PETUALANGAN (BER)CINTA SISKA [LESBIAN UNIVERSE]
Mohon maaf apabila ada kesamaan nama/latar atau waktu karena ini hanyalah sebuah cerita fiksi dan juga mohon maaf apabila masih berantakan karena ane masih newbie. Mohon arahan nya apabila ane ada kesalahan.
Terimakasih.
1. AWAL KISAH
Perkenalkan nama ku Siska, aku adalah seorang karyawati berumur 35 tahun dan bekerja disuatu perusahaan ternama besar di Jakarta. Di Jakarta, aku memutuskan untuk tinggal di tempat kost, kost aku yang baru ini baru aku tinggalkan kurang lebih dua Minggu.
Kost disini sangatlah nyaman dan tenang, fasilitas nya cukup lumayan mewah dan eksklusif, jadi bisa dibilang kostan ini bukanlah kostan biasa. Karena fasilitas nya yang mewah dan juga ekslusif inilah yang membuat harga nya lumayan tinggi.
Kenyamanan, Keamanan dan juga Privasi setiap individu yang tinggal disini sangatlah terjaga.
Bahkan blok kost ini berada dibelakang bangunan rumah utama sang pemilik. Jalan Beberapa meter kedepan terdepar pos satpam yang terpisah dari blok dan bangunan rumah utama. Pokoknya aku sangat merasa nyaman berada di kostan ini.
Dua Minggu berlalu sudah, aku semakin nyaman berada disini. Bunda Inne, sang pemilik kost yang sangat cantik dengan body yang sangat terjaga tak terlihat wajah umur 46 tahun nya. Wajah nya yang manis cantik dan juga body nya yang terjaga, membuat aku semakin percaya bahwa Bunda Inne bukanlah orang sembarangan.
Suami nya tinggal di luar negri untuk mengurus bisnis keluarga mereka, dan kedua anak dari Bunda Inne juga sekolah/kuliah diluar negri. Maka dari itu tak hayal apabila Bunda Siska selalu ditemani asisten rumah tangga nya yang bernama Tina.
Hampir sama seperti wanita berumur 23 tahunan pada umum nya. Tina memiliki bentuk badan yang kecil dan imut, body nya yang sedang namun tak sebagus majikan nya membuat Tina terkesan seperti Gadis kecil imut nan lugu.
Karena kesibukan ku dengan kerjaan ku beberapa waktu belakangan. Aku harus terpaksa lembur di kantor sehingga kadang membuat ku harus pulang agak malam. Sampai disuatu ketika, pekerjaan ku sangatlah menumpuk sehingga mengharuskan untuk lembur kembali agar pekerjaan ku selesai. Dan tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, karena hari ini aku tidak membawa kendaraan pribadi. Jadi aku putuskan pulang menggunakan taksi online saja.
Perjalanan dari kantor menuju kostan sekitar tiga puluh sampai empat puluh menit. Sehingga aku sampai di depan kostan pada pukul setengah sebelas. Terlihat kostan sudah mulai sepi dan sunyi. Aku berpikir bahwa mungkin karena sudah malam dan juga para penghuni lain juga sudah istirhat karena aktivitas harian mereka.
Saat ingin mengambil paket kiriman ku yang berada di ruangan belakang rumah utama. Samar-samar aku mendengar suara seperti rintihan. Rasa was-was ku pun mulai ada, aku pun segera mengambil paket kiriman ku yang berada di ruangan tersebut. Namun setelah aku mengambil dan ingin meninggalkan ruangan itu, suara rintihan kembali terdengar. Dan kini agak sedikit kencang dan lumayan cukup terdengar jelas kepada ku.
Sejenak aku berfikir apa yang terjadi, karena aku pun juga penasaran. Akhirnya aku memutuskan untuk mencari arah suara rintihan tersebut, setelah ku telusuri ternyata suara itu semakin dekat dan kini aku sudah masuk berada di dalam bangunan utama rumah Bunda Inne. Suara itu semakin terdegar jelas, aku fokuskan pikiran ku lagi untuk mencoba mendengar asal suara rintihan tersebut.
Kaki ku beranjak menyusuri tangga untuk menuju ke lantai atas rumah ini. Dan benar saja suara rintihan tersebut semakin jelas, aku yang semakin penasaran apa yang sebenarnya terjadi pun kembali menyusuri asal suara itu. Setelah semakin dekat dengan sumber suara tersebut, aku pun tersadar dan agak sedikit kaget.
“Loooh ini kan kamar nya Bunda Inne” celetuk ku dalam hati merasa heran.
Aku terus berpikir bahwa apa yang terjadi di dalam kamar Bunda Inne, aku hanya takut sesuatu yang buruk terjadi kepada Bunda Inne. Dengan pelan-pelan sekali, aku mencoba menguping. Aku tempelkan telinga ku di balik pintu kamar Bunda Inne. Dan terdengar suara….
“Yaa teruuss sayang, aaahh terrus sayaaang, nikmat sekali sayang, puaskan aku segera, Ayooo cepat masukan”
Aku berfikir, itu seperti suara rintihan dari Bunda Inne. Aku pun kian penasaran dengan apa yang terjadi, ku lihat sekitar dan aku segera mencoba mengambil kursi yang ada di dekat kamar Bunda Inne. Aku mencoba bermaksud mengintip dari celah ventilasi udara kamar Bunda Inne. Aku pun naik ke kursi tersebut dan langsung mengalihkan pandangan ku kedalam lubang ventilasi kamar Bunda Inne.
“Astagaa” ucapku pelan dan segera aku menutup mulut ku segera. Aku benar-benar kaget dengan apa yang aku lihat sekarang. Aku masih tidak bisa berfikir dengan apa yang aku lihat sekarang.
Aku benar-benar kaget dengan pemandangan yang aku lihat saat ini. Bagaimana aku tidak shock, saat ini aku sedang melihat dengan jelas Bunda Inne yang sedang tertidur di atas ranjang dengan kondisi telanjang. Dan yang membuat aku semakin kaget yaitu, di atas tubuh Bunda Inne terdapat seorang perempuan dengan badan yang kecil sedang menciumi leher Bunda Inne dengan ganas.
Aku mencoba memperjelas penglihatan ku, aku penasaran dengan siapa wanita yang menindih dan mencium dengan ganas Bunda Inne.
“Sudaaah Tina sayang, aku tidak kuat..cumbu aku sekarang sayang” ucap Bunda Inne yang menjawab rasa penasaran ku bahwa ternyata wanita kecil yang sedang menindih Bunda Inne adalah Tina.
Ya, Tina. Seorang gadis lugu imut asisten rumah tangga Bunda Inne yang selalu bersama Bunda Inne kemanapun. Jujur, aku pun dibuat bingung dengan semua ini.
Tubuh Bunda Inne ditindih oleh Tina, dan tadi Bunda Inne menyuruh Tina mencumbu dirinya. Berarti? Apakah Bunda Inne dan Tina ini menjalin hubungan lesbian? Karena semakin penasaran aku pun mencoba untuk tenang dan melihat kembali apa yang terjadi di balik kamar Bunda Inne.
“Iya nyonya, Tina akan memuaskan nyonya” jawab Tina dengan kembali mencium leher dan juga bibir Bunda Inne.
“Aassschh iyaa Tinaaa, aaahhh aachhh tinn…. Cepat cumbu aku sayang”
“Iya nyonya”
Tina pun langsung membuka tanktop hitam nya, dan kulihat dengan samar seperti nya Tina sudah tidak memakai bra lagi. Dengan penuh nafsu, Bunda Inne langsung mendekap tubuh mungil Tina. Wajah nya kini menciumi seluruh leher Tina dan tanpa basa-basi, Bunda Inne segera mendekati wajah nya ke arah payudara milik Tina.
“Sudah haus ya nyonya” goda Tina kepada majikannya.
Langsung saja Tina mendekap kepala Bunda Inne ke arah payudara nya. Dilahap puting payudara Tina dengan penuh nafsu oleh Bunda Inne. Kedua payudara Tina kini telah serbu oleh jilatan buas Bunda Inne. Terlihat bahwa seperti nya mereka berdua kini sangatlah penuh nafsu. Kepala Tina agak mendongak ke arah belakang saat Bunda Inne mencumbu kedua payudara nya.
“Iyaa nyonya, aachhh nikmat nyonya…. Terus hisap nyonya, malam ini aku yang harus kau puaskan” gumam Tina. Lidah Bunda Inne kian buas melahap kedua payudara tersebut dengan sesekali meremas remas payudara Tina.
“Sayang masukan ya, bunda sudah tidak tahan” pinta Bunda Inne kepada Tina.
“Tidak mau” jawab Tina singkat
“Mengapa tidak mau sayang?” tanya Bunda Inne
Tak menjawab permintaan majikan nya, Tina malah mencengkeram wajah Bunda Inne dan mengarahkan ke wajahnya. Dan kini wajah Bunda Inne bertatapan dengan wajah Tina yang berada di atas dan sedang mencekam wajahnya.
“Kamu itu lonte! Harus minta yang sopan!” hardik Tina kepada majikan nya.
“Nyoba Tina, aku Inne seorang Lonte mu ingin dimasukan oleh mu” jawab dan pinta Bunda Inne kepada Tina.
“Lonte yang baik, akan aku masukan kamu” jawab Tina kepada Bunda Inne dan menepuk nepuk wajah nya.
Sekarang aku benar-benar tidak bisa berkata apapun, semua ini membuat aku semakin bingung apa yang telah terjadi. Kenapa bisa, Bunda Inne seperti ini dengan Tina. Dan yang lebih gila nya Tina yang notabene nya pembantu rumah tangga Bunda Inne, kini menghardik Bunda Inne dengan lonte. Dan Bunda Inne pun juga memanggil Tina dengan kata Nyonya. Aku sangat bingung dengan semua ini, kembali aku melihat yang terjadi.
Tina yang sedari tadi berada diatas tiba-tiba tangan nya mengambil sebuah benda seperti sabuk namun terlihat di depan sabuk tersebut terdapat seperti penis karet yang lumayan besar. Di pakainya sabuk tersebut di pinggul nya, dan Tina segera mengangkat kedua kaki Bunda Inne dengan terbuka lebar. Terlihat liang vagina Bunda Inne yang sudah mulai basah akibat seruan nafsu mereka berdua.
“Ayoo dong nyonya Tina, masukin aku” ucap Bunda Inne kepada Tina yang sedang asyik menggesekkan penis karetnya di luar liang vagina Bunda Inne.
“Dasar lonte, udah minta langsung di entod aja” jawab Tina.
“Iyaa segera entod lonte mu ini nyonya” kembali Bunda Inne meminta.
Tanpa berbasa-basi Tina langsung memasukkan penis karet tersebut kedalam lubang vagina Bunda Inne. Terlihat Bunda Inne menikmati permainan yang Tina berikan kepadanya. Rintihan demi rintihan serta desahan juga keluar dari mulut Bunda Inne seraya pompaan penis karet yang dimasukan Tina kedalam vaginanya.
“Aacchh teruuus sayaang, teruuuss entoood terusss lonte mu ini”
“Enakan kontol aku ini, atau kontol suami kamu” tanya Tina dengan sambil sedikit mencekik leher Bunda Inne penuh nafsu.
“Enakan kontoool kamu nyonya Tina, aaaahh aku lonte kamu, kamu bebas entod aku sepuasnya” jawab Bunda Inne yang juga di deru nafsu birahinya.
Mereka berdua terus menerus bercumbu dengan penuh nafsu, rintihan kenikmatan Bunda Inne terus keluar dari mulutnya. Tak lupa juga Tina dengan semangat birahinya memompa penis karet itu kedalam lubang vagina Bunda Inne.
“Aacccchh nyonya Tina, lonte mu sudaah mau keluuaar aachhhh achhhh”
“Iyaaa akan ku entod terus kamu lonte”
“Iyaaa sayang, aku lonte mu, buat aku keluar sayang”
Mereka berdua terus memacu birahi mereka sampai aku lihat tubuh Bunda Inne mulai bergetar dan pada akhirnya tubuhnya perlahan mulai terkulai lemas. Seperti nya Bunda Inne sudah sampai pada Klimaks nya. Namun karena Tina masih terus menerus menghantam liang vagina Bunda Inne, mau tidak mau Bunda Inne masih terus mengimbangi permainan Tina.
“Aacchhh lonte sialan, akuu juga sudah mau keluar!” teriak Tina dengan sedikit kasar dan mempercepat pergerakan nya.
“Ayooo keluarkan nyonya Tina” sahut Bunda Inne.
“Aaacchh akan aku keluarkan di memek kamu lonte!” kata Tina dengan nada nafas memburu penuh birahi.
Akhirnya sampai lah mereka berdua dititik klimaks. Setelah melewati percumbuan yang sangat panas dan juga penuh birahi, akhirnya tubuh mereka berdua terkulai lemas. Aku melihat kini Tina mengecup kening Bunda Inne.
“Terimakasih ya sayang” sahut Bunda Inne disaat Tina mengecup keningnya.
“Sama-sama nyonya, maaf kalau tadi Tina kelewatan mainya”
“Tidak apa kok Tin, Ibu juga bangga loh punya kamu yang mampu menggantikan sosoks suami ibu ketika ibu membutuhkan”
“Baik bu, terimakasih banyak”
“Sama sama Tina” jawab Bunda Inne yang ditutup dengan mereka berdua berciuman bibir dengan lembut dan mesranya.
Disisi lain, aku juga semakin terpana dengan apa yang telah aku lihat tadi. Dan tanpa aku sadari, lubang vagina ku juga mulai agak basah karena melihat percumbuan Bunda Inne dan juga Tina. Karena aku pikir percumbuan ini sudah selsai, jadi aku mencoba kembali turun untuk kembali ke kamar ku.
Namun disaat aku ingin turun dari meja setelah mengintip, tak sengaja aku menjatuhkan sebuah benda kebawah dan menghasilkan bunyi yang lumayan terdengar. Dari balik kamar Bunda Inne terdengar suara bertanya
“Siapa itu diluar?” teriak Bunda Inne dari dalam kamar.
Aku yang panik segera dengan cepat membereskan itu semua dan segera lari kebawah untuk kembali ke kamar. Sesampainya aku di kamar, aku menaruh paket yang aku pesan tadi dan mencoba untuk menghela nafas karena takut ketahuan atas apa yang ku lakukan tadi. Jujur saja aku masih tidak percaya dan habis pikir dengan apa yang aku lihat tadi.
Aku benar benar masih tidak bisa percaya melihat Bunda Inne bisa melakukan hal tabu seperti itu dengan Tina yang bukan lain adalah asisten rumah tangga nya.
2. Malam Pertama
POV SISKA
Semenjak kejadian semalam, aku terus terbayang akan kejadian itu dan aku selalu bertanya tanya kenapa bisa Bunda Inne melakukan hal seperti itu dengan Tina. Atau mungkin ini adalah luapan ekspresi birahi dari Bunda Inne yang jarang mendapatkan kebutuhan biologis nya dari sang suami yang berada diluar sana dan sibuk dengan urusan bisnisnya.
Akhirnya, setelah semua pekerjaan selesai dan suntuk serta lelah hari ini bekerja. Aku memutuskan untuk pulang lebih awal, memang sih walaupun lebih awal tetap aku pulang sekitar jam tujuh malam. Jalanan lumayan agak ramai dan macet, mungkin karena hari ini hari Jumat dan besok sudah weekend jadi mereka semua ingin segera pulang menikmati waktu bersama keluarga mereka.
Sesampainya di kosan, aku harus melewati lorong penghubung antara bangunan utama rumah Bunda Inne dan juga bangunan kos-kosan. Disaat aku melewati lorong tersebut, tak sengaja aku bertemu dengan Bunda Inne. Dengan senyum ramah nya ia menyapa ku
“Baru pulang sis?” tanya nya lembut
“Iya nih Bun, aku baru sampai. Mari Bun” jawab ku dengan santun juga.
“Oh ya kamu mandi dulu sana, sama nanti kita makan malam bareng aja kalau kamu belum makan malam” tawar Bunda Inne.
“Aduuh Bun, Ndak usah repot-repot kok. Aku bisa pesan makan malam sendiri”
“Udah gapapa, itu juga tadi Tina masak lumayan agak banyak. Nanti kita bisa makan bareng”
“Baik Bun, sekali lagi maaf kalau merepotkan. Nanti aku mandi dan bersih-bersih terlebih dahulu. Baru nanti menyusul ke ruang makan Bun” jawab aku dengan sekalian segera pamit untuk pergi ke kamar.
Disaat aku melewati kamar-kamar kost untuk menuju kamar ku, aku mendengar seperti suara desahan. Aku pun dibuat penasaran oleh suara tersebut, dengan perlahan aku mencoba menyusuri asal suara tersebut. Mungkin karena suasana sudah mulai gelap, jadi aku sedikit agak takut dengan suara tersebut tapi aku juga penasaran dengan sumber suara tersebut.
Semoga ini bukan suara suara hantu mistis, karena suasana juga gelap dan sedikit agak mencekam. Aku terus mencoba menyusuri asal bunyi suara tersebut, dan ternyata sumber asal suara tersebut berada di dalam suatu kamar. Aku mencoba berusaha mendekat dan menempelkan telinga ku ke pintu kamar tersebut untuk memastikan apa benar suara tersebut berasal dari dalam kamar. Aku memundurkan beberapa langkah ku untuk melihat kamar siapa ini, dan ternyata kamar dari Mba Rima.
Aku semakin penasaran apa yang terjadi di dalam kamar Mba Rima ini. Tak habis akal, aku menarik rak sepatu yang ada diluar untuk melihat dalam kamar dari fentilasi udara. Aku mencoba menaiki rak tersebut, dan aku pun terkaget melihat apa yang terjadi.
Aku melihat Mba Rima mengenakan tanktop hitam dan masih mengunakan hijab nya sedang berbaring di kasur dengan kedua paha nya yang terbuka. Yang semakin membuat ku kaget adalah ada nya seorang wanita lain yang sedang berada di tengah-tengah selangkangan Mba Rima.
Wajah Mba Rima terlihat seperti menikmati apa yang dilakukan wanita tersebut kepada selangkangan nya. Dengan wajah yang masih dibalut dengan hijab nya, Mba Rima mengigit bibir bawah nya seraya suara desahan nya kian keluar mengiringi apa yang terjadi. Sosok wanita yang berada di tengah selangkangan Mba Rima tidak terlihat jelas karena posisi nya membelakangi arah aku melihat.
Semakin penasaran aku dengan apa yang terjadi dan siapakah sosok wanita tersebut. Setelah beberapa menit menjalankan aktifitas nya di tengah selangkangan Mba Rima. Wanita tersebut merangkak ke atas menghampiri wajah Mba Rima dan lalu segera menciumi nya. Sambil menciumi wajah manis Mba Rima, terlihat wanita tersebut memasukan jemari nya kedalam lubang kewanitaan Mba Rima.
Mba Rima terus meronta ronta dan juga menggelinjang kenikmatan dengan perlakuan sosok wanita tersebut kepada dirinya. Tak perlu cukup lama, tiba-tiba Mba Rima mendesah dengan kencang dan tubuh nya pun terkulai lemas. Seperti nya Mba Rima mendapatkan klimaks dari perlakuan jari jemari wanita itu.
Mereka berdua pun berciuman dengan ganas dan penuh nafsu. Sampai akhirnya sosok wanita yang menindih Mba Rima itupun bersuara.
“Gimana say, sudah enakan kamu nya?” tanya wanita itu kepada Mba Rima
“Sudah Ci, sudah enakan dan sngat lega. Terimakasih ya Ci” jawab Mba Rima kepada wanita itu.
Aku pun berfikir, bahwa tadi Mba Rima menjawab wanita itu dengan memanggil nama Ci. Pikiran ku mengarah kepada Ci Mia, seorang wanita berumur 40an dengan paras Chinese Indo yang sangat cantik untuk sesusia nya. Lalu apakah benar itu Ci Mia? Pikiran ku terus bertanya-tanya sampai pada akhir nya sosok wanita itu menampakan wajah nya. Deg! Aku sangatlah kaget, dan ternyata benar dugaan aku. Bahwa itu benar adalah Ci Mia.
Aku tak habis berfikir, Ci Mia melakukan oral seks kepada Mba Rima. Dan Mba Rima yang terlihat sangat Alim dan juga beribawa serta tertutup selalu pakaian nya saat keluar ternyata melakukan hal yang seperti ku lihat tadi. Mereka berdua pun kembali berciuman, dan lalu tak lama Ci Mia izin pamit dan mereka berciuman lagi.
Karena aktifitas mereka sudah hampir selesai, aku segera turun dan mengembalikan tak sepatu tadi ke tempat semula. Segera aku pergi untuk menghindari ketahuan mengintip mereka berdua. Segera aku masuk kedalam kamar dan disaat aku sudah berada di kamar terdengar suara pintu Mba Rima terbuka. Aku mencoba untuk memastikan kembali dengan pura-pura keluar kamar juga.
“Eeh Mba Siska, sudah pulang” sapa Ci Mia yang berada di depan pintu kamar Mba Rima.
Terlihat disitu ada juga Mba Rima yang masih mengunakan Jilbab nya dengan memakai jaket serta celana leging panjang.
“Iya nih Ci, baru pulang saya. Mau kemana Ci” tanya saya kembali untuk memancing Ci Mia.
“Ini abis ngasih obat ke Rima, kasihan dia tadi katanya agak pusing dan kurang enak badan” jawab Ci Mia dengan senyum dan di ikuti sahutan Mba Rima yang mengiyakan jawaban Ci Mia.
“Oh iya Ci, semoga lekas sembuh ya Mba Rima” jawab aku dengan menyapa Mba Rima juga.
“Semoga Mba” jawab Ci Mia dan Mba Rima secara bersamaan.
“Saya izin masuk lagi ya, mau mandi” seraya tanganku mengambil handuk yang aku jemur dan kembali masuk kedalam kamar.
Dari dalam kamar, aku tersenyum tipis. Aku merasa lucu dengan jawaban Ci Mia tadi bahwa ia memberikan obat kepada Mba Rima.
Memang sih, memberikan obat. Tapi obatnya berupa oral seks kepada Mba Rima hehehe aku sedikit tertawa apabila mengingat kejadian tadi.
Setelah kemarin malam aku melihat kejadian Bunda Inne dengan Tina dan sekarang aku melihat hal yang serupa namun dengan Mba Rima dan juga Ci Mia. Aku benar benar bingung sebenernya ada apa dengan mereka semua, kok mereka bisa melakukan hubungan seksual sesama jenis ini.
Namun tak mau berlama-lama, aku segera mandi dan juga harus kembali ke ruang makan karena mungkin Bunda Inne sudah menunggu karena tadi ia mengajak makan malam bersama.
POV SISKA
Setelah aku selsai mandi dan bersih-bersih segera aku bersiap menuju ruang makan bangunan utama rumah Bunda Inne. Aku berusaha melupakan semua hal yang kemarin ataupun tadi yang aku alami. Aku berusaha mengalihkan pikiran ku dan mencoba untuk tidak mengingat. Karena aku menghargai tawaran Bunda Inne yang sudah mengajak ku untuk makan malam bersama.
Sesampainya nya diruang makan malam ku lihat sepi dan hanya ada Bunda Inne yang sedang duduk menunggu ku sambil memainkan handphone nya.
“Malam Bun” sapa ku memecahkan keheningan
“Malam Siska” jawab Bunda Inne dengan sangat lembut
Aku segera duduk di sebrang Bunda Inne.
“Ayoo segera di ambil makan nya” Bunda Inne mempersilahkan ku untuk mengambil makanan dan juga di ikuti beliau yang juga mengambil makanan.
Disaat sela-sela kita makan, aku mencoba berbasa-basi sedikit untuk meredakan suasana canggung ini.
“Bunda sendiri aja?” tanya ku
“Iya nih” jawab nya sambil menaruh handphone nya.
“Memang Tina kemana Bun?”
“Dia tadi keluar ada perlu, mau kerumah saudara nya yang di Bekasi”
“Loh udah malem gini, mau pulang jam berapa dia Bun?”
“Kayak nya nginep dia, soalnya disana hujan deras juga. Besok pagi mungkin baru pulang”
“Yah Bunda sendirian dong”
“Aah udah biasa Bunda tidur sendiri” jawab Bunda Inne dengan nada bercanda dan tertawa, mengimbangi hal tersebut. Aku pun juga ikut tertawa dengan pernyataan Bunda Inne tadi.
“Tapi Bun, apa ngak takut tidur sendiri?” tanya ku kembali.
“Gak kok kan udah biasa, kalau takut atau sepi biasanya Tina yang temenin”
“Tapi kan sekarang Tina lagi gak ada Bun”
“Iya sih jadi yaudah sendiri aja lah, kalau takut ya masih ada kamu buat aku minta tolong temenin”
“Haha bunda bisa aja”
“Hehe iya seriusan, itupun kalau kamu mau temenin saya nya Sis”
“Kalau aku sih mau aja Bun, cuman kan takut Ndak enak. Toh kan Bunda pemilik kost ini, takut Ndak sopan aku nya”
“Halaaah kamu Sis, gitu aja dipikirin. Bunda tuh malah seneng ada kalian disini. Suasana disini jadi lebih hidup”
“Oh ya Bun? Syukurlah kalau gitu”
“Gimana? Mau temenin Bunda nanti?”
“Yah aku sih mau saja, cuman paling aku izin sebentar balik ke kamar mau ada kirim email kerjaan”
“Kamu tuh ya, Bunda perhatikan adalah sosok wanita karir yang sangat mandiri. Doyan kerja juga lagi”
“Terimakasih Bunda, ya mau gimana lagi Bunda. Kan hidup di kota ini sendiri jadi ya apa apa harus mandiri. Mandi sendiri”
“Kalau bosen mandi sendiri, Bunda temenin deh”
“Aah Bunda bisa aja”
Tak terasa akhirnya santapan malam kita selesai. Aku memutuskan untuk masih disini dan sedikit mengobrol bersama Bunda Inne. Aku menanyakan bayak hal mengenai Bunda Inne dan keluarganya. Bunda Inne juga bercerita banyak hal mengenai dirinya dan keluarganya. Kami asik mengobrol diruangan tengah yang lumayan agak luas, disini ada bebera sofa yang sangat lebar dan juga bisa di atur untuk menjadi seperti ranjang bersandar.
Suasana di ruangan tengah ini sangatlah sepi dan sunyi, seperti nya rumah Bunda Inne memang benar-benar luas dan besar. Sampai-sampai suara dari luar rumah pun tak terdengar dari ruang tengah ini. Begitupun sebaliknya. Cukup lama dan juga intens kami ngobrol berdua. Kami duduk di sofa yang besar dan bisa di atur untuk menjadi seperti untuk bersandar.
Hari kian larut, jam menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Suasana malam kian dingin. Aku yang tadi memutuskan untuk memakai tanktop hitam dan celana pendek mulai terasa dingin. Adapun juga Bunda Inne yang mengenakan baju daster model dress berwarna putih yang agak tipis dan menerawang. Sedikit aku perhatikan seperti nya Bunda Inne tidak lagi menggunakan bra dibalik daster nya.
Aku sedari tadi mencoba memperhatikan Bunda Inne yang sangat manis dan cantik ini. Wajah nya masih terlihat bersih dan manis, kulit nya juga putih bersih serta ku taksir payudara nya cukuplah besar seraya dengan usia nya.
“Heeeh Sis, kenapa melamun?” tanya Bunda Inne memecah lamunan ku.
“Eeh eeh ngak kok Bun, aku hanya kagum dengan Bunda. Diusia Bunda ini, Bunda masih terlihat cantik bersih dan awet muda” jawab ku polos karena aku memang sedang mengagumi keindahan Bunda Inne ini.
“Haha kamu bisa aja Sis, kamu tuh masih muda masih cantik body juga bagus gak kendur kayak saya”
“Terimakasih Bun, cuman maksud aku. Aku kagum aja gitu, bunda tetap bisa merawat diri dengan baik”
“Iya dong harus itu, tubuh ini tuh harus dirawat dengan baik. Walaupun lama tak ada yang menikmati nya”
Jawaban akhir Bunda Inne membuat aku kaget. Aku mematung mendengar jawaban yang baru saja di ucap oleh Bunda Inne.
“Eeeh kok bengong lagi” sapa Bunda Inne menyadarkan ku
“Ehh ngak Bun, maaf”
“Lagi mikirin apa sih?” tanya Bunda Inne dengan membenarkan posisi duduk nya mendekat ke samping ku sehingga membuat bentuk tubuh nya dapat terlihat dengan jelas. Apalagi kedua payudara nya yang besar cukup sangat terlihat belahan nya dari Daster tipis yang ia kenakan.
“Gak kok Bun, bunda gak istirhat sudah malam gini? Kalau bunda mau istirahat aku pamit kembali ke kamar”
“Ngak kok santai, kamu besok libur kerja kan?”
“Iya Bun, besok hari Sabtu aku libur kok”
“Udah kamu disini aja nginep temanin bunda”
“Eeh tapi Bun, Ndak enak laah aku”
“Udah gapapa kok santai aja”
“Baik Bun, terimakasih. Maaf jadi lancang aku nya jadi nginep disini”
“Gapapa Siska, ya hitung-hitung kan kamu menemani Bunda karena Tina sedang gak ada”
“Iya Bun, sebentar ya aku mau kirim file email dahulu dari Handphone”
“Iya Siska silahkan”
Setelah aku membuka handphone dan mengirimkan beberapa email yang berisi file kerjaan ke teman ku. Bunda Inne pun menanyakan sesuatu hal
“Siska, bunda boleh tanya sesuatu?”
“Boleh Bun, silahkan mau tanya apa?”
“Ehhm, kamu kemarin melihat apa yang Bunda lakukan di dalam kamar ya?”
Pertanyaan Bunda Inne ini membuat aku terdiam, seperti kilat yang menyambar aku hanya bisa terdiam bingung harus menjawab bagaimana.
“Mohon maaf Bunda, kalau Siska telah lancang melihat hal tersebut. Sekali lagi saya minta maaf bunda”
Jawab ku jujur dan segera aku meminta maaf kepada Bunda Inne.
“Gapapa kok Siska, bund ngak marah kok sama kamu. Malah bunda senang kamu mau mengakui apa yang kamu sudah perbuat”
“Sekali lagi saya minta maaf bunda”
“Tidak apa Siska, namun bunda harap kamu bisa dapat mengerti dengan apa yang sudah kamu lihat kemarin”
“Iya baik bunda, aku juga minta maaf telah lancang melakukan hal seperti itu”
“Bunda seperti itu dikarenakan bunda juga manusia biasa yang kadang memiliki rasa kangen akan kebutuhan biologis. Namun seperti yang kamu tau bahwa suami bunda berada diluar dan kurang menafkahi kebutuhan biologis bunda”
“Iya Bunda, saya mengerti kok Bun. Itu hak bunda.. bukan hak saya untuk ikut campur”
“Terimakasih ya Siska, kamu sudah mau mengerti”
Tak lama kemudian Bunda Inne memeluk ku dari samping. Dia sangat erat memeluk aku nya dan aku pun juga kembali memeluk Bunda Inne. Terlihat Bunda Inne sedikit meneteskan air mata nya. Yang membuat aku semakin haru dengan Bunda Inne.