Single Mothers

Arina

“Rin, kapan nih bisa nongkrong bareng?? Kangen ih ngupi bareng yey! Hihihi!”
Celetukan Lita mengagetkanku dari lamunan. Tanpa sadar aku mencoret-coret halaman buku agendaku dengan tulisan-tulisan tanpa makna.

“He-euh Lit aku juga pengen banget tapi kasian si Iskha kalo ditinggalin lama-lama. Neneknya juga kan udah tua ga bisa terus-terusan jagain cucunya..”
Untuk kesekian kalinya aku mencari alasan menghindari ajakan nongkrong dari teman kerjaku Lita.
Entah kenapa semakin hari aku merasa semakin jenuh dengan rutinitasku. Dulu saat kuliah aku sangat mendambakan untuk memiliki keluarga kecil bahagia dan hidup tua dengan pasanganku nantinya.
Ah.. Itu semua hanya mimpi saat ini..
Namaku Arina Putri. Aku seorang Single Mother. Aku sempat menikah dengan Laki-laki idamanku sejak SMA, tapi dia sudah pergi merantau ke alam baka. Kami dikaruniai seorang anak perempuan yang kami beri nama Iskha Ramadhani. Sudah lima tahun belakangan ini aku menceburkan diriku ke dunia kerja sebagai marketing F*ve Hotel demi menghidupi aku dan anakku, saat ini kami masih tinggal bersama kedua orang tuaku di salah satu komplek perumahan di daerah Sle*an.
Kadang ada saatnya aku merasa sudah saatnya berhenti berkabung dan kembali membuka hatiku untuk laki-laki lain. Tapi tetap saja terbayang wajah almarhum suamiku setiap kali aku mencoba untuk lebih dekat dengan seseorang.
Kulirik jam tanganku, sudah hampir jam enam. Kukemasi laptop dan barang-barangku lalu pamit duluan. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu Iskha yang lagi lucu-lucunya, dia berumur 5 tahun dan lagi cerewet-cerewetnya! Hihihi! aku tidak pernah bosan bercengkerama dengan Iskha dirumah dan lagipula dia bisa mengalihkan pikiranku dari seabrek masalah dikantor.
Sesampainya di lift aku mendapati ruangan lift itu lumayan penuh, tapi aku melihat ada sedikit ruangan di pinggir.
Dengan sedikit memaksa akhirnya aku berhasil nyempil, hehehe!
Indera penciumanku langsung disergap berbagai macam aroma yang terkungkung dalam ruangan kotak itu, aroma parfum menyengat bercampur keringat sedikit membuatku jengah dan menutup hidungku.
Lift itu berhenti di lantai 2 dan beberapa orang keluar lalu digantikan oleh yang lain.
Salah satunya seorang pria dengan rambut yang tercukur rapi khas cukuran cowo jaman sekarang, tapi jenggotnya itu loh.. Hampir-hampir menutupi lehernya!
Dia berdiri tepat di belakangku, kurasakan sentuhan jenggotnya yang terbentuk rapi itu disekitar tengkukku dan sedikit membuatku merinding!
Seorang Ibu yang berdiri di depanku mendesakku sehingga aku sedikit mundur,

‘Deg!’
Jantungku berhenti sepersekian detik saat bokongku menyentuh sesuatu.. Kulirik pantulan pria berjenggot dibelakangku dari pintu metal lift, ekpresi wajahnya terlihat kalem tanpa ada reaksi apapun!
Tubuhku tidak dapat kugeser, aku melihat tombol lantai yang berpendar, lantai 1… Beberapa orang keluar dari lift, lantai dasar… Laki-laki berjenggot itu tidak juga bergeser dari posisinya, sedangkan di lift itu hanya tinggal 5 orang!
Yang lebih herannya lagi, justru aku sendiri tidak berusaha untuk menjauh atau bergeser dari posisiku, bokongku yang dilapisi rok span setinggi lutut ini tetap bersentuhan dengan benda asing yang sepertinya semakin membesar…
Mobilku ada di lantai B2.. Apa yang kamu lakukan Rin!? Apa kamu sudah gila?? Dia itu orang asing yang menempelkan penisnya di bokongmu dan kamu menikmatinya???
Lantai B1.. Hanya kami berdua yang tersisa di lift itu..

“Mbak..”
Suaranya dalam dan berat…
Aku hendak bersuaraa tapi entah kenapa yang keluar hanya desahan tertahan di bibirku..

Pintu Lift terbuka, aku segera bergegas berjalan lurus tanpa menengok ke belakang, aku tidak mendengar adanya suara langkah kaki yang menyusulku…
Sesampainya di dalam mobil, aku menutup pintu lalu membanting tasku dengan kesal ke jok belakang.

Gimana si tu cowo, kejar kek.. ngomong apa kek.. Masa gitu doang… Emangnya aku cewe apaan kalo aku harus ngomong duluan!

‘Tok tok!’
Aseli hampir saja jantungku meloncat keluar!
Aku melihat laki-laki berjenggot tadi berdiri persis di pintu mobilku sambil memegang secarik map.

Astaga itu mapku!
Dengan wajah merah kubuka pintu mobilku lalu berdiri dihadapan laki-laki yang ajaibnya membuatku uring-uringan sejurus yang lalu.

Trrnyata doi tinggi juga, aku sendiri hanya sampe sekitaran pundaknya. Dandanannya sedikit slengean, kancing kemejanya terbuka dibagian atas dan menampakkan kaos dalamnya dan sedikit bulu dada yang mengintip nakal, jins yang dipakainya sedikit belel..
Tapi entah kenapa ada aura yang terpancar darinya membuatku sedikit penasaran

“m..makasih.. maap merepotkan..”
Kuambil map yang ada ditangan kirinya dan hendak berbalik masuk ke mobilku..

“Nama saya Doni.. Boleh tau nama mbak?”

aku berbalik ke arah empunya suara..
“Arina, sekali lagi makasi ya umm.. Doni, kamu kerja disini? Apa lagi nginep disini?”
Pertanyaan itu terlontar begitu begitu saja tanpa kusadari, laki-laki itu tersenyum dan menampakkan lesung pipinya di sebelah kiri..

Damn.. Manis juga..

“Bisa dibilang dua2nya mbak, hehehe!”
Jawaban macam apa itu! Dasar ga jelas..
“Yasudah, saya duluan mbak, mo ada yang dibeli ni, besok-besok kita ngobrol lagi ya, ciao!”

Dan dengan itu dia menghilang dari hadapanku, kulihat dia berjalan ke arah lift, lalu aku teringat iskha dan segera masuk ke mobil, ingin rasanya segera sampai ke rumah dan bercanda dengan anak semata wayangku itu, tapi yang ada di pikiranku saat ini terbayang wajah si jenggot Doni itu!

Apaan si Rin, cowo ga jelas gitu kenapa kamu pikirin si!
Hati kecilku memberi peringatan..
Kuhiraukan peringatan itu, kubayangkan wajah dia andaikata dia mencukur jenggotnya..

“Astaga… Wajahnya persis seperti almarhum suamiku!”

*****

Hi semproters,
Semoga berkenan dengan cerita baru saya ini, akan segera saya update sepulang kerja nanti, yang semangat puasanya yaaa bagi yang menjalankan!

Gallery for  Single Mothers