My Old Bastard Gardener

Di suatu pagi yang cerah,

Di kala manusia dituntut dengan aktifitas,

Bekerja, kuliah, sekolah,

Melakukan segala kejemuan rutinitas,

That’s Life, Don’t be Bored for it !!

Di suatu lokasi,

Kreet…kret…kret..!! sebuah becak melintasi jalan yang sempit,

Menjauhi keramaian dan kebisingan,

Mengayuh dibelakangnya pria bertubuh gempal,

“Ya ya di sini Bang kiri…stop stop”suruh Ibu-ibu itu sepulang berbelanja dari pasar.

“Berapa Bang…”tanyanya lagi.

“Goceng tadi pan..”jawab pria bertubuh gempal itu.

“Hah…tadi kedengerannya seceng…”protes si Ibu.

“Yeee…jauh Bu..nyang bener aje…mending Ibu tadi ngesot aje kaya suster” sahut pria gemuk itu asal.

“Iya iya…cuma ngetes doang kirain lupa…kan lumayan empat ribu lebihannya”kata si ibu mau nilep.

“Yeee si Ibu mau curang”jawab tukang becak itu lagi. (Sialan lu…tua-tua masih mau ngentit…dasar suster ngesot !!)dalam hatinya sebal.

“Nih…udah ya makasih tong..inget aja luh sama uang..Huuh”kata si Ibu mau mengeplak pria berprofesi tukang becak itu.

“Eit eit…Ya ingetlah…soal duit ama cewe mah saya pinter Bu”jawab pria itu lagi.

“Emang ada cewe yang mau sama badan kaya drum minyak gitu?” ledek si Ibu.

“Wes jangan salah Bu…biar badan gini juga ketutup sama muka saya, banyak nyang bilang beda-beda tipis sama Mike Lewis” kata tukang becak itu sok.

“Tipis segimane tong?” tanya Ibu.

“Setipis bata !!”

“Yee…bata mah tebel tong”

“Ye iye maksud aye juga ga mirip getu hehehe” kelakarnya.

“Hehehe bisa aje lu tong…ya uda sampe besok yak”kata si Ibu.

“Iya iya makasih ya Bu…”kata pria gemuk itu sambil menghitung uang.

“Iyaa…”jawab Ibu.

“Wan tu sri for fev”katanya sok English, “goceng sip…!! laris manis…”girangnya.

Dia senang, karena merupakan awal pagi hari yang baik dia sudah mengais rejeki, pria itu mengepret-ngepretkan uang ke becaknya agar lebih banyak pelanggan. Pria bertubuh gempal itu kembali mengayuh becaknya untuk kembali mengais rezeki, dia cukup lumayan mendapat penumpang, karena memang pangkalan becak itu selain dekat pasar, juga dekat dengan sebuah kampus besar, sambil menyelam minum air begitu kata pepatah Belanda, jadi sambil mencari uang sambil mata menelanjangi penumpang, yang mayoritas anak kampus itu dimana kecantikan maupun bodynya yahud-yahud punya. Tukang becak itu kembali teringat akan dua hal, kata-kata si Ibu tadi dan janjinya dengan seseorang, lebih tepat bahwa seseorang tersebut telah menjanjikan sebuah hal yang bisa menolak mentah-mentah kata-kata si Ibu, si gemuk itu merasa sedikit tersinggung juga dengan ejekan si Ibu yang ke arah fisik itu, karena itu dia memutuskan untuk mengakihiri pencarian uangnya.

“Cuy gue duluan ya…gue mao istirahat nih” kata pria gemuk itu pada teman-temannya.

“Ok deh Man…lo cape ape mao ngejebol bini hehehe”sahut salah satu rekannya yang meledek dan disambut dengan tawa tukang becak yang lain.

“Hehehe…ya gitu deh”jawab pria gemuk itu dalam hatinya,

(Emang gua legi nepsong pengen ngejebol memek…tapi bukan bini sendiri) pikirnya sambil menyeringai mesum ke arah teman-temannya. Teman-temannya pikir bahwa dia tersenyum karena hal itu benar. Pria bertubuh gempal itu pun pergi mengayuh becak meninggalkan teman-temannya dan pergi pulang ke rumah beristirahat sebentar untuk tujuan besar berikutnya. Sekedar mengingatkan, pria bertubuh gempal ini tak lain adalah Maman, salah satu dari gerombolan tukang becak yang pernah ikut menggangbang Joane.

***********************************

Di Lokasi yang berbeda-beda, Pada hari dan waktu yang sama,
Ada sebuah rumah megah di suatu kawasan elit, dimana saat ini hanya ada seorang gadis yang sedang menempatinya, kedua orang tua gadis itu sedang keluar kota menghadiri acara pernikahan famili. Semua pembantu sedang mudik, hanya ada si gadis nona majikan dan seorang tukang kebun, gadis cantik itu bernama Sherin dan tukang kebun yang sudah berumur itu bernama Udin Surudin, akrab dipanggil Pak Udin. Sherin sedang libur dan tidak kuliah, namun beberapa mahasiswa/i ada yang mengambil kuliah semester pendek. Hari itu adalah tepat sehari, setelah kemarin pertama kali dia berhasil digarap Pak Udin tukang kebunnya, gadis itu turun dari kamarnya untuk sarapan, dia lapar sekali karena kemarin semalaman Pak Udin menguras tenaganya, tukang kebun itu puas menggerjai nona majikan cantiknya itu habis-habisan hingga teler pingsan, dan tidur bareng melewati malam seranjang dengannya, saat itu sang Nona hanya mengenakan daster terusan biru pendek yang sama sekali tidak menyembunyikan paha putih mulus jenjangnya, Sherin buru-buru membuka sungkup untuk mengambil nasi dan lauk pauk,
(Sial…kok cuma nasi…mana udah kering lagi…emangnya gua pertapa…disuruh puasa mutih)omelnya dalam hati,

Sherin tidak tahu bahwa Pak Udin memang sengaja agar Sherin menemuinya, karena dia tahu Sherin seringkali mencoba menjauhinya, selalu menolaknya tetapi tidak berdaya, dan berakhir dengan penyerahan dirinya, bagaimana tidak mencoba menjauhinya?? Jika setiap bertemu Pak Udin selalu minta jatah bersenggama dari tubuh seksinya, tentu membuatnya jengah walaupun bergairah, mentang-mentang hanya ada mereka berdua di rumah saat itu, si Tua itu memanfaatkan semua kesempatan yang ada, setiap saat setiap waktu, Sherin saat itu juga ditinggalkan duit seadanya karena lama kepergian orang tuanya sungguh di luar schedule, maka mau tidak mau si seksi itu mendatangi kamar Pak Udin yang ada di atas, kamar itu tadinya sebuah gudang. Sherin pun menguatkan langkahnya, menegarkan dirinya, tetapi…semakin dekat dirinya dengan kamar Pak Udin tukang kebunnya, degup jantungnya pun bertambah cepat, mana saat itu pakaiannya seronok merangsang lagi, salah sendiri sih…

Tok tok tok !!

“Pak Udin..!!”panggil si Nona majikan cantik pada pembantunya yang burik,

“Iyaa…”si tua itu membuka pintu, terlihat wajah tuanya sudah kembali segar.

Pak Udin mengenakan sarung dan kaos singlet usang, tukang kebun mesum itu langsung nepsong menatap Sherin dari ujung kaki hingga rambut merahnya, tanpa disulap David Copperfield, sarung yang dikenakan Pak Udin menyempit dan mengecil, yang jelas tidak mungkin bahwa sarung itu menciut, kemungkinan 100% bahwa “makhluk hidup” sejenis unggas di dalamnyalah yang membesar, “unggas” Pak Udin kontan mengacung konak melihat dandanan Sherin yang seakan-akan “siap dipakai”.

“Ada apa Non…minta dientot..??”tanyanya kurang ajar dan menyingkap daster terusan birunya tinggi-tinggi.

“Eiit…Eh Pak Udin…jangan Pak…saya mau minta tolong”jawab Sherin,

Sambil menutup daster bagian bawahnya yang hendak disingkap Pak Udin, dan menepis tangan nakal Pak Udin yang mengajak perang gerilya, Sherin yang lama-lama terbiasa dengan kelakuan mesumnya, hanya menatap lurus ke arah Pak Udin menahan amarah.

“Ooohh…sarapan yah”sahutnya sambil tersenyum.

Deg…! Sherin sudah menebak bahwa si tua bangka Udin memang sengaja, agar dia menemuinya dan memohon sesuatu padanya.

“Iya Pak…tolong ya Sherin lapar”jawabnya sedikit manja, berharap si tua itu mengasihaninya,

“Oh ya udah…mao nyarap apaan Non??”tanyanya lurus.

Dalam hati Sherin, (syukurlah si tua bangka ini adem denger gue laper…)

“Emm…Apaan yah…apa aja deh Pak..”jawab Sherin, karena sebagai anak gadis kaya, yang selalu dimanja, dia asal tahu ada saja.

“Ya apaan Non…masa peju Bapak hihihi” jawabnya mesum dan tertawa sinting tiba-tiba,

Sherin kaget sekali mendengarnya, tadinya dia berharap bahwa tukang kebun itu barang sekali saja tidak berpikir ke arah selangkangan maupun hal entot mengentot padanya.

“Ya jangan dong Pak…”jawab Sherin merengut.

“Hak hak hak iya ya…itu mah buat nanti aja ya Non”katanya kurang ajar.

(Ogah gue nelen peju lu…Asin !! Hueeekk !!)dalam hati Sherin,

“Ya udah nasi uduk pake ayam aja ya”jawab Pak Udin tenang mencoba menahan nafsu.

“Iya iya…tolong yah Pak…”kata Sherin lagi memohon, dia mengangguk senang.

“Bayarannya Non…??”tanya Pak Udin,

“Loh kan uang makan udah dititip Mamah ke Bapak…kalo saya buat jajan”jawab Sherin.

“Bukan bayaran itu Non…”katanya sambil tersenyum mesum,

Tukang kebun itu berjalan mendekati Sherin sambil cengengesan.

“Bu..bukan itu…te..teruus…”katanya sedikit bergetar, sambil berjalan mundur menjauhi Pak Udin mengetahui maksud otak kotornya, yang ditakutinya terjadi, tukang kebun tua itu meminta sesajen selangkangannya berbentuk persenggaman. Dia memang punya duit cukup tetapi masa hanya untuk sarapan dia harus ke Café atau sejenisnya, sangatlah tidak effisien, disamping dia juga mulai menyukai pelecehan plus perkosaan yang dilancarkan Pak Udin terhadap dirinya, entah mengapa membuatnya semakin merasa seksi.

“Yaah…Non tahulah…kan semalem kita pesta ehehehe”tawanya sambil menggerakkan lidah menjilat bibir, seolah-olah melihat “makanan lezat siap saji”.

“Ma..maksud…Bapak”jawab Sherin lagi masih dengan terbata-bata,

“BLT Non…Bayaran Langsung Tubuh…Bapak Puas Non Lemas hak hak hak”katanya edan.

Sherin kembali lemas, dia betul-betul jatuh dalam lubang nista, hanya untuk semangkuk sarapan nasi uduk dengan sedikit lauk pauk, dia harus rela disetubuhi oleh pembantunya yang menjabat sebagai tukang kebun berotak ngeres itu, si Udin tua-tua keladi, makin tua makin doyan Meki.

“Ja..jangan Pak..jangan gitu”iba Sherin.

“Ayolah Non…barang secelup dua celup lah ehehe” katanya dengan menunjukkan persis di depan wajah Sherin, jempol yang terjepit jari tengah dan telunjuk, dan menggoyang jari jempol itu seolah penis yang mengaduk vagina penjepitnya.

“Nak ning..nik nang nik nung..nak ning”ejeknya, sambil menggoyang kepala berjoget.

“Ampun Pak…saya lapar…”ibanya lagi.

“Ya karena itu…semakin Non menolak Bapak…semakin Non laper…kita sama-sama laper Non…Non laper nasi…Bapak laper Memek”terangnya mesum sok diplomasi.

“Jadi kita sebagai makhluk sosial harus saling menutupi kebutuhan…karena manusia tidak bisa individu…kita saling membutuhkan” terangnya panjang sok mengajari, yang ujung-ujungnya selangkangan Sherin juga sebenarnya.

Sherin pun menghentikan langkahnya pasrah, daripada dia terus kelaparan. Pak Udin pun langsung tersenyum bahagia, tentu saja Udin Junior juga turut bahagia, malah lebih gila layaknya merayakan pesta Tahun Baru meniup-niup terompet yang belum waktunya itu.

“Nah…bagus itu Non..Udin dilawan..hehehe” katanya melihat Sherin tidak punya pilihan.

Pak Udin langsung cekatan menggerayangi paha mulus yang tidak tertutup daster birunya itu, sedari tadi memang dia ngeres habis melihat dandanan seronok Sherin di pagi hari itu. Sherin hanya berdehem-dehem pasrah paha putih jenjangnya digrepehi habis-habisan oleh tukang kebunnya yang berusia lanjut itu.

“Aje gilee…mulus tenan majikan gue ini huak hak hak”tawanya terbahak-bahak mesum.

“Angkat Non roknya…ayoh !!”suruhnya.

Sherin pun mengangkat daster terusan birunya itu, sehingga terpampanglah pemandangan yang bahkan mengalahkan pemandangan alam sekalipun,

“Whuuuaa…busyet dah…gua uda mati apa belom ni…dapet bidadari mulus kaya gini”

“Selamat makaan….”kata Pak Udin mesum, langsung menggerayangi pantat bahenolnya dan paha putih mulus jenjangnya dengan buas, menjilat-jilat dan sesekali melahap paha mulus Sherin seolah-olah ingin memakannya mentah-mentah, untung saja tidak sampai lecet karena Pak Udin begitu lapar akan birahi seks liarnya.

“Ini tali kok dijadiin kancut ya Non…?”tanyanya udik yang baru melihat G String itu.

Sherin enggan menjawabnya, disamping dia sedang melawan gairah tak diundangnya.

“Ehhmm…Pak…jangan pliis..”mohonnya,

Karena Pak Udin menekan G String yang berada di belahan vaginanya hingga masuk melepit ke dalam, dan gilanya Pak Udin menggesek-geseknya sambil tertawa sinting.

“Kik kik kik kik…sapa suruh pake kancut seksi gini Non”katanya menyalahkan Sherin.

Memang dalam hal ini Sherin salah, ibarat memancing, kita jangan mau jadi umpan kalau tidak mau dipancing, sebagai wanita kita tidak boleh memakai pakaian merangsang kalau tidak mau diperkosa. Tapi Pak Udin pun juga salah, kenapa punya otak ngeres bin kotor, dimana hanya ada memek, memek dan memek gadis muda saja. Karena bagian bawah perutnya sudah kruyuk kruyuk alias lapar minta sesajen, Pak Udin menarik turun G String hitam milik Sherin dengan penuh nafsu hingga dibawah lutut, dan langsung melahap vagina Sherin,

“Hap…Hhhmhh…Ssllrrpp…Enyak Enyak Enyaakkh…Hhmmh !!”

Hidung pesek itu bahkan menggesek-gesek ke kiri dan ke kanan bibir vagina Sherin, Pak Udin membentangkan lebar-lebar bibir vaginanya dan,

“Hhhmmh….”hirup tukang kebun itu dalam-dalam,

Aroma surga pun tercium, surga yang sangat nyata bagi Pak Udin, pria tua itu semakin lahap saja memakan vagina Sherin, dimana jari-jari nakalnya pun juga ikut meramaikan serangan birahi, vagina Sherin pun menyambut baik rangsangan pria pervert itu, lendir mulai mengalir hingga mengalir membasahi tangan hitam keriputnya.

“Aaargh…saya ga tahan lagi Non !!”kata Pak Udin nepsong berat seraya bangkit,

Bruugh…!!

“Aaaawhh…sabar Pak..pelan-pelan!” protes Sherin disaat tubuh moleknya dibalik paksa ke dinding oleh Pak Udin agar membelakanginya,

Inilah “BLT” yang dimaksud Pak Udin, untuk sebuah sarapan, Sherin harus rela di-doggy olehnya, sejak masuk kerja di rumah Sherin, tukang kebun itu memang selalu memantau body nona majikannya yang yahud punya, apalagi dia sering memakai celana ketat yang menonjolkan pantatnya, dan kontan Udin Jr. pun pasti selalu bangun tanpa dikepret air.

Bisa men-doggy Sherin tentu impian mesumnya, sekali saja sukses, maka dia akan terus-menerus menagih jatah hingga ratusan, ribuan bahkan jutaan kali. Sherin bertumpu di dinding, horny yang mengalir di sekujur tubuhnya membuat dirinya pasrah takluk pada tukang kebunnya itu, gadis seksi itu merenggangkan kaki agar Pak Udin masuk dalam sasaran tembaknya, dia lebih membungkukkan tubuhnya siap untuk didoggy pria dibelakangnya habis-habisan, disamping Sherin juga berpikir semakin cepat selesai dia semakin cepat bisa sarapan.

Dengan gagah Pak Udin menyingkap daster terusan biru seronok Sherin ke tengah badan hingga terlihat payudara menyembulnya yang memakai Bra tipis hitam seksi yang sama sekali tidak bisa menyembunyikan kemontokannya, dan Pak Udin melepas lepitan sarung hingga jatuh di kakinya.

Jreng..jreng..jreng !! Pak Udin memperlihatkan kejantanan yang akan digunakan untuk membantai betinanya Sherin sang nona majikan,

“Iyaaahh!” jerit Sherin kecil, semalaman kemarin memang dia dibantai habis-habisan oleh penis itu, tetapi dia tetap reflex seperti itu karena memang penis Pak Udin itu berdiameter sedang namun panjang, untuk orang seumurnya penis itu di luar akal, pacarnya pun juga tidak sepanjang itu, itulah yang membuat Sherin diam-diam bersedia jadi pelacur pemuas nafsu tukang kebunnya, dia lebih menyukai disetubuhi Pak Udin dibandingkan pacarnya, gadis cantik kota metropolitan itu lebih ngarep digarap pria wajah desa dibanding kota, asalkan penisnya seperti Pak Udin. Burung itu ingin pulang menuju sangkarnya, penis tua itu mendekati vagina sang gadis, Sherin yang sedikit takut..takluk sekaligus horny, mengulurkan tangan ke belakang, dan membuka lebar bibir vaginanya dengan kedua jari lentiknya, menunjukkan jalan yang sebenarnya tidak usah ditunjukkan, karena penis itu pasti akan berusaha keras menelusuri jalan walaupun tersesat. Reaksi Pak Udin hanya tersenyum mesum melihat Nona majikannya sudah pasrah untuk disenggamai, maka tangan yang tadinya mau digunakan membuka bibir vagina, dia taruh di sisi pinggang ramping Sherin, yang satunya untuk membimbing penis menuju celah bergerinjal berwarna merah muda..liang vagina Sherin. Penis itu pelan-pelan mendesak masuk ke vagina Sherin, dia mendesah sambil menggigit bibir bawahnya menghayati proses pencoblosan tukang kebunnya itu.

Bleeess…!!

“Eeemhh…Yessh !!desah Sherin seksi, saat penis itu memenuhi liangnya,

“Ooookkh…seret ni lonte..Hhnngh”lenguh Pak Udin sesak,

Tenggorokan orang tua itu serasa kering dan sesak nafas, sebagaimana penisnya sekarang juga merasa sesak dijepit vagina Sherin yang super legit. Membuat semua pria iri dengan keberuntungannya, bahkan seorang eksekutif pun pasti akan bersedia berhenti kerja dan menjadi tukang kebun menggantikan Pak Udin. Pak Udin yang sudah mupeng berat langsung memulainya dengan genjotan-genjotannya yang brutal, lama-kelamaan sodokannya semakin keras dan kasar sampai tubuh Sherin terpental-pental dengan hebatnya. Seolah-olah Pak Udin ingin membuat Sherin menabrak dan menemplok di dinding layaknya Spiderman, tangannya menarik kasar bra hitam tipisnya turun, dia meremasi payudaranya yang berayun-ayun akibat genjotan, tak lama mereka mulai menceracau mendekati klimaks seksnya, Sherin yang dari tadi juga merasa horny, kali ini dia merasa juga ingin lebih cepat orgasme,

“Iyaahh…akuh…mau keluar…Pak…Yeessh..”desis Sherin.

“Gila memek Non…gila Non memek luu…Gilaa.a.aaakkh !!”geramnya seperti kerbau.

Pak Udin menarik mundur sedikit tubuh Sherin dan menyentak masuk penisnya dengan sekuat tenaga, seperti yang diinginkannya yaitu membuat Sherin nyangsang ke tembok,

Gubraak !!

“Aaaaakkh…. !!”erang keduanya,

Crooootttt !! Croott..jruooottt..crott !! semprotan kemenangan sperma Pak Udin.

Seeerrr…crut..crut..ceeerr…!! semburan takluknya lendir vagina Sherin.

Mereka klimaks bersamaan dan bertumpukan di dinding seperti posisi 99, Sherin sampai-sampai menjinjitkan kakinya saat Pak Udin menghimpit menekan tubuhnya ke dinding karena begitu geram dan bangganya dia ketika klimaks, dua tubuh itu mengejat-ngejat nikmat berbarengan, diiringi kejangan di vagina dan penis masing-masing. Mereka cukup lama berpelukan pada posisi seperti itu. Tak lama Pak Udin menarik lepas penisnya tersungkur lemas, Sherin yang juga menjinjit langsung lemas ambruk setelah selesai melayani nafsu bejat tukang kebunnya itu demi semangkuk sarapan,

“Oooohh eheheh…puas Ooy…enak tenan yak pagi-pagi ngentot cewe cantik”katanya.

Sherin sebetulnya sebal mendengarnya tetapi juga tidak menampik bahwa dia juga puas, ketika sudah melewati masa lemasnya diapun bangkit duluan, membetulkan branya yang tadi sempat diturunkan Pak Udin, ketika dia ingin menarik ke atas G String-nya Pak Udin yang mesum itu melarangnya keras,

“Eit eit…Non ga boleh pake daleman dulu selama sarapan…biar Bapak gampang kalo mau nambah” katanya mesum.

“Itu BH juga dilepas ya waktu Bapak nyiapin sarapan nanti…”tambahnya.

Sherin hanya bisa merengutkan wajah cantiknya yang tidak berdaya, tukang kebun tua itu mengangkat kakinya dan menarik lepas G String Sherin, setelah berhasil dia menaruh G String itu di telunjuknya dan memutar-mutar sambil tertawa sinting,

“Hi hi hi…anak sekarang pake cangcut kaya tali gini…mending gak usah pake Non !”kata Pak Udin yang memang benar. Terkadang kata-kata si tua ini terdengar mesum, tetapi masuk akal juga…yah sesekali…eh engga deng sekali ini aja sih ^ ^.

“Ya udah Pak cepet beli sarapan saya lapeer..”kata Sherin manja.

“Iya iya..Non bersihin memek dulu yah…Bapak masih mau ngentotin Non lagi”katanya sembarangan.

Si tua mesum itu berlalu meninggalkannya tanpa memakai kembali sarungnya telanjang sambil memakai G String Sherin di kepalanya,

“Pak..pak…celana dalam saya jangan dipake begitu dong kalo keluar !!”protes Sherin.

“Ooohh…tenang aja Non..wong Bapak udah beli sarapan kok sebenernya…emang cuma pengen ngentotin Non aja” katanya enteng sambil menyeringai.

Sherin gemas sekali dengan tukang kebunnya itu, tapi ya sudahlah pikirnya,

“Ini Bapak siapin Non sarapannya…Non cuci memek dulu gih sana” perintah joroknya.

(Sialan nih bandot…udah ngebo’ongin gua…eh pengen ngegarap lagi..ga puas-puas juga lagi si tua..dasar apes gua) pikir Sherin sambil melepas bra hitamnya.

Ia lalu melangkah ke kamar mandi terdekat, membuka daster terusannya dan membersihkan vaginanya yang belepotan sperma menjijikkan tukang kebunnya itu. Sherin lengah tidak menutup pintu kamar mandinya, karena dia pikir si tua itu di lantai bawah, tubuhnya yang sudah bugil itu berjongkok, diapun mengambil pembersih khusus wanita yang biasa dipakai untuk merawat vaginanya agar bersih dan harum, tidak heran si tua Pak Udin gemar sekali menjilati selangkangannya, bahkan sudah menjadi hobi dan sebuah keharusan yang tidak boleh ditolak, vagina Sherin adalah makanan sehari-harinya. Keapikan Sherin dalam merawat tubuh membawa petaka bagi dirinya sendiri, bagaikan sebuah boomerang saja. Setelah selesai membersihkan vaginanya dari noda hina, Sherin yang masih berjongkok itu hendak berbalik, ketika menghadap ke arah pintu dia kaget dan hampir jatuh,

“Mau apa lagi Pak..!”protes Sherin galak, sambil menutup kedua alat vitalnya, vagina dan

payudaranya.

Karena Pak Udin langsung melotot keluar liur, mupeng melihat vagina Sherin yang sudah bersih sambil berjongkok itu,

“Eheheh…enggak tadi mau bilang kalo sarapan udah siap Non Sluurph” katanya menyeka air liur yang menetes dari sela bibir hitamnya.

“Ja..jangan ke sini dulu Pak”mohonnya, karena Pak Udin mendekatinya lagi, dimana dia hanya mengenakan kaos singlet usang tanpa bawahan, sehingga penisnya yang kembali mengacung tegak itu menjadikan buah pandangan takut Sherin.

“Ehehe..cuma bentar Non…makanan kecil sore lah ibaratnya hak.hak.hak” tawa Pak Udin mesum.

Pak Udin menghadapkan penisnya tepat di wajah cantik nona majikannya, minta di oral sex olehnya, Sherin tahu benar itu,

“Ayo Non…kalo mau cepat nyarap…cepet sepong bikin Bapak keluar..!!”perintahnya.

Tercium bau yang memualkan ketika penisnya mendekati wajah Sherin.

(Sialan, giliran gua disuruh nyuci meki, punya lu dibiarin bau gini) omelnya dalam hati,

Sialnya lagi Pak Udin memerintahkan nona majikannya itu untuk menjilati seluruhnya dulu sehingga bau itu makin terasa saja. Karena tidak ada pilihan lain, maka Sherinpun terpaksa mulai menjilati penis hitam yang menjijikkan itu mulai dari kepala sampai buah zakarnya sampai basah oleh liur, dan langsung dilanjut dengan acara hisap menghisap. Sherin yang sudah kelaparan itu berusaha keras untuk membuat Pak Udin ejakulasi. Dia mengeluarkan semua teknik menyepongnya sampai tukang kebun itu kelabakan sendiri mendesah nikmat. Tubuh Pak Udin mengejang dan menceracau, kepalanya tengadah ke langit-langit WC dan mengerang keras, dia mencabut penisnya dan mengocok-ngocok penisnya sendiri dengan keras dan cepat, Sherin sudah tahu apa mau tukang kebunnya itu, dia sudah siap menerima semprotan spermanya,

“Eeeennghh…” lenguh Pak Udin,

Crooottt !! croott crett !! Jruoott Crott !! sperma Pak Udin menyembur dengan derasnya ke wajah Sherin,

“Aaawh…aah…aah..Aahhh…” jerit Sherin kecil-kecil setiap kali sperma itu muncrat ke wajah orientalnya dengan kencang.

“Aaaaaahhh…legaaa.aahhh….” komentarnya setelah berhasil membuat wajah cantik nona

majikannya belepotan spermanya.

“Hak hak hak hak..si Non jadi tambah cantik aja” lecehnya.

“Niiiihh…”katanya sambil meratakan sperma yang ada di wajahnya sehingga mengkilap.

“A Non A…anggep aja ager-ager untuk penunda lapar hihihi” ia menempelkan jarinya yang belepotan sperma ke bibir nona majikannya minta untuk dibersihkan dengan dikulum dan ditelan.

Tak ada pilihan, maka Sherin melakukan perintah tukang kebunnya itu (Huuuueekkk..!!).

“Cuci muka yah Non..!!”perintahnya lagi.

Dalam hati Sherin, (Siapa juga yang mau mukanya belepotan peju lu yang bau amis gini)

Sherin pun mencuci mukanya di wastafel dalam WC itu, otomatis pantat sekalnya yang menungging menjadi sasaran empuk tangan nakal Pak Udin.

“Montok Oy majikan gua… Hihihi”katanya girang,

(Gila lu), kata Sherin dalam hati, merasakan pantatnya diremas gemas tukang kebunnya.

Setelah selesai Pak Udin juga melepas bajunya yang masih melekat dan menyeret Sherin keluar kamar mandi, mereka seperti pasangan berbulan madu saja, bugil berdua seharian. Sepanjang perjalanan tangan Pak Udin menggrepeh habis pantat Sherin, sedang tangan satunya mengocok-ngocok Udin Jr. agar sadar kembali bahwa Seniornya ingin memakai jasanya lagi, karena sasaran tembaknya sudah bersih lagi siap senggama. Mereka saat itu di lantai dua, rumah Sherin yang besar itu dilengkapi tangga melingkar yang panjang, sial bagi Sherin, ketika di tangga hendak turun bersama, Pak Udin membenamkan wajahnya pada vaginanya, dia sama sekali tidak melihat anak tangga yang dituruninya, tangan dia gunakan untuk meremas pantatnya dan pegangan pada Sherin, jadi yang menuntun mereka turun sebenarnya Sherin, dimana keadaannya sedang dalam siksaan birahi. Sherin dengan jilatan dan emutan nakal Pak Udin di selangkangannya, menuruni tangga sebisanya, dengan langkah pelan dia memijak anak tangga satu demi satu, dia melihat ke tangga seluruhnya sejenak,

(Damn…panjang banget lagi nih tangga !!) omelnya melihat anak tangga rumahnya yang banyak, seharusnya memang dia tidak usah menyalahkan rumah besarnya, yang salah itu tukang kebun mesumnya, karena memang jadi siksaan birahi yang dilancarkan Pak Udin semakin terasa lama dan panjang.

Dia menuju langkah terakhir kebebasan, tepat di depannya adalah lantai dasar,

Hup…!! Sherin menapaki kebebasan.

(Thank God…!!) pikirnya selamat,

“Eehmm…Pak udah Pak…udah sampe Ehmh”katanya sambil mendesah nikmat.

“Tehm..rushm…Nonmh…kehmm..mejahm..makanhhm..”katanya sambil membenamkan wajah ke selangkangan Sherin.

(Shiiitt !! gua musti terus jalan lagi dengan keadaan gila ini !!) omelnya dalam hati,

Sherin yang perutnya sudah very hungry itu terpaksa mengabulkan keinginan mesum si tua itu, dia berjalan mundur menuju meja makan yang sialnya lumayan jauh, tangan Pak Udin pun terus meremas pantat dan payudaranya, tak lama mereka sampai,

Huff…!! Sherin membuang nafas lega sejenak,

“HhhmmmmMUuuuaaAcch….Hihuuy…manis pisan memeknyah…wangi Non, Bapak suka banget” komentar si tukang kebun, saat mencabut wajahnya dari area selangkangan Sherin.

(Ohh…mau sampai kapan sih) kata Sherin dalam hati, saat melihat penis Pak Udin konak minta jatah lagi, Pak Udin yang sedang konak-konaknya itu duduk di meja makan, Sherin melihat ke arah sekitar meja makan.

(O’ow..Damn !! kok engga ada bangku lain, sial..!!) omel Sherin kesal.

“Sini Non..sok tak pangku!” katanya menepuk kedua paha hitamnya sambil menyeringai mesum ke arah Sherin.

Sherin hanya bisa lemas, dia memang diijinkan sarapan, tetapi dengan penis menancap di vaginanya, Sherin berpikir keras bagaimana mungkin melakukan 2 hal enak bersamaan, tetapi dia berpikir ulang memang kegilaan cara Pak Udin menggarap dirinya benar-benar berbeda, di satu sisi dia keberatan dan sisanya terangsang, apalagi tadi vaginanya barusan dilahap habis-habisan Pak Udin hingga mengeluarkan lendir minta untuk dituntaskan. Karena tak ada pilihan, perut lapar vagina terangsang, maka dia berjalan mendekati Pak Udin yang menatap nanar ke bodynya, tukang kebun itu semakin nafsu melihat majikan cantik angkuhnya berjalan bugil ke arahnya untuk menduduki penis dengan vaginanya. Pak Udin menggeser bangkunya sedikit kebelakang, sehingga memberikan Sherin jalan kedepannya, Sherin membelakangi tukang kebunnya yang langsung bereaksi meremas body seksinya, gadis itu mengangkang membuka jalan, sebelah tangannya bertumpu di meja makan dan satunya menuntun penis sang tukang kebun, Pak Udin menangkup body Sherin sambil merentangkan bibir vaginanya, setelah tepat Pak Udin menurunkan pantat Sherin dan…bleeess…!!

“Emmh..Angghh!”Sherin pun mendesah dengan mata merem-melek, merasakan prosesi pencoblosan vaginanya, tangannya meremas taplak meja makan di depannya.

“Ooohh…maknyus memek’e”komentar si tukang kebun tua itu.

Mereka berdiam diri beberapa saat menikmati pertemuan kelamin mereka kembali, Pak Udin dan Sherin menyesuaikan diri pada mulainya persetubuhan mereka, tua bangka itu sengaja menaruh tangan di pantat sekal Sherin, sehingga dia bisa bebas mesum merdeka mengatur tempo permainan. Pak Udin yang terlebih dahulu menguasai medan persetubuhan, mengawali perbincangan

“Sok Non dimakan sarapannya” katanya menjijikkan.

(Mana bisa makan kaya gini dasar gila…mending lu cepet keluar terus cabut tuh kontol!), dalam hati Sherin kesal dikerjai terus menerus secara seks.

“Su..susah Pak..ka…kalo beginih Hhgh Henghh”kata Sherin berusaha menahan birahi.

Bagaimana tidak menahan birahi, Sherin duduk telanjang bulat dipangku pria yang juga telanjang, dimana penis panjang pria itu menancap ketat di vaginanya.

“Yee makan Non…udah dibeliin capek-capek juga” omelnya sinting,

Edan nian Pak Udin ini memang, berbicara saja sulit apalagi makan.

“Kalo ‘nda mau makan Bapak buang makanannya ke tempat sampah nih”ancamnya.

Sherin yang takut juga langsung berusaha keras menggerakkan tangan mengambil sendok dari tempat kumpulan sendok itu, sial baginya, tempat sendok itu lumayan jauh sehingga dia harus sedikit mengangkat pantatnya yang dicengkram kuat oleh Pak Udin, namun entah sengaja, Pak Udin membiarkan Sherin mengangkat pantatnya itu sehingga penis di dalam vagina terulur dan menyisakan kepala penisnya saja, Thank God Sherin berhasil mengambil sendok, baru saja dia hendak menutup kembali tutupan sendok-sendok itu,

Jleebh…!!

“Aaaahh….”

Gumprang…!! sendok itu terlepas, juga tutupan sendok.

Dengan isengnya, tukang kebun tua itu menumbukkan ke bawah tiba-tiba tubuh Sherin sehingga vaginanya menghujam penisnya yang mengacung.

“Hihihi…kenapa Non ?? enak ya hak hak hak”tawanya senang karena berhasil mengerjai sang Nona majikan cantik, sesekali Pak Udin mencucupi lehernya yang terbuka lebar siap dicupang.

Si cantik Sherin kembali berjuang, untung sendok yang terjatuh itu tidak jauh, setelah di dapatnya dia langsung menyuap makanannya,

Hap…nyam nyam !! Sherin berhasil menelan dan menguyahnya.

Namun baru saja ingin ditelannya,

“Heeee!!” kejang Pak Udin.

Pria tua itu menyentak hingga Sherin terangkat tinggi di pangkuannya,

“Hhmmph…” erang Sherin teredam karena masih ada makanan di mulutnya.

“Eeeennghh…” lenguh Pak Udin saat menurunkan lagi pantatnya sehingga vagina Sherin menumbuk penisnya.

“Hhmmphh…”erang Sherin lagi yang masih mengunyah makanan.

Sherin buru-buru menelan dan nafasnya langsung terengah-engah, tenggorokan Sherin langsung terasa seret, dia mengambil gelas untuk meminumnya, diteguknya air itu lalu,

“Hhmmh…”dehem Sherin lagi, karena sedang minum, suara itu menggema di gelasnya,

Pak Udin menyodok vaginanya dengan menyentak ke depan, lengkap sudah, tadi pertama ditumbuk ke bawah, kedua disentak keatas, terakhir ketiga ini disentak ke depan. Sherin benci sekali dikerjai seperti ini, dia memang horny tetapi dia lapar sekali, pikir dia ini akan terus-menerus seperti ini dan sarapannya tidak akan kunjung selesai, sementara perutnya sudah berbunyi. Kali ini dia membanting gelas yang baru saja diteguknya ke meja, Bruugh..!!

“Heeh..heeh..” nafasnya terengah-engah sambil menyeka mulut,

Dia kesal dan memutuskan membuat si tua ini ejakulasi habis-habisan hingga tabungan spermanya kosong. Sherin memegang pinggiran meja, bangkit sedikit, mengangkat kaki dan berjongkok di bangku tempat Pak Udin duduk layaknya seorang raja, dia menggenjot naik turun pantatnya dengan cepat, sebentar dangkal…sebentar dalam.

“Bandot gilaa..bandot tua enggak tahu diuntung…enak lo..enak bisa ngentotin gue…hah bandot sialan..Nihh…Nihh…lu sukakan Hihh…Hhiiiiihh !!”erang Sherin kesal,

Dia menumpahkan emosi yang sedari tadi ditahan dan nafsu birahinya, dia menumbuk penis Pak Udin dengan gencar, sehingga tukang kebun itu jadi senjata makan tuan karena keadaan berbalik, dia malah kelabakan dengan keliaran Sherin atas hasil didikannya yang tergali baru dan didikan si Imron the pervert janitor.

“Aaarhh…Non ma…Aaarrhh…ma..Aaarhh ma..Aaahhh…”desah Pak Udin kelabakan,

Tua bangka itu ingin menyuruh Sherin makan, namun belum selesai Pak Udin menyuruh, Sherin sudah menumbuk penisnya memberikan sejuta kenikmatan, Pak Udin hanya bisa menganga keluar liur bahkan ingus meleler dari hidung pesek hitamnya. Si cantik itu ingin membuktikan bahwa gadis kota metropolitan, tidak akan kalah dengan pria-pria berwajah desa seperti Pak Udin,

“Doyan lu memek gue…Doyan lu memek gue…Makan Niihhh…Enaak luh!!”.

“Lonte lu…Aaargh…Lonte lu Aaagghh…AAaaaarrgghh…AmpUun NoonNhh.!!”.

Pak Udin yang kewalahan akan kalah bermaksud merubah posisi minimal remis, tangan hitamnya menangkup payudara montok Sherin, meremas dan memilin putingnya, taplak meja makan itu diremas Sherin hingga tertarik dan gelas di atasnya yang terkandung air itu tumpah, bunyi gelas jatuh itu meramaikan suasana gaduh di ruangan meja makan itu,

“Hhiiihh…Hhiiiihh…HhaaAahh…IyYaAaaaaAhHh….!!”

“Aaargh…Aaagghh…NnoOnHh…AaaaarRrgGghhh….!”

CRROOOTTTS !!! Cruoooootttt…!!! Crooottt crott !!

Keduanya menggapai klimaks, pun teriring lenguhan nikmat. Sperma Pak Udin berkali-kali muncrat seirama dengan lenguhan nikmatnya yang serak parau, Sherin juga menjerit dengan nada tinggi. Dua cairan yang lengket, kental dan banyak itu bertemu memenuhi liang vagina yang tampak tak tertampung. Pak Udin ambruk, penisnya di vagina Sherin mengecil, dia menyender di bangku dengan wajah seperti orang teler, lidahnya keluar, matanya mendelik menyisakan putih, hidung peseknya mengeluarkan hingus, air liur meneretes dari sisi bibir hitamnya. Keadaan Sherin pun tak lebih baik, namun masih tetap cantik, dia menguatkan diri untuk menghabiskan sarapannya, lalu tergeletak di meja dan bersama-sama pak Udin menuju alam mimpi.

Indahnya kembang tidur anak manusia,

Membalut luka mengarungi ganas dunia.

(Sleep well My Dear, Sleep forever My Beast).