RUMAH KITA
POV GILANG
Jumat, 15 Desember 2023
“Hmm… bukan..” Jawabku berbohong dan ogah-ogahan menerima penelepon dari nomor yang tak dikenal, firasatku menduga ini pasti orang yang mau menawarkan jasa pinjaman online, “Dasar! Ini udah hampir jam 12 malam, ga siang, ga malam…. Orang-orang ini ngeganggu aja, ga tau waktu!” Gumamku dalam hati dan hampir menutup telepon itu.
“Oh maaf.. tapi Bapak mengenal Ibu Winda Aviona?” Kata lelaki yang menelepon dan membuat aku mengurungkan untuk mematikan telepon. Aku mulai mengkhawatirkan sesuatu ketika orang tersebut menyebut nama istriku, perempuan yang baru kunikahi setahun yang lalu.
“Iya…. Ada apa ya?” Tanyaku cepat.
“Kami dari Rumah Sakit Cempaka, Pak… mau mengabarkan kalau Ibu Winda Aviona mengalami kecelakaan…. Sekarang beliau masih ada di IGD dan pihak rumah sakit menunggu keluarga yang datang…” Jawabnya.
DEGGGG!!!
“Baik, saya segera kesana!” Jawabku panik, tak sanggup untuk bertanya lebih lanjut.
Aku hanya sempat pamit pada salah seorang yang ada di ruang tunggu studio, entah siapa…. karena aku benar-benar panik. Segera kulajukan mobil dengan kecepatan tinggi menuju Rumah Sakit Cempaka yang letaknya tak jauh dari rumahku, tapi dari studio rekaman ini jaraknya memang cukup jauh.
Mengapa istriku bisa kecelakaan? Tadi sebelum aku masuk studio sempat video call dengannya dan dia bilang malam ini tidak akan pergi kemana-mana… lagipula dia kecelakaan pakai kendaraan apa? Kami tidak memiliki kendaraan lagi selain mobil yang sedang kupakai ini.
Di perjalanan ini berkelebat tentang kemungkinan terburuk yang akan kuhadapi, aku tak siap… benar-benar tak siap! Waktu 1 tahun pernikahan ini rasanya terlalu singkat untuk sebuah perpisahan… Usia Winda masih terlalu muda untuk ‘pergi’, dia masih 30 tahun.. beda 4 tahun denganku yang di awal bulan kemarin sudah berusia 34 tahun. Kami memang bisa dibilang terlambat menikah jika dilihat dengan usia rata-rata pernikahan di Indonesia.
Winda Aviona, adalah perempuan yang saat ini paling kucintai…. Perjuanganku untuk mendapatkannya bisa dibilang cukup terjal. Bukan karena sulit merebut hatinya, sebab Winda sendiri sudah melabuhkan hatinya sejak awal kita bertemu… tapi permasalahan justru timbul dari pikiranku sendiri, aku mengkhawatirkan penolakan dari pihak keluargaku termasuk seluruh warga negara Indonesia yang rasanya akan memicingkan mata seolah mengolok-olok jika aku memilih Winda sebagai istriku. Ya, benar…. pikiranku ini bukan berlebihan.
Aku bukanlah orang terkenal, aku hanyalah gitaris dari sebuah band yang jenis musiknya tidak mainstream dan sangat segmented. Tapi tidak dengan istriku yang bernama asli Widodari Astuti yang kemudian berubah nama menjadi Winda Aviona setelah ia hijrah ke Jakarta, semua orang tahu siapa dirinya, dia adalah mantan model majalah dewasa, tapi kepopuleran Winda justru bukan karena prestasinya di dunia model… melainkan karena beberapa tahun yang lalu skandal video mesumnya bersama salah seorang pejabat yang telah berkeluarga tersebar ke publik, dia adalah pelakor yang paling dibenci ibu-ibu di segenap penjuru negeri ini!!! Belum lagi ia juga dikenal sebagai selebritis yang sering gonta-ganti pasangan, gaya hidup glamour, dan sangat dekat dengan hiburan malam, satu negeri ini menganggap Winda adalah ‘sampah bekas’, sekalipun semua orang mengakui kalau Winda memiliki kecantikan yang luar biasa. Citranya di mata masyarakat sudah sangat jatuh terpuruk, meskipun secara popularitas namanya di dunia hiburan justru makin melambung.
Karena itulah aku hingga saat ini menyembunyikan pernikahan kepada orangtuaku dan hal itulah yang membuat kini aku jauh dari keluargaku.
Aku adalah fans dari Winda jauh sebelum aku bertemu dan berkenalan dengannya, tentu saja saat itu sebagai lelaki aku mengaguminya karena dia cantik dan sexy…. Tipe perempuan yang sangat aku idam-idamkan. Koleksi foto-foto panas sejak zaman dia wara-wiri di halaman majalah dewasa, dan video mesumnya hingga kini masih tersimpan rapi di dalam harddisk laptopku, tentunya tanpa sepengetahuan dia.
Siapa lelaki yang tak tertarik dengan fisik Winda? perempuan asli Jawa-Sunda ini memiliki rambut yang indah, sehat, panjang terurai, kulit dari ujung rambut hingga ujung kaki putih bersih mulus tanpa cela dan noda sedikit pun, cekungan mata dan hidungnya yang mancung seperti tipikal gadis bule meskipun dia tak memiliki darah keturunan asing sama sekali. Seluruh bagian tubuh yang menurutku indah sempurna itu seluruhnya asli, memang dari lahir sudah begitu, kecuali bagian payudaranya yang berukuran 34 E dan kini selalu menjadi mainan sebelum tidurku itu, dia akui sendiri adalah hasil dari implan payudara, tapi bagiku tak masalah karena rasanya sama saja dengan yang asli.
Pinggang yang ramping membentuk tubuh indah layaknya gitar Spanyol, bokong yang besar, ditunjang postur tubuh dengan tinggi 160 cm dan berat 50 kg, bagiku relatif mungil dibandingkan dengan aku yang berpostur tinggi besar, membuat dia menjadi ‘boneka kesayanganku’ yang paling nikmat sehingga bisa kuangkat dan kuturunkan dengan mudah, dan Winda selalu bisa dan mau setiap aku memintanya di ranjang dengan posisi apa saja, dia adalah partner binalku yang terbaik sepanjang kehidupan seksku.
Tak pernah terbayangkan sebelumnya jika idolaku ini kini menjadi istriku, pertemuan pertamaku dengannya yang terjadi secara tak sengaja di Kota Bandung, yang sampai sekarang masih terasa seperti mimpi di siang bolong.
Jujur saja, ketertarikanku kepada dia pada awalnya hanyalah sebatas perkara fisik, tapi setelah aku mengenalnya lebih dalam lagi…. ternyata dia sama saja dengan perempuan lain yang bukan dari kalangan selebritis, dia jauh dari kesan sombong bahkan dia sangat baik dan perhatian dibandingkan dengan mantan-mantan pacarku yang terdahulu. Karena itu, tak ada keraguan sedikitpun saat aku mengutarakan perasaan cinta kepadanya.
Kini, hot-nya dia, kebinalannya, tubuh sexy-nya…. Mutlak 100% hanya jadi milikku. Dia tinggalkan semua pakaian sexy-nya, dia tinggalkan karier modelling-nya, dia lupakan ke-glamour-an dan gaya hidup termasuk hiburan malamnya, bahkan dia menjauhi circle-nya yang menurut dia tidak positif…. Itu semua bukan aku yang meminta, bahkan ekspektasiku hanyalah berharap dia mau berubah secara perlahan, namun yang Winda lakukan begitu drastis… dalam satu tahun terakhir ini dia sudah berubah 180 derajat… seolah dia kini menjadi pribadi yang baru, itu semua sebagai pembuktian rasa cintanya kepadaku, selain karena dia juga memang sudah lelah dengan kekelaman masa lalunya.
Aku pun kadang masih tak mengerti mengapa dia yang dulu terbiasa hidup mewah, yang uangnya didapat dari para pejabat atau pengusaha papan atas yang menjadikannya sebagai ‘simpanan’, kini tiba-tiba rela dan mau hidup dengan penghasilanku yang tak jelas….. kadang ada-kadang tidak, kadang besar-kadang kecil. Sampai titik itu aku tak mengerti dan berulang kali menanyakan hal itu kepadanya, apakah dia bahagia atau mungkin malah menyesal hidup denganku? Dan dia selalu menjawab, “Setelah kupikir-pikir dan kurasain, uang ternyata bukan segalanya dan ga bisa membeli kebahagiaan seperti yang aku rasain sekarang…”
Oh ya, perihal masa lalu istriku… meskipun sebagian sudah terungkap ke publik sebagai rahasia umum, tapi istriku juga yang memberitahukanku semuanya tanpa ada yang ditutup-tutupi, bahkan hal-hal yang jauh lebih mencengangkan dan tak diketahui oleh publik…. Semua itu sudah dia ceritakan saat masa berpacaran kami yang cukup singkat, hanya sekitar 6 bulanan dan kami saat itu langsung memutuskan untuk menikah, aku tak peduli dengan masa lalunya, karena aku rasa dia memiliki komitmen untuk berubah dan meninggalkan sisi buruknya. Dan itu terbukti sekarang.
Sabtu, 16 Desember 2023
Waktu sudah masuk ke hari Sabtu, begitu sampai halaman rumah sakit, aku langsung memarkirkan mobilku dan segera masuk dengan berlari ke arah IGD. Rumah sakit ini tampak sepi, hanya ada beberapa orang saja yang ada di ruang tunggu IGD, satu persatu aku tengok ruang-ruang yang hanya tertutupi oleh tirai berwarna biru muda, namun setelah kuperiksa semuanya, aku tak menjumpai istriku. Perasaanku semakin tak karuan.
Di ujung IGD itu kulihat pintu dengan papan petunjuk kecil yang tak terlalu mencolok mata tapi langsung menarik perhatianku dan membuat jantungku semakin berdegup kencang…. Ruang Jenazah. DEGGGG!!!!
“Ada yang bisa dibantu, Pak?” Tiba-tiba seseorang menyapaku dari arah belakang.
“Saya sedang mencari Winda Aviona, korban kecelakaan…” Jawabku pada seseorang yang ternyata perawat rumah sakit.
“Oh Ibu Winda sedang dibawa ke ruang rontgen, Pak… Bapak tunggu saja di ruang tunggu” Kata sang perawat dengan ramah, namun dari sorot matanya seolah mengatakan ‘Oh ini toh suaminya si Winda itu…. mau-maunya sih kamu…..’
Ya, itu memang pikiranku saja, tapi aku sudah terbiasa dan sering mendapatkan tatapan yang seperti itu, apalagi jika kami sedang berjalan-jalan berduaan di tempat umum, semua mata mengarah tajam kepada kami…. Rata-rata mereka memandangku dengan tatapan miris. Sementara tatapan pada Winda terbagi dua, jika yang perempuan terutama ibu-ibu biasanya melihat Winda dengan sinis, dari ujung rambut hingga ujung kaki, tatapan yang seperti sedang menelanjangi perempuan paling kotor di negeri ini. Sementara para lelaki memandangnya tentu saja dengan sorot mata nafsu yang seolah ingin menyetubuhinya di saat itu juga.
“Rontgen? Dia tidak apa-apa, Sus? Kecelakaan apa dia?” Tanyaku masih sangat panik.
“Masih di-observasi, Pak…. mudah-mudahan tidak ada cedera yang serius, beliau jatuh di rumah… Silahkan, Bapak duduk saja dulu di ruang tunggu.. nanti kita panggil kalau Bu Winda sudah selesai dilakukan pemeriksaan…” Jawab Suster menjelaskan dan kembali menyuruhku untuk duduk karena aku memang sangat terlihat panik.
Syukurlah… ternyata kecelakaan yang sangat jauh dari pikiranku sejak tadi…. “Brengsk tadi yang nelepon, kenapa ga bilangnya jatoh di rumah sih…?!? pake istilah kecelakaan segala!” Rutukku kesal sambil berjalan menuju ruang tunggu.
“Om Gilang…” Seru seseorang kepadaku saat aku baru saja menempelkan pantat ini di salah satu kursi ruang tunggu.
Aku menengok ke arah orang yang memanggil itu, seorang lelaki muda dan aku tak mengenalnya… panggilan ‘Om Gilang’ selama ini hanya diberikan kepadaku dari sesama musisi, wartawan musik, atau oleh fans-ku yang jumlahnya tak banyak itu dan tentunya didominasi oleh kaum pria.
Orang itu menghampiriku sambil menganggukkan kepala dan tersenyum.
“Saya driver taxi online, Om…. Yang tadi nganter Mbak Winda kesini…” Ucap sang pengemudi mengenalkan diri dengan ramah.
“Oh, belom dibayar?” Tanyaku heran karena mengapa dia masih menunggu disini.
“Hehehe…. Iya, Om..” Jawabnya sedikit malu-malu.
Akupun langsung mengeluarkan dompet dan mengeluarkan sejumlah uang tunai karena aku tidak pernah punya saldo di layanan transportasi online, aku memberinya sesuai tarif ditambah uang tips sebagai tanda terima kasih.
“Kok bisa tau kalo saya Gilang?” Tanyaku basa-basi setelah menyerahkan sejumlah uang.
“Tau lah…. saya punya seluruh album Badjingan.. fans berat, Om… Buzzer hehehe… eh Om, ini kebanyakan…” Jawab driver yang ternyata fans-ku ini terlihat sedikit sungkan menerima kelebihan uang pembayaran. Buzzer disini maksudnya sebutan fanbase dari band-ku.
“Ga apa-apa, ambil aja…. makasih banyak ya…. ngomong-ngomong, tadi istri saya kenapa dan gimana kejadiannya? soalnya saya tadi lagi ada di studio..” Tanyaku mulai mengajak mengobrol dan menyuruhnya untuk duduk di sampingku.
“Mbak Winda sakit? apa gimana, Om?” Ujar sang driver malah balik bertanya.
“Kata Suster sih jatoh, ga tau juga… belom jelas… emang tadi di jalan istriku ga cerita?” Jawabku dengan sedikit bingung.
“Jadi tadi gini, Om… saya dapet orderan dari Mbak Winda tujuan ke Rumah Sakit Cempaka… begitu saya sampe di depan rumahnya, ga ada yang nyamperin, saya telepon berkali-kali pun ga diangkat… akhirnya saya turun dan ngeliat Mbak Winda yang kayaknya udah nunggu saya dari tadi di teras depan rumah… saat itu dia lagi duduk sambil merem… tadinya saya pikir Mbak Winda tidur… begitu saya panggil-panggil beberapa kali dia ga bangun-bangun juga… saya coba goyang-goyangkan badannya dia ga merespon sama sekali…. Saya panik karena takut terjadi sesuatu, di sekitar rumah ga ada orang banget yang bisa nolongin, mungkin karena udah ampir tengah malem…. akhirnya saya beraniin diri untuk gendong Mbak Winda dan langsung dibawa kesini… sepanjang perjalanan dia pingsan, Om…” Jawabnya panjang lebar.
“Yakin pingsan? Nadinya kamu periksa ngga? Apa ada keluar darah juga?” Tanyaku yang kini kembali khawatir dengan keadaan istriku.
“Yakin, Om… pingsan….. emang saya ga ngecek nadinya sih…. Tapi saya perhatiin nafasnya masih turun naik… kalo darah sih ga ada, Om…” Jawabnya pasti.
Jawabannya membuatku sedikit tenang, tapi kini pikiranku dipenuhi oleh bayangan istriku yang sedang digendong olehnya, dalam keadaan pingsan sepanjang jalan, dia juga melihat nafas istriku turun naik…. Berarti dia tadi dengan bebas melihat ke arah payudara istriku yang turun naik dan pastinya bentuknya tercetak dengan indah di balik baju yang dipakainya…. Nafasku menderu…. Aku tahu, jauh sebelum menikah denganku, sudah banyak lelaki lain yang menjamah tubuh istriku… tapi itu dulu…. setelah menikah denganku rasanya baru kali ini tubuhnya dijamah lagi, dan aku cemburu… atau jangan-jangan…. tak hanya sekedar dijamah…. mungkin saja digerayangi saat dia tak sadarkan diri…..
Aaaarggghh!!!! Mengapa aku bisa-bisanya berpikiran ngeres dalam kondisi yang seperti ini? Mengapa aku berpikiran negatif pada orang yang jelas-jelas sudah menyelamatkan nyawa istriku?!?
Akhirnya akupun menenangkan diri sambil mengajaknya sedikit berbincang santai sebelum dia pamit, dia seorang anak muda yang mandiri.. ternyata dia mahasiswa tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi terkemuka di Kota Bandung, disela kesibukan kuliah, dia masih sempat mencari penghasilan sebagai driver online, kini dia sedang pulang ke Jakarta karena sudah libur kuliah, daripada bengong di rumah, dia pun mengisi waktu liburnya kembali menjadi driver online. Anak muda yang luar biasa. Sebelum dia pulang…. aku meminta nomor kontak dan juga alamat rumahnya, akan kukirimkan album baru jika nanti sudah selesai semuanya dan juga beberapa merchandise band, sebagai tanda terima kasihku untuk pertolongannya di hari ini.