Sang Pejantan

Sang Pejantan

Para Suhu, Sesepuh, dan agan sekalian, penulis baru ini mau nitip satu karya, mohon bimbingannya kalau masih banyak kesalahan.

Yang suka monggo si baca, yang tidak suka ya di skip Wuehehehe….

PART 01.

Genap dua bulan sudah aku bekerja menjadi cleaning service di salah satu kantor yang berlokasi di tengah kota, sekitar 3 kilometer jaraknya dari rumah ku yang berada di pinggiran kota.

Dengan gaji standar UMR di kota tempat tinggal ku, cukuplah untuk mencukupi kebutuhan ku beserta adik ku yang tahun ini akan masuk kuliah semester satu. Sedangkan aku sendiri, sejak tahun lalu lulus SMK, aku telah memutuskan kerja, dan baru kali ini aku mendapat pekerjaan yang penghasilannya lumayan banyak.

Ngoceh terus sampai lupa memperkenalkan diri. Perkenalkan, namaku Aji Suseno, biasa dipanggil Aji, orang asli Jawa yang baru sekali keluar Pulau Jawa waktu liburan ke Bali sebelum dinyatakan lulus SMK. Tahun ini kalau masih diberikan umur panjang, aku akan genap berusia 20 tahun.

Hidup susah sejak kecil membuatku menjadi pria yang tegar dan tidak suka berpangku tangan. Apalagi setelah kematian si Mbok sekitar 3 tahun lalu akibat serangan jantung setelah tahu Bapak kawin lagi dan kabur bersama istri mudanya, aku harus menjadi tulang punggung keluarga. Mencoba menghidupi diri sendiri dan adik ku.

Hari ini setelah seluruh pekerjaan beres dan mulai bersiap pulang, tiba-tiba HP jadul ku bergetar, dan saat aku cek layar HP, ternyata ada notifikasi kalau gaji ku bulan ini sudah di transfer pihak kantor langsung ke rekening bank milik ku.

“Widih, yang baru gajian senyum-senyum lihat layar hapenya.” sapa salah satu wanita yang bekerja di lantai dua.

“Nih Ji bonus lembur kamu, sengaja gak aku transfer biar langsung bisa aku berikan ke kamu.” kata wanita lainnya yang berdiri bersebelahan dengan wanita pertama yang menyapaku, dan sebuah amplop berwarna putih dia sodorkan padaku.

“Lembur apa itu Nin? Jangan-jangan kamu bayar nih si Aji buat nemenin kamu lembur tiap malam?.” tanya Bu Salwa, wanita pertama yang menyapaku. Sedangkan wanita kedua, dia Bos besar di kantor ini, namanya Bu Anin, wanita yang sudah mendulang kesuksesan besar dalam karirnya di usia yang masih sangat muda.

Bu Anin

Bu Salwa sendiri teman dekat Bu Anin, usia mereka gak beda jauh, hanya penampilan saja yang berbeda jauh. Bu Anin orangnya kalem dengan pakaian tertutup dan hijab yang semakin menunjukkan kalau dia bukanlah wanita yang suka mengumbar aurat di depan banyak pria.

Bu Salwa​

Sedangkan Bu Salwa, binor muda ini walau berhijab juga, tapi dia sering menjadi teman berfantasi ku saat menghabiskan sabun di pagi hari. Pakaian kantoran ketat serta rok span panjang yang selalu dia pakai saat di kantor, membuat kedua mata ini sulit teralihkan saat memandangnya.

Namun sore ini Bu Salwa terlihat memakai celana panjang, tapi itu tetap tidak bisa menyembunyikan pantat bulatnya yang selalu membuatku ingin meremasnya.

“Hehehe… Kamu tau kan aku penakut? Kalau gak ditemenin si Aji, mana berani coba aku kerja lembur sampai larut. Nih gedung kantor ada 20 lantai, malam-malam gelap sendirian, bisa-bisa mati berdiri aku Wa.” ungkap Bu Anin.

“Tapi kamu benar-benar kerja lembur kan Nin? Awas saja kamu malah main gila sama tuh si Aji! Dia masih polos, jangan di rusak dulu kepolosannya.” kata Bu Salwa yang di sambut pukulan ringan tangan Bu Anin ke punggungnya.

“Ngaco! Dah lah, yuk balik! Kamu juga buruan pulang, malam ini sampai satu minggu ke depan aku gak lembur.” kata Bu Anin sambil menyeret Bu Salwa pergi bersamanya.

“Dasar wanita, aku cuma bisa bengong karena gak ngerti.” gumam ku lalu aku segera pergi ke parkiran untuk mengambil sepeda tua yang setiap hari menemaniku berangkat dan pulang kerja.

Sebenarnya aku punya sedikit tabungan untuk membeli motor bekas, tapi sayang saja digunakan beli motor kalau sepeda ini masih bisa digunakan. Daripada buat beli motor, lebih baik baik uangnya aku tabung untuk persiapan keperluan kuliah adikku. Sekalipun dia mendapatkan beasiswa karena otak encer nya, tetap saja banyak keperluannya yang nanti harus aku penuhi.

Lima belas menit mengayuh sepeda, akhirnya aku sampai di rumah dan langsung di sambut wanita imut bernama Reni, teman adikku dari kecil. Adikku sendiri bernama Ayana, dan kata Reni adikku sedang ke warung beli pecel lele, maklum hari ini dia gak sempat masak soalnya sibuk ngurusin kuliahnya.

“Makin mulus aja tuh paha.” kataku sambil melirik sekilas paha mulus Reni yang tak tertutupi rok pendeknya.

“Namanya juga dagangan, gak mulus gak laku.” balasnya.

“Emang di jual? Berapa tuh harganya kalo di jual?.” kataku sambil duduk berhadapan dengannya, tapi ada meja kecil yang membatasi kami.

“Yeee, bukan dagangan terus di jual seperti itu Bang. Maksud Reni, ini tuh dagangan, kalau mau beli ya harus di nikahin dulu, bayar mahar ijab qobul, baru boleh diambil hak milik.” katanya menjelaskan.

“Kalau dilihat gak harus beli kan Ren?.”

“Idih, jangan lihat-lihat! Ntar Bang Aji nafsu aku juga yang repot.”

“Dari tadi juga udah nafsu, salah siapa juga mamerin paha mulus di depan cowok normal. Kalau nekat, udah aku perkosa dari tadi kamu Ren.” kataku lalu aku berjalan ke arah kamar mandi untuk buang air kecil.

“Mau dong di perkosa abang ganteng.” kata Reni yang tiba-tiba masuk ke kamar mandi yang kebetulan pintunya lupa aku kunci.

“Hus… Hus… Keluar! Ketahuan Ayana bisa bahaya.” kataku sambil mencuci kepala kontolku.

Clik…
Suara pintu kamar mandi terkunci, dan tiba-tiba saja sudah ada wanita cantik jongkok di depanku.

“Bang, memek Reni gatel, minta di garuk.” katanya manja sambil menarik turun celanaku.

“Baru juga kemarin aku kasih jatah, udah gatel lagi aja tu memek. Belum pulang juga pacar kamu?.” kataku sambil teringat persetubuhan panas ku dengannya di kamar mandi ini kemarin sore.

“Udah pulang Bang orangnya, tadi juga udah di crotin tiga kali, tapi punya dia tuh kecil, gak segede ini.” Reni menyentuh kontolku.

“Uhhh….” rasa geli geli nikmat segera aku rasakan saat tangan mungil Reni mulai menggelitiki lubang kencing ku.

“Sebulan penuh di masuki kontol segede ini bisa lower memekku.” katanya sambil terus menggunakan jari-jari lentiknya menggelitiki lubang kencing ku, dan tanpa jijik dia mulai menjilati kepala kontolku.

“Bang Aji sudah lama pulang?.” baru juga Reni masukin kepala kontolku ke dalam mulutnya, dari arah luar kamar mandi aku mendengar suara Ayana yang sepertinya baru pulang dari warung.

“Ba…baru nyampek Na, ini buru-buru ke kamar mandi, kebelet.” jawabku dengan suara sedikit tergagap karena di bawah sana Reni masih saja melanjutkan aktifitasnya menjilati dan mengulum kepala kontolku tanpa peduli dengan keberadaan Ayana.

“Si Reni udah pulang ya Bang kok gak ada?.” tanya Ayana yang sepertinya sedang menyiapkan makanan yang baru dia beli.

“Ehmm, gak tau Na, tadi waktu Abang sampai gak ada tuh si Reni di rumah kita.” jawabku sambil memandang Reni yang dengan nakalnya terus menjilati kepala kontolku sambil mengocok lembut batang kontolku yang semakin menegang.

“Udah pulang mungkin tuh anak. Ya udah Bang, aku mau balik ke warung dulu, kelupaan beli gula.” kata Ayana lalu aku mendengar suara langkahnya menjauh.

“Hampir saja.” aku mengelus dadaku, lalu dengan sedikit memaksa aku menarik Reni berdiri.

“Di kamarku lebih aman.” kataku padanya, dan tanpa memasukkan kontoku yang sudah tegang, aku segera keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju kamar bersama Reni yang tangan kirinya tak mau lepas dari mainannya.

Di dalam kamar aku langsung duduk selonjoran di atas kasur tanpa ranjang yang sudah tiga kali menjadi saksi bagaimana aku membuat Reni ketagihan dengan kontol besar ku. Sebenarnya bukan hanya Reni, tapi ada dua wanita lainnya yang pernah aku bawa ke kamar ini, dan salah satunya adalah wanita yang telah berhasil mengambil keperjakaanku.

“Bang bibir Reni kering, basahin dong.” katanya manja sambil duduk di atas pangkuan ku.

Mendengar itu dengan cepat aku dekati wajahnya dan langsung saja aku melumat bibir tipis milik Reni.

“Emmmmmhh, hmmmm!.” hanya terdengar gumaman tidak jelas saat aku terus melumat bibir tipisnya.

Tangan ku dan tangan Reni tak tinggal diam. Kedua tanganku dengan gemas meremas payudara milik Reni yang berukuran sedang tapi sangat pas di genggaman. Sedangkan batang kontolku, saat ini telah menjadi mainan kedua tangan Reni yang terus mengocok nya.

Reni tiba-tiba melepas ciuman ku, lalu dia melirik ke bawah. “Udah gak tahan ya Bang Aji?.”

Aku menjawab pertanyaannya hanya dengan sebuah anggukkan kepala, lalu tanpa meminta izin sama pemiliknya aku begitu saja membuka kaos oblong berwarna hitam yang dia pakai, dan dengan sedikit memeluk tubuhnya, aku mencoba melepas kaitan branya.

Saat aku mencoba melepas kaitan branya, aku mulai menciumi area leher dan menjilati area di sekitaran telinganya.

“Oooooomm aaaahhh… sssshhh…. mmmm…” suara desahan Reni terdengar saat aku menjilati daun telinganya.

Mendengar desahannya membuatku semakin terangsang dan dengan sedikit kasar aku membuang bra miliknya sembarangan, dan setelahnya langsung saja aku meremas dua gundukan payudaranya yang bulat dan kenyal.

“Oouh… Baang… teruusss… shhhhh… ahhhh…” katanya sambil bergelinjang geli campur nikmat.

Tiba tiba badanku didorong sampai jatuh terlentang, lalu dia sedikit turun dari pangkuanku dan dengan cepat kedua tangannya meraih kontolku, dan mengarahkannya ke lubang mulutnya. Dalam sekejap setengah batang kontolku sudah masuk dalam mulutnya yg terlihat di penuhi batang kontolku.

“Ooooohhh… shhh… mmmm…. ennnnakkk Ren… ahhhh…” gantian aku yg mendesah.

Reni terus mengocok batang kontolku dengan tangan kanannya, dan dia mengulum kepala kontolku dengan mulutnya.

Sekitar 5 menit dia melakukan blowjob pada kontolku. Aku yang hampir saja tak bisa menahan kenikmatan yang dia berikan, dengan cepat aku menghentikannya, lalu aku berganti posisi dengannya.

Sekarang aku berada di atas, dan dengan lembut aku mulai merenggangkan kedua belah kakinya serta lalu menarik turun rok yang dia pakai, melihat tak adanya CD yang menutupi memeknya, langsung saja aku sergap belahan memeknya yang merah merekah serta cukup tembem.

Kujilati permukaan memeknya dengan rakus, sambil sesekali aku mempermainkan klitorisnya. Reni pun menggelinjang tak karuan di atas tempat tidur ku karena tak kuasa menahan nikmat dari apa yang aku lakukan pada memek tembemnya.

Baru beberapa detik aku mempermainkan memeknya, tiba-tiba dia seperti kejang, dan bersamaan dengan itu aku melihat memeknya berkedut-kedut.

“Baaang… Re..reni… Aaaaaaaaaahhhhhhhh… Baaaaangg…ngggg…ssshhhhh…….” teriaknya, lalu terasa ada cairan hangat membasahi lidahku yang terus menjilati memek tembem tanpa jembut milik Reni.

Melihat memeknya yang licin, aku tak membuang-buang waktu langsung saja aku masukkan kontolku ke dalam lubang memeknya.

Licin, sempit, dan akhirnya seluruh kontolku tertelan seluruhnya ke dalam lubang berlendir milik Reni.

Tanpa memberinya jeda waktu setelah mendapatkan orgasmenya, aku langsung saja menggenjot memeknya dengan kecepatan tinggi.

“Plok… Plok… Plok… Plok… Plok…” suara penis dan memek yang saling beradu semakin menambah sensasi dan fantasi seks ku dengan Reni, teman adikku.

Lima menit aku genjot memeknya dengan gaya misionaris, karena bosan, tanpa menarik keluar kontolku yang bersarang di lubang memek Reni, perlahan aku membalik tubuh Reni dan menyuruhnya nungging.

Begitu posisi sudah pas, kembali aku genjot keluar masuk kontolku di lubang memek Reni yang semakin basah dan berlendir.

“Aaaahhhh… ahhhh… aaaahhhh… ooohh… mmmmhhh… uaaahhhh… ssshhhhh… eeenaak Baaang…” katanya.

Mendengar suara langkah kaki, aku tahu kalau adikku sudah pulang, dan kondisi tidak aman kalau aku tidak segera menyelesaikan hajat ku dengan Reni.

Terus menggempur memek Reni dengan kecepatan tinggi, lima menit berlalu dan aku merasa spermaku sudah ingin menyembur keluar.

Reni yang sepertinya juga mau dapat orgasme keduanya, dengan liar dia menggoyangkan pantatnya dan mengejar kenikmatannya.

“Baang…. aaku mauuu keluar… aahhhhh.” racau Reni sambil mendesah, tapi mulutnya segera aku bungkam dengan tangan kanan ku.

“Aaaaah… tahan dulu Ren, aku sebentar lagi…” kataku dengan suara lirih.

Terus aku sodok kan kontolku ke lubang memek Reni dengan kecepatan tinggi, dan bersamaan dengan lubang memek Reni yang mencengkeram dengan erat kontolku yang berada di dalamnya, aku menghujamkan kontolku lebih dalam ke lubang memeknya.

“Ahmm… Croott… Croott… Croott… Croott…” aku menahan desahanku saat soermaku menyembur keluar di dalam memek Reni.

Reni yang juga baru mendapatkan orgasmenya, dia jatuh tengkurap di atas kasur, dan dengan kontol masih menancap di memeknya aku jatuh menindih Reni.

“Bang, masih tegang tuh….” kata Reni yang memeknya masih tersumpal kontol tegang walau udah ngecor.

“Tau sendiri kan kalau itu tidak cukup satu kali? Tapi Ayana sudah pulang, lain kali saja kita lanjutkan.” balas ku dengan suara lirih.

“Hihihihi… Lanjut juga gak apa-apa Bang, aku bakal diem…”

Baru juga Reni selesai berkata, aku mendengar suara langkah kaki mendekati kamarku. “Bang jangan tidur, udah mau maghrib.” teriak Ayana dari luar kamarku lalu dia berjalan menjauh.

“Lain kali kita lanjutin.” kataku, lalu aku bangkit dan menarik keluar kontolku dari lubang memek Reni.

Plop….

Bunyi saat kontolku yang masih tegang berhasil keluar dari lubang memek Reni.

Cairan spermaku yang bercampur dengan cairan orgasme Reni mengalir keluar dari lubang memeknya setelah kontolku aku tarik keluar.

“Bang, bangunin aku kalau Aya pergi solat berjamaah ke masjid…” kata Reni yang tidur dalam posisi tengkurap di kasur ku, dan parahnya dia tidur dalam keadaan telanjang bulat dengan lubang memek tembemnya yang sedikit merekah setelah aku hajar pakai kontolku.

Aku membiarkan Reni tertidur dan setelah membersihkan kontolku dari cairan memek Reni, aku segera memakai celana pendek dan aku sengaja tidak memakai CD.

Berjalan keluar kamar, tak lupa aku mengunci pintu kamar dari luar, takutnya kalau gak aku kunci, tiba-tiba saja Ayana masuk ke kamar ku kan jadi gawat.

Pergi ke dapur, aku mendengar suara gemericik air dari arah kamar mandi yang menandakan kalau adik kecilku yang sudah tumbuh besar sedang membersihkan dirinya.

Karena belum lapar, aku memilih membuat teh hangat dan setelahnya aku duduk di teras depan rumah sambil menikmati suasana sore yang cukup tenang.

Waktu melihat jalanan di depan rumah, tak sengaja mataku melihat seorang wanita melintas di depan rumahku, dan entah ada angin apa, tiba-tiba saja wanita itu menoleh dan tersenyum saat memandang ke arahku.

“Dari mana Mbak?.” sapa ku pada wanita itu yang tak lain adalah Ratih, tetangga di samping rumahku, anak kuliahan yang usianya dua tahun lebih tua dari ku.

“Ini dari warung beli kopi pesanan Abah.” jawabnya sambil berjalan ke arah ku. “Reni gak di sini ya Ji?.” tanyanya padaku.

Ratih ini kakaknya Reni, jadi wajar kalau dia menanyakan adiknya. “Tadi di sini, tapi sekarang gak tau kemana tuh anak mbak.” kataku dan tentu aku berbohong, ya kali aku jawab adiknya ada di kamarku baru aku genjot. Bisa-bisa langsung geger nih kampung.

“Tuh anak kerjanya kelayapan mulu, udah mau maghrib juga….” dumelnya.

“Sabar mbak, mungkin dia lagi main di rumah temannya di ujung gang depan.” kataku.

Ratih menganggukkan kepalanya. “Oh iya Ji, kata si Abah kamu pintar pijat ya? Itu kalau ada waktu nanti malam datang ke rumah pijit mbak! Badan pegal-pegal kuliah lagi banyak tugas.” ungkapnya padaku.

“Ngak pintar-pintar amat, tapi bisalah kalau sekedar pijat-pijat ngilangin pegal, kebetulan juga nanti malang lagi gak ada acara.” balas ku.

“Ya sudah, jam 8 main ke rumah sekalian nemenin mbak. Tuh si abah, Umi, sama Reni mau ke rumah eyang nanti setelah isa’. Aku gak bisa ikut karena besok ada kuliah.” katanya, dan setelah aku menyanggupi untuk datang ke rumahnya nanti jam 8, mbak Ratih pamit pulang karena sayup-sayup sudah terdengar suara adzan maghrib.

“Bang, aku ke masjid dulu!.” pamit adikku yang sudah memakai mukena bagian atas.

Setelah adikku pergi, aku segera membangunkan Reni, dan anak itu segera pulang setelah memakai seluruh pakaiannya. Tapi sebelum pulang dia masih saja sempat melumat bibirku.

“Apa maunya anak ini.” kataku melihat bra milik Reni yang sengaja dia tinggalkan, dan dimana CD nya? Sejak awal dia memang sudah tidak memakainya, dan sepertinya dia tadi memang sengaja tidak memakai CD nya.

°°°

Lanjut gak?….