Risalah Hati

Siang tadi ku lihat dia sedang merayu adik kelas di kantin sekolah. Ku hampiri dia. Tapi, bak sudah jatuh tertimpa tangga, aku terpeleset es batu yang tumpah di lantai. Dengkul ku berdarah. Tapi, aku tak gentar.

Dengan wajah perang dan nafsu membara, ku pacu kaki ku menghampiri peraduan mereka berdua. Laki2 itu harus ku hajar!

Kuhampiri dia dan…
Plak!.. Plak!.. Plak!.. ku tampar dia bolak balik tanpa ampun!
Mata ku merah menahan amarah. Seakan darah ini mengalir untuk memuntahkan kebencian ku kepada laki2 itu.

“Kita selesai! Kita putus!” teriakku dimuka laki2 itu.
Dia bengong sesaat. Memegang pipinya yg panas. Ku lirik perempuan di sebelah nya mulai menangis. Waktu seakan berhenti. Semua orang di kantin terdiam menatapku. Aku merasa seperti jagoan.

Lalu kutinggalkan dia. Aku berjalan gagah. Padahal darah mengucur di dengkul ku. Rasanya perih. Tapi tak seberapa dibanding dengan rasa perih di hati.

“Putri.. tunggu.” Laki2 itu berusaha mengejarku.
“Kamu salah sangka.”
Aku tetap berjalan. Bahkan kali ini langkah ku semakin cepat. Luka di kaki ku tak terasa perih.

Dia tetap mengejarku. Lalu tangannya menangkap bahu ku, berusaha menghentikan laju langkah ku.

Aku berhenti. Ku tepis tangannya sambil aku berbalik menghadap wajahnya.

“Bangsat! Berhenti lo disitu..!”
“Kita putus! Dasar ular keparat!” Hardik ku.
Dan, aku pun buru2 masuk ke ruangan UKS sekolah.

(bersambung)

“Hufft..” aku hanya menghela nafas panjang saat Hero mengobati luka di dengkul ku.
“Sakit Put?” tanya nya.
Aku tidak menjawab. Mata ku memandang kosong mengingat kejadian tadi.
“Aww..” reflek aku menendang perut Hero.
“Sakit tau!”
“Sabar.. ini juga pelan2”

Oya, namaku Putri. Aku siswi kelas 3 SMA di Jakarta Timur. Perawakan ku biasa aja. Memang aku dihasilkan dari kawin silang Manado dan Sunda. Aku anak sulung. Adikku cuma 1. Cowo. Tp masih di kelas 2 SMP.

Hero adalah petugas uks di sekolah ku. Sebenarnya Hero juga siswa sama seperti ku. Tapi karena dia paham dan pernah ikut pelatihan dokter kecil, makanya ditugaskan disini.

“Udah tuh..” kata Hero
Aku masih terdiam. Mata ku masih terpejam mengingat kejadian tadi.
Aku lalu tersadar, rok ku sedikit tersingkap dan memperlihatkan celana dalam ku yang berwarna putih.

Ku lihat Hero sekilas menatap bawahan ku yg terbuka.
“Heh!!” hardik ku.
“Mata lo ya!”

Hero malah melengos meninggalkanku. Tanpa ada sepatah kata pun yg terucap.
Aku yg kesal segera merapikan rok ku dan bergegas keluar dari ruang uks.

“Putri!”
Sohib ku Anya berlari menghampiri ku.
“Put.. Lo gak apa2?”
“Ga”
“Gila Lo. Aji lo gampar gitu.”
Aku diam tidak bereaksi atas komentar Anya.

Sambil melangkah menuju kelas, Anya masih saja berceloteh mengenai kejadian tadi. Sepertinya aku sudah menjadi selebritis sesaat di sekolah ini.

Rasanya aku ingin pulang ke rumah saja..

(bersambung)

Bubaran sekolah

“Put.. Put.. Tunggu..”
“Put..”
“Put.. Please stop..”

“Please Put..”
Laki2 itu berhasil menyusul ku dan kemudian menahan tangan ku.
Ya.. Laki2 itu yg ku tampar td. Dia bernama Aji. Laki2 yg pernah ku cintai.

Aji anak Basket. Kelas 3 juga. Tp beda kelas dengan ku. Badannya atletis. Walaupun wajahnya biasa aja. Yg aku suka dari Aji adalah anaknya bersih. Ya, Aku suka cowo bersih ga bau badan. Trus Aji juga ramah dan punya banyak teman di sekolah.

“Put.. aku dgn dia ga ada apa2. Just friend aja kok..”
“Kamu kok main tampar gitu aja?”

“Ehh.. gue udah putus ya sama Lo.”
“Plis Lo ga usah cari2 gue. Lo pacaran aja ama dia. Kan katanya Lo udah tidur ama dia..”

“Astaga Put.. Plis dengerin aku.”

Aku ga mau dengerin penjelasan Aji lagi. Buru2 aku tepis tangannya dan aku bergegas berjalan ke luar sekolah.
Aku ga mau lagi semua orang di sekolah melihat pertengkaran ku dengan Aji.

Badan ku lelah.. Kepala ku pusing. Dengkul ku nyut2an. Aku mau pulang.
Tiba2 aku melihat Hero melintas di depan ku dengan moge butut nya. Kok sesaat aku merasa Hero melirik ku dalam2. Ahh.. sudahlah.. Lagian dia siapa? Hanya cowo sok cool, jaim, sok pintar. Mentang2 juara kelas dan juara Karate antar sekolah.

“Put.. Put..”
Aji menghampiri ku sambil turun dari mobil nya.
“Apa lagi sii??”
“Aku anterin ya.. Aku mau jelasin ke kamu..”

Aku menepis tangannya. Entah sengaja atau tidak, Aji mendorong ku dan aku hampir terjatuh karena punggung ku menabrak pagar sekolah.

“Hey..”
Itu suara Hero. Kenapa dia muncul disini?
“Put.. lo gpp?”
“Eh.. Boss, ngapain lo megang tangan cewe gue?” Aji terpancing karena Hero berusaha memegang tangan ku utk menolong ku berdiri kembali.

“Lo ngajak berantem ya?” Aji ambil ancar2 mau memukul Hero.
Tapi, Hero hanya menatap Aji dengan tajam. Sambil membantu ku berdiri.

Tangan Hero terasa hangat. Ada perasaan nyaman ketika dia menggenggam tangan ku. Ahh.. aku kan ga suka dia. Apa2an sih Lo, Put?

Tatapan tajam Hero menghentikan niat Aji untuk bertempur melawan Hero. Juara Karate se SMA dan pemilik Sabuk Hitam Dan 2. Walaupun Aji juga suka olah raga dan atlit basket, tapi nyali nya ciut juga di depan Hero.

“Gue gak apa2.. Thanks” kata ku ke Hero utk meredakan suasana.
“Antarin aku pulang..” sambil aku berjalan masuk ke mobil Aji

Hero tidak menjawab apa2. Aji pun buru2 nyusul aku ke mobil. Untung tidak terjadi pertarungan yg tidak perlu.

Hero hanya menatap ku masuk ke dalam mobil. Sepertinya ingin memastikan aku baik2 saja. Setidaknya sampai saat ini.

Aku pun berlalu bersama Aji..

(bersambung)