skandal di rumah kayu

“Dek.. Mas pergi dulu ya..” Rahmat pamitan kepada istri nya Hanifah yang mengantar nya sampai depan pintu, sambil mengelus perut istri nya yg terlihat membuncit pertanda sedang hamil. “Jaga baik2 calon anak kita ya..” Kata Rahmat sambil mencium perut istri nya. ” Iya mas.. Mas juga hati2 di laut nanti, ingat kami di rumah” nasihat Hanifah kepada suami nya sambil mencium mesra tangan suami nya itu. “Wooiii mesra2 an mulu.. Ayo nanti keburu kelotok nya pergi” seru teman2 Rahmat yg menunggu diatas mobil bak terbuka di pinggir jalan. Mereka adalah teman2 Rahmat suami Hanifah, sesama buruh mooring atw bongkar muat batubara di kapal besar yg melakukan kegiatan di laut satui kurang lebih 2 jam perjalanan dari tempat mereka. Sementara Hanifah hanyalah ibu rumah tangga biasa yg di nikahi Rahmat setahun lalu yg kini tinggal di rumah mertua nya atau orang tua nya Rahmat yg sudah menduda sejak kematian ibu nya Rahmat 5 tahun lalu. Hanifah adalah wanita berumur 22 tahun sekarang, selisih 2 tahun dengan suami nya. Seperti kebanyakan wanita yg berasal dari daerah Hulu sungai, Hanifah di berkahi dengan kulit putih mulus serta wajah yg cantik alami tanpa hiasan make up, di tambah dengan jilbab yg selalu menutupi apabila Hanifah keluar rumah, makin lengkap lah kecantikan nya. Bukan hanya para tetangga tapi bapak mertua nya sendiri pun mengakui kecantikan Hanifah, bukan hanya mengakui, tapi lambat laun menjadi obsesi birahi yg terpendam. “Suami mu sudah berangkat fah?” Kata mertua nya yg baru datang dari kebun belakang mengagetkan Hanifah yg masih menatap kepergian suami nya. ” Sudah bah.. Mungkin sekitar 15 hari an kata nya, karna ada 2 kapal besar yg harus di bereskan” ujar Hanifah. ” O bagus lah.. Rejeki buat calon bayi yg ada di kandungan mu” kata madi bapak mertua hanifah sambil mata nya menatap perut Hanifah yg mulai terlihat membuncit. ” Iya bah mudah2n mas Rahmat selalu di lindungi gusti Allah” ujar Hanifah sambil menutup pintu. ” Kamu mau kemana fah?” Tanya mertua nya “ifah mau mandi bah.. Gerah” jawab Hanifah sambil berlalu, sebenar nya Hanifah sadar akan tatapan jelalatan dari bapak mertua nya. Tapi dia maklum saja mungkin karna mertua nya yg sudah lama menduda, yg penting Hanifah selalu berusaha menutupi aurat nya supaya terhindar dari tatapan mesum dari mertua nya. Sambil menenteng handuk Hanifah menuju kamar mandi di belakang rumah, seperti kebanyakan rumah2 di daerah ini yg mayoritas rumah nya berbentuk panggung tinggi, karna di bawah rumah nya masih rawa2 yg kalo musim hujan terkadang sampai banjir, dinding rumah nya juga terbuat dari papan dan beratapkan seng atau asbes, sebagian lagi beratap rumbia, alas nya juga terbuat dari papan yg di susun rapi. Sambil bersenandung kecil Hanifah mulai membuka baju nya satu persatu sampai telanjang bulat sambil menghadap ke arah cermin yg di gantung di dinding papan kamar mandi itu..Hanifah tersenyum melihat dirinya di cermin sambil bergaya dan berganti2 posisi di depan cermin itu ” ternyata aku ini cantik dan seksi” gumam nya dalam hati memuji diri sendiri sambil tersenyum tipis,”pantas mas Rahmat tak pernah bosan menggeluti ku” gumam nya sambil pikiran nya menerawang ke masa2 indah dia bersama suami nya. Karna asyik mengkhayalakan saat2 kemesraan bersama suami nya Hanifah jadi terlena, sehingga tanpa sadar tangan nya bergerak sendiri membelai buah dada nya yg ranum membulat, ditambah dengan saat ini yg tengah hamil 5 bulan, maka buah dada nya semakin membesar, tak cukup sampai disitu tangan nya seperti punya mata bergerak membelai semua sisi sensitif dari tubuh mulus nya dan berhenti di bawah pusar nya, dimana terdapat bulu2 halus yg tipis dan jarang2 membentuk segitiga yg salah satu ujung nya bermuara pada lipatan pangkal paha nya.. “Ougghhhh…” Hanifah bergumam lirih karna merasakan geli2 enak saat tangan nya bermain di sekitar lipatan paha nya..” Astaqfirullah… Apa yg aku lakukan??” Hanifah terkejut sambil reflek menjauh kan tangan nya dari celah paha nya, “ini salah.. Ini dosa.. Astaqfirullah”… Hanifah membuyarkan lamunan erotis saat bersama suami nya yg memancing birahi dari dalam tubuh nya. ” Mungkin ini pengaruh kehamilan ku” ujar hanifah membathin.”Untung keburu sadar sehingga aku tidak terjebak dalam nafsu sesaat” ujar Hanifah lagi merasa bersyukur diri nya tidak terlambat menyadari kesalahan yg akan dilakukan nya. Tapi Hanifah terlambat untuk menyadari ada sepasang mata yg memperhatikan gerak gerik nya sejak dia masuk kamar mandi sehingga semua kegiatan Hanifah terekam jelas oleh sepasang mata pengintip itu. Ya dialah Madi bapak mertua Hanifah yg diam2 mengikuti Hanifah ke kamar mandi, dan dengan diam2 pula mengintip setiap kegiatan menantu nya itu, dari lubang yg dia buat sendiri jauh2 hari sebelum nya ketika Hanifah baru pertama datang ke rumah ini setelah di nikahi anak nya, bahkan bukan hanya di kamar mandi, di dinding kamar Hanifah dan anak nya pun yg bersebelahan dengan kamar nya, sengaja dinding papan nya di lubangi dan di tutup dengan kalender yg menempel di dinding kamar nya sehingga lubang itu tidak akan kentara jika tidak di perhatikan dengan seksama. Sepasang mata itu terus mengintip tanpa berkedip demi melihat tubuh seksi yg basah oleh air, perut nya yg membuncit itu tidak mengurangi bahkan makin menambah kesan seksi pada diri Hanifah. Itu yg ada di pikiran mesum madi. ” Ah aku harus bisa meniduri nya, memberikan kenikmatan duniawi pada menantu ku, sayang kalau tubuh mulus dan seksi itu di sia2 kan, tidak di manfaat kan secara maksimal oleh anakku” bisik hati madi mesum. Bukan tanpa alasan madi berpikiran seperti itu, dia tau kalau anak nya tidak terlalu ahli dalam hal memuaskan istri nya, dia tau selama dalam mengintip dia belum pernah melihat Hanifah menjerit karna orgasme, dan dia selalu melihat kalau anak nya terlalu monoton dalam bersetubuh dengan istri nya. ” Aku harus bisa memberikan kenikmatan pada menantuku” tekad madi dalam hati sambil mata nya tak lepas melihat tubuh seksi itu yg kini berlumuran busa sabun, sementara dari dalam kamar mandi masih terdengar suara Hanifah bersenandung ” aduuhhh.. Umak abah… Aduuuhhh… Ulun takutan.. Ulun takutan… Disambat urang.. Awak nang ganal masih membujaaanggg” senandung Hanifah sambil asyik menyabuni tubuh nya.. Tapi ketika melihat ke arah samping dinding kamar mandi yg berlubang, Hanifah tersentak kaget karna samar dia melihat seperti ada yg mengintip, “ahhh.. Ada yg ngintip..” Jerit Hanifah sambil reflek tangan nya menyiramkan air dari gayung yg sedang di pegang nya.. ” Siapa itu diluar” seru Hanifah.. ” Abah… Ada yg ngintip Ifah.. Tolong abah..” Jerit Hanifah sambil tergopoh mengambil handuk nya dan keluar dari kamar mandi berharap bisa mengetahui siapa pengintip yg dengan lancang nya sudah mengintip dia mandi. “Ada apa Ifah..” Mertua nya dtg dari belakang hanya dengan memakai celana kolor pendek, tak terlihat lagi baju salah satu partai yg tadi dipakai nya sebelum Hanifah mandi. “Ada yg ngintip ifah bah.. Tadi mata nya terlihat dari lubang di dinding itu” seru Hanifah tersedu seakan menahan tangis sambil menunjuk lubang di dinding di mana dia melihat sepasang mata yg mengintip nya. ” Ohh.. Mugkin itu perasaan mu saja Hanifah. Tidak ada siapa2 di sini” jawab mertua nya meyakinkan Hanifah, sementara mata nya jelalatan melihat tubuh menantu nya yg masih menyisakan bekas2 sabun yg belum terbilas menambah kesan seksi.. Sementara Handuk berwarna putih yg dipakai nya hanya sanggup menutupi sebagian dada nya dan kebawah nya hanya sanggup menutupi paha atas nya, beberapa senti saja di bawah pangkal paha nya di mana tersembunyi sumber kenikmatan yg diincar Madi, bapak mertua Hanifah. ” Ga ada siapa2 di sini.. Dari tadi abah di belakang ga ada dengar apa2 juga.” Madi meyakinkan sambil berusaha mendekap Hanifah yg masih shock atas kejadian yg menimpa nya. Karna merasa perlu mendapat perlindungan, Hanifah tidak menolak ketika bapak mertua nya mendekat dan merangkul tubuh nya. ” Ifah yakin ada yg mengintip tadi bah..” Seru ifah lg sambil terisak di pelukan mertua nya.” Cup… Cup…cup… Jangan nagis fah.. Ada abah disini” Madi menenangkan Hanifah sambil tangan nya memeluk hanifah yg hanya memakai handuk itu, sementara tangan madi membelai belai punggung Hanifah yg tertutupi handuk.. “Gpp ifah.. Abah disini.. ” Kembali madi menenangkan Hanifah, sementara tangan nya semakin lama semakin intens membelai, mulai dari punggung atas sampai pinggang Hanifah. Ketika tangan Madi mulai membelai punggung bawah hanifah yg berbatasan langsung dengan pantat nya Hanifah seolah tersadar ” oh.. Maaf.. Maaf bah.. Hanifah kaget tadi” kata nya seraya melepaskan diri dari pelukan Madi, “maaf bah.. Hanifah takut tadi..” Kata nya lagi dengan wajah menunduk dan bersemu merah, lalu tergesa masuk kembali ke kamar mandi.” Apa perlu abah tunggui disini Fah” kata Madi sambil melongokan kepala nya ke pintu kamar mandi yg tinggi nya hanya 1 meter aja, sehingga semua kegiatan Hanifah terlihat dari tempat nya “ahhhh.. Tidak perlu bah.. Hanifah gpp, ini mau lanjut mandi lagi” jerit Hanifah demi melihat wajah mertua nya, sementara saat ini dia sudah kembali telanjang bulat. ” He..he.. He.. Baik lah Hanifah abah ke belakang lagi aja” ujar mertua nya sambil terkekeh mesum. ( Nnti di sambung lg, mau ke laut dulu nah.. Cari nafkah..)