Perumahan Bergetar
Berkisah tentang suatu Perumahan yang bernama Perumahan Air Mawar yang dimana di isi oleh para bidadari cantik yang membuat semua mata terpukau. Cerita yang penulis newbie buat tidak akan to the point, tapi bakal bertahap. Jadi, adegan “penting” bakal ada di chapter-chapter besar. Ide penulisan, Penulis berdasar dari suhu Topi-Jerami, yang biasa membawa judul-judul kbb bermulustrasi. Cerita penulis sepertinya bakal seperti remake cerita dari suhu Topi-Jerami.
Kebetulan hari ini karjo akan bekerja di rumah Linda, salah satu penghuni Perumahan Air Mawar, nama perumahan itu. Sebelum berangkat Ia punya ritual khusus. Ritual yang dilakukan oleh laki-laki jomblo tua. Karjo bergegas menuju kamar mandi dan mengambil sabun miliknya. Tanpa basa-basi, Ia mulai ritual ngocok pagi.
“Ahhh… Linda… ahhh…” desah Karjo sambil bercoli ria
Entah mengapa Karjo.menjadikan Linda sebagai objek fantasi, padahal Linda-lah yang akan memberi pekerjaan untuk Karjo pada hari ini.
“Argghh… Linda…” desah sambil menggenjang hebat karena ejakulasi
Crottt… Crottt… Crottt…
Karjo pun puas dengan sperma yang keluar. Ia bergegas membersihkan diri dengan mandi hingga bersih. Namun, setelah mandi, Karjo masih saja lusuh bak belum mandi. Tanpa Babibuba, Ia Pergi menuju Rumah majikannya pada hari ini, yaitu Rumah Linda. Jarak dari Rumah Karjo dan Rumah Linda memang tidak jauh, hanya 15 menit apabila berjalan kaki.
‘Tok tok tok…’ Karjo mengetuk pintu Rumah Linda
Tak lama terbuka pintu rumah tersebut. Dengan perasaan hati yang sebenarnya kagum melihat pesona wanita yang bernama Linda ini, Karjo pun hanya terdiam sejenak. Bagaimana tidak, dengan proporsi badan yang ideal ditambah dengan hijab yang rapi, tidak ada seorangpun yang bisa berpaling dari keindahan Linda. Sebagai objek keindahan saja sudah cukup, apalagi sebagai pemuas imajinasi, layaknya dalam pikiran Karjo
“Akhirnya Pak Karjo datang juga, mari Pak Masuk, saya sudah tunggu loh” sambut Linda.
“Maaf ya, non, saya sedikit telat. Tadi ada urusan sebentar” ucap Karjo sambil masuk ke dalam Rumah Linda.
“Jadi begini pak, kamar mandi di rumah saya pengen saya perbaiki, Bapak bisa perbaiki, kan?” tanya Linda lembut.
“Apapun saya bisa, non. Kalo soal begini, saya yang paling bisa non, sebelum siang saja sudah bisa dipake kamar mandinya.” jawab Karjo sambil tersenyum.
“Baiklah, pak. Ini uangnya buat beli apa yang diperluin. Saya tinggal dulu ya pak, Setelah semuanya selesai, telepon saya, pak.” suruh Linda kepada Karjo.
“Ok, non.” setuju Karjo.
Sementara Kajo mengerjakan tugasnya, Linda pun pergi keluar untuk berbelanja kebutuhan rumahnya. Sebagai Ibu Rumah Tangga yang baik, Linda memang tergolong yang rajin. Pantas saja Ia dinikahi oleh suaminya, selain paras yang cantik, juga baik. Rencana awal hari ini adalah berbelanja kebutuhan rumah ke salah satu warung yang ada di Perumahan Air Mawar.
Ketika menginjak persimpangan jalan, Linda bertemu dengan tetangganya, yaitu Nada. Nada adalah orang pertama yang Linda kenal sejak Ia mulai tinggal di perumahan ini. Perawakan Nada sebagai Ibu Rumah Tangga yang sama-sama muda dengan Linda, tentunya sangat memukau, meskipun telah menikah. Badan yang bisa dibilang body goals meski tertutup busana dan hijab yang menambah kesan cantik. Keseharian Nada adalah kerja di kantor. Karena sibuk ngantor, Nada belum berpikir untuk mempunyai momongan.
“Pagi-pagi udah rajin…mau kemana nih?” sapa Nada kepada Linda dengan nada lembut.
“Saya mau warung, bu. Ibu Nada dari warung? Hari ini buka tidak, bu? balas dan tanya Linda.
“Nggak kok bu, saya jalan-jalan aja. Kalo warung sih… kayaknya buka, bu.” jawab Nada dengan sedikit bingung.
“Baiklah, bu” ucap Linda dengan melambaikan tangan tanda mau berpisah.
Mereka akhirnya menuju tempatnya masing-masing, Linda ke warung dan Nada pulang ke rumahnya.
***
Siang harinya, Karjo telah selesai menyelesaikan perbaikan kamar mandi di rumah milik Linda. Linda, sampai karjo selesai, belum datang juga. Ia menitip pesan lewat WA kepada Karjo bahwa Ia belum bisa pulang
Linda ; “Kalo bapak sudah selesai, tinggalin aja rumah saya. Saya masih di supermarket kota.”
Karjo : “Ok, non”
Karjo pun akhirnya bisa pulang dari Rumah Linda. Ia bersiap pulang dan keluar dari rumah tersebut. Dengan rute yang sama menuju ke rumahnya, langkah karjo di Perumahan Air Mawar menuju rumahnya terlihat oleh Nada. Nada teringat bahwa Ia ingin menggunakan jasa seorang kuli untuk membetulkan kamar mandinya yang rusak. Ia mempertimbangkan Karjo sebagai orang yang bisa andalkan.
Disaat Nada melamun, seseorang pun menyapa Nada.
“Permisi. Bu Nada” sapa Rania sopan terhadap Nada sambil jalan melewati Nada.
“O-oh. Rania.” degup sadar Nada dari lamunannya.
Tampak Rania berjalan di sana, berdua dengan teman kantornya. Temannya tersebut bernama Haurah. Haurah dan Rania sudah saling kenal sejak awal mereka bekerja. Biasanya, Haurah suka berkunjung ke Ke kediaman Rania, dan begitupun dengan Rania yang suka berkunjung ke kosan Haurah untuk main.
Haurah berkunjung pada hari ini bukan semata-mata untuk berkunjung menemui temannya, melainkan Ia berencana untuk menemui Ibu RT di perumahan tersebut. Ditemani dengan temannya, Rania, mereka berdua langsung menuju Rumah Ibu RT, yaitu Rumah Yanti. Yanti merupakan Ibu RT di Perumahan Mawar. Suami Yanti yang sebagai ketua RT jarang ada di rumah, sehingga banyak keperluan RT yang diserahkan oleh suaminya kepada Yanti.
‘Tok tok…’ “Permisi Bu…” salam Rania sambil mengetuk pintu Rumah Yanti
“Silakan, ayo masuk, Rania” sambil membuka pintu.
Rania, Haurah, dan Yanti pun duduk bersama di sofa ruang tamu. Haurah memperkenalkan diri kepada Yanti. Dengan perawakan Haurah yang cantik, mungkin bisa membuatnya yakin bisa tinggal di sini.
“Ibu suka deh sama kamu, panggilannya Haurah kan?” puji Yanti kepada Haurah
Dengan senyuman manisnya, Haurah pun sedikit malu atas pujian yang dilontarkan kepadanya dengan tanda menganggukan kepala.
Ditengah perbincangan mereka bertiga, ada telepon masuk dari seseorang kepada Rania. Rania membuka telepon tersebut yang ternyata dari salah satu satpam yang ada di Perumahan Air Mawar, yaitu Pak Heri
“Barusan ada yang nanyain Ibu. Namanya Haurah. Dia temennya Rania. Katanya sih mau ketemu, bu.” kata Heri
“Sudah pak, kita lagi ngobrol pak.” jawab Yanti
“Bagus dah kalo begitu, saya tutup teleponnya, bu.” tutup Heri sambil mematikan teleponnya.
Perbincangan mereka, antara Rania, Haurah, dan Yanti berlanjut hingga akhir.
“Begitu saja ya, Haurah. Kalo ada yang bikin bingung apa aja aturannya sama syarat supaya tinggal di sini, nanti bisa kamu telepon Ibu atau WA aja ya…” pesan Yanti kepada Haurah.
“Rania juga bisa kok kamu tanya-tanya. Dia udah lama tinggal di sini.” lanjut Yanti.
“Wah, Ibu makasih banyak. Saya seneng banget dengernya, jadi ga sabar buat tinggal di sini.” gembira Haurah
“Kapan kamu mulai tinggal di sini?” tanya Yanti.
“Secepatnya, bu. Saya mohon pamit, bu. Terima kasih atas semuanya, bu.” kata Haurah sambil berpamitan karena waktu mulai sore.
“Hati-hati, ya.” kata Yanti mengakhiri percakapan mereka.
Bersambung…