.
Sosok perempuan tangguh, mandiri, dan supel yang bisa menempatkan diri dimana saja.

Tapi malam ini, aneh banget. Dan kenapa juga gw ditinggal di ruang tamu sementara dia masuk kamar,,
1. Lia nerima permintaan gw untuk makan malam ditempat dia.
Biasanya, Lia selalu menolak semua saran lokasi untuk makan malam pilihan gw,
everything must be about her choice, not the others.
(Semuanya harus sesuai dengan keinginannya, bukan keinginan orang lain)
2. Sehubungan dengan alasan pertama, bisa berkunjung ke tempat tinggal Emilia Permata merupakan keajaiban yang lainnya.
Lia merupakan pribadi yang sangat tertutup mengenai kehidupan pribadinya,
bahkan teman-temannya pun gak ada yang tau rumahnya dimana.
And here I am, drinking together with her, in her own home! Outstanding.
(Dan sekarang gw disini, minum bareng dirumahnya sendiri! Mantap!)
3. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, she mention about her weaknesses.
Nona galak nan setrong yang tanpa cela, tiba-tiba bilang dia punya masalah.
Ada apa dengan Lia? Apakah ini efek dari pengakuan cinta gw minggu lalu? Hehehe,, bisa jadi…

Tepat 10 menit kulalui dalam kebingungan,, aku berjalan pelan me nuju ke pintu diujung ruangan,
dan memasukkan passcode nya digit demi digit. 1-0-0-5-1-5.
Pintu terbuka. Kumasuki ruangan yang ternyata sangat luas tersebut.
Ruangan ini serba gelap, dinding, lantai, dan furniture hampir semua berwarna gelap.

Ditengah ruangan itu, kutemukan Lia berdiri tegap,
hanya dalam balutan baju-terusan-mirip-daster-tapi-seksi, yang memperlihatkan kemolekan tubuhnya.
Fokusku pada ruangan ini tergantikan dengan cepat dengan objek yang ada di tengah ruangan, Emiia Permata.

“Selamat malam, Tuan….” Lia berbicara pelan..
Tuan? Siapa itu Tuan? What the fuck is going on? Pikirku cepat. Masih terdiam

Oh my god…? No way! She is not this kind of girl. She always dress properly,
and I don’t think that she is the type of seductress girl. Why did she wear a collar?
Is she trying to mock me by dressing like a submissive?

(Astaga… Gak mungkin! Dia bukan cewek kayak gini. Bajunya aja gak pernah terbuka,
gak mungkin lah dia tipe cewek nakal! Tapi kenapa dia pake collar?
Apa dia cuma mau ngegoda dengan berpakaian kayak babu?

“Yes, this is me, Prayoga,, I am a submissive. Can you be my dominant?” tanyanya tegas.
(Ya,, ini aku yang sebenarnya, Prayoga,, Aku seorang submissive, maukah kamu jadi Tuanku?kataku dengan suara memohon.

Ini Gila. Batinku,
Aku pergi kembali keruang tamu, meninggalkan si peri cantik yang mungkin terlalu mabuk malam ini,
dan berusaha menolak untuk menjadi pacarku, dengan cara halus. Semoga saja begitu.

To be continued

Halo lagi agan-agan,,
setelah membaca masukan-masukan,, ane mencoba lagi nih untuk meneruskan ceritanya
Semoga agan-agan pada suka ya,,

Shit,
Belom apa-apa aja dia udah lari, kamu itu bego ato polos sih, Yoga…
Cuma cowok bego yang nolak diajak begini,,
Partner-partner ku yang lalu malah keasikan loh make ini body,
atau lebih tepatnya lepas kendali saat tau kondisiku yang sebenarnya.
Well, beda orang emang beda kondisinya sih.
Dari awal, Yoga memang bukanlah partner.
He is a friend, a dear friend of mine. (Dia seorang teman, temanku yang sangat berarti)

Segera kukenakan kembali sweater yang tadi kupakai, dan bergegas menuju ruang tamu,
menemui si pria bego yang menolakku mentah-mentah.

Kulihat Yoga duduk disofa, tangannya menutupi kedua matanya, bak orang frustasi.
Aku berjalan pelan ke arahnya, dan memutuskan untuk duduk disebelahnya…

===================================

“Yoga kenapa? Kamu sendiri yang bilang, kalo buat aku, kamu mau ngapain aja…”
Detik demi detik berlalu dengan lambat,, dia tidak menjawab..
“Ngomong dong…” desakku.
Masih tak ada jawaban..
“Prayoga Budiman, jawab aku dong!” bentakku.

Kedua tanganku kuarahkan ke pipinya, dan kupaksa untuk melihat ke arahku.
Pandangan mata kami beradu untuk beberapa saat,
sampai ia memalingkan pandangannya, menolak untuk menatapku.

Shit.

Perasaan tertolak ini jauh lebih sakit daripada ditolak have sex tadi.
“Se hina itu kah aku? Sampe kamu nggak sudi melihat wajah saya?”
kataku sambil melepas pegangan tanganku di kedua pipinya. Kesal.
“Bukan Gitu Li,,” serunya tiba-tiba, kali ini matanya menatap mataku.
Yes, akhirnya dia ngomong lagi.

“Speak up, Yoga,,, aku yakin kamu punya banyak pertanyaan,, aku bisa jelasin ke kamu..
tapi aku nggak bisa ngejelasin apa-apa kalo kamu sendiri diem aja,, aku bukan ahli nujum, Yoga.”
“Oke, oke… I do have a lot of questions for you, Emilia. (Saya memang punya banyak pertanyaan, Emilia)
“Shoot it.” (Silahkan bertanya) jawabku.
“Well, udah berapa lama kamu suka beginian?” tanyanya ragu-ragu

Aduh, basi banget pertanyannya.

“Sejak saya pertama kali kenal sex.” Jawabku mudah.
“Kapan itu tepatnya?

Ya ampun… tambah basi aja pertanyaanya…
buatku, pertanyaan begini sih sama aja kayak nanya
“Lia, tadi pagi makan nasi ya?”

ga penting banget.

“Yoga,, pertanyaan kamu terlalu biasa,,
bisa-bisa kita Cuma ngobrol semaleman kalo kita bahas hal-hal biasa—”
“—Buat saya hal ini bukan hal biasa Emilia!” Potongnya tiba-tiba
“Yes, I know Ga, tapi coba pertanyaan kamu yang lebih spesifik,,
seputar sub-dom relationship misalnya..
yang aku yakin kamu kurang begitu tau tentang hubungan seperti itu…” jelasku.

Yoga merengut..

“Aduh ganteng,, mukanya jangan ditekuk gitu dong,,
hal-hal kayak tadi bisa kita bahas lain waktu,,
kalau kamu masih berniat nerusin hubungan ini…”
dan kamu harus mau Yoga! Batinku,,

“Kita memang punya waktu semaleman kan” katanya.
“Nope, we must have sex tonight” kataku mantap.
“HAAAHH? Gakmau! buat apa!” tolaknya tegas.

Dasar Cowok gila. Banyak yang ngantri buat jadi dom ku,
dan sekarang dia malah nolak buat have sex!
Aduh Emilia, kenapa juga sih lo tertarik dengan cowok alim begini!
Tapi sisi unik ini lah yang memang membuatku jatuh hati padanya..

“Yoga,, kamu bilang kamu mau tau rahasiaku,,dan sekarang kamu juga udah tau rahasiaku,,
kamu harus tanggung jawab… penuhin keinginanku.. Please..” aku mendesaknya,,
Dia hanya diam, mukanya seperti sedang berfikir keras..

“I like you Ga,, I really like you,, I want to be yours,, please ga,,
coba dulu,, silahkan kalo kamu mau nanya,,
“Fine ! Mantan kamu ada berapa?” tanyanya polos.
“Aku gak pernah punya pacar serius,
tapi kalo sekedar partner sih,,,, beberapa..” jawabku ragu-ragu.
“Partner?”
“Partner
dominanku, mirip-mirip sex friends lah,,
istilah gaul jaman sekarangnya sih friends with benefit.”
“beberapa itu berapa jumlah tepatnya? Did all of your partners penetrate you?”
(Apakah semua partner kamu ‘nyoblos’ semua?) tanyanya tiba-tiba,,
“Bulan April kemarin kontrak partner ke-7 ku expired,,”
“PARTNER KE TUJUH? GILAAA!” serunya kaget.

Deg… deg… santai Lia,, Yakin deh,, Yoga cukup naksir kamu untuk bisa nerima kamu!
Yakinku, berusaha meyakinkan diriku sendiri.

“Tujuh itu Partnerku yang resmi,, kalo temen-temen mereka diitung sih —”
“TEMEN-TEMEN MEREKAA???! Kali ini dia tampak lepas kendali..
“Yoga,, dalam kondisiku,, submissive disini berarti setuju
untuk melakukan apapun yang diinginkan oleh pasangannya,,
begitupula dengan hubungan yang mungkin kita jalani nanti,,
kamu punya kontrol penuh atas diriku,, selama kita berada dalam permainan…” Jelasku..

“Jadi kamu bersedia melakukan apapun? Termasuk digilir rame-rame sama banyak cowok?”
“Anything you wish for, your wish is my command”
(Apapun yang kamu mau,, keinginanmu adalah perintahku) jawabku..

Raut muka Yoga menunjukkan ekspresi jijik,, yang entah kenapa malah membangkitkan gairahku..
“jadi,, aku bisa nganggep bahwa mungkin udah lebih dari 20 orang yang pernah make badan kamu?”

Aku hanya tersenyum,,

Pikiranku terbang saat melihat raut muka jijiknya, dan kata-katanya yang sekarang menjadi cukup kasar,,

“Yes Yoga,, ada puluhan cowok yang udah ‘make’ badanku..” tantangku keapadanya..
Ekspresi Yoga makin aneh,, seperti orang yang menahan kemarahan dan jijik,, entahlah,,,

“PULUHAN? Apa bedanya kamu dengan Lonte pinggiran jalan Li!” bentaknya,, garang,,,
Darahku berdesir mendengarnya menyebutku Lonte…

Aaaaahh,,, Yes Ga,, I’m a really naughty bitch,, punish me please…
(Tepat Ga,, Lonte nakal ini minta kamu hukum Ga,,,)
pikiranku kembali melayang,, berharap yoga segera menghukumku..

“Bedanya Yoga,, bahwa semuanya merupakan keinginan ku..
dan semua partner ku ini 100% bersih, dan—-”
“BUKAN ITU LI MASALAHNYA! Sex itu bukan mainan Li!
Sex adalah salah satu cara kita ngungkapin perasaan cinta kita ke orang yang bener-bener kita cintai!
Bukannya medium buat melampiaskan nafsu!” potongnya penuh emosi.

Aku hanya bisa tersenyum…

Well,, andai saja kamu muncul 7 tahun lebih cepat,, mungkin segalanya akan lebih mudah..

“Itu udah masa lalu Yoga,, aku juga gakbisa ngubah masa laluku..
ingat Yoga,, Aku ini submissive,, kalo kamu memang setuju untuk kita berhubungan,,
kamu punya kendali penuh buat ku,, apapun itu..
memenuhi keinginanmu itu bisa jadi hasrat tersendiri buatku..” jelasku padanya..

“Kendali penuh? Jadi kamu Cuma nunggu perintah kayak robot? ” tanyanya lagi..
“Ya nggak robot juga sih,, robot kan gapunya perasaan,,
aku tetep manusia yang punya perasaan,,
tapi apapun mau kamu,, harus aku turutin…” Imbuhku..

“Ya gak bisa gitu dong Lia!
Dalam hubungan gakbisa ada yang menang terus dan ada yang ngalah terus!
Jadi gak seru dong kalo gitu..! Aku bukan majikan kamu!”

“Dalam hubungan ini, Kamu adalah majikan,, itu yang harus kamu pahami…”
“Majikan? Kamu babunya, gitu? Jawabnya ketus,,

Aaah,, pikiranku kembali melayang mendengarnya menyebutku babu..

Yes Yoga,, I am your slave! Your pefect slave!

(Tepat Ga,, aku adalah babu,, Babu kamu yang sempurna) batinku,,

“Tepat sekali, Yoga..”
“Kenapa harus begitu Li,,, aku gakmau…
aku gakmau nganggep kamu seperti itu Emilia,,
kamu terlalu sempurna untuk dianggap begitu…”

“Kita coba dulu,, Please,,,
pikiranmu mungkin akan berubah setelah kamu coba…” bujukku,,

“Jadi kamu naikinin statusku dari temen jadi partner?” dalihnya,,

“Itu namanya nurunin status,, temen seperti kamu itu jauh lebih berharga dari partner..
Aku bisa ganti partner kapanpun aku mau,, kamu—”

“Lebih tinggi statusnya dari partner?
Yang bisa meluk, cium, bahkan have sex sama kamu kapanpun?” Gak masuk akal Li!”

“Kamu bisa peluk, cium, dan have sex denganku kapanpun kamu mau Ga,,
dan juga tetap jadi temanku.. aku tetep Lia yang biasa selama kita nggak dalam play…”

“Ya ampun Emilia…
Well, Alright,setuju. Aku harus gimana?”

Yoga Setuju! Yesss!

“Sekarang,, kita buat perjanjian dulu…” kataku…
“Perjanjian gimana maksudnya?”
“Perjanjian tentang apa yang harus dilakukan,, dan apa yang gak boleh dilakukan,,
karena kita udah saling kenal,, dan aku udah ga sabar nunggu buat play,, perjanjian tertulisnya nanti aja,,
untuk sekarang perjanjian verbal kurasa cukup…” jelasku padanya.

“Aku perlu bikin pernyataan tutup mulut tentang hal ini juga? yang kayak di film2 gitu,,” tanyanya bingung..

Aku hanya bisa tertawa terbahak…

“Ya ampun Yoga,,, buat apa juga aku minta kamu bilang ini rahasia,,
justru kamu yang perlu nyuruh aku bikin pernyataan kalo roleplay ini atas dasar suka-sama-suka.
Kamu yang bisa repot kalo aku tiba-tiba bilang kamu merkosa aku!
Siapa juga yang bakalan percaya kalo ada cewek minta dinakalin gini!”

“Oh,, bener juga kamu,, jadi perjanjiannya gimana nih?”
“Secara umum, dalam role sub-dom,kamu bebas melakukan apapun terhadapku,
selama tidak menyebabkan cacat fisik, bekas luka permanen, dan kehamilan.
Sisanya terserah.” kataku.

“Kehamilan? Berarti gak boleh di dalem dong, hehehe” katanya nakal..

Dia mau keluar di dalem? Yeaaaayy! Pikirku girang.

“Boleh,, selama kamu ngizinin aku pake KB,,
yang gak boleh itu kalo kamu keluar di dalem, dan gak ngizinin aku pake KB. Ngerti?”

“Atas dasar apa aku ngelarang kamu pake KB! Aneh!” Katanya, bingung.
“Atas dasar kontrol dan kendali penuh,, Prayoga….” Jawabku mudah..
“Ya ampun,,,itu gila banget,, udah kan itu aja?” Tanyanya,, kali ini Nampak antusias..

Nggak gila Yoga,, melanggar aturan bisa membangkitkan gairah dengan sempurna,,
Sekali ngelanggar, kamu pasti ketagihan.. Mungkin… pikirku lagi..

“Belum, aku masih punya beberapa kondisi khusus,,
jangan tunjukin rasa sayang, perhatian, cinta, dan juga jangan ngerasa kasian, iba,
dan sungkan selama kita play nanti…” tuturku..
“Maksudnya? Jadi aku gak boleh romantis gitu? Kenapa?” tanyanya penasaran.
“Aku ga tahan dengan perasaan-perasaan seperti itu saat kita main..
itu dua hal yang sangat berbeda buatku..” jawabku.

“Trus aku harus gimana dong kalo gaboleh romantis?
Nyiksa kamu kayak di film-film bokep hardcore, gitu?” tanyanya penuh sarkasme.

Nah,, itu dia Yoga.. Siksa aku seperti di film-film hardcore yang kamu tonton..

“Tepat Sekali, Saat kita play nanti,, siksa aku Ga.. Hina, Caci, Tampar,
and degrade me in every possible way. (Rendahkan aku semaksimal mungkin),,
aku adalah alat kamu,, luapin segala hasrat kamu yang terpendam,, segala keinginan kamu,,
semuanya boleh kamu lakukan.” Tuturku kepadanya..

Yoga kembali diam,, Nampak bingung harus berkata apalagi..

“Please ga, be 100% about this,, (Tolong ga, jangan ragu)
dalam play nanti, kamu gakboleh ragu-ragu,, jangan minta izin,,
jangan anggap aku sebagai Emilia Permata yang kamu kenal,,
cukup anggap aku sebagai penyalur hasrat kamu yang siap melakukan apapun…Oke?”

Tanpa menunggu jawabannya,, aku kembali berbicara :

“Udah cukup ngobrolnya,, ayo kita ke playroom lagi,,
aku masuk duluan,,, kamu masuk setelah aku,, silahkan bawa wine nya kalo kamu mau..
Inget,, anggap aku mainan kamu…” kataku mengakhiri pembicaraan, dan segera bergegas menuju ke ruangan tadi…

Ayo Yoga,, aku tau kamu pasti punya sisi liar yang belum kamu keluarkan dan masih kamu pendam.. batinku, setengah berharap.

To Be Continued