S T A Y F R E S H
Narrator
“Huftt…”
Malam ini hujan masih saja turun dan deras. Padahal hujan terjadi sejak pukul 3 sore lalu. Namun itu tak membuat acara pameran Desain Industri dari kampusnya sepi pengunjung, apalagi hari ini adalah hari pertama pameran itu digelar. Seluruh mahasiswa yang ikut serta dalam acara tersebut benar-benar memiliki kegiatan yang padat,tergantung divisinya.
Lime,mahasiswi tingkat 2, melamun di stand danus (dana usaha), ia kedapatan giliran menjaga stand beserta dagangannya hingga pukul 8 malam.
“Bagaimana aku bisa pulang ke rumah jika malam ini masih hujan? Mana ada kutemui transportasi kalau lewat jam 7?”
Lime bingung, ia sudah bertanya sana-sini apakah ada temannya yang pulang searah dengan Lime,sehingga ia bisa menumpang. Sebenarnya ada, tapi orang itu memutuskan untuk menginap di tempat ini karena ia bekerja di divisi acara.
“Hah?? Ya kali gue nginep di sini juga, kayak apaan aja dah!” gerutu Lime dalam hati.
Pikirannya masih sibuk mencari solusi saat ia melihat seorang adik tingkat yang mulai berkuliah tahun ini berlari-lari, membawa payung serta kamera.
“Fuse?” terka Lime.
Benar,itu adalah salah satu adik tingkat yang akrab dengannya. Segera ia memanggil Fuse agar ia berteduh di tenda standnya hingga tak perlu berhujan-hujanan seperti itu.
“Fu-Fuse! Fuse!!” Lime melambaikan tangan, mengajak Fuse untuk berteduh.
“Kak Lime!”
Fuse pun menghampiri stand danus yang ditempati Lime, berteduh. Ia membenahi kameranya, memilah-milah hasil jepretan di acara pameran tadi.
“Cuacanya labil sekali ya, Fus?” Lime membuka pembicaraan.
“Iya kak. Bentar-bentar hujan,terus berhenti,terus hujan lagi…”
Lime tersenyum. Ia selalu terkesan jika berbicara dengan Fuse walau hanya sekedar pertanyaan remeh-remeh.
“By the way, dirimu kebagian shift sampai jam berapa, Fus?”
“Hmm…sampai jam 8 sih kak.”
“Ahhh…sama kalau begitu!”
Fuse mengangguk,kemudian mengambil cup plastik,ia mulai mnyeduh kopi yang dijual di stand itu, kemudian membayarnya, memberikan uang itu ke Lime.
“Mau minum kopi,kak?” Fuse menawarkan.
“Ah,silahkan saja..terimakasih…” tolak Lime. Ia bukan type orang yang cocok meminum kopi. Ia akan mengalami masalah pencernaan kalau ia meminum kopi dalam jumlah banyak.
“Oh iya,kalau boleh tau rumahmu dimana?” tanya Lime.
“Rumahku gak jauh dari sini kok,kak~ Naik motor bentar juga sampai,kok!”
Pupus sudah harapan Lime, ia tak mungkin ikut menumpang pulang dengan Fuse karena rumah mereka jelas berbeda arah.
“Kalau kakak, rumahnya dimana?” tanya Fuse.
Lime menjelaskan alamat rumahnya berada,dimana jarak dari rumah ke kampusnya itu sekitar 8 km.
Lime kembali kalut. Percuma saja ia meminta orang tua menjemputnya,pasti ujung-ujungnya akan menyuruh Lime pulang dengan angkot.
Seakan bisa membaca pikiran Lime, Fuse menimpali, “Wah,kalau hujan gini pasti kakak gak akan bisa pulang ke rumah,kan?”
Lime mengangguk pasrah.
“Aku di rumah sendirian kak..”
Lime menatap Fuse. Sepertinya adik tingkatnya ini mulai curhat kembali.
Ya terus? Punya kepentingan apa denganku,nak?
“Kalau kakak gak keberatan.. kakak bisa menginap dulu di rumahku…semalam aja.”
Lime sedikit terperanjat. Ia tak percaya akan ajakan adik tingkatnya itu.
Y-You? How dare you offer me that…..
Wajah Lime memerah. Ia bahkan belum menjawab ajakan Fuse.
“Gimana,kak? Mau gak? Daripada maksain pulang hujan-hujanan?”
Lime mengangguk setuju,dan tersenyum simpul.
“Oke,boleh lah. Makasih ya Fus. Aku akan izin ke orangtuaku dulu.”
Hmm…such a good night.. kapan lagi aku bisa seatap dengan adik yang menggemaskan ini,eh?
Pukul 20.15, berarti sudah 15 menit yang lalu shift mereka berakhir,dan diizinkan pulang.
Kini mereka berdua sudah tiba di kediaman Fuse. Lime memasuki rumah Fuse dengan hati-hati.
Rumah yang sederhana, tapi nyaman. Dan tiba di kamar “studio” Fuse,tempat dimana Fuse mengerjakan tugas-tugas TPB Desainnya.
Sebenernya yang dimaksud “studio” itu adalah loteng di lantai atas,namun sering dibersihkan,lantainya pun terbuat dari keramik yang sepertinya sering di pel sehingga tak berdebu seperti loteng pada umumnya.
Selain tugas-tugas nirmananya, di loteng itu hanya terhampar kasur dan meja kecil berlaci. Kamar pribadi Fuse sendiri terletak di lantai bawah.
“Anggap saja rumah sendiri,kak!”
Lime tersenyum. Lalu ia memutuskan untuk berkeliling di sekitar rumah Fuse, sementara Fuse yang tadinya rebahan sebentar,mulai menyentuh tugas nirmana 3D nya,lalu mengerjakannya.
Setelah puas berkeliling, Lime kembali menemui Fuse di loteng,masih berkutat dengan tugasnya.
Lime mengamati Fuse,beserta tugas nirmananya satu-satu. Kali ini ia mengerjakan tugas nirmana 3D dari selang aquarium. Berniat membantu Fuse,ia mengambil satu contoh nirmana buatan Fuse yang menurutnya bisa dikembangkan menjadi suatu karya nirmana yang baik.
“Fu~ saranku sih ya,kamu bisa mengembangkan yang ini dengan cara begini..”
Lime menjelaskan masukannya,dan untuk memperjelas tindakannya,ia mengambil salah satu alat yang digunakan Fuse. Sejujurnya, alat yang bahkan belum pernah Lime sentuh,apalagi tau fungsi dari alat tersebut.
“Wha-what the hell is that shit..?”
Pikirnya,itu berbentuk solder,namun tak lazim karena semua bagiannya terbuat dari plastik. Namun memancarkan panas,dan yang terpenting,bentuknya itu…sesuatu yang hanya akan dimengerti oleh Lime dan Fuse.
“Oowww ,that shit thing!”
“Seriusan ini apa dah? Solder?” ujar Lime,mencoba berkata wajar.
“Itu loh kak, kalau misalnya kakak fetish sama yang geter-geter—-“
“The Lord! Dari kemarin ni anak ngomongin fetish mulu!!” Lime seolah menghajar Fuse dengan alat yang ternyata adalah pengeriting rambut. Dikibaskannya alat itu ke arah Fuse,namun tak sampai mengenainya.
“Whoaaa,hati-hati kak! Panas itu!”
“Huh,benarkah? Kan gak nyala?” ujar Lime,setelah mengetes ujung alat tersebut terlebih dahulu. Kemudian ia mulai memencet tombol ON.
“Ini pasti alat untuk mengatur kecepatan hehehehehe” canda Lime, kini giliran ia yang berbicara ngawur.
“Nah loh kakak Lime tau yang aneh-aneh ya..”
“Emangnya maksud gue apaan oi? Hahaha masih bocah gak akan ngerti~!” goda Lime. Lalu ia menyalakan tombol ON.
Alat itu bergetar hebat.
“Anjiirrrrrr!!” Lime kaget,ia nyaris melempar alat itu.
“Wkwkwkwk kakak barutau kalau tuh alat emang geter-geter?”
“Srsly…that thing tho…………” Lime menatap alat itu,mengecek tombolnya satu-persatu.
“Hahaha,dulu temen SMA ku ada yang pernah beli kayak gituan~” cerita Fuse.
“Eh,benarkah? Yang kayak gini,sama persis??” ujar Lime. “Kalau sama persis, ya wajar sih, kan mau ngeritingin rambut?”
Fuse hanya tersenyum. Saat itu Lime menyadari, ada yang salah dari cerita Fuse.
“Heh,maksudmu yang kayak gitu yang mana nihh??? Jangan-jangan vibrator lagi?!” ujar Lime,bersiap melempar alat pengeriting yang masih bergetar itu ke Fuse.
Fuse hanya tertawa,melihat ekspresi Lime yang memerah merona.
“Aneh-aneh aja!” ujar Lime,pura-pura cemberut.
“Hehe..emangnya aku gak tau yang aneh-aneh yang kayak gitu,kak?” bisik Fuse,menggoda Lime.
Khu…entah mengapa kok aku gemetaran…
Lime terkekeh-kekeh,sejujurnya ia juga menikmati dirty jokes serampangan begini.
“K-kau membuatku merinding, menjauh dariku!” ujar Lime,berpura-pura mengusir Fuse.
“Merinding kenapa hayooo…” goda Fuse,semakin menjadi-jadi. Lime tak menjawab, malah menundukkan wajah.
“Kakak pasti suka yang warna ungu kan?” pertanyaan Fuse semakin ngawur dan tidak penting.
“Duh..apa maksudnya sih,dik…” Lime semakin menundukkan wajahnya,menyembunyikan raut wajahnya yang merah merona.
“Atau warna pink yang bulat itu,kak? Hehe…” goda Fuse.
Tanpa sadar, Lime yang mendadak grogi dan mencoba mengendalikan diri dengan menggenggam kuat ujung alat pengeriting yang masih menyala dan mulai memancarkan panasnya,dan panas dari alat itu mengenai tangan Lime,hingga ia tersentak dan melontarkan alat tersebut.
“Kyaaaa!!! Panass!!!!”
Lime meringis kesakitan,tangan kanannya memerah terkena panas. Fuse pun kaget, ia segera memegangi tangan Lime,namun tak lupa juga mengambil alat pengeriting tersebut dan mematikannya.
“Kubilang juga apa,kak. Panas~”
“Uggh..panas..” Lime masih meringis, dan akan mengaliri tangannya dengan air saat kedua tangannya itu dipegang oleh Fuse,seolah menahannya.
“Sini kak,mana yang sakit?” Fuse memperhatikan tangan Lime dengan seksama. Pada jemari yang memerah akibat kepanasan, ia mengelus-elus jemari itu,sembari meniupnya lembut.
Sejujurnya Lime sangat senang dengan perlakuan lembut adik tingkatnya itu. Namun ia juga merasa tak enak dengannya,maka Lime izin ingin ke toilet untuk mengaliri tangannya dengan air.
“Fuse…tak apa..biar ku basahi aja..“
Fuse masih belum mau melepaskannya. Ia bahkan menggenggam tangan kanan Lime erat, dan mulai menempelkan jemari Lime ke mulutnya. Mengulum jemari itu satu persatu dengan lembut. Sensasi dingin dari dalam mulut Fuse yang sedikit demi sedikit meredakan efek panas di jemari itu.
“Mhhh…mhhh…”
“F-Fuse!”
Mulut Lime ternganga, ia terperanjat. Wajahnya memerah sangat seketika. Tak bisa dipungkiri, Lime tak bisa menolak sensasi nikmat dari jari yang menjalar ke tubuhnya. Nafasnya mulai memberat,menahan hasratnya yang mulai menyala.
“Ehh…F-Fu…”
Badan Lime gemetaran menahan nafsu itu. Apalagi selagi jemarinya dijamah oleh mulut Fuse, pergelangan tangan kanannya ditahan oleh dua tangan Fuse. Telapak tangannya menempel pada dagu Fuse.
Dengan lidahnya Fuse memilin jemari Lime, memberikan sensasi sejuk nan nikmat. Lime ingin membalasnya juga,maka ia menggerakkan jarinya bermain dengan lidah Fuse, kadang menyodoknya lembut maju mundur,atau menjimpit lidah dengan jari telunjuk dan jari tengah.
“Umhhh..mmhh…slrrpss…”
Dan akhirnya Fuse melepaskan kulumannya, namun kini ia mengarahkan jemari Lime yang telah ia jamah ke mulut kakak tingkatnya itu,menempelkan jari telunjuknya pada bibirnya.
Lime sempat kebingungan dengan tindakan Fuse,akan tetapi ia juga segera menyadari bahwa jarak antara wajahnya dengan wajah Fuse adalah bahkan ujung hidung mereka sudah menempel. Fuse segera menyingkarkan jari telunjuk itu dari bibir Lime,dan menggantinya dengan bibirnya.
“Mhhhhnn….”
Dengan bibir bergetar luar biasa, Lime membalas ciuman adik tingkat yang sudah lama ia idamkan selama ini. Ia membuka mulutnya, mengulum lembut kedua bibir adik tingkatnya dengan tumpahan kasih sayang yang menggebu-gebu.
Fuse mendekap kepala Lime, agar ciuman mereka semakin dalam. Lime membalasnya dengan memeluk Fuse erat-erat.
Lidah Fuse menerobos masuk ke dalam mulut Lime, memilin-milin lidah yang berada di dalamnya, tak lupa ia mengemut-emut dan menggigit kecil bibir Lime.
Tak mau kalah, Lime menyedot-sedot lidah Fuse seolah ingin lebih lama berada di dalam mulutnya, dan menerobos paksa lidahnya ke dalam mulut Fuse,menjilati langit-langit mulut Fuse.
Ciuman mereka berlangsung ganas, bahkan terdengar nafas yang memburu dan erangan kenikmatan.
“Errgghhh…mnhhh,slerrpss ck….”
Bahkan saliva mereka pun mengaliri dagu,menetes. Pelukan mereka saling erat,bahkan Lime meremas-remas punggung Fuse.
Sembari berciuman,tangan Fuse meraba-raba leher jenjang Lime, kemudian menuju kedua payudaranya yang masih terbungkus sweater ketat berkancing. Fuse membuka kancing sweater itu,dan terlepaslah sweater dari tubuhnya. Gila,ternyata Lime hanya menggunakan BH di balik sweater yang ia kenakan. Dijamahnya kedua payudara ranum berukuran 36D itu oleh Fuse. Diremas-remas lembut, dan menyibak BH yang menutupinya. Memainkan puting susu Lime yang sudah sangat menegang.
“Ugghhhn….hmnn aahh…”
Ciuman mereka pun terlepas. Saliva teruntai dan menetes dari mulut mereka.
“Fuse….ugghnn….” Lime tergetar menahan nafsu.
“Kenapa,kak?” Fuse tersenyum padanya,sambil asyik menjamah kedua payudara Lime.
“Aahhhn….u’re great k-kisser~!”
Senyum Fuse mengembang. Ia senang pengalaman kissingnya dipuji oleh kakak tingkat.
Fuse mendekati leher jenjang Lime, dan mulai menjilatinya lembut. Disedotnya leher itu dengan lembut, dengan bantuan giginya,ia “memijat” leher Lime dengan mulutnya.
“E-eh..mmhh… hh,hahahah …” desah Lime, nikmat bercampur geli.
“Sleeerrpsss..mhhnn….”
Ciuman Fuse berpindah ke arah bawah menuju payudaranya. Kini ia menciumi payudara Lime bergantian,putingnya disedot-sedot lembut seperti bayi yang menyusui hingga mencuat keras dan lebih sensitif.
“Ahhn..oohh….ohhnn..”
Lime membalas perbuatan Fuse dengan memegang bagian selangkangannya,meremas-remas penis Fuse yang ternyata sudah mengeras dan mencetak dibalik celana yang ia kenakan. Lime membuka resleting celana jeans hitam itu dengan perlahan,kemudian menyibak CD yang membungkus penis Fuse, namun malah ditepis olehnya.
“Eh?”
“Diam,kak.” Fuse menyudahi ciumannya pada kedua payudara Lime, kemudian mengunci kedua tangannya dengan selang aquarium yang ternyata sudah diambil Fuse tanpa sepengetahuan Lime. Setelah itu, dia mendorong Lime agar ia tidur telentang. Disibaknya paha kakak tingkatnya itu lebar-lebar, kemudian tangan kirinya menyentuh bagian luar vaginanya yang masih terbungkus celana.
[Bersambung…]