Legenda Pendekar Ludah Api
seorang pemuda Jepang terlempar ke dunia asing yang sedang berseteru satu sama lain. Bagaimana petualangannya di dunia asing itu? Apa yang menyebabkan ia terlempar ke dunia itu? Saksikan petualangannya di Legenda Pendekar Ludah api notes: 1. Cerita ini hanya fiktif dengan maksud dan tujuan untuk menghibur, tidak ada maksud untuk menyudutkan salah satu pihak, negara atau pun Ras tertentu 2. Senjata dan mesin perang di cerita ini terinspirasi dari dunia nyata. 3. Update 3 hari sekali, Selasa Kamis Sabtu atau ketika memasuki page tertentu. 4. selamat membaca Trivia: Tokoh utama di cerita ini adalah satu dari sedikit tokoh di cerita nubi yang murni bukan orang Indonesia. Melainkan pemuda biasa dari Tokyo, Jepang.
Episode 1
“Duar!” “ Dor! Dor!Dor!” “ hidup Kaisar Shan!!!!” “ clas” Aku terdampar ditengah Medan perang , telanjang tanpa busana. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku sedang coli di kamar mandi , menutup mata untuk konsentrasi dan jantungku hampir copot begitu mendengar suara ledakan amunisi meriam di sebelahku. Aku tersungkur. Tubuhku seketika dilumuri lumpur. Aku terjebak di tengah perang besar. Aku melihat parit, tentara berseragam serba abu-abu melawan tentara berseragam hijau dengan bintang merah di topinya. Mereka saling menembak dengan senapan yang sangat kuno. Mungkin senjata perang dunia pertama. Hanya saja, mereka semua Asia. Bukan orang kulit putih. “ geruduk! Geruduk!” “ hidup Kaisar!” “ clas!” Aku melihat pasukan berkuda berseragam abu-abu menyabetkan pedang lengkungnya ke pasukan berseragam hijau. Aku melarikan diri ketakutan. Aku berlari secepat mungkin menghindari semua peluru yang ditembakkan ke arahku. “ Duar!” Sebuah Peluru artileri meledak hampir di dekatku. Aku terpelanting. Aku tersungkur dan tercebur ke tumpukan lumpur. “ Jangan biarkan rasa takut , kelaparan menguasai kalian! Tanah air kita membutuhkan perjuangan kita semua! Demi Kehormatan dan Kejayaan Tanah Air kita ! Hidup Kaisar Shan! “ “ priiiiit” Aku mendengar suara peluit. Beratus-ratus Pasukan berseragam abu-abu itu keluar dari parit dan dengan bayonet mereka , mereka maju menyerang tanpa rasa takut ke posisi musuh. Pasukan berseragam hijau ketar-ketir. Beberapa melarikan diri namun komandan mereka , dengan jubah hijau menembaki mereka “ pecundang! Pengecut! Matilah kalian ke neraka” “ dor” Tak lama penembak jitu seragam abu-abu menembak sang komandan dari kejauhan. Topinya terjatuh. Ia mati ditempat. Senapan mesin tentara hijau tiba-tiba macet dan pertempuran jarak dekat pun tidak terhindar. Aku melihat semua. Semuanya nyata. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa terpelanting ke dunia ini. Pandanganku mengabur dan aku pun tidak sadarkan diri. Beberapa jam sebelumnya Selamat datang di Jepang. Abad 22. Sebuah dunia modern. Dunia maju. Di mana mobil bisa terbang, orang pintar di mana-mana tapi tidak pernah kehabisan orang bodoh, orang tolol. Negara yang anti rasisme, tapi selalu memaksa pengungsi dan imigran melupakan budaya mereka dan mengikuti budaya Jepang. Dunia di mana negara lain kelaparan, orang Jepang justru mukbang makanan setara porsi 12 orang sekaligus, cuma demi konten. Jujur aku sendiri ragu Jepang benar-benar negara yang modern. Saat itu semua orang takut episode terbaru anime favorit mereka tidak tayang karena pertandingan sepak bola. Itu kekanak-kanakan. Mengingat di Abad 22, di luar san,, semua orang justru takut perang kembali terjadi. Tapi saat itu aku termasuk orang itu, orang yang tidak terlalu peduli. Sore itu, karena anime favoritku tidak tayang, aku jalan-jalan ke Mall dengan pacarku, Mashiro, gadis desa cantik jelita yang lahir desa dan besar di Tokyo. Kakeknya pindah ke Tokyo waktu ia berumur lima tahun. Sejak itu mereka tinggal di sebuah apartemen di Tokyo dan Mashiro menyukainya
Nozomi Mashiro
Aku menemaninya belanja di Mall. Masuk ke butik , pindah ke butik lain , lalu makan malam berdua. Dia juga menemaniku ke toko game , membeli game untuk PlayStation terbaruku “ aku lihat kamu tiap minggu beli game terus “ Ucap Shiro “ tahun ini lagi banyak game baru sayang. Lagian kamu senengkan aku senengnya main game , bukannya cewek “ Sahutku. Ia tertawa malu “ bisa aja kamu. Pokoknya tiap minggu aku jatahin satu. Atau kamu ga aku kasih jatah!” Gerutunya. Aku tertawa. Aku raih dagunya dan kami pun bercumbu. Malam itu seharusnya ia menginap di rumahku. Seharusnya kami bercinta semalaman di atas kasur sambil menonton film terbaru. Tapi ia mendapat telepon dari ibunya. Ia harus pulang malam itu. “ Okay gapapa. Aku anter kamu pulang ya” Aku mengantar Shiro-Chan pulang ke rumahnya. Ke sebuah apartemen di dekat Kabukicho. Sepertinya aku mengantarnya sampai ke lift. “ aku pulang ya “ Kami berpelukan. Ia masuk ke lift dan pulang ke apartemennya. Aku kembali ke mobil. Aku pulang ke apartemenku. Sebuah menara tinggi dan besar , setara empat apartemen sekaligus. Rumah bagi 10 ribu jiwa. Sangat padat. Kumuh. Tapi apartemen seperti ini adalah solusi bagi kota seperti Tokyo yang semakin padat. Aku memutar video hentai dari handphoneku. Aku melepas semua bajuku lalu pergi ke kamar mandi. Aku tidak jadi mendapat kehangatan dari pacarku jadi aku memutuskan untuk memuaskan diriku sendiri. Dan saat itulah bencana itu terjadi. Aku terbangun begitu mendengar suara mesin tank. Aku melihat sebuah tank , persis seperti tank perang dunia 1. Landship mark v. Dengan dua meriam di kiri kanan, dengan masing-masing senapan mesin. Tank itu berjalan diantara lumpur Medan perang , menuju kedudukan musuh “ Duar! Duar!” “ Brrrrrt” “ Maju terus! Pantang mundur! Hidup Kerajaan Han! Panjang Umur Kaisar Shi! Majuuu” Tentara hijau mengikuti dari belakang. Aku melihat semuanya sambil tergeletak di atas lumpur. Tentara Abu-abu menembak dari reruntuhan bangunan. Tank menembakkan seluruh meriam dan senapan mesin, membunuh setiap prajurit Dihadapannya. “ meriam! Kapal darat kita jadi sasaran empuk bagi meriam itu! “ Lalu seorang prajurit abu-abu menembakkan meriam yang mereka sembunyikan di reruntuhan gedung. Meriam ditembakkan. Meriam tepat mengenai tank musuh dan saat itu juga tank itu meledak. Api membara , asap mengepul. Hujanan peluru artileri Medan menghantam barisan tank itu. Semuanya terbakar dan meledak. Tentara abu-abu muncul dari persembunyian mereka dan memburu sisa-sisa tentara hijau. Saat itu aku kira aku berada di China , negara yang masih ditimpa konflik berkepanjangan. Namun aku sadar teknologi yang mereka gunakan, senjata mereka, sungguh ketinggalan zaman. Mereka meneriakkan pemimpin dan negara mereka. Tentara abu-abu meneriakkan Kerajaan Xian dan Kaisar Shan. Sedangkan tentara hijau Kerajaan Han dan Kaisar Shi. Kurasa aku terpeleset di kamar mandi dan bermimpi terlempar di anime bertema PD1 seperti cerita Isekai. Aku kembali pingsan. Jika benar ini mimpi maka mimpi ini terasa sangat nyata. Itu mengerikan. Aku tidak pernah merasakan mimpi seperti ini. Aku terbangun di lumpur itu. Aku melihat langit dan aku melihat planet gas yang sangat besar. Aku tercengang. Saat itu juga aku sadar aku berada di dunia lain. Hari sudah malam. Kedua belah pihak bersembunyi di tempat persembunyian mereka. Mayat bergelimpangan. Sungguh pemandangan yang mengerikan. Aku gemetar dan diam di tempat selama hampir setengah jam. “ aku harus pergi dari sini. Aku masih ingin hidup” Aku merayap diantara mayat-mayat. Suara tembakan masih terdengar sesekali. Badanku gemetar. Ada begitu banyak mayat bergelimpangan. Tentara Hijau , tentara abu-abu. Ada beberapa bangkai kuda , dan tentara abu-abu dengan pedang atau tombak. Aku melihat ada belasan bangkai tank , yang mereka namakan kapal darat. Semuanya hangus dan masih terbakar Aku merayap selama berjam-jam. Dengan sesekali berhenti. Aku beberapa kali muntah karena bau bangkai, apalagi ketika aku tidak sengaja menyentuhnya. Kadang tanganku masuk ke isi perut mereka dan saat itu juga aku muntah. Matahari terbit. Aku tiba di pinggir hutan. Dengan masih telanjang bulat dan tubuh berlumuran lumpur , aku berlari ke hutan itu. Aku berlari sekencang mungkin sambil menangis ketakutan sampai aku tersungkur tersandung ranting. Dengan gemetar aku berjalan menyusuri hutan , aku tiba di pinggir sebuah kali. Aku ingin menceburkan diri ke dalam dan membersihkan tubuhku. Dan saat itu aku melihat mayat seorang prajurit berseragam abu-abu “ astaga “ Aku terduduk terkejut. Badanku semakin ketakutan. Aku menutupi mulutku agar tidak berteriak keras. Kudekati mayat prajurit itu. Seragamnya sangat mirip seragam tentara Jerman perang dunia pertama. Ia memegang sebuah pistol yang bentuknya mirip p08 di Jerman. Seragamnya masih bersih . Ia menembakkan pistol itu ke mulutnya . Aku menemukan sebuah catatan kecil di tangan kirinya “ sia-sia aku di sini. Katakan pada ibuku aku menyayanginya. Maaf aku tidak bisa menjadi pahlawan yang ia inginkan” Serdadu Li Minghao, Artileri Medan 16 Kekaisaran Xian. Aku tidak pernah belajar bahasa Mandarin. Namun implan di dalam otakku memungkinkan aku mengerti hampir setiap bahasa di dunia. Termasuk bahasa Mandarin. Semua orang di Jepang mempunyai implan itu. Sungguh penemuan yang membantu. Seragam itu masih utuh. Kurasa aku bisa menggunakannya. Setidaknya lebih baik daripada telanjang bulat. “ maafkan aku kawan. “ Bisikku sambil melucuti seragamnya. Aku membasuh badanku dipinggir sungai. Aku berendam di sana , membersihkan seluruh badanku , meminum airnya menghilangkan haus meski aku ragu sungai itu aman. Aku keluar dari kali ketika aku selesai dan mengenakan seragam itu. “ terima kasih Minghao. Kurasa aku harus pergi “ Aku terus berjalan menyusuri hutan. Aku juga mengambil pistol dan senapannya. Pistol yang sangat antik (P08) dan Sebuah senapan bolt Action (Gewehr 98) dengan sebuah bayonet diujungnya. Tak lama hujan pun turun. Aku berteduh sebentar menunggu hujan berhenti. Namun hujan itu terus berlanjut. Aku meneruskan perjalananku. Ada sebungkus biskuit di saku seragam ini. Ada beberapa biskuit di dalamnya. Aku memakan satu sebagai makan siangku. Aku terus berjalan meski hujan tidak mau berhenti. Aku terus berjalan hingga aku tiba di sebuah rumah kecil dengan ladang dan kebun. “ tentara hijau” Gumamku dalam hati. Aku melihat tiga tentara hijau tewas. Satu terkena anak panah, dua sepertinya terkena pukulan benda keras. Aku melihat empat mayat pria dewasa berpakaian hanfu , pakaian tradisional China. Satu memegang anak panah , satu memegang cangkul , satu memegang sekop dan satu lagi memegang batu. Terjadi pertempuran kecil di ladang ini. Senjata api melawan sekumpulan peternak dan petani dengan sekop dan cangkul. Tentara Hijau itu menoleh ke arahku. Aku langsung bersembunyi. Ia berjalan ke arahku sambil menodongkan senapannya “ seperti ada orang” Gumamnya. Aku punya pisau tapi aku takut menggunakannya. Badanku gemetar. Ada sebuah sekop di dekatku. Aku memegangnya dan dengan tangan gemetar aku bersiap menyerang tentara itu jika ia semakin mendekat. “ Dung!” Aku keluar dari tempat persembunyianku dan memukul kepalanya dengan keras. Tentara itu tersungkur. Aku memukul kepalanya berulang-ulang kali hingga kepalanya bocor dan berdarah. Tentara hijau itu mati ditempat. Aku terduduk dan menghela nafas lega. “ lain kali aku tembak aja. “ Aku baru sadar aku mempunyai senapan dengan bayonet, pistol dan sebuah pisau. Aku hanya menggeleng kepala. Aku agak gemetar karena aku baru saja membunuh orang lain. “ semoga Tuhan mengampuni dosaku” Gumamku. “ Kapten. Hamba mohon , kedua janda ini memang berdarah Xian. Tapi mereka orang baik , mereka bukan orang jahat. Hamba mohon jangan sakiti mereka “ Aku mendengar suara tangisan wanita muda dari rumah kayu di dekatku. Aku berjalan mendekat. “ diam pengkhianat. Setelah aku selesai dengan mereka berdua. Aku akan memberimu pelajaran” Aku melihat seorang komandan tentara Hijau hendak memperkosa seorang wanita. Ada tiga wanita di dalam sana. Satu berhanfu merah , satu berhanfu biru, dan satu bergaun hijau. Mereka semua menangis ketakutan. Dengan menodongkan pistol, Bajingan itu berusaha menelanjangi wanita bergaun merah. “ Hyaaaaaaat” “ Tring” Aku hendak memukul kepalanya namun Komandan itu mengeluarkan pedangnya. Ia menendangku lalu menyabetkan pedangnya ke leherku. Aku hampir mati. Aku beruntung dapat menghindar. Komandan itu memasang kuda-kuda, layaknya seorang ahli kungfu. Aku membuang sekop itu dan mencabut pistolku. “ hyaaaat matilah kau kacung Babi gemuk!” Teriak komandan itu. Aku menurunkan tombol safety pistol dan saat itu juga aku menembaknya beberapa kali “ dor! Dor! Dor!” Aku tercengang. Aku melakukannya. Menembakkan sebuah pistol. Aku pernah melakukan adegan seperti ini persis di game VR. Tapi kali ini aku benar-benar melakukannya. Berbeda dengan game VR yang memang mendekati nyata. Kupingku berdenging akibat letusan pistol itu, badanku gemetar dan aku melihat dengan mata kepalaku sendiri , musuhku tergeletak mati di tempat. Ketiga wanita itu menangis. Aku mengunci kembali pistol itu lalu menaruhnya kembali di pinggangku. Ketiga wanita itu berdiri dan berlutut di hadapanku “ terima kasih Tuan! Kami berutang budi pada Tuan!” Ucap mereka bertiga “ di luar itu, Apakah suami kalian?” Mereka bertiga menggeleng kepala “ Hamba dan teman hamba ini janda. Kami pemilik ladang ini. Mereka bekerja di kebun kami. Mereka yang melindungi kami dari tentara hijau. Sedangkan gadis ini ,tinggal di ladang hamba sejak ayah dan Ibunya telah tiada. “ Ucap wanita bergaun merah. Jadi wanita bergaun merah dan bergaun biru ini janda. Sedangkan si gaun hijau masih gadis belum menikah “ terima kasih Tuan Minghao. Kami berhutang nyawa pada Tuan. Hamba tak menyangka seorang Legiun Abu akan menyelamatkan kami. Hormat Hamba , Zhou Yuzhu Legiun Abu? Jadi itu tentara berseragam abu-abu ini? Astaga mereka mengira aku Minghao pria Malang itu “ sama-sama Nona “ Zhou Yuzhu. Kecantikan wanita ini sungguh natural. Ia mungkin wanita tercantik yang pernah aku lihat seumur hidupku. “ hamba , Wang Lili “ Si janda bergaun merah itu bernama Lili. “ Hamba , Chen Mengying “ Dan si gaun biru bernama Mengying. Mereka satu marga. Aku membungkukkan badanku “ aku Minghao. Serdadu Legiun Abu “
Wang Lili Chen Mengying Zhou Yuzhu
Aku akhirnya memutuskan berpura-pura menjadi serdadu Legiun Abu. Itu pertemuan pertamaku dengan mereka bertiga. Yang menandakan petulanganku di dunia ini. Ya , seperti anime dengan genre Isekai. Aku terjebak di dunia yang tidak dikenal. Di dalam perang antara Tentara Hijau dari kerajaan Han dan Legiun Abu dari Kerajaan Xian. Kaisar Shi pemimpin Kerajaan Han dan Kaisar Shan pemimpin Kerajaan Xiao. Aku tidak tahu kenapa dan bagaimana aku terdampar di dunia. Apalagi bagaimana cara aku pulang ke duniaku. Yang pasti aku harus terus bertahan hidup. Aku tidak ingin mati konyol di dunia ini