Ngentotin Memek Mayat
Suatu hari, temanku Parto membawa masuk sesosok mayat wanita cantik dengan menggunakan ranjang dorong.
“Van, ini mayat baru tadi dua jam yang lalu meninggalnya. Petugas Patroli Jalan Tol yang menemukannya. Mobilnya tabrakan. KTP-nya tidak ada. Jadi kau mandikan dan simpan dulu di lemari.. Itu kata Pak Andi, direktur kita.. sanggup nggak kamu, Van..” godanya dengan mengedipkan matanya.
Aku terkesima mendengarnya. Sekilas kulihat wajah mayat itu. Pucat. Tapi tetap saja cantik sekali. Kutaksir ia berumur sekitar 28 tahun. Wah, masih muda. Parto tiba-tiba menepuk bahuku.
“Sanggup nggak, Van.. kok melamun..?”
“Ya jelas dong.. itu kan tugasku.. Masa kamu yang melakukannya.. sudah sana.. tinggalkan aja dia di dekat kamar mandi..”
“Beres bos..” jawab Parto sambil cengengesan.
Setelah Parto pergi, kulirik jam tanganku. Jam 10 lewat 15 menit.
“Besok, mungkin mayat ini akan diambil oleh keluarganya. Jadi sekarang harus kumandikan dulu.. hmm..” pikirku cepat.
Segera saja kudekati mayat itu. Lalu aku mulai membuka kaos yang dikenakannya. Wah.., saat kaos itu sudah terbuka, kulihat sepasang bukit kembarnya yang sangat besar terbungkus BH berwarna krem. Pasti 36B nih. Karena aku yakin tidak akan ada lagi, orang yang akan masuk ke ruangan itu, apalagi semua pintu dan jendela sudah terkunci rapat-rapat, maka dengan bergegas kubuka pengait BH-nya. Dengan pelan kuremas-remas buah dadanya yang membusung itu. Putingnya terlihat kecoklatan. Ingin kuhisap nanti, tapi nanti setelah kumandikan dengan bersih. Aku masih merasa jijik dengan darah yang keluar dari keningnya. Tanpa berlama-lama lagi, aku segera membuka seluruh pakaian wanita itu. Dan segera kutaruh tubuh itu di kursi yang biasa kugunakan untuk memandikan mayat.
Dan, “Byur-byur-byur..” kusirami tubuh indah itu dengan air yang lumayan dingin.
Beberapa menit kemudian, aku membawa mayat itu ke suatu ranjang. Ya, disanalah aku biasa tidur. Ranjang sederhana, tapi kasurnya amat empuk. Letaknya di pojok ruangan itu. Setelah mayat itu terbaring dengan posisi yang menurutku bagus di ranjang itu, segera kulucuti semua pakaian yang kukenakan.
“Enaknya gimana ya..? Nah aku punya ide. Aku akan membuka mulut mayat itu. Aku akan melakukan oral seks dengannya.” pikirku.
Dengan agak susah, kubuka mulut wanita itu, kepalanya direbahkan ke samping kiri tempat tidur itu supaya aku bisa dengan leluasa melakukannya.
Dengan pelan kuarahkan penisku yang mulai agak tegang ke mulutnya dan, “Bless.. clup.. clup..” terdengar suara kulit penisku bergesekan dengan bibirnya.
Kudorong maju mundur dengan pelan, terasa nikmat sekali. Sementara kedua tanganku terus saja meremas-remas payudara seksinya. Kiri dan kanan, kiri kanan berulang-ulang.
Setelah sekitar 10 menit, aku kemudian bergerak menuju pahanya. Kusingkapkan paha putih mulusnya lebar-lebar. Kuelus dan kuraba pahanya. Memang mulus. Kujilati kedua pahanya itu dengan lidah. Entah bagaimana reaksinya bila wanita ini masih hidup. Mungkin ia akan membalas dengan menggebu-gebu akibat rangsanganku ini. Entahlah, kulihat bulu-bulu kelaminnya begitu lebat dan tidak tercukur rapih. Dengan tangan kiriku, kusibakkan celah di pangkal pahanya. Dan kumasukkan jari manis ke dalamnya. Kelihatannya masih rapat. Jangan-jangan masih perawan. Berarti aku untung malam ini, bercinta dengan mayat perawan tulen.
Dengan nafsu yang sudah menggelegak, kuraih penisku dan kuarahkan pelan-pelan ke liang vaginanya. Kuusap-usap penisku di dinding luar vaginanya. Dan dengan satu kali sentakan kutembakkan rudalku ke liang ajaib itu.
Dan, “Bles.. clop.. clop.. clop..” separuh dari penisku masuk dengan susah payah.
Aku terus menggenjot pantat dan terus berusaha menusukkan penisku lebih dalam lagi. Aku kemudian berusaha merangsang diri agar cepat orgasme dengan menghisap dan mengulum puting payudaranya. Penisku dengan gagahnya (tentu sudah lebih keras dan lebih tegang sekarang) masuk keluar dengan teratur. Wajah mayat itu terlihat seperti tersenyum. Ah, jangan-jangan ia ingin mengatakan bahwa ia menikmati permainanku.
Setengah jam berlalu, tapi belum ada tanda-tanda dalam diriku bahwa aku akan orgasme. Tiba-tiba aku mendapat ide. Aku harus ganti posisi. Aku mengangkat tubuh mayat itu. Dan mendudukkannya di pinggir ranjang. Gantian aku yang rebahan di kasur. Mayat itu sengaja aku angkat agar ia duduk di atas pahaku. Penisku terlihat berdiri tegak seperti patung Monas. Dan akhirnya aku berhasil juga mendudukkannya di atas penisku. Hebatnya lagi, penisku langsung pas masuk ke liang vaginanya. Aku mendorongnya dari bawah. Atas-bawah-atas-bawah.. jeb.. jeb.. bless.. bles.. jeb.. Kugerakkan tubuh kaku itu dengan berputar-putar pelan atau gerakan ke atas dan ke bawah. Ternyata lumayan, sesuatu dalam diriku seperti akan meledak.
Dan benar, “Crot.. crot.. crot.. crot..!” penisku rupanya sudah tidak sabar lagi untuk menyemprotkan maniku ke dalam liang vagina mayat wanita itu.
Aduh, puas rasanya bercinta dengan mayat wanita itu. Setelah semuanya selesai, aku pindahkan mayat itu ke lemari penyimpanan sambil berharap mudah-mudahan besok malam aku bisa ‘memakai’-nya lagi untuk memuaskan birahiku. Tapi dugaanku ternyata salah. Esoknya, sekitar pukul 12 siang, si mayat itu diambil oleh keluarganya. Rupanya namanya Yanthi Fifyanti. Seorang developer rumah susun, di Bekasi. Ya sudah, pokoknya aku sudah menikmati tubuhnya. Yang penting aku harus bisa bekerja dengan sebaik-baiknya dalam menjaga mayat-mayat di kamar mayat itu.
Rupanya, nasib baik masih berpihak padaku. Parto, kawanku kembali membawa sesosok mayat wanita yang baru meninggal beberapa jam. Kali ini si mayat lebih cantik dan lebih seksi. Kutatap sekilas ukuran payudaranya mungkin 38B. Tapi wajahnya itu sepertinya aku kenal. Tapi di mana ya..? Ah masa bodoh lagi. Yang penting, nanti malam, setelah semua sepi, aku akan ‘mengerjai’-nya dengan senjata andalanku yang siap setiap saat.
Seperti biasa, kumandikan mayat baru itu dengan penuh semangat. Payudaranya benar-benar sempurna dan menantang. Aku meremasnya sambil menyabuninya. Putingnya kemudian terlihat berdiri tegak. Kok aneh.. apa dia merasakannya..? Jangan-jangan.. ah tidak mungkin! Pikirku lagi. Masa wanita ini berpura-pura mati. Oh ya, tadi memang aku lupa menanyakan ke Parto, dari mana petugas emergency memperoleh mayat ini.
Setelah sekitar setengah jam, aku baringkan mayat itu seperti biasa di kasur. Tetapi kali ini aku oral seks dengan duduk di atas kepalanya. Mulutnya kubuka lalu kumasukkan senjata penisku.
“Clop.. clop.. bless..” tetapi anehnya, mulut itu tanpa kuatur tiba-tiba menutup sendiri setelah penisku masuk semuanya ke dalamnya. Jadi mulutnya cuma pas buat penisku. Aku jadi agak susah bergerak maju mundur. Tiba-tiba saja mata si mayat terbuka dan melotot ke arahku. Wah.. betapa terkejutnya aku.
“Anda.. Anda.. masih hidup..?” teriakku tiba-tiba.
“Benar..” sekonyong-konyong suara wanita itu berbunyi.
Bulu kudukku langsung merinding jadinya.
Dan detik itu juga, aku lari tunggang langgang. Dan berteriak, “Hantu.. hantu.. tolong.., ada hantu..”
Parto yang entah dari mana munculnya, menahan lariku di lorong rumah sakit yang gelap itu.
“Ivan.. Van.. tenang dulu..!” sergahnya sambil menangkap tubuhku untuk tidak terus berlari.
“Parto..! Kamu sengaja ya..? Masa orang belum jadi mayat, Kamu bawa padaku..! Emangnya Aku ini apa.. huh..?” tanyaku sambil melotot ke arahnya.
“Van.. itu tadi Ibu Nancy, Kepala Lab Forency rumah sakit kita.. Kok Kamu tidak ingat sih..? Masa dia bisa tiba-tiba mati..?”
“Ya.. lantas apa tujuan Kalian menipu Aku..?” tanyaku marah sekali.
“Tadi siang, sesaat sebelum mayat Yanti diambil keluarganya, Ibu Nancy memeriksanya sekali lagi.. dan ia menemukannya adanya bekas-bekas pemerkosaan di vagina Yanti.. Ia curiga bahwa Kamu yang melakukannya.. tapi Ia berjanji pada atasan kita bahwa Ia tidak akan melaporkannya ke polisi.. malah Ia ingin membuktikannya sendiri.., makanya Ia menyuruhku untuk membawa ‘tubuh mayat’-nya ke Kamu..”
Tanpa banyak berkata-kata lagi dengan Parto, aku segera pergi dari sana dan kembali ke kamar mayat, tempatku bekerja. Tidak kutemukan Ibu Nancy di sana. Entah apa yang akan dikatakan atasanku besok. Paling-paling sanksinya aku dipecat! Dan benar, keesokan paginya, aku dipecat tanpa mendapat uang pesangon sepeser pun.
Kini setelah 5 tahun, aku tidak bekerja lagi di sana dan pindah ke kota kelahiranku, di Jawa Tengah. Aku bekerja wiraswasta. Aku menyediakan tubuhku untuk memuaskan wanita-wanita kesepian.