Menuju Pernikahan

 

1 tahun sudah berlalu setelah aku berlibur di desa sambil membiarkan Mang Karyo dan Mbah Tanto mendepositkan benihnya ke dalam rahimku. Aku beraktifitas seperti biasa, pergi kuliah, jalan-jalan, shopping, dan kadang-kadang kalau aku libur lebih dari 2 hari, aku langsung pergi ke desaku untuk melepas rindu terhadap Mang Karyo dan Mbah Tanto, juga seperti yang telah aku janjikan setiap hari Senin, Rabu, dan Sabtu aku harus menemani pak Bara, pak Maman, pak Wawan, dan pak Jono ngeronda tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhku.

Kebetulan hari ini, aku sedang rajin kuliah, dan semua dosen mata kuliahku pun masuk semua hingga aku pulang agak sore dari biasanya. Aku langsung pulang ke rumah karena badanku sudah terasa pegal bukan kepalang. Setelah sampai di rumah, aku memakirkan mobilku ke garasi, lalu aku masuk ke dalam dan karena ibu sedang mengantar Rini les piano, aku mengunci pintu dan menuju kamar.
“akhirnya,,”, kataku setelah membanting tubuhku ke ranjangku yang terasa sangat nyaman.

Tanpa sadar, dalam 1 menit mataku sudah tertutup rapat dan aku sudah melanglang buana di alam mimpi. Akhirnya aku bangun setelah tidur dari jam 5 sore hingga jam setengah 11 malam. Aku melihat ke kamar Rini ternyata dia sudah tidur, lalu aku turun ke bawah sambil menggunakan pakaian bekas kuliah tadi karena aku belum ganti pakaian. Ternyata, ada seseorang yang sedang menonton tv.
“oh,,papah..kirain siapa..”.
“eh,,Bunga,,kamu belum tidur?”.
“udah pah,,dari sore,,sekarang jadinya udah seger lagi deh”.
“yaudah,,mending temenin papa nonton bola..”.
“ok,,”, lalu aku duduk disamping ayahku dan menonton bola sambil makan kacang. Ini sudah biasa bagiku, karena sewaktu aku lahir, ayah menginginkan anak laki-laki tapi yang keluar malah anak perempuan. Jadi, ayahku mendidik aku seperti anak laki-laki, alhasil sampai SMP aku menjadi anak yang tomboi, untungnya sejak SMA aku mulai sadar dan menghilangkan sifat tomboiku.
“Bunga,,papa mau nanya”.
“nanya apaan, Pah?”.
“kamu masih inget ulang tahun perusahaan papa,,2 bulan lalu..”.
“iya Pah,,kenapa?”.

“kamu inget gak pak Danu?”.
“o iya,,yang gendut itu kan?”.
“hush..itu rekan bisnis papa yang penting tuh..”.
“hehe,,iya,,maap deh Pah,,emang kenapa si Pah,,tiba-tiba nanyain pak Danu?”.
“waktu itu kan kamu dikenalin ama anaknya,,inget gak?”.
“oh iya,,iya,,nama anaknya Tomi kan?”.
“iya,,semenjak ketemu kamu,,si Tomi jadi tegila-gila ama kamu..”.
“ah,,yang bener, Pah?”.
“bener, malah,, waktu si Tomi tidur,,ngigaunya nama kamu,,”.
“buset,,ampe segitunya,,”.
“mendingan besok malem,,kamu nemuin dia,,”.
“yaudah,,Bunga sih mau-mau aja..”.
“ok,,tar papa ama pak Danu yang ngatur”. Lalu kami berdua melanjutkan nonton bola hingga selesai.
“hhoaahmm,,papa ngantuk nih..papa tidur duluan ya..”.
“yaudah,,inget,,mamah jangan diapa-apain,,hehe”.
“bisa aja kamu,,udah ah,,papah tidur dulu”. Lalu ayahku masuk ke kamarnya, sementara aku bingung mau ngapain.
“oh iye,,hari ini kan hari Sabtu,,berarti gue harus ngeronda dong..”, kataku sendiri.
“kalo gitu,,gue mandi dulu ah,,biar wangi,,”.

Setelah mandi, aku memakai baju yang lebih santai dan memakai wewangian. Lalu aku keluar dan berjalan malam-malam menuju pos ronda.
“misi,,”, kataku sambil mengetok pintu pos ronda.
“eh,neng Bunga udah dateng..masuk neng..”, kata pak Bara mempersilakanku masuk.
“hmm,,neng Bunga,,emang wangi mulu..”, komentar pak Jono.
“emang beda kalau cewek cantik..wanginya enak banget..”, tambah pak Wawan.
“aahh,,bapak-bapak bisa aja nih ngerayunya..bunga jadi malu..”.
“tapi emang bener kok neng..”, balas pak Maman.
“ah,,udah ah,,gimana nih, mau mulai sekarang?”.
“tar dulu deh neng..lagi seru nih bolanya..”, kata pak Bara sambil duduk dan mulai menonton lagi.
“yaudah, Bunga bikin kopi dulu deh buat bapak-bapak..”.
“makasih ya neng Bunga,,”.
“neng Bunga emang istri idaman deh..”, tambah pak Wawan sambil tertawa. Setelah aku selesai membuat kopi, aku menaruh nampan di meja yang ada di hadapan mereka dan aku pun ikut duduk di sofa untuk menonton bola.
“bukannya udah abis ya?”.
“kalau yang ini lain lagi neng..”.

“emang neng Bunga yang tadi nonton?”, tanya pak Jono.
“iya,,Bunga nonton ama papah..”.
“ooh,,”. Lalu kami serius menonton pertandingan yang sedang berlangsung, dan tak heran, pak Maman dan pak Wawan yang berada di samping kanan dan kiriku meremas-remas payudaraku jika pertandingan sedang tidak seru. Tak lama kemudian, pertandingan berakhir sehingga kini aku harus siap-siap melayani mereka berempat. Dengan serentak, mereka berempat langsung mengerubungiku. Pak Bara berada di belakangku, dia menarik kepalaku ke belakang sehingga lidahnya bisa bereksplorasi di wajahku dan tentu saja di dalam rongga mulutku. Pak Wawan dan pak Maman dengan kompak menyingkap kaosku ke atas dan langsung menyerbu payudaraku dengan mulut mereka. Sementara celana pendekku yang memang mudah dilepaskan sudah berada di bawah dan kini pak Jono sudah asyik menjilati vaginaku. Aku sudah terbiasa dikerubungi oleh mereka seperti ini. Mereka menyerang bagian-bagian sensitifku, apalagi pak Jono, dia menyapu vaginaku dari atas ke bawah, bawah ke atas dan seterusnya, tak jarang juga ia memasukkan lidahnya ke dalam vaginaku, karena itu aku mencapai orgasme dalam waktu yang singkat.

Pak Jono yang mendapat vaginaku berkomentar setelah menyeruput habis cairanku.
“si neng Bunga,,makin hari,,memeknya makin manis aja..”.
“mana,,mana,,gantian Jon,,gue juga pengen ngerasain”, sela pak Maman.
“yaudah tuh,,”. Mereka berganti posisi sehingga pak Jono kini mencupangi payudara kananku dan pak Maman mencicipi vaginaku. Terus menerus tubuhku dimainkan oleh mereka hingga air liur mereka berempat bercampur di vaginaku.
“udah puas jilatin memek Bunga belum?”, tanyaku.
“emang kalau belum, kenapa neng?”, tanya pak Bara yang merupakan orang terakhir yang menjilati vaginaku.
“ya gak apa-apa lanjutin aja”.
“gimane, mau lanjutin apa langsung?”, tanya pak Bara ke pak Wawan, Maman, dan pak Jono.
“langsung aja dah,,”, jawab pak Wawan.
“iye bener..”, tambah pak Maman.
“yaudah, kalau pada mau langsung..yuk..”, jawabku.

“sip neng Bunga, kontol kita-kita udah gak sabar pengen masuk ke kandangnya..”, balas pak Jono.
“emang kandangnya dimana tuu?”, balasku menggoda mereka.
“ya di memek neng Bunga lah..”, jawab pak Jono.
“haha..bisa aja nih bapak-bapak..”, jawabku sambil diiringi gelak tawa kami berlima. Setelah puas tertawa, aku tidur terlentang di tikar yang telah mereka sediakan, siap memberikan tubuhku untuk mereka. Pak Bara langsung tidur di bawahku dan memasukkan penisnya ke dalam anusku, lalu pak Jono menanamkan penisnya ke dalam vaginaku. Mereka mulai menggenjot penisnya dengan nafsu yang memburu.
“ayo teruss,,aahh,,mmhh,,ohh”, desahku menerima serangan 2 penis di 2 lubangku secara bersamaan. Ketika aku sedang asik menikmati penis pak Jono yang keluar masuk vaginaku dan penis pak Bara yang juga keluar masuk anusku, tiba-tiba pak Wawan menarik tangan kiriku dan pak Maman menarik tangan kananku, aku langsung mengerti maksud mereka. Mereka berdua mendekatkan tanganku ke penis mereka masing-masing, aku pun langsung mengocok penis mereka berdua dengan tanganku.

Aku terus mengocok penis pak Wawan dan pak Maman sementara vagina dan anusku terus dipompa oleh pak Jono dan pak Bara. 15 menit kemudian, pak Bara mempercepat penisnya yang keluar masuk anusku dan tak lama kemudian pak Bara menyemburkan spermanya yang hangat ke dalam anusku.
“ooh,,oohh neng Bunga !!”, teriak pak Bara sambil terus menyemprotkan spermanya ke dalam anusku hingga semburan terakhir. Tak lama kemudian, pak Jono pun menyusul mencapai klimaksnya dan menembakkan lahar putihnya yang kental ke dalam vaginaku. Sambil menunggu pak Jono dan pak Bara menanamkan benihnya ke dalam tubuhku, aku yang sedari tadi mengocok sambil menjilati batang penis pak Maman dan pak Wawan secara bergantian tetap melanjutkan aktivitasku hingga penis mereka berdua berlumuran air liurku. Setelah pak Jono dan pak Bara sudah berhenti menyemprotkan spermanya, mereka langsung mencabut penis mereka sehingga sperma mereka berdua meleleh keluar dari vagina dan anusku.

Dengan cepat, pak Wawan menggantikan posisi pak Bara dan pak Maman menggantikan posisi pak Jono. Dengan mudah, penis pak Maman menyusup ke dalam vaginaku karena vaginaku sudah dilumasi sperma pak Jono dan juga cairan vaginaku sendiri, selain itu batang penis pak Maman juga sudah berlumuran air liurku sehingga semakin mudah dan licin untuk keluar masuk vaginaku. Sementara pak Wawan juga mudah menanamkan penisnya karena anusku sudah dilumasi sperma pak Bara. Lalu mereka mulai memompa penis mereka dan aku pun hanya bisa mendesah keenakan menerima 2 penis yang keluar masuk vagina dan anusku dengan ritme genjotan yang hampir bersamaan. Sementara itu pak Bara dan pak Jono mendekatkan penis mereka yang berkemilauan karena sperma mereka sendiri ke wajahku. Aku meratakan sperma yang ada di penis pak Bara dengan tangan kananku sementara aku memegang tangan kiriku dan mulai menjilati penis pak Jono dari kepala hingga pangkal batang penisnya. Setelah selesai aku langsung memalingkan wajahku dan mulai membersihkan penis pak Bara.

Tiba-tiba aliran listrik menjalar di sekujur tubuhku yang menandakan kalau aku mencapai orgasmeku yang keenam kali.
“mmhh,,teruuss,,aahh,,oohh!!!”, desahku merasakan kenikmatan yang tiada duanya. Pak Wawan dan pak Maman mempercepat genjotannya dan tak lama kemudian mereka memuntahkan lahar putih mereka masing-masing di waktu yang hampir bersamaan. Setelah pak Maman dan pak Wawan menguras habis persediaan sperma ke dalam vagina dan anusku, mereka langsung mencabut penis mereka.
“gila, neng Bunga emang tau banget gimana caranya muasin pria..”, komentar pak Maman.
“iya nih,,kita udah sering ngentot ama neng Bunga,,tapi gak pernah bosen,,”, ujar pak Jono.
“iye..bener neng Bunga,,soalnya memek ama lobang pantat neng Bunga sempit ‘n peret banget,,bikin ketagihan..Hehe,,”, tambah pak Bara.
“ah,,bisa aja nih bapak-bapak,,Bunga seneng kok kalau bisa muasin bapak-bapak”, jawabku.
“haha,,kalau dipikir-pikir neng Bunga tuh udah kayak istri bersama ya..haha”, komentar pak Wawan.

“bener juga ya,,Bunga jadi istri bapak-bapak..Haha”, kataku sambil tertawa.
“neng Bunga,,kayaknya udah seger lagi nih..boleh ronde ketiga gak?”, tanya pak Bara sudah tidak sabar.
“ya bolehlah..kayak baru pertama kali aja..”, jawabku.
“siplah kalo gitu,,mulai lagi yuk,,”, ajak pak Bara ke teman-temannya. Lalu dimulailah ronde ketiga, kali ini pak Bara tetap tidur di bawah tapi kali ini aku menaiki tubuhnya dan menuntun penisnya ke dalam vaginaku.
“mmmhhh,,,”, desahku pelan ketika dengan perlahan penis pak Bara memasuki liang vaginaku. Dan tak lama kemudian, penis pak Bara sudah bersembunyi di dalam vaginaku.
“neng Bunga..memek neng Bunga anget banget..”, komentar pak Bara. Aku hanya memberikan senyuman saja, lalu aku menurunkan tubuhku sehingga payudaraku tertekan ke wajah pak Bara dan lubang anusku dapat terlihat jelas.
“ayo pak Jono, silahkan dicoblos,,”, kataku menggoda pak Jono.
“beres neng Bunga,,gak usah disuruh lagi,,hehe”, balas pak Jono.

Melihat lubang anusku yang terbuka, pak Jono langsung menghujamkan penisnya ke dalam anusku hingga benar-benar masuk ke dalam anusku. Setelah penis pak Jono dan pak Bara sudah berada di dalam pos mereka masing-masing, mereka dengan kompak mulai memompa penis mereka dengan irama yang sama sehingga memberikan rasa nikmat yang tiada tara. Sementara itu, pak Bara menggelitikku dengan menggesek-gesekkan kumisnya ke puting kanan dan puting kiriku secara bergantian. Seterusnya hanya terdengar desahan-desahan yang keluar dari mulutku dan juga nafas pak Bara dan pak Jono yang memburu seperti kesetanan. Dan kadang-kadang pak Wawan dan pak Maman bergantian mengangkat kepalaku dan memasukkan penisnya ke dalam mulutku. 10 menit kemudian, aku mencapai orgasmeku yang ketujuh dan menyiram penis pak Bara yang sedang keluar masuk vaginaku dengan cairan vaginaku yang hangat. Pak Wawan dan pak Maman kelihatan sudah tidak sabar ingin menikmati jepitan dinding vaginaku dan anusku.

5 menit berlalu setelah aku mendapat orgasmeku yang ke tujuh, pak Bara dan pak Jono sedang mengosongkan lagi spermanya ke dalam tubuhku. Setelah mereka telah menyemburkan air mani mereka hingga tetes terakhir ke dalam vagina dan anusku dan beristirahat sebentar, pak Jono dan pak Bara langsung digantikan oleh pak Wawan dan pak Maman yang sedari tadi memang sudah tidak sabar ingin menanamkan benih mereka ke dalam rahim dan anusku untuk kedua kalinya. Tapi kali ini pak Wawan yang mengisi vaginaku dengan penisnya dan pak Maman yang mengisi anusku dengan penisnya. 16 menit kemudian, mereka telah selesai menyemprotkan benihnya dan meninggalkanku istirahat di tikar dengan anus dan vagina yang banjir dengan sperma mereka berempat. Beginilah aktivitasku kalau ngeronda bersama pak Maman, pak Wawan, pak Jono, dan pak Bara. Memang, tubuhku seperti hanya sebagai penghangat untuk mereka dan mulut, anus serta vaginaku hanyalah ibarat hotel bagi penis mereka karena penis mereka bisa keluar masuk kapan saja, tapi aku senang bisa melayani mereka lagipula aku tidak akan hamil oleh mereka.

Sepanjang malam itu, mereka menyetubuhiku setiap kali nafsu mereka bangkit lagi, dan pada jam 1 malam, mereka melakukan aktivitas lainnya yang juga sudah biasa kami lakukan yaitu satu per satu mengajakku keliling kompleks dan aku sama sekali tidak menggunakan sehelai benangpun sehingga siapapun dari mereka yang berjalan bersamaku bisa menyetubuhiku kapanpun mereka mau meskipun di depan rumah orang. Memang terasa dingin dan takut ketahuan orang, tapi rasa takut ketahuan orang lain membuatku merasa lebih bergairah daripada biasanya. Setelah semua sudah berpatroli denganku, aku disetubuhi lagi oleh mereka di dalam pos ronda, tapi kali ini mereka menyemprotkan sperma mereka ke wajahku, dadaku, perutku, dan pahaku. Jam 5 pagi mereka puas melampiaskan nafsu setan mereka terhadapku, dan kini tubuhku beraromakan sperma juga penuh noda sperma di seluruh tubuhku baik yang sudah mengering ataupun yang masih hangat.

“bapak-bapak,,Bunga pulang dulu ya”, kataku meminta izin.
“oh ya neng Bunga,,makasih banyak ya udah nemenin kami ngeronda,,hehe”, balas pak Bara.
“iya,,Bunga juga seneng bisa nemenin bapak-bapak ngeronda,,”, kataku sambil memakai baju untuk menutupi tubuh putihku yang banyak noda-noda sperma.
“yaudah bapak-bapak, Bunga pulang dulu ya..mau mandi terus tidur deh..”, kataku setelah selesai memakai baju dan celanaku.
“oh iya neng,,makasih banyak ya neng Bunga,,jangan bosen nemenin kami ngeronda ya,,”, ujar pak Wawan.
“tenang aja bapak-bapak,,Bunga gak bakalan bosen kok..yaudah..Bunga pulang ya..dah”, kataku sambil keluar dari pos ronda ditemani pak Jono.
“neng Bunga,,mau dianter ampe rumah?”, tanya pak Jono.
“ah,,gak usah pak,,tar kalau ada yang ngeliat,,kita dicurigain”.
“oh ya bener..tapi kalau ada orang jahat terus merkosa neng Bunga gimana?”, tanya pak Jono balik.
“kan rumah Bunga deket lagipula sekarang Bunga juga baru diperkosa ama pak Jono dan kawan-kawan..”.
“oh iya,,ya,,haha,,neng Bunga bisa aja..”.

Aku melangkah dengan badan yang terasa lengket dimana-mana. Akhirnya aku sampai di rumah, aku langsung mengunci gerbang dan pintu rumahku lalu menuju kamarku. Karena mataku sudah sangat berat, aku memutuskan tidak jadi mandi dan langsung tidur meskipun badanku lengket karena keringat dan juga noda sperma. Setelah puas tidur, aku bangun dan membuka mataku, kulihat sudah pukul 11 pagi. Aku merenggangkan tubuhku, menurunkan celana pendekku sehingga aku bisa melihat daerah sekitar vaginaku banyak noda-noda sperma yang telah mengering.
“buset,,memek gue kotor banget,,”, kataku berbicara sendiri.
“mandi dulu,,aahh”. Aku mematikan ac dan membuka hordeng dan jendela, lalu aku membuka pakaianku dan mandi, setelah mandi aku bergaya-gaya di depan kaca tanpa memakai baju. Aku melihat tubuhku yang putih mulus dan juga sambil memegang kedua buah payudaraku yang berukuran 34C. Tiba-tiba handphoneku berbunyi, aku lupa ditaruh dimana handphoneku, makanya aku repot mencarinya, tapi akhirnya aku bisa menemukan hpku.

“halo”.
“halo, ini Bunga bukan?”.
“ya, ini siapa ya?”.
“Tomy,,”.
“emm,,Tomy siapa? Tomy Rafael?”.
“Tomy anaknya Danu Wicaksono..”.
“oh..tomy anaknya pak Danu,,”.
“akhirnya inget juga..”.
“ada apa Tom?”. Lalu dia dan aku mulai mengobrol lewat telepon sampai 1 1/2 jam.
“oh iya Tom,,lo dapet nomer gue dari mana?”.
“dari bokap gue..”.
“oh,,”.
“oh iya Bunga,,boleh gak gue ngajak lo ketemuan?”.
“kenapa tiba-tiba ngajak gue ketemuan?”.
“emang lo gak mau ya?”. Aku teringat kalau papaku menyuruhku untuk menemui Tomy malam ini, tapi kupikir mendingan bertemu sekarang lagipula aku sedang tidak ada rencana siang ini.
“mau kok,,tapi lo jemput gue ya..gue males bawa mobil..hehe,,btw, udah tau belum rumah gue dimana?”.
“gue tau,,kan bokap gue pernah ke rumah lo..”.
“oh iye..lupa gue..maaf nih Tom,,gue ngerepotin..”.
“gak kali Bunga,,malah gue seneng banget bisa jemput lo..’n thank’s banget ya Bunga,,lo mau gue ajak ketemuan..”.
“ya ilah..nyantai aja,,gue seneng kok bisa jalan-jalan ma lo..yaudah,,cepetan ya..gue tunggu..”.
“OK,,”.

Karena tadi terlalu lama menelpon, aku memutuskan untuk mandi lagi agar segar dan wangi kembali. Lalu selesai mandi, aku memakai kaos yang tidak terlalu ketat tapi tidak longgar juga dan untuk bawahannya aku memakai celana jeans. Tak lama, suara klakson mobil terdengar, aku pun segera bergegas dan mengunci pintu karena ayah, ibu, dan Rini sedang pergi jalan-jalan. Karena sudah biasa, aku menaruh kunci di bawah pot bunga yang ada di dekat pintu. Aku berlari kecil menuju mobil bmw merah yang sudah berada di depan gerbang. Setelah mengunci gerbang, aku langsung masuk ke dalam mobil Tomy.
“sori ya Tom, lo jadi nunggu..”.
“ah,,nggak kok, baru aja..oh ya, mau jalan-jalan kemana nih?”.
“kemana aja deh..terserah lo..”.
“Ok,,kalo gitu..”. Lalu dia membawa ke tempat-tempat yang harganya sangat mahal.
“beh,,emang beda deh keluarga yang punya unlimited money..”, kataku dalam hati. Aku diajak ke bioskop, makan, dan dibelikan pakaian, semuanya dengan harga yang menurutku mahal.

Wajah Tomy memang tidak ganteng malah boleh dibilang culun, badannya juga kurus, tapi dia enak diajak ngobrol dan juga sangat baik kepadaku. Tak sadar, kami berdua jalan-jalan sampai jam 8 malam. Lalu aku diantar pulang olehnya, dan semenjak itu dia sering mengajakku jalan-jalan. Suatu hari, kami berjalan-jalan hingga jam 9 malam, dan karena orangtuaku serta Rini sedang mengunjungi rumah nenek dan kakekku, aku jadi takut tinggal sendiri di rumah. Kami sampai di depan rumahku jam 10 malam.
“Bunga, kayaknya rumah lo sepi banget?”.
“iya nih..bonyok ama adek gue lagi ke rumah kakek gue”.
“lo gak takut sendirian di rumah?”.
“takut sih..cuma mau gimana lagi..”.
“kalo gue temenin boleh?”.
“mmm,,,”, otakku langsung bekerja memikirkan pikiran nakal, dan juga aku sangat penasaran dengan rumor kalau orang kurus mempunyai penis yang besar. Sampai sekarang aku belum mengecek rumor itu, karena aku lebih sering melihat penis bapak-bapak, dan penis temanku yang berbadan atletis ataupun gendut, tapi belum pernah melihat yang kurus.

Maka dari itu aku berniat menyetujuinya.
“mm..gimana ya??”.
“ya,,kalo lo gak mau..gak apa-apa sih..”.
“boleh deh..daripada gue sendirian,,tapi jangan macem-macem ya..”.
“iya,,iya,,gue gak bakal ngapa-ngapain lo kok”.
“yaudah,,masukin mobilnya..”.
“ok..”. Setelah memasukkan mobil ke dalam garasi, kami langsung masuk ke dalam rumah. Aku menyuruh Tomy duduk di ruang tamu, sementara aku membuatkan minuman untuk kami berdua.
“ni Tom, minumannya,,”.
“makasih banyak ya Bunga..”.
“oh iya,,katanya lo mau nemenin gue,,otomatis lo gak pulang ke rumah dong??”.
“iya,,kenapa emangnya??”.
“emang lo gak dicariin ama bonyok lo??”.
“nyokap gue lagi keluar negeri,,bokap lagi ngurusin cabang perusahaannya yang ada di Inggris..”.
“oh..”. Kami mengobrol sambil meminum minuman yang telah aku buat. Aku memutuskan untuk mulai menggodanya dan menjalankan rencana pertamaku yaitu membiarkan Tomy mendapatkan pemandangan pahaku yang putih mulus.

Aku bergerak-gerak sehingga makin lama, celana pendekku semakin terangkat ke atas dan tentu kini pahaku yang putih mulus bisa dilihat oleh Tomy, tentu Tomy tidak menoleh dari pahaku. Aku memutuskan untuk langkah kedua yaitu membuat air minum tumpah ke kaos putihku sehingga payudaraku tercetak di kaos putihku yang menjadi transparan, tapi rupanya dia hanya berani curi-curi pandang saja ke payudaraku.
“mmm..susah juga..cara pasif gagal..kalo gitu agresif aja deh..”, kataku dalam hati.
“Tom,,lo udah berapa kali pacaran?”.
“cuma 8 kali..kalo lo?”.
“ah..jangan ditanya deh..”.
“kenapa..saking banyaknya gak keitung ya?”.
“asal nebak aja lo,,”.
“oh ya Bunga,,boleh nanya yang lebih pribadi gak?”.
“boleh aja..nyantai aja ama gue..mau nanya apa?”.
“lo udah pernah gituan belom?”.
“hmm..gimana ya jawabnya?”.
“dia mulai kepancing nih”, kataku dalam hati lagi.
“udah,,kenapa?”.
“ah..nggak,,berarti lo udah gak perawan dong?”.
“ya nggak lah,,lo udah pernah juga?”.
“belum,,”.
“wah..berarti masih perjaka dong?”.

“hehe,,iya,,”.
“aduh kasian..Hahaha..”.
“iya,,gak ada yang mau..”.
“kalo ama gue..mau?”.
“hah?! yang bener?”.
“bener..”.
“cewek secantik lo masa mau gue apa-apain?”.
“sebenernya si gak mau..cuma kasihan aja ama lo..haha”.
“ah,,lo mah,,tapi gapapa deh..yang penting lo serius kan?”.
“serius gue..lo tunggu di kamar gue aja..naik ke atas terus kamar yang paling pojok..”.
“ok Bunga..”. Tomy pun langsung bergegas naik ke atas, sementara aku mandi di kamar mandi bawah agar tubuhku terasa segar dan wangi. Setelah selesai, aku memakai kimono yang biasa kupakai setelah mandi untuk menutupi tubuh putihku yang masih basah. Aku mengeringkan rambutku, lalu aku naik ke atas dan menuju kamarku. Sebelum sampai di kamarku, aku berdiri di depan pintu kamarku dan berteriak ke Tomy yang sedang menungguku di dalam kamar.
“Tom..tutup mata lo kalo pengen gue masuk ke dalem..!!”, kataku.
“iye,,iye,,Bunga!!”, balasnya dengan agak teriak mungkin dia takut tidak terdengar olehku.

Aku mengintip ke dalam lewat celah-celah pintu, ternyata Tomy benar-benar menutup matanya dan menunggu. Aku bisa melihat Tomy sudah tidak sabar menungguku, karena raut wajahnya yang terlihat gelisah. Lalu aku berdiri di depan Tomy yang sedang duduk di tepi ranjang, aku pun melepaskan kimonoku dan membiarkannya turun ke bawah sehingga kini tubuhku benar-benar sudah telanjang bulat di depan Tomy yang masih menutup matanya.
“ayo Tom..sekarang buka mata lo”.
“o..o..kee”, dengan perlahan Tomy membuka matanya sampai matanya benar-benar terbuka lebar. Tomy pun tercengang dan melongo tanpa berkedip sekalipun, karena tubuh putihku yang tanpa tertutupi sehelai benang pun berada tepat di hadapannya. Kulihat Tomy menelan ludahnya dan dia benar-benar tidak berkedip sama sekali.
“Tom,,kenape lo Tom..kok bengong gitu? body gue jelek ya?”, tanyaku.
“…”, dia tidak menjawab karena sepertinya dia masih terbengong sambil menikmati tubuh telanjangku yang ada di hadapannya dari ujung kepala hingga ujung kakiku.

“woy,,Tom..bengong aja..jawab dong!!”.
“bagus parah bodi lo..seksi banget..”.
“ah..yang bener? makasi ya..”.
“mantep banget bodi lo..sumpah deh..”.
“gak nyesel kan lo bisa kenalan ma gue..”.
“he eh..boleh gak gue megang-megang lo?”.
“mmm…boleh kok..”.
“wah..beneran nih? kok kayaknya lo gampang banget ngebolehin gue grepe-grepe lo?”.
“jadi,,gak mau nih?”, tanyaku untuk lebih menggodanya.
“beh..mau banget..tapi gue penasaran aja..”.
“gue kasian aja ama lo yang belum pernah megang-megang cewek”.
“oh…gitu..jadi malu gue..”.
“lo beneran belum pernah gituan ama cewek kan?”.
“beneran,,tapi kalau nonton bokep udah sering banget..”.
“oh,,bagus deh..kalau gitu gue gak perlu ngajarin dari dasar”, kataku sambil menaruh kedua tangannya di pantatku dan kutekan kepalanya sehingga wajahnya menempel di perutku. Tanpa kusuruh lagi, dengan instingnya, Tomy mulai meremas-remas kedua bongkahan pantatku yang kenyal dan kencang.
“ya,,bagus Tom,,terus,,”. Lalu aku melepaskan tanganku dari kepalanya, dan dia pun agak menjauhkan wajahnya dari perutku.

“Bunga,,pantat lo enak banget buat diremes-remes..”.
“hehe..makasih..ayo dong..apalagi yang lo tau..”. Tanpa sepengetahuanku, dia sudah menjulurkan lidahnya dan mulai memasukkannya ke dalam pusarku yang memberikan sensasi geli.
“mmmhh..terusss..”, desahku. Setelah ‘membersihkan’ pusarku dengan lidahnya, dia mencium pusarku lalu tetap mencium sambil terus turun kebawah hingga akhirnya ketika ciumannya mengenai klitorisku, dengan spontan aku mendesah.
“aaahhh..”. Tomy langsung menghentikan kegiatannya seolah-olah dia bingung.
“kok berhenti?”, tanyaku.
“kayaknya lo kesakitan?”.
“bukan dodol, justru enak banget..”.
“enak banget? jangan-jangan ini yang namanya klitoris ya?”.
“nah tu,,lo tau..anak pintar..hehe..”, kataku untuk meledeknya.
“awas lo ya..”, balas Tomy dengan menyentil-nyentil klitorisku dengan lidahnya sehingga secara spontan rasa nikmat yang seperti aliran listrik menjalar di sekujur tubuhku. Sepertinya insting sudah mengambil alih Tomy.

Karena tanpa kusuruh lagi, dia mulai menjelajahi bibir vaginaku dan daerah selangkanganku dengan lidahnya membuat sensasi nikmat yang tiada tara.
“ohh..terusss..!!”, desahku kencang. Sementara vaginaku terus dijelajahi lidahnya, Tomy terus meremas-remas pantatku dengan perlahan tapi kuat. Tak kuat lagi menahan gelombang demi gelombang rasa nikmat dari pengeksplorasian Tomy terhadap vaginaku, aku pun melepaskan desakan orgasme pertama yang dari tadi ingin meledak sehingga cairan vaginaku ada yang memancar keluar dan meleleh keluar dari vaginaku. Tapi, anehnya Tomy malah mundur dan membiarkan cairanku menetes ke lantai dan mengalir ke bawah melalui pahaku.
“loh..Tom..kok malah mundur?”.
“gue belum pernah ngerasain cairan vagina..jadi gue agak jijik..”.
“oh iya ya,,lo kan baru kali ini ngesex..”, kataku sambil mencolek sedikit cairan vaginaku.
“nih,,cobain deh..”, tambahku sambil menyodorkan jariku ke mulutnya.
“hah?! gak apa-apa nih?”, tanyanya.
“cobain aja dulu..lu gak bakal mati kok..haha”.

Dengan perlahan dia menjulurkan lidahnya untuk mencicipi sedikit cairan yang ada di telunjukku. Setelah mencicip sedikit sambil mengecap-ngecap bibirnya.
“kok rasanya gini ya,,gurih,,agak asin,,tapi manis,,jadi bingung”.
“lah,,dia malah bingung,,hahaha,,nih masih ada di jari gue,,cobain aja lagi..”.
“ok,,kalo gitu..”, kali ini dia langsung memasukkan jariku ke dalam mulutnya dan mengulum jariku untuk merasakan sisa cairan vaginaku.
“oi udah oi,,jari gue diemut terus ntar keriting jari gue..”, kataku sambil meledeknya karena dia terus mengulum jariku.
“abisnya,,rasanya enak sih,,”.
“ketagihan nih ceritanya?”.
“iya,,”, jawabnya.
“yaudah,,jari gue lepasin,,jilatin dari sumbernya aja lah,,”.
“oh iya ya,,”. Tomy langsung jongkok dan menempatkan dirinya di antara selangkanganku, aku pun melebarkan kakiku agar dia lebih leluasa menikmati cairan vaginaku yang ada di paha kiriku dan di sekitar vaginaku.
“mmhh..oohh..”, desahku ketika Tomy sedang mengubek-ngubek vaginaku dengan lidahnya demi untuk mengais sisa-sisa cairan yang ada di dalam vaginaku.

Ini malah membuatku mencapai orgasme keduaku sehingga Tomy semakin puas saja merasakan cairan vaginaku yang mengalir keluar dari vaginaku.
“sslluurrpp,,”, bunyi yang keluar ketika Tomy terus menyeruput cairan vaginaku hingga benar-benar kering.
“woy,,udah,,masa jilatin memek gue terus,,”.
“abisnya enak banget sih rasanya,,”.
“yah,,dia ketagihan,,tadi aja ogah,,”.
“tadinya kan,,belum tau rasanya,,eh taunya enak banget,,hehe”.
“huu,,dasar,,yaudah,,sekarang lo buka baju dong,,masa gue doang yang telanjang,,”.
“iya,,iya,,tapi jangan ketawa..”.
“he?kenapa emang?”.
“badan gue kurus,,’n punya gue kecil..”.
“alah, itu mah gak penting,,udah, cepet buka baju lo”. Tomy membuka bajunya dan terlihatlah olehku tubuhnya yang kurus.
“nah,,sekarang gue buka celana lo,,ya”.
“eh,,jangan,,biar gue sendiri aja,,”.
“udah,,gak usah malu,,biar gue aja,,”. Aku mulai membuka celananya hingga tinggal celana dalamnya yang melindungi penis Tomy.

Kulihat tonjolannya cukup besar.
“katanya kecil,,ini lumayan gede kok,,”, kataku sambil mengecup dan menjilati penis Tomy yang masih terbungkus celana dalamnya.
“aah,,enak,,”.
“gue buka ya cd lo,,”, ujarku sambil membuka celana dalamnya, begitu kuturunkan celana dalamnya, penis Tomy pun langsung menyembul keluar.
“tuh,,kata siapa kecil,,ini normal kok,,”, kataku sambil melihat penisnya yang panjangnya kira-kira 15 cm.
“ouh,,segini normal toh,,abisnya gue liat di video bokep,,kontolnya gede-gede banget,,”.
“ya lo bandingin ama kontol orang bule,,ada-ada aja”, kataku sambil menggenggam penisnya dengan tangan kananku.
“lo mau ngapain kontol gue?”.
“mau,,gue emut,,”, kataku dan tanpa basa-basi lagi aku mengemut kepala penisnya membuat Tomy meliak-liukkan badannya mungkin karena menahan rasa ngilu. Aku tak menghiraukan Tomy yang sedang merasa ngilu yang terasa teramat sangat. Aku terus mengemut kepala penisnya, menjilati dari atas ke bawah, dan melahap kantung buah zakarnya hingga dia mendesah keenakan.

“aahh,,enaak banngett,,”, desah Tomy. Aku menghentikan aktifitasku karena mulai dari kepala penisnya hingga ke buah zakarnya sudah berlumuran air liurku.
“gimana,,enak gak?”.
“gila,,jago banget mulut lo,,”.
“iya donk,,”, kataku. Lalu aku menaruh penisnya di belahan dadaku, dan aku merapatkan payudaraku sehingga penis Tomy terhimpit oleh payudaraku.
“ayo Tom, gerakkin kontol lo,,”.
“anget banget memek gue,,”.
“ya iyalah,,udah,,sekarang gerakkin kontol lo”.
“ok,,”. Tomy mulai menggerakkan penisnya ke atas dan ke bawah sehingga penisnya bergesekkan dengan kulit payudaraku yang putih dan mulus. Aku melepaskan himpitan payudaraku sehingga kini Tomy mengelus-eluskan penisnya ke permukaan payudaraku yang kencang, dan juga dia mengelus-eluskan penisnya ke kedua putingku. Penis Tomy yang tadi diselimuti oleh air liurku kini telah kering lagi karena payudaraku dijadikan alat pengelap olehku sendiri.
“nah,,sekarang kontol lo udah bersih,,”.
“oh jadi dari tadi buat ngebersihin kontol gue toh,,”.
“yup,,sekarang ke ranjang yuk,,”.

“asiik..”, kata Tomy kesenangan. Tomy tidur terlentang sementara aku menaiki badannya dan duduk di pahanya.
“oh iya,,Bunga,,gue gak pake kondom nih?”.
“ah,,gak usah,,enakan gak pake kondom,,lebih kerasa,,”.
“tapi lo gak takut kena penyakit??”.
“itu seninya kalee,,”.
“eh,,serius gue,,”.
“tenang aja,,gue udah kebal ama penyakit kelamin,,”.
“lho? kok bisa? apa rahasianya?”.
“ada deh,,udah ah,,lo mau ngobrol doang jadinya nih?”.
“eh,,gak dong,,gue mau ngerasain memek lo,,”.
“yaudah,,kalo gitu jangan banyak tanya,,”.
“iya,,maap deh Bunga,,”.
“ok kalo gitu,,mulai ya,,”. Kini aku berada di atas penis Tomy yang sudah mengacung tegak dan tidak sabar ingin menjelajahi vaginaku. Aku memegang penis Tomy dan mengarahkannya ke vaginaku, lalu aku mulai menurunkan tubuhku secara perlahan sambil membimbing penis Tomy masuk ke vaginaku. Tak lama kemudian, penisnya sudah amblas ditelan vaginaku.
“jadi gini rasanya,,anget ‘n sempit banget,,”, komentarnya.

Aku tak berkata apa-apa tapi aku menggerakkan tubuhku naik turun, dan Tomy memegang pinggangku.
“mmmhh,,”, desahku pelan ketika aku terus menggerakkan tubuhku naik turun. Sepertinya Tomy sudah menguasai ritmenya sehingga dia kini menyodokkan penisnya ke dalam vaginaku dengan sangat kuat, tapi anehnya bukan terasa sakit tapi malah terasa nikmat tiada tara. Aku menghentikan gerakanku sehingga tubuhku kini bergerak sesuai irama sodokan penis Tomy, tentu saja ini membuat payudaraku berguncang naik-turun, dan sepertinya Tomy gemas melihat payudaraku sehingga dia langsung meremas-remas kedua buah payudaraku. Setelah puas memainkan kedua buah payudaraku, Tomy memegang pinggangku tapi aku menurunkan tubuhku agar Tomy bisa menjilati kedua putingku, dan dengan insting kelaki-lakiannya, dia mulai menjilati seluruh permukaan kedua buah payudaraku yang putih mulus, dan juga kedua putingku. 7 menit kemudian, kami berganti posisi dan kali ini aku langsung mengajarinya posisi doggystyle, posisi yang paling disenangi oleh para cowok yang pernah menyetubuhiku.

Selama menggenjotku, Tomy memegangi dan meremasi payudaraku serta memelintir kedua putingku.
“aaahhh,,”, desahku ketika melepas orgasmeku yang ketiga kalinya membasahi penis Tomy yang sedang bergerak keluar masuk vaginaku. Dan tak beberapa lama kemudian, kurang lebih 5 menit kemudian tepatnya, Tomy mencapai puncaknya dan menyemburkan lahar putihnya yang kental ke dalam vaginaku. Biarpun tak terlalu lama dia bisa menyutubuhiku, tapi jumlah semburan spermanya lebih dari 6 kali semburan. Setelah penisnya benar-benar sudah mengosongkan isinya, diapun mencabut penisnya dan langsung tiduran di ranjang, sementara aku masih menungging untuk mengatur nafasku. Tomy tidur terlentang di ranjang dengan pemandangan aku yang masih menungging sehingga vaginaku yang terbuka dan sperma yang meleleh keluar hingga ke pahaku dapat dilihat jelas oleh Tomy. Setelah nafasku teratur lagi, aku bergerak dan tidur di sampingnya.
“gile Bunga,,lo jago banget maennya..hhh”, katanya sambil ngos-ngosan.

“lo juga lumayan buat orang yang baru pertama kali ngeseks,,”.
“oh iya,,gue nyemprot di dalam memek lo,,gak apa-apa?”.
“hamil maksud lo? gak apa-apa ko’,,gue udah ada obat penangkalnya..”.
“wah,,sedia payung sebelum hujan..hahaha”.
“bisa aja lo,,”.
“oh iya Bunga,,ntar boleh lagi nggak?”.
“yah dia ketagian maen ama gue,,”, ledekku.
“iya nih,,enak banget sih memek lo,,”.
“iya,,iya,,boleh kok,,lo nginep kan,,”.
“iya,,sekalian ajarin gue ya,,”.
“ok deh,,”. Sampai keesokan hari, Tomy terus kuajari berbagai hal tentang sex. Aku pun menjadi guru sexnya selama 3 bulan hingga akhirnya dia mampu bertahan hingga 30 menit dalam satu ronde. Dan setelah kejadian sex perdana bagi Tomy, kami berpacaran. Pada saat kami telah 6 bulan berpacaran, keluargaku pindah ke luar negeri karena urusan bisnis, tapi aku tidak pindah ke luar negeri karena aku tidak mau. Sementara itu, keluarga Tomy memang sudah di luar negeri sejak Tomy berumur 18 tahun. Selama berpacaran dengan Tomy, aku tetap mencuri-curi waktu untuk pergi ke desa dan bertemu Mang Karyo dan Mbah Tanto.

Selain itu aku tetap melaksanakan janjiku untuk menemani pak Bara, pak Wawan, pak Maman, dan pak Jono ‘ngeronda’. Tomy benar-benar sayang kepadaku karena dia mau membelikan apa saja dan mau menemaniku kemana saja yang kumau. Tapi, aku merasa tidak enak juga jadi aku membiarkan tubuhku untuk didominasi oleh Tomy jika sedang di ranjang. Kami berpacaran hingga 1 tahun, dan ketika itu istri Mang Karyo meninggal dunia karena sakit, sehingga aku membawa Tomy dan akhirnya Tomy, Mang Karyo, dan Mbah Tanto saling berkenalan. 1 bulan setelah istri Mang Karyo meninggal, tanpa kuduga Tomy melamarku ketika sedang makan di restoran mahal seperti impianku, tapi sayangnya yang melamarku bukan pria ganteng.
“Bunga,,mau gak kamu jadi istriku?”.
“hah?! Kamu ngelamar aku nih ceritanya?”.
“iya,,”.
“tapi kan kamu udah sering ngentotin aku,,entar kalo udah nikah,,terus kamu bosen ma aku gimana?”.

“nah,,itu dia,,gak tau kenapa..aku gak pernah bosen ngeliat wajah kamu, denger suara kamu, apalagi ngeliat kamu telanjang,,”.
“hahaha,,bisa aja kamu,,”.
“jadi mau gak?”.
“aku mau,,”.
“asiik,,”.
“tapi ada 2 syarat,,”.
“apa syaratnya, sayang?”.
“syaratnya,,”.

TO BE CONTINUED…
silahkan ditebak-tebak syaratnya hingga cerita selanjutnya muncul.

Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini..

Gallery for Menuju Pernikahan