Satu Garis Lurus
Jujur sebenarnya gw bingung ceritanya mau dibawa kemana, ada dua pilihan coba pilih:
CUCKSON, nantinya si peran lelaki bakalan dibudakin sama ibunya sendiri dan cuma bisa pasrah liat ibunya dinikmatin temen temennya.
MOTHER SLAVE, nantinya si ibu bakalan jadi budak dan turutin apapun kemauan si anak, ibu bakalan disuruh ngelakuin hal memalukan dengan terpaksa walaupun diam diam menikmatinya, termasuk dipaksa incest lesbian dengan dua anak perempuannya.
Coba kasih masukan bagusnya kaya gini, sementara gw kasih intro bagian 1 nya dulu, semoga pada suka.
[BAGIAN 1]
Namaku Farhan, usiaku 24 tahun, aku anak ke 2 dari 4 bersaudara, keluarga ku terdiri dari ibu yang bernama Nina, ayah yang bernama Agus, kakakku Fahmi, dan dua adik perempuan kembarku, Siska dan Sinta, heran, padahal tidak ada silsilah kembar di keluargaku namun ibu bisa melahirkan sepasang anak kembar. Kami sekeluarga pun tidak ada yang memusingkannya dan menganggap kalau itu adalah mukjizat dan keajaiban yang diberikan Tuhan. Maklum keluarga kami termasuk keluarga yang religius. Sampai pada suatu hari saat aku baru selesai pulang bekerja, dari luar ruangan bisa ku dengar ibu dan ayah bertengkar hebat, aneh padahal tadi pagi mereka terlihat harmonis seperti pasangan suami istri pada umumnya. Lalu aku masuk dan melihat Fahmi sedang menenangkan ayahku yang menyuruhnya untuk sabar, aku yang baru tiba tentu memilih untuk diam dulu karena tidak tahu duduk permasalahannya. Dari jauh bisa ku lihat si kembar, sedang menangis dan menenangkan diri di ruangan lain. Aku pun memilih untuk meninggalkan kedua orang tuaku dan pergi bertanya pada adik adikku, “Ini ada apaan sih koq jadi ribut banget??” Siska yang sedang memeluk Sinta lalu menjawab, “Itu kak, ayah ngeliat ada foto kelamin laki laki di wa ibu terus ada pesan romantis juga.”
“Iya kak, ibu selingkuh.” JAwab Sinta menambahkan. “Hus belum tentu, kali aja orang iseng.” Kataku mencoba menenangkan keadaan. Aku yang sudah mengerti kemudian pergi kembali menuju mereka dan ikut menengahi pertengkaran itu. Lambat laun ayah sudah baikan dan ibu menjelaskan sambil menangis kalau itu adalah orang iseng saja yang niat merusak rumah tangga. Tentu saja ayah langsung memaafkan ibu karena rasa iba meski begitu ibu pun mengakui kalau dirinya salah sudah kenalan dengan orang yang dia kenal di mall. Ayah pun memberikan ibu kesempatan kedua dan malam itu akhirnya masalah berakhir dan semua kembali ke keadaan semua. Si kembar pun sudah tenang dan masuk ke kamarnya. Aku dan Fahmi pun begitu, kita sama sama masuk ke kamar masing masing. [Esok harinya] Setelah semua bangun, kondisi kembali ke keadaan semua, ibu dan ayah sudah kembali ngobrol normal dan kita pun sarapan bersama di meja yang sama. Hari ini tanggal merah, otomatis kantor ku dan Fahmi pun libur, begitu juga dengan sinta dan siska, kuliah mereka pun libur karena hari merah itu, tapi berbeda dengan ayah, beliau bilang kalau masih ada urusan kerjaan diluar sana, maklum karena hanya beliau yang tidak kerja di kantoran. Ibu ku bekerja sebagai guru. Setelah beres sarapan kami semua sibuk dengan urusan masing masing, sampai pada siang harinya aku melihat ibu sedang sibuk dandan di depan cermin kamarnya. “Mau kemana bu?” Tanya ku basa basi. “Oh.. mau ada urusan yang harus dibeli, kayanya ada beberapa stok masakan yang udah menipis, ibu mau belanja ke supermarket.” JAwab beliau sambil merias dirinya sendiri. “Aku anterin ya bu.” Tanya ku sambil berjalan mengambil kunci mobilku. “Ga usah.” Teriak ibu dari jauh. Aku kembali ke kamarnya, “Lah, kenapa?”
“Orang belanjanya dikit koq, ngerepotin kamu, lagian masa belanja bahan masakan aja harus ramean, aneh aneh aja deh kamu.” Balas ibu sambil merapikan penampilannya. “Gini cantik ga?” Tanya ibu sambil berputar memperlihatkan tubuhnya.
“Cantik bu.” Jawabku tanpa rasa curiga. Memang penampilan ibu yang sedang mengenakan kebaya biru ditambah kain batik dan kerudung biru menambah aksen casual dan elegan. “Ga keliatan cacat kan?” tanya beliau sambil kembali memeriksa penampilannya di cermin. “Apaan sih bu.” Jawabku sambil tersenyum, “lagian ibu koq pake kebaya kaya mau ke kondangan aja.”
“Ya engga lah, masa ibu sendiri pengen keliatan cantik ga boleh.” Kemudian Ibu melihat ke arah ponselnya dan membalas pesan itu lalu mengarahkan ponselnya ke depan kaca panjang di lemari ibu dan memotret dirinya sendiri. “Tumben tumbenan ibu kaya gini, tapi ga apa apa, yang penting ibu bisa bahagia.” sahutku dalam hati melihat ibu tersenyum sambil melihat ponselnya. Lalu ibu pun langsung pamitan dan berkata takut kesiangan dan bergegas pergi dengan mobilnya sendiri. Aku yang kala itu tidak ada kerjaan bingung mau melakukan apa, main game, bosen, nonton film, jenuh, keluarga yang lain pun sedang jalan jalan bersama dengan teman mereka masin masing entah kapan mereka akan pulang. Akhirnya ku putuskan, berhubung hari sudah siang, maka aku memilih untuk makan di mall, sekalian cuci mata dan jalan jalan mengusir rasa bosanku. Dengan santainya aku melajukan mobilku ke mall yang biasa ku datangi, setengah jam kemudian akhirnya aku tiba di mall tersebut, wajar saja karena aku sedikit memutar dan jalan jalan dulu. Setibanya di mall segera ku naik ke lantai atas dan masuk ke tempat makan favorite keluarga ku, namun berbeda saat sedang dengan keluarga, ketika sendirian aku memilih untuk pergi duduk di pojokan, maklum saja, jaman sekarang jika ada orang makan sendirian di tempat ramai pasti akan difoto dan dijadikan bahan di sosmed, aku tidak mau seperti itu. Beberapa saat kemudian hidangan pun datang, “Terima kasih.” Ucapku sambil mengambil beberapa cemilan yang juga ku pesan dan siang itu ku nikmati hidangan yang ada di hadapanku. Sialnya, baru saja makan beberapa namun aku tiba tiba kebelet ingin ke toilet, aku pun berdiri dari kursiku dan ketika berjalan ke arah toilet, sekilas aku melihat teman kecilku sedang berbincang dengan seseorang yang terhalang pilar, sambil pegangan tangan, dan terlihat senyuman di wajahnya. “Wuidih punya pacar baru nih hehehe.” Ucap ku pada diri sendiri kemudian karena kebelet, aku pun langsung meninggalkan dirinya. Beres kencing, aku pun keluar dari kamar mandi dan melihat teman masa kecil itu masih berbincang dan tertawa, nampak mereka sedang bersenda gurau. Dengan iseng ku foto dia dari jauh yang sedang memegang tangan seorang perempuan kemudian aku kembali pergi ke meja ku. Disana, sambil makan, aku kirim foto itu, dengan caption, “Ciee pacar baru nih, kenalin dong hehehe.” Tentu aku ingin melihat reaksinya, langsung saja aku pindah tempat dan bersembunyi darinya. Pikirku, pasti dia senang mengetahui aku ada berada di restauran yang sama, pasti dia akan segera mengenalkan pacarnya itu. Sambil mengendap endap aku pun melihat ke arahnya dan ekspresinya berubah. Kini dirinya terlihat sangat panik dan mencari keberadaanku dan perempuan di sampingnya sedikit terlihat dari persembunyianku dan ku potret sambil kembali ku kirim foto itu dengan pesan, “Tenang aja kali bro ga bakalan gw rebut hehehe.”
“Eh bentar.. (Aku perhatikan bahunya) koq gw kaya pernah liat. Ini mirip banget sama ibu, ah tapi ga mungkin.” Kemudian aku melihat kembali ke arah meja temanku dan tidak kulihat keberadaannya dimana pun. Sepertinya dia sudah kabur duluan dariku. Aku pun tidak memusingkannya, karena tidak mungkin ibu main nakal dengan teman masa kecilku ini, maka segera aku kembali ke mejaku dan menghabiskan makan siang ku. Beres dari itu aku jalan jalan dulu sekitar mall dan ku putuskan untuk membeli beberapa action figure sekalian windows shopping. Setelah aku merasa lelah, ku putuskan untuk kembali pulang. Maklum saja jika ada orang yang kecapean berada di mall ini karena mall ini sangat besar dan mewah, saking besarnya sampai sampai ada hotel yang berada di bagian paling atas mall. Setibanya di parkiran, aku cukup terkejut melihat mobil ibu yang terparkir tidak jauh dari mobilku, “Loh koq ada mobil ibu disini? Apa jangan jangan ibu belanja disini juga??” Karena ingin membantu ibu maka ku putuskan untuk menunggu di dekat mobil ibu beberapa saat, “kali aja kan ibu repot bawa belanjaan” pikirku dengan polosnya. Namun sampai satu jam aku menunggu, ibu tidak kembali juga, maka ku putus untuk langsung pulang ke rumah saja karena aku sudah merasa jenuh. 15 menit kemudian aku sampai ke rumahku, segera aku masuk ke kamarku dan menata action figure di lemari koleksi ku dan memotretnya untuk flexing di somed. Setelah balas balasan komentar dan main hp, mataku tiba tiba merasa lelah maka ku putuskan untuk segera tidur, “setengah jam merem dulu bisa kali.” Kataku sambil memejamkan mata. 3 jam kemudian aku bangun kemudian mengucek mata, cuci muka di toilet kamar, kemudian pergi ke dapur untuk mencari makan karena perutku tiba tiba lapar. Di dapur bisa ku lihat ibu yang sedang menata bumbu masakan dan bahan bahan lainnya, “loh ibu baru dateng?”
“Eh.. i.. iya soalnya.. emh.. ibu ketemu temen sesama guru jadi kita diskusi dulu.”
“Oh..” Jawabku singkat, “Ada makanan ga bu? laper nih.”
“Waduh ibu belum sempet masak sayang, gini aja deh, ibu bikinin nasi goreng gimana?”
“Asik. Bikinin ya bu.” Kata ku sambil tersenyum dan pergi ke meja makan. Di atas meja makan tergeletak ponsel ibu, karena aku penasaran dengan kasus kemarin, aku pun iseng untuk melihat isi pesan yang dimaksud, berharap kalau pesannya belum di hapus ibu. Ku lihat kebelakang dan terlihat ibu yang masih sibuk masak, segera ku masuk ke galerinya dan benar saja disana ada foto kontol anak muda, besar, panjang, terlihat sangat rapi dan mulus, ”Pantesan aja ibu kepincut, dikasih pisang muda siapa yang ga nolak.” Kataku sambil tersenyum. Aku pun melotot ketika melihat ternyata ada beberapa kontol lainnya yang berwarna gelap dan terang, setiap kontol berbeda ukuran dan bentuk, aku merinding sendiri melihatnya, “ini ibu selingkuh atau emang ada orang iseng yang nyebarin nomor ibu terus nyerang ibu dengan foto kontol?” Pikirku yang berpikir kalau ada yang sengaja mengganggunya. Ku lihat lagi ke belakang dan terlihat ibu masih sibuk memasak, tiba tiba datang 1 pesan dari nomor asing dengan 4 angka belakang 4155, “Koq kayanya gw tau ya ini nomor siapa.” Kemudian ku baca pesannya, “Terima kasih ya sayang, puas banget barusan di hotel, apalagi liat kamu kesiksa hahaha siap siap ya lain kali bakalan ku siksa lebih lagi hahaha inget sayang, kalau aku suruh kamu harus selalu ready dan harus selalu nurut.”
“Anjir maksudnya apaan giniin ibu gw!!” Tentu saja aku kepanasan melihatnya, lalu ke ambil ponselku dan berniat untuk menelepon orang yang mengirimkan pesan kurang ajar tersebut. Baru saja memasukan nomornya tiba tiba terdengar langkah kaki ibu yang datang dengan membawa sepiring nasi goreng, “Sudah jadii.” Dengan panik segera ku simpan kembali ponsel ibu namun sialnya aku lupa mematikan ponselku sendiri sehingga tidak sengaja tertekan tombol CALL. Ibu pun tiba dan memberikan sepiring nasi goreng dan aku pun menaruh ponselku tanpa melihat layarnya, “Terima kasih ibu ku sayang.” Lalu ibu duduk disampingku dengan nasi goreng bikinannya, dan tiba tiba terdengar suara seseorang yang terdengar sangat kecil namun jelas, “halo? halo?”
“Itu loh hp kamu nyala nak.” Kata ibu sambil melihat ke ponselku, ku lihat layar ponselnya dan terlihat Ilham sedang berada di jalur telepon. “Apaan?” Tanyaku singkat. “Lah lu yang apaan?”
“owalah kayanya keteken deh pas tadi gw buka WA, soalnya lu ga bales pesan gw sih hehehe.” Kataku sambil menggodanya. “emmhh.. anu.. gw.. gw kan sibuk jadi ga ada waktu.” Aku pun kembali menggodanya, “Iya deh yang punya pacar baru hehehe nanti kenalin ya, btw gw makan dulu keburu dingin, sorry kayanya ga sengaja ketekan WA nya.”
“Okay.” Jawab dia singkat. Aku pun mematikan ponselku dan baru sadar kalau ini bukan panggilan WA, ku tekan tombol end dan sudah ada di aplikasi telepon, “Loh nomor yang tadi gw masukin kemana? koq ilang.” Lama aku mengutak atik ponselku dan akhirnya aku sadar kalau nomor yang tadi mengirimkan pesan kurang ajar pada ibuku adalah nomor ilham. Tentu saja aku langsung emosi dan langsung berdiri. “Mau kemana? Habiskan dulu mumpung masih anget.” Tanya ibuku sambil menyantap nasi gorengnya.
“Bu pinjem hp ibu dulu.” Awalnya ibu menolaknya namun aku memaksanya dan ku buka pesan kurang ajar tersebut dan menekan nomornya di ponselku, benar saja, ternyata nomor dengan belakang ‘4155’ adalah nomor Ilham. “Ada apa sih? Sudah siniin, urusan orang tua kamu ga perlu tau.” Lalu saat ibu mau merebut ponselnya, ku tarik tanganku menjauhinya dan melihat galeri ponselnya, ku lihat properties foto kontol itu dan ternyata dikirim tadi pagi. “ibu ini apa maksudnya!?” Ku tanyakan pesan tersebut dengan suara pelan namun dengan penekanan tinggi, lalu ku perlihatkan juga properties foto kontol itu dan berkata, “Bisa ibu liat sendiri kalau fotonya baru dikirim tadi pagi!?” Ibu terlihat panik, bingung, dan ketakutan melihat aku mengetahui kenyataannya. “a.. anu bisa ibu jelasin nak.. i.. itu cuma iseng doang nak, mungkin.. salah kirim.” Jawab ibu sambil gemetar ketakutan; satu, karena ibu takut dilaporkan pada ayah, dua, karena dia takut aku menghajar ilham. “Kalau iseng atau salah kirim ya ga mungkin kaya gitu, bu, apalagi sampe bilang hotel, asal ibu tau ya, tadi aku ke mall **** juga dan liat mobil ibu terparkir disana, sekarang aku yakin kalau ibu sama ilham pasti gituan di hotel atas mall itu kan? ngaku bu.” Ibu yang panik lalu membela dirinya, “Tolong nak jangan laporin ayah kamu.”
“Ibu kenapa sih? kemarin ribut besar tapi sekarang malah gini lagi, emang kayanya ibu udah ga sayang lagi sama keluarga ibu.” Kemudian aku pun mengeluarkan ponselku dan berniat melaporkan pada ayah sekaligus menghardik Ilham. “Jangan sayang tolong, ibu masih sayang keluarga koq, sayang banget, bukan maksud ibu buat selingkuh, gini deh, ibu kasih apa yang kamu mau, tapi tolong jadikan ini rahasia diantara kita.” Ibu memohon, mengiba, dengan tatapan nanar mata sayunya, tentu sebagai anak aku tidak tahan melihat ibu sendiri seperti itu. Lalu aku pun menyuruhnya untuk menjelaskan kenapa dirinya sampai tega selingkuh. “ibu sebenarnya masih sayang sama ayah.. cuma.. ibu ga puas aja sama ayah..”
“Ga puas kenapa bu? kan ayah udah kasih segalanya buat ibu? kurang apa lagi?? Apa karena kejadian itu ibu jadi mau bales dendam?” Tanyaku dengan nada tegas. “Kamu ga ngerti nak, bukan itu masalahnya, asal kamu tau, bukan cuma harta dan perhatian aja yang perempuan itu butuhkan…” Kemudian aku menekan ibu untuk mengutarakan kebenarannya, lalu ibu memintaku menyerahkan ponselnya untuk menunjukan apa yang membuatnya sampai selingkuh, aku pun memberikan ponsel itu dan ibu langsung membuka galeri ponselnya. Tapi setelah itu beliau langsung menyembunyikan ponselnya dulu untuk bertanya, “Tapi janji, ini diantara kita berdua?”
“Iya iya janji.” Ibu lalu mengacungkan kelingkingnya sambil berkata, “Janji dulu. Soalnya ibu malu? Sama kakakmu aja ibu ga berani cerita.”
“Jan-Ji!” Kataku dan kita pun langsung melakukan janji kelingking. “Lagian ibu kenapa malu, orang aku udah liat koq foto kelamin di hp ibu.” ibu terkejut, “Kamu liat liat hp ibu pas masak ya? dasar iseng, terus gimana menurutmu foto kelamin itu?”
“Ya besar bu, panjang dan mulus, kenapa gitu?” Jawabku dengan nada malas.
“Sekarang kamu liat kelamin ayahmu nak.” Ibu lalu membalikan ponselnya dan menunjukan dimana memperlihatkan setengah badan ibu (sampai bahu bagian bawah) sedang tiduran di samping pinggul ayah dan sedang selfie sambil mencengkram kontolnya. Jujur saja aku hampir tertawa melihat ukurannya, dilihat dari ukurannya kontol tersebut nampak sudah tegak berdiri namun hanya sepanjang genggaman tangan ibu saja dengan kepala kontol yang menyeruak keluar tangan. “tuh liat, sekarang tau kan kenapa ibu selingkuh? iya ibu akuin ibu memang salah tapi coba aja kamu bayangkan kalau di posisi ibu kaya gimana, nih liat masa cuma segini ukurannya, makanya ibu selingkuh..” Kata ibu mencari pembenaran. Tidak kusangka ternyata masalahnya hanya soal perkontolan, lalu aku pun menjawab, “Ya tetep aja salah bu, kan ada dildo atau alat bantu lainnya, bisa kesitu, ga harus selingkuh, apalagi sama temen masa kecilku.”
“Maafin ibu ya sayang.” Balas beliau sambil tersenyum dan menaruh tangan dinginnya di atas telapak tanganku. “Sebagai gantinya, apapun yang kamu mau pasti ibu kasih, sebutin aja, mobil? motor? hp? atau action figure?” Tentu saja semua itu sanggup ku beli sendiri dengan penghasilan bulanan ku, “Karena aku penasaran, aku pengen liat apa yang ibu lakukan sama ilham barusan.”
“Okey ibu liatin tapi kamu janji ini rahasia kita ya, kebetulan belum ibu pisahin dari galeri kamera.” Ibu kemudian menyalakan kembali ponselnya dan memperlihatkan galeri kameranya. Terlihat video dimana ibu sedang berdiri di salah satu gedung kosong yang tampak masih dalam tahap pembangunan namun entah berada dimana, kemudian setelah musik mengalun terlihat tubuh ibu yang mulai bergoyang sambil menyentuh kancing kebaya, “eh eh eh.. yang ini jangan dilihat nanti kamu ngiler.” Lalu men-slide video tersebut.
“loh? Koq gitu? Emang itu apaan!?” Tanyaku dengan tegas. “anu.. emmh.. aduh gimana ya.. i..ibu malu.. itu ibu lagii.. eemmh.. strip.. striptease sayang.” Aku melotot mendengarnya, “Di tempat terbuka bu? Sampe bugil?” Dengan malu malu ibu mengangguk pelan, kontan saja aku langsung marah dan kepanasan ingin sekali ku marahi ilham karena melakukan itu, bisa bisanya ibu melakukan hal itu. Melihat aku yang sudah emosi dan mencengkram ponselku sendiri, ibu pun langsung panik dan berkata “ii.. ibu kasih liat videonya buat kamu ya sayang.. tapi jangan marah lagi.”
“Okay sekarang puterin!” Perintahku yang langsung dituruti ibu. Video itu pun kembali berputar dan memperlihatkan ibu bergoyang melenggok mengikuti irama musik yang diputarkan melalui ponsel Ilham, ibu pun memainkan kancing kebayanya sampai akhirnya melepaskannya satu persatu. Ketika seluruh kancing terlepas, aku kaget melihat ibu mengenakan kemben berwarna hitam yang terlihat sangat ketat, bagian dadanya pun terlihat sedikit mencuat dan terasa sesak ku lihat, “itu emang ga sesak bu? Kayanya ketat banget?”
“Ya awalnya sesak cuma lama kelamaan ya biasa.” Kemudian video itu pun berlanjut dengan ibu yang melepaskan kebayanya dan melemparkannya ke sembarang tempat, dengan posisi seperti sekarang tentu ibu tidak bisa goyang sambil melepas kemben sehingga terpaksa dia menghentikan goyangannya dulu untuk melepaskan kaitan satu persatu. Ketika kemben itu terlepas dan jatuh ke atas tanah, aku melotot tidak percaya dengan yang aku lihat, toket ibu benar benar besar dan bulat, jauh berbeda dengan tubuhnya yang kecil dan imut. Disitulah rasa emosiku berubah jadi birahi, “hoki banget anjir si ilham bisa lihat langsung.” pikirku sambil menatap tajam ke arah ponsel. Ibu pun kini terlihat bergoyang topless dengan hanya mengenakan kerudung dan kain batiknya saja, beberapa saat kemudian ibu akhirnya melepaskan kaitan di kain batiknya lalu membiarkannya jatuh begitu saja sambil terus menggoyangkan tubuhnya. Perlahan namun pasti akhirnya seluruh kain batik itu terjatuh, kini bisa kulihat ibu yang hanya mengenakan kerudung dan celana dalam merah muda bergoyang di tempat terbuka, tak seharusnya aku melihat pemandangan ini apalagi sampai terangsang hebat hanya karena melihat toket besar ibu yang bergoyang kesana kemari, apalagi ketika kedua kaki dan tangan ibu yang kini terbuat dari alat prostetiknya menari bertelanjang dada dengan masih mengenakan kerudungnya. Seharusnya aku merasa iba atau bahkan marah melihat ibu dipermalukan, namun tidak, yang ada justru aku malah terangsang hebat.
Meski sekarang ibu sudah tidak memiliki kaki dan tangan utuh namun melihat paha mulus dan tubuh putihnya membuat siapa saja ingin menyentuh dan merasakannya termasuk aku, anaknya keduanya sendiri, kini di tubuh ibu hanya tersisa 2 kain saja, kerudung dan celana dalam merah mudanya. Lalu tiba tiba kamera mendekati ibu lalu bergoyang tak tentu arah dan tidak fokus kesana kemari. Setelah itu kamera pun akhirnya fokus namun kini dengan posisi selfie, terlihat ibu sedang ciuman mesra dengan ilham, awalnya Ilham hanya merangkul ibu namun kini kedua tangannya meremas bongkahan toket besar ibu, gilanya aku malah sange melihat ibu selingkuh dengan teman masa kecil ku sendiri. Apalagi lidah mereka saling menari dan berpagutan menandakan kalau keduanya sedang birahi. Puas meremas kedua gunung ibu, salah satu tangan ilham pun turun dan memasuki celana dalam ibu, terlihat dari sikutnya bagaimana tangan ilham yang mengocok naik turun mengobok obok memek ibu, suara decakannya tangannya saja sangat terdengar jelas di kamera. Aku benar benar tidak tahan melihatnya, kemudian aku menekan layar dan menghentikan video tersebut, aku berdiri lalu menarik ibu untuk berdiri juga. “Ngapain sayang?” Tanyanya kebingungan. Lalu setelah berdiri ku singkirkan kursi ibu dan langsung menggendongnya, “eh tunggu tunggu tunggu.. ibu mau dibawa kemana?” Tidak ku jawab dan langsung membawanya lari ke kamarku, ku buka pintu kamar lalu ku bantingkan ibu ke atas kasurku, dengan cepat kututup dan ku kunci pintu kamar lalu langsung menindih tubuh ibu. “Emmhh!! Eemmhh!!” ibu memberontak dan melawan saat aku memaksanya untuk ciuman. Saking tidak kuatnya, aku bahkan memainkan lidahku di bibir ibu yang terus menutup rapat. Sluurpp.. Sluurpp.. Puahh.. “Kenapa bu? Sama ilham dibales sama aku koq ngelawan? Malah diem doang.”
“Ga gini caranya sayang, lagian aku ibu kandungmu sendiri.”
“Halah bacot.” Jawabku yang sudah tidak tahan lagi, kemudian kembali kutindih tubuh ibu dan kembali memaksanya ciuman. “Eemmhh!!” ibu tetap menutup dan memberontak saat ku paksakan lidah ini masuk ke dalam mulut mungilnya. Hingga akhirnya aku pun tidak tahan dan ku cengkram rahang ibu sampai terbuka lalu berkata, “Dasar ibu lonte! Doyan kontol! Sekarang balas ciuman aku atau aku lapor sama ayah!?” tanpa sadar aku pun terpaksa mengancamnya. Setelah ibu terdiam ku cium lagi bibir ibu dan mengajaknya untuk ciuman, akhirnya ibu membalas juga ciumanku, walaupun pelan namun kini ada pembalasan darinya, aku lalu mengeluarkan lidahku dan mencoba menari di dalam mulut ibu. Aku sangat senang ketika ibu mau membalas dan menyambut lidahku, walau terlihat terpaksa namun ibu tetap berusaha menikmatinya. Sluurpp.. Sluurpp.. Puahh.. “oh ibu aku pengen ngerasain jadi ilham, boleh kan bu?” Pintaku dengan nada manja sambil memelas kepadanya. Tidak tega melihatku yang sangat birahi dan terlihat tidak tahan, akhirnya ibu pun mengangguk pelan sambil berkata, “ya udah tapi ini pertama dan terakhir kalinya.” Saat aku bersorak kesenangan, ibu pun tersenyum namun memalingkan pandangannya ke samping, aku yang sudah sangat tidak tahan kemudian mengabai kan ibu yang memalingkan wajahnya dan mulai melepaskan kancingnya satu persatu.
TOKOH SAAT INI: Nina, agus, Fahmi, Farhan, Siska, Sinta, ilham