Memperdaya Faizah

Cerita ini hanyalah karangan belaka. Maaf kalo ada yang kurang berkenan, mohon saran dan kritiknya supaya ane bisa lebih jago lagi. Seperti biasa untuk mempermudah imajinasi agan dan sista, ane post model yang mirip Badu dan Faizah Pengenalan Perkenalkan namaku Badu seorang apoteker yang berusia 30 tahun, cuma lulusan universitas swasta medioker dengan IPK pas-pasan hingga terpaksa pasrah bekerja apotik kecil di sebuah kawasan padat penduduk ibukota, untung saya ahli meracik obat perangsang dan obat kuat, sehingga bisa hidup layak walau gaji pas-pasan. Tejo dan Sinta adalah sahabat dan langganan tetapku. Ceritanya Sinta punya kenalan yang bekerja di gedung yang sama tapi bank yang berbeda. Namanya Faizah, dia keturunan orang arab. Deskripsinya, berusia 25 tahun, berprofesi sebagai collector bank syariah terkemuka di Indonesa, berjilbab, berkulit hitam manis, badan cukup kekar karena mengikuti salah satu perguruan silat ormas islam terkemuka di Indonesia tapi berwajah manis. Faizah salah satu kekasih sesama jenis istri Tejo. Sejak kenal Tejo, Sinta mulai menjaga jarak dengan Faizah. Tapi Faizah agar tidak mau Sinta meninggalkannya, bahkan ketika Sinta dinikahi Tejo, gadis berjilbab itu masih belum menyerah. Ketika Sinta mencoba memberi pengertian pada Faizah sebuah tamparan disertai makian yang didapat. Nah, merasa terganggu karena sifat keras kepala gadis muda berjilbab itu, Tejo mencoba membuat Faizah normal dengan cara memberinya pelajaran sex agar ia tidak menggangu istrinya lagi. Sebagai sahabatnya yang diajak untuk bergabung jelas aku menyetujuinya, memang aku sudah lama pengen ngentot cewek lesbi apalagi yang berjilbab. Pada hari Jum’at, sore hari Sinta menjemput Faizah pas pulang kerja. Dengan alasan ingin mengambil titipan orang ia berhasil mengajak gadis berjilbab itu mampir ke rumahku. Sinta memperkenalkannya padaku. “Faizah”, ujar gadis berjilbab itu memperkenalkan dirinya seraya mengulurkan tangan. Sembari menjabat tangannya kuperhatikan dengan seksama gadis berjilbab ini. Wajahnya yang manis dibalut jilbab hitam membuatnya nampak menawan. Buah dadanya nampak membusung menyembul dari balik seragam pegawai bank syariah terkemuka di Indonesia itu. Ujung kain jilbabnya tidak dapat menutupi dengan baik kedua bukit kembar tersebut. Pinggulnya yang ramping ditopang sepasang bongkahan bokong yang bulat nampak menggiurkan dibalut erat rok biru panjang semata kaki yang dikenakannya. “Hmm…rasanya tidak sia-sia aku cuti kerja hari ini. Gadis berjilbab ini bakal aku genjot habis-habisan”, ujarku dalam hati kegirangan. Setelah berbasa-basi sebentar kupersilakan gadis berjilbab itu untuk duduk di ruang tamu yang dihiasi oleh rangkaian bunga mawar merah, seraya menunggu Sinta “mengambil barang titipan” yang dimaksud. Tidak lama kemudian aku mulai nampak akrab dengan Faizah. Dia bercerita banyak tentang keluarganya, temannya, pekerjaanya dan sebagainya. Dan disela-sela cerocosannya, aku menyuruh Sinta untuk mengambil “barang titipannya”. Kemudian aku mulai melancarkan rayuan gombal pada gadis berjilbab itu. “Zah, kamu itu cantik deh! Nggak nyangka Sinta punya kenalan seperti kamu”. Mendapat pujian seperti itu, wajah Faizah terlihat memerah tersipu malu. “Ah, mas bisa aja.”, ujarnya seraya menundukkan wajahnya yang memerah karena malu. Melihat hal ini, aku mulai mengeser dudukku agar lebih dekat dengannya sambil mengambil setangkai mawar. “Ini… buat Faizah…” aku mengulurkan setangkai mawar merah dari rangkaian bunga di ruang tamu kepada Faizah. Mawar merah yang indah itu tampak segar berkilauan. “Waah, terima kasih ya!” otomatis Faizah mencium bunga itu untuk menghirup aromanya. Segera aroma yang menyengat memasuki hidungnya, ia pun langsung merasa pandangannya tiba-tiba kabur dan tubuhnya terasa lemas. Faizah pun ambruk tidak sadarkan diri. Di kamar Badu Faizah berusaha untuk tetap sadarkan diri, namun matanya terasa berat sekali dan akhirnya Faizah menutup kelopak matanya. Ketika ia mulai sadar, gadis berjilbab ini melihat dirinya sudah duduk mengangkang di sebuah ranjang kanopi dalam keadaan berbusana pegawai bank syariah tanpa jaket yang tampak teronggok di sisi kamar. Kedua tangannya terikat di sisi kanan-kiri kanopi sementara kakinya terikat erat di sisi kanan-kiri tiang ranjang itu sehingga posisi tubuh duduk semetara kakinya mengangkang lebar. Faizah merasa amat geli di daerah kewanitaannya, seperti ada sebuah daging yang menyapu-nyapu daerah kewanitaannya, terkadang daging itu menusuk-nusuk seolah hendak membuka bibir kewanitaan melewati celah memeknya sambil mengoleskan cairan yang terasa sangat dingin. Faizah juga merasa daerah disekitar memeknya amat becek dan panas akibat gerakan daging itu. “Aahh… oohhh…” Faizah pun mendesah pelan menikmati sensasi di kewanitaannya itu. Rasanya memeknya seolah diceboki, namun gerakan daging itu yang seolah berputar-putar mempermainkan memeknya menimbulkan sensasi nikmat disekujur tubuhnya. Faizah merasa tubuhnya diairi listrik tegangan rendah saat daging itu membelah bibir kewanitaannya dan menyentuh lubang pipisnya “Eh! Faizah sudah bangun rupanya!” ujarku saat Faizah mulai sadar. Gadis berjilabab ini berusaha mendongak dan ia lihat tanganku sedang berada tepat didepan selangkangannya yang terbuka lebar. Sadarlah Faizah kalau “daging” tadi tak lain adalah jariku yang sedang memainkan memeknya. Faizah berusaha berontak, namun untuk menutup kedua pahanya yang sedang terbuka lebar saja amat sulit. Ia juga kaget ketika menyadari rambut kemaluannya lebat sudah kucukur habis hingga kemaluan Faizah yang merah basah dan cukup montok membukit terpampang bebas. Tubuhnya tampak lemas tanpa tenaga. Saat Faizah melihat sekitarnya, ia baru sadar kalau ia kini berada didalam kamarku. Dari wajahnya, gadis berjilbab kenalan Sinta itu nampak terkejut. Beberapa saat dia nampak belum sadar dari pengaruh obat tidur yang dihisapnya tadi. Kemudian dengan menyorongkan badanku kearahnya kukecup pipi nan mulus wajah cantik gadis berjilbab ini. Harum wewangian yang memancar dari tubuhnya saat mencium pipinya membuat gairahku perlahan naik. Sesaat gadis berjilbab hitam itu terdiam sambil menunduk. Lalu beberapa saat kemudian aku bias mendengar nafasnya yang mulai naik turun. “Hmm…mulai bereaksi nampaknya”, ujarku dalam hati. Obat perangsang cair yang kuoleskan di memeknya saat ia pingsan mulai bekerja merasuki otaknya. Tanpa membuang waktu, kujamah wajah cantik berjilbab hitam yang sedang tertunduk itu agar menoleh kearahku. Dengan tatapan sayu dengan nafas yang agak memburu gadis berjilbab ini seolah nampak pasrah. Segera kupagut dan kulumat bibir mungilnya. Kumainkan lidahku kedalam mulutnya. Matanya terpejam saat aku terus memainkan lidahku dimulutnya. Aku tahu kalau dia mulai terangsang. Aku mulai beraksi memainkan tanganku untuk meraba dadanya dan gadis berjilbab ini merintih. “Jangannhh…masss…Badu, ini haram, dosa”, pintanya lirih. Tak kupedulikan kupagut lehernya yang tertutup jilbab hitam miliknya. “Sayang, kamu jangan munafik. Aku yakin memekmu sudah basah”, kataku meledek Faizah dengan sinis. “Memekmu basahkan? Ayo jawab munafik!”, kataku sambil meremas-remas dadanya.dari luar kemeja putih lengan panjang yang dikenakannya. Muka Faizah memerah, dia menatapku dengan lirih. “Ayolah sayang. Jangan munafik kamu suka kan?”, kataku lagi dengan agak keras. Gadis berjilbab hitam ini menyahut pelan dengan menjawab singkat, “Iyah”. Kulumat dan kukulum mulutnya lagi. Faizahpun membalasnya dengan nafsu. Perlahan kulepas kancing baju lengan panjangnya satu per satu. Dia sama sekali tidak mampu menolak. Bajunya terbuka dan nampak sepasang buah dada nan ranum ditutupi oleh bra ukuran 32B berwarna coklat muda. Kusingkap bra itu keatas dan wajahku pun turun dari bibirnya menuju sepasang bukit kembar dengan sepasang putting coklat gelap yang nampak mengacung keras. Kulumat kedua-duanya sambil terkadang menggigit kedua putting itu. Gadis berjilbab hitam yang seragam lengan panjangnya yang telah terbuka ini hanya bisa mendesah dan mendongakkan kepalanya yang berjilbab seraya kedua tangannya meremas-remas kepalaku. Tangan kananku kupakai untuk mengelus-elus pahanya dari luar rok biru panjangnya, sedangkan tangan kiriku asyik mengelus pinggangnya yang ramping dan mulus. Terkadang tangan kiriku dengan gemas meremas bongkahan kenyal pantat milik Faizah dari luar rok biru panjang yang masih ia kenakan. Perlahan tapi pasti rok biru panjang yang tadinya menutup bawahan gadis jilbab ini perlahan kutarik keatas. Sekarang nampak sepasang paha dan betis hitam manis nan mulus terpampang indah dihadapanku. Tampak kemaluan yang montok membukit dengan belahan memek yang masih nampak rapat. Kubuka pahanya dan langsung kulumat memeknya segara aku menjilati klitorisnya, baunya wangi sabun sirih. Ternyata Faizah pandai merawat barangnya, memang benar kalau wanita lesbi selalu memberi perhatian lebih pada memeknya. Sesekali aku menyentil klitoris Faizah dengan lembut sehingga sekujur tubuhnya seperti dialiri listrik dan bulu kuduknya berdiri. Aku menyadari bahwa Faizah mulai dikuasai oleh gejolak birahnya. Aku terus melancarkan serangannya ke klitorisnya. Berulang kali permohonan Faizah yang disertai dengan desahan ia sampaikan padaku, namun malah membuatku kian bersemangat mengerjainya. Kesadaran Faizah pun semakin menghilang tergantikan dengan rasa nikmat dan hasrat seksual yang semakin merasuki tubuhnya. “Bagaimana Zah? Enak tidak?” tanyaku. “Mas Badu… stoop… auhhh… jangaan…” “Ah masaa? Bukannya Faizah mendesah keenakan tuh? Yakin nih, nggak mau lagi?” ejekku sambil menjauhkan wajahku dari kemaluannya. Namun secara refleks, Faizah malah mengangkat pinggangku kehadapan wajahku, seolah menawarkannya untuk kembali mencicipi liang memeknya. “Tuh, kan?! Malu-malu mau, nih cewek!” kembali aku menghina Faizah. Kupegangi kedua bongkahan pantatnya dengan telapak tanganku dan ditengadahkannya tangannya, sehingga kini pinggangnya ikut terangkat tepat dihadapanku. “Aww… aww… aaahh…” kembali Faizah merintih saat aku mengecup dan mengisap-isap daging klitorisnya. Sesekali Faizah merasa sentuhan gigiku pada klitorisnya dan hisapanku membuatnya kini hanya berusaha untuk mengejar kenikmatan seksual semata. SLURP… SLURP… Sesekali terdengar suaraku yang menyeruput cairan cinta Faizah yang sudah banyak keluar dari memeknya, seolah hendak melepas dahagaku dengan cairan cintanya. “AAHH… AAHHH… AAA…” Desahan Faizah semakin keras. Faizah merasa ada sebuah tekanan luar biasa di memeknya yang sebentar lagi hendak meledak dari dalam tubuhnya. Otot-otot tubuhnya secara otomatis mulai menegang sendirinya. “HYAA… AAAKH!” jerit Faizah bersamaan dengan meledaknya tekanan dari dalam tubuhnya. Faizah tak mampu menahan, pinggangnya menggelepar liar, bahkan aku terlontar mundur akibat dorongan tubuhnya. Ia bisa merasakan vaginnya memuncratkan cairan cinta dalam jumlah yang banyak. Seluruh simpul sarafnya terasa tegang dan kaku saat sensasi geli dan nikmat yang luar biasa itu menjalari tubuhmya, dan akhirnya muncul perasaan lega yang nyaman setelahnya. Faizah pun terkapar kelelahan, nafasnya tersengal-sengal. Tenaga di tubuhnya seolah lenyap seketika. Gadis berjlilbab ini sadar, baru saja ia mengalami orgasme yang luar biasa! “Wah, waah… Rupanya galak juga nih, kalau orgasme!” ejekku yang kini terduduk dihadapan selagkangannya. Aku mendekati memeknya dan kembali ku seruput cairan cintanya yang masih tersaji di memekku setelah ledakan orgasme barusan. Ia pun hanya mendesah kecil tanpa memberontak. Kepalanya serasa kosong dan ia membiarkanku menikmati cairan cintanya sesuka hatiku. Faizah nampak duduk menyender lemas di kanopi kasur. Kepalanya yang terbalut jilbab hitam itu nampak terkulai lemas kebelakang. Sejenak kuamati sosok yang terduduk lemas dihadapanku ini. Pegawai bank syariah yang masih mengenakan jilbab hitamnya ini dengan seragam putihnya yang sudah terbuka menampakkan sepasang buah dada nan ranum dengan beha yang tersingkap keatas. Rok biru semata kakinya sudah tersingkap sepinggang menampakkan belahan memek yang kelihatan basah. Ditopang oleh sepasang paha dan betis hitam manis nan mulus dihiasi sepasang kaus kaki putih selutut. Benar-benar pemandangan yang membuat birahiku semakin naik. Kubuka celanaku sendiri hingga bugil. Kemaluanku yang sudah tegang sedari tadi nampak mengacung gagah diudara. Gadis berjilbab yang terduduk lemas kasur dihadapanku ini tiba-tiba memekik tertahan dan memalingkan mukanya. “Lho, kenapa sayang? Koq malu melihat begini aja?”, tanyaku tertawa kecil. “Tadi kumainin punya kamu, koq enggak ngerasa malu? Keenakan malah…he…he…he”, lanjutku lagi terkekeh-kekeh. Kudekatkan penisku yang tegak mengacung itu ke wajah gadis berjilbab ini seraya memintanya untuk memblow job milikku ini. Gadis berjilbab dengan seragam yang sudah tersingkap atas bawah ini menolak mentah-mentah seraya memalingkan wajahnya yang ditutupi tangannya. “Tejo!”, teriakku memanggil sahabatku. Dengan wajah cengar-cengir, yang dipanggil muncul dari balik pintu kamar seraya menenteng video camera digital ditangannya tampak disebelahnya Sinta yang membawa tripod. “Lihat, mereka berdua dari tadi sudah merekam semua aksi hot kita berdua sayang. Nah sekarang kamu nurut apa mauku atau kusebar rekaman tadi?”, ancamku lagi dengan senyum penuh kemenangan. Wajah Faizah nampak pucat pasi kala menyadari kalau dia sudah masuk perangkap kami bertiga. Dengan badan bergetar menahan tangis emosi, gadis berjilbab ini hanya bisa memaki dan meratap kesal nasibnya yang sial kena perangkap. “Kalian jahat!”, makinya terakhir dengan wajah berkerut tanda kesal. “Ah, sudahlah sayang. Tadi buktinya kamu kelihatan begitu menikmati permainan tadi.”, balasku lagi dengan tersenyum lebar.. . “Nah, sekarang coba sayang pegang penis ini terus kamu kocok pelan-pelan yah?”, bujukku lanjut seraya menarik tangan kirinya lembut setelah kulepaskan ikatannya. Kutaruh tangan nan lembut itu diatas penis tegang berurat milikku. Kugenggamkan dan kubimbing tangan gadis berjilbab itu agar mulai mengocok batang ini bergerak maju mundur pelan-pelan. “Ahhh….mmhh..”, desahku kala tangan lembut yang kubimbing itu mulai mengocokku. Wajah cantik berjilbab itu hanya menunduk tidak mau melihat aksi paksaan ini. Nampak aliran tetesan air mata dari kelopak matanya namun aku tidak kupedulikan. Beberapa saat kemudian aku ingin sekali mencoba rasanya penisku ini berada dalam kuluman bibir indah Faizah sang gadis berjilbab. Kulepaskan peganganku pada tangan yang sedang mengocok tadi. Sambil memegangi penis dengan tangan kiriku, tangan kananku mencengkeram kepalanya yang terbalut jilbab hitam seraya memaksa wajah cantik ini berhadapan langsung dengan penisku. Sempat ia melengos membuang muka namun kuingatkan sekali lagi kalau Tejo dan Sinta sedang merekam semua kejadian ini. Dengan terpaksa sambil menutup mata, gadis berjilbab ini perlahan membuka bibirnya yang mungil. Aku kembali mendesah pelan kala penisku menerobos rongga mulut nan hangat Faizah. Perlu sedikit instruksi buat gadis berjilbab ini karena dia memang belum pernah melakukannya. Lama-kelamaan (karena terpaksa) gadis berjilbab ini mulai fasih menggunakan mulutnya. Sambil memegangi kepala Faizah yang masih dibalut jilbabnya kumaju-mundurkan pinggulku seraya mendesah nikmat. “Emmhhh…Mmhpphh…”, hanya itu yang keluar dari mulut Faizah yang sesak oleh penisku. Tangan kirinya agak canggung memegangi pahaku yang sedang berdiri dihadapannya. Puas dengan layanan blow jobnya, kuputuskan untuk menikmati hidangan utama dari kegiatan sex ini. Ya, aku ingin menyetubuhi gadis cantik berjilbab ini sepuasnya sekarang. Kutarik penisku dari dalam mulutnya lalu rok biru panjang semata kaki itu kusingkapkan hingga sepinggang. Sambil menahan kedua pahanya agar tidak bergerak, perlahan kugesek-gesekan kepala penisku ke celah bibir memeknya yang berlendir. Tangan kananku memainkan payudara kiri milik Faizah. “Jangan…Mas. Please…”, rengek gadis berjilbab ini lemah dengan kepala terkulai kekanan. Gadis berjilbab ini sudah nampak pasrah tidak berdaya. Hanya bisa memohon sembari menggigiti ujung kuku tangan kanannya dengan mata terpejam Aku teruskan tanpa memperdulikan rengekannya. Perlahan kepala penisku sedikit demi sedikit menyeruak masuk ke dalam belahan memek tersebut. “Aakkhh…mas…jangan……sakittt!”, jeritnya menahan sakit kala kupaksa menembus pertahanannya. Sempit sekali liang perawan Faizah. Kemudian dengan sekali hentakan kuat, kumasukan semua batang penisku yang besar itu. “AAAKKHHH!”, gadis berjilbab ini melolong keras karena kesakitan. Tapi aku tak peduli. Hanya ada satu yang ada dalam benak, menuntaskan hasrat birahi yang sudah kutahan dari tadi. Aku mulai bergerak maju mundur. Kunikmati jepitan liang sempit perawan milik Faizah. Gadis berjilbab yang sudah tersingkap pakaian seragamnya atas bawah ini menangis dan merintih memintaku untuk berhenti. “Uukkh..uuddaahh…sakitt…! Masss Badu tolong stopphh….ampun….yahh! Stopp!”, pekiknya dengan tubuh yang terguncang-guncang akibat sodokanku. Aku yang sudah tuli karena birahi tak mempedulikannya. Malah makin lama, semakin kupercepat sodokanku maju mundur. Kulihat bibir memek gadis berjilbab ini kelihatan memerah. Bentuk bibir liang surgawinya nampak menggembung dan mengempis seiring maju mundurnya penisku didalam. “Ohh..Godd…tempikmu enak sekali sayyangghh…”, racauku seakan membalas rintihan Faizah. Dari mulut mungil gadis berjilbab keluar jeritan yang semakin keras, “AAHH…AAKKHH…!” Beberapa menit kemudian kuhentikan aksiku. Kucabut sebentar penisku, kulihat memeknya memerah seperti memar. Darah keperawanan nampak menetes disela-sela memeknya. Lalu kujilat darah perawan yang bikin awet muda itu. Lalu dalam keadaan lemah, Faizah nampak pasrah kala aku pindah ke belakang. Kini kulepaskan lengan kiri baju seragamnya sehingga tampak punggung Faizah yang mulus. Kuposisikan pantatnya yang sekal itu diantara pahaku dan tangan kirinya bertumpu di kasur sementara tangan kanannya masih terikat. Setelah posisinya memeknya diatas peniskku, kusibakkan lagi rok biru panjangnya sepinggang. Begitu indah pemandangan di hadapanku ini. Faizah yang masih mengenakan jilbab hitam serta hem putih lengan panjangnya namun rok biru panjang serta lengan kiri seragamnya sudah tersingkap. Dari belakang tampak bahu kirinya yang bidang indah serta kemontokan belahan pantat hitam manisnya yang mulus seakan menantang untuk minta dikerjai sehabis-habisnya. Seraya mencengkeram bongkahan pantat yang sekal dengan tangan kanan, penisku kuarahkan dengan tangan kiriku menyodok ke celah liang surgawinya dari bawah. “Oouhh…aaakkhh..ampunnnnn Mmass…sakittttttt…sakiittttt!”, teriaknya tatkala hentakan keras penisku menghujam keras dari bawah. Wajahnya yang imut terbalut jilbab hitam itu nampak mendongak dan meringis kesakitan. Lalu disela-sela genjotanku kuremas-remas buah dadanya serta kucium dan kucupangi dada, punggung serta ketiak kirinya. “SShhh….sssayyyangghh enak bangetttt Zahh!”, racauku sembari memeluknya dari belakang, tak lupa kusedoti ketiaknya yang bebas bulu dan harum bagai kesetanan serta meremas bongkahan buah dadanya yang sudah tersingkap itu. Hem putih lengan panjangnya yang sudah terbuka itu nampak semakin kusut karena tergesek-gesek dari belakang sementara pungung dan ketiak kirinya makin penuh dengan cupang dan air liurku. “Aaahhh…uuhhhh…”, desahnya dengan mata terpejam seraya tangan kanannya mengepal kuat-kuat seolah menahan nafsu birahinya yang makin berkobar. Hampir 30 menit lamanya kugenjot gadis berjilbab kenalan Sinta ini dengan posisi favoritku ini. Dan nampak ia makin kepayahan. Hem dan jilbab hitamnya sudah awut-awutan nampak lepek basah oleh keringat persetubuhan paksa ini. Begitu pula rok biru panjang semata kaki yang kusingkapkan sepinggang. Saat kulirik, kamera kini telah dipasang di atas tripod sementara Tejo lagi duduk dan mengawasi lewat monitor kamera sambil menggenjot anus Sinta sedangkan jarinya mengocok memek dan kelentitnya. Yang aku heran kok memek dan anusnya Sinta masih kelihatan segar ngak ada hitamnya walau sering digenjot Tejo. Akupun merasa akan mendekati puncaknya. Spermaku terasa bergejolak mendesak untuk keluar. Lalu seraya menarik kedua lengannya bagai kusir yang sedang menunggang kuda kupercepat sodokanku hingga bunyi benturan pantat Faizah dengan selangkanganku semakin terdengar kencang, “Plakk…plakk!”. “Uhh…Izzaahh!”, seruku sejadi-jadinya menahan nikmat hendak mencapai klimaks. Faizah yang sedang kugenjot dalam kecepatan penuh ini dari bawah hanya bisa merintih-rintih seraya mengangguk-anggukkan kepalanya. Jilbab dan hem putih lengan panjang yang dikenakannya nampak berkibar-kibar karenanya. Kedua buah dadanya yang tersingkap dari balik behanya nampak bergoyang-goyang dan bergetar naik turun akibat sodokanku yang semakin cepat. Beberapa saat kemudian tubuh gadis berjilbab ini mendadak bergetar hebat. Tubuhnya melengkung kebelakang dengan wajah yang berbalut jilbab hitam itu mendongak keatas. Biji matanya membelalak hanya nampak bagian warna putihnya saja. Nampaknya dia telah mencapai puncak orgasmenya. Dan bersamaan dengan itu akupun mencapai puncak orgasme sembari menyodok dalam-dalam penisku ke dalam liang surga Faizah, “Aaahh… Izzaahh…nniihhh!”. “Crrooottt…crooot….crottt”, spermaku menyembur kedalam rahimnya bercampur dengan cairan kewanitaan yang juga menyembur berbarengan. Gadis berjilbab itu kini tersungkur lemas tak menjerit lagi, hanya isak tangis dan lirih kesakitan yang keluar dari bibirnya yang mungil. Kulihat bibir memeknya bengkak, memerah serta memar. Spermaku bercampur darah perawannya menetes keluar sedikit sedikit. Aku menatapnya tersenyum puas. Sementara Tejo terlihat sedang memeriksa kamera sedang Sinta yang duduk lemas di kursi dari jauh tampak rok Sinta yang basah di bagian selakangan dan pantatnya. Tejo kemudian kalau memberitahu kalau sisa memori kamera masih setengah jam lagi, sebuah ide tiba-tiba muncul di pikiran bejatku. Anal pertama Setelah kulepas ikatannya, Faizah langsung rebah ke ranjang. Dalam seragamnya yang nyaris tak dipakai secara utuh, Faizah setengah tengkurap memeluki bantalnya. Nampak kaki dengan paha dan betisnya yang mulus dari rok semata kakinya yang masing tersingkap. Segara kujamah dan kuelusi kaki Faizah. Aku raba betisnya yang ‘merit’ itu. Kemudian aku menunduk dan mulai mencium kaki Faizah. Mencium telapak kakinya. Menciumi kemudian menjilati. Kemudian juga mengulumi jari-jari kakinya. Jari kaki Faizah yang selalu terawat apik itu demikian indahnya dalam kulumanku. Dan Faizah seakan kena stroom ribuan watt langsung berteriak mendesisi-desis. Dia terbangun-bangun menahan geli yang menjalari kakinya. Kutahannya kaki-kaki Faizah sehingga berontaknya tidak membuat lepasnya kaki dalam pagutanku. Jilatan dan kuluman bibir dan lidahku semakin meratai telapak kaki dan mulai naik ke betisnya. Gelinjang nikmat membadai menghempas-hempaskan gelegak nafsu Faizah. Bibirku terus melata hingga lutut dan siap kembali memasuki wilayah paha belalang Faizah. Aku mengecupi dan menjilat setiap sentimeter areal paha Faizah. Duh, bukan main gatalnya. Ciumanku dari mulut dan pipi serta dagu yang bercukur bulu-bulu pendeknya begitu menggelitik sanubari Faizah. Gatalnya telah manembus ke hulu hatinya. Faizah kelabakan kewalahan menahan derita gatal nikmatnya. Dia menjerit-jerit mintaku melepaskannya. Kakinya menendang menolak tubuhku. Tetapi mana mungkin. Tubuhku telah sempurna menindih dan tanganku menjepit dengan kuatnya sementara ia masih lemas akibat kuperawani. Aroma yang menebar dari paha Faizah membuat tenagaku semakin kukuh untuk tetap menguasai tingkah Faizah. Tidak akan ada kata menyerah. Dan jilatanku itu merambah terus hingga ke selangkangan Faizah yang gundul bagai selangkangan bayi. Aku merem melek saat lidah dan bibirku melumat-lumat klitoris Faizah. Dan tak ayal lagi, rambahan itu sampai ke lubang memeknya. Namun aku tidak melanjutkannya. Aku hanya mampir sejenak untuk kemudian dengan tangannya mendorong balik tubuh Faizah hingga posisinya tengkurap di kasur. Kini nampak pantat Faizah yang menjumbul dengan indahnya. Aku sudah kesetanan. Wajahku langsung nyungsep ke belahan pantat Faizah. Aku menjilati lubang duburnya. Tentu saja hal ini membuat Faizah tersentak. Bagi Faizah lubang dubur adalah hal yang sangat tak senonoh untuk didekati, apalgi dicium atau bahkan dijilati macam yang kulakukan sekarang ini. Haram, katanya. Pemali, orang bilang. Tetapi tidak bagiku. Jilatanku terasa geli menusuk-nusuk lubang pantat Faizah. Kini ku angkat pinggul Faizah sehingga dia berposisi nungging. Pantatnya lebih menonjol dengan lubang duburnya tepat di arah wajahku. Faizah yang belum sepenuhnya mau menerima ulahku yang tabu berontak mati-matian untuk menghindariku menciumi pantatnya. Dia berusaha bangun sambil, “Tidaakk.. jangaann.. jangaann..” Tetapi larangannya itu justru semakin memicu kehendak nafsuku. Setelah aku memprawani memeknya, kini giliran lubang pantatnya. Kutelikung Faizah dengan sekuat tenaganya dan memegang erat-erat pinggulnya sambil mulutku tidak melepaskan sedotan-sedotan pada lubang anal yang perawan itu. Karena aku cukup kuat sementara ia masih lemas, Faizah tak mampu melawannya. Perasaan tabunya membuat Faizah ketakutan. Tetapi yang dia bisa perbuat sekarang hanyalah menangis sambil memohon, “Jangaann Mass Baduu.. ampuunn, jangaann.., ampuunn Mas Baduu..” Apapun rintihan Faizah tak lagi kudengar. Itu baru awal dari hal berikutnya yang akan membuat tangis Faizah serasa tak berkesudahan. Ciumanku bergeser ke atas. Pinggul Faizah kulumat. Juga punggung kemudian bahu dan ketiak kirinya. Faizah yang masih terisak kembali menemukan gelinjangnya. Tetapi itu tak lama. Di bawah sana penisku terasa mendesaki bokong Faizah. Sekali lagi dia berontak untuk mencegah nafsu setanku. Tetapi sekali lagi aku mampu membuat gadis berjilbab itu tak berdaya. Kini rambut Faizah yang terurai di luar jilbab kujambak. Aku gunakan sebagian rambut Faizah yang terurai bagai tali kekang kuda. Kuhela rambut itu kebelakang sementara penisku mulai menumbuk-numbuk lubang anal Faizah. Rasa sakit yang hebat menimpa Faizah. Lubang analnya serasa dicolok dengan kayu menyala, Panas dan sakitnya bukan main. Beberapa kali aku melumasi dengan pelumas pada penisku dan anus Faizal agar bisa tembus. Memang ada kemajuan. Tetapi apa yang dirasakan Faizah? Setiap mili kemajuan penis itu masuk menembus analnya, kepedihan tak terkatakan datang menjemput. Akhirnya penisku memang tenggelam tertelan anal Faizah, tetapi akibatnya Faizah kelenger, pingsan. Tanpa melepaskan kemaluanku pada lubang itu, kuraih wewangian aroma terapi yang tersedia di meja samping ranjang. Kukecroti hidung Faizah dengan wewangian itu. Dan, ah manjur benar. Faizah terbangun dan langsung kembali menangis karena menahan rasa sakit di pantatnya. Dia tak lagi menolak karena pasti hanyalah sia-sia. Justru tolakannya semakin merangsang nafsu setanku. Sementara aku sendiri berusaha sabar. Untuk beberapa saat aku tidak bergerak. Pikirku, biarlah Faizah menyesuaikan diri dulu, dimana penisku kini sedang menghunjam ke dalam pantatnya. Ku peluki punggung Faizah sambil merajuk dan mencumbu. “Nggak apa-apa Zah, jangan takuutt.. nanti ennaakk.. jangan takutt..” sedu sedan Faizah masih terdengar. Isakan tangisnya tak lagi terdengar. Walaupun masih sering terdengar kata “Aduuhh, sakiitt.., yang pelaann..” namun tak ada upaya menolak dari Faizah saat kugoyang kemaluanku pada anal gadis berjilbab itu. Dan setelah beberapa saat kemudian goyanganku berubah menjadi pompaan sebagaimana kupompa memeknya, Faizah sama sekali tidak mengaduh tetapi dengan cepat memahami kenikmatan yang kuanjikan. Bahkan ketika beberapa kali penis itu copot dari analnya, tangan Faizah dengan sigap menjemputnya kembali untuk diarahkan tepat ke lubang duburnya. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat atraktip. Seorang dewi cantik manis dalam posisi menungging dia atas ranjang melengkungkan pinggulnya untuk mengangkat tinggi-tinggi pantatnya. Sementara di arah belakang seorang lelaki gagah sedang menusuk-nusukkan penis monsternya ke arah lubang pantat sang dewi. Aku benar-benar merasa seperti joki. Kuda betina cantiknya diraih surainya. Kupompa Faizah sambil menarik rambut yang terurai dari jilbabnya sebagai tali kekang. Ketika nafsu-nafsu menjemputi puncak-puncaknya, Faizah merasakan betapa benar kataku bahwa dia akan menerima kenikmatan yang kini sedang menapaki puncaknya. Sementara aku tak lagi mampu menahan sperma untuk tidak tumpah, dan bahkan kini telah berada di ambang nikmatnya yang paling tinggi. Maka badai gaduh, jerit, desah dan rintih pada berhamburan. Mulut Faizah menjerit dalam rintihan menahan gelora birahi sambil pantatnya dengan kencang maju mundur menjemputi kemaluanku. Aku bagai serigala lapar sedang mengejar mangsa, meracau dan mendesah keras-keras menjemput spermaku yang .. naahh.. akhirnyaa.. tak tertahan.. tumpah ruah. Menerima semburan cairan kental panas pada lobang anusnya, Faizah merasakan suatu sensasi yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, hanya reaksi badannya yang bergetar-getar dan ekspresi mukanya yang seakan-akan merasakan suatu kengiluan yang tak terbayangkan, diikuti badannya yang tergolek lemas, tanpa dapat bergerak. Faizah terlena oleh kedahsyatan orgasme yang dialami dan diterimanya dariku. Setelah mengkopi rekaman permerkosaan Faizah ke flashdisk, Tejo dan Sinta pulang. Meninggalkan Faizah yang masih lemas akibat kuperawani di kamarku. Habis subuh, Aku dan Faizah bermain sampai jam 13:00 siang, berkali-kali dan berbagai-bagai gaya. Sejak saat itu, aku tak hampir tiap hari menggeluti Faizah yang memek dan anusnya yang selalu wangi, terawat dan peret. Sebaliknya Faizah menjadi sangat tergila-gila padaku dan bersedia melakukan apapun yang akan aku diminta. Sebagaimana yang kini terjadi, di subuh yang indah ini aku dibangunkan isapan mulut mungil Faizah istriku tercinta. Kalo agan dan sista seneng cerita ane, kasih coment, thank atau cendol supaya ane tambah semangat.