KENIKMATAN BUDE PARNI

KENIKMATAN BUDE PARNI

AKU lulus dari Sekolah menengah kejuruan jurusan tata boga, tidak ingin melanjutkan kuliah lagi. Aku sudah mengirim beberapa surat lamaran ke berbagai perusahaan yang bergerak di bidang makanan, tapi sambil menunggu panggilan, Mama menyuruh aku membantu di warung nasi Bude Parni, karena pembantu yang biasa membantu Budhe Parni, setelah pulang ke kampung, tidak balik lagi ke warung Bude Parni.

Tapi dengan catatan, Aku harus mau menginap di warung Bude Parni, karena pagi-pagi aku harus membantu Bude berbelanja ke pasar. Jadilah aku membantu di warung Bude parni.

Kami hanya bertiga, yaitu bude parni, pakde sarwono dan aku. Tugas aku selain ke pagi-pagi ke pasar, adalah membantu budhe parni mengambil makanan untuk pembeli, membersihkan meja makan dan mencuci piring. sedangkan pakde sarwono hanya duduk merokok saja.

Pada malam harinya Bude parni menggelar kasur dari busa di lantai di bawah meja yang berbentuk huruf l. Aku dan Bude parni tidur di bawah meja, sedangkan pakde sarwono tidur di luar meja dengan menaikkan bangku panjang ke bangku panjang di sisi meja yang lain.

Malam pertama, aku benar-benar tersiksa, karena udara di warung selain panas dan pengap, kasur dan bantal bude parni baunya apek. Tapi Pakde sarwono bisa tidur sambil ngorok. Sampai satu minggu, aku baru bisa tidur nyenyak.

Hingga suatu malam, waktu itu kira-kira aku sudah 3 minggu membantu di warung bude parni, aku terbangun karena merasa ada tangan yang memegang selangkanganku. Betapa kagetnya aku, ketika terlihat olehku tangan bude parni.

Untung aku tidak bergerak, sehingga aku pura-pura tidak tahu. Tapi alangkah beraninya bude parni, napsu sampai lupa daratan hingga penis keponakan sendiri berani dipegang.

Pagi harinya, aku membonceng bude parni berbelanja ke pasar dengan sepeda motor, aku biasa-biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa semalam. Akan tetapi pada malam harinya, di dalam sarung aku, aku hanya memakai celana boxer, tanpa memakai celana dalam dan sarung juga tidak kuikat ke pinggangku.

Aku sengaja tidak tidur, aku menunggu tangan bude Parni. Benar saja, ketika sudah kedengaran suara ngorok pakde sarwono, tangan bude parni mulai bergerilya. Mula-mula ia hanya memegang penisku dari luar sarungku. Mungkin ia menyangka aku tidur nyenyak, tangan bude parni kemudian menyusup masuk ke dalam sarung. penisku diremas-remasnya pelan-pelan dari luar celana boxerku.

sensasinya nikmat sekali. Tak ayal membuat penisku bangun. Tapi ketika aku membuka mata sedikit mengintip, ternyata tangan bude parni yang satu lagi sedang memainkan nonoknya.

Bude parni bukan wanita yang masih muda, tapi umurnya sudah sekitar 50 tahunan. Rambutnya yang hitam setiap hari di konde itu sudah bercampur uban. teteknya juga sudah turun.

Bude parni tidak berani melakukan lebih jauh. malam berikutnya, aku sengaja tidak memakai celana boxer ATAU celana dalam di bawah sarungku. Aku ingin tahu, apakah budhe parni mengetahui bahwa aku sudah tahu gelagatnya?

jantungku berdebar-debar ketika sudah mendengar suara ngorok pakde sarwono. Kali ini tangan bude parni tidak memegang sarungku, tetapi langsung menyusup KE dalam sarung dan penisku yang sudah telanjang langsung dipegangnya.

Penisku yang masih lemas di remas-remas. Kalau sampai aku terbangun bagaimana resikonya, tidak terbayangkan olehnya lagi. barangkali ia sudah sangat bernapsu.

Penisku pun bangun. Bude mulai mengocok pelan-pelan. meskipun telapak tangannya tebal dan kasar, tapi kenikmatan yang kurasakan, naik sampai ke ubun-ubunku. Aku tidak mampu bertahan lebih lama lagi.

“Oo… budee…. aku mau keluarrr..!!” rintihku dengan suara tertahan.

bude langsung menutup mulutku dengan telapak tangannya. “Jangan bersuara keras-keras…” bisik bude ke telingaku.

Setelah itu bude menurunkan sarungku sampai di tengah pahaku. “Kamu baring diam saja,” suruhnya, lalu ia menaiki tubuhku masih mengenakan daster.

Penisku yang tegang dipegangnya dan ketika ia menurunkan tubuhnya ke pangkal pahaku, penisku menyelusup masuk ke lubang yang sempit. aKu hanya tahu itu, kemudian bude parni menggoyang penisku dan sensasinya lebih nikmat daripada ia mengocok hingga aku tidak tahan lagi.

crruutt… crrottt… crroottt… air maniku menyembur di dalam lubang nonok bude parni. Budhe parni segera bangun dari tubuhku.

Kami lalu bangun pergi ke dapur. Di tempat cuci piring, aku mencuci penisku sedangkan bude parni kencing membiarkan nonoknya yang penuh bulu hitam itu kulihat.

Pagi-pagi pergi ke pasar, bude parni yang duduk di belakang sepeda motor, sudah tidak duduk jauh-jauh lagi, tapi ia memeluk aku. “Yang semalam itu, kamu jangan cerita-cerita, ya?” pintanya.

Tentu saja tidak. Malam harinya, aku tidak malu-malu memeluk Bude parni. Sebelum pakde sarwono ngorok, kami sudah telanjang. Bude parni menyuruh aku mengisap teteknya sembari ia mengocok-ngocok penisku. Berikutnya, ia memasukkan penisku ke dalam mulutnya dan aku melihat nonoknya.

Aku mencium nonok bude parni yang berbau amis. Bude parni menyuruh aku menjilat nonoknya sampai napasnya terengah-engah. tangannya mencengkram rambutku, tubuhnya tegang. Kenapa bude Parni, aku tidak tahu.

kemudian bude parni menyuruh aku menindihnya. penisku ditekan ke lubang nonoknya, lalu kedua kakinya merangkul ke pantatku. Kedua kaki bude parni menggoyang pantatku, sehingga penisku masuk dan terbenam di dalam nonoknya.

Bude parni terus mengoyangkan pantatnya. penisku seperti dikocok-kocok dan dipelintir-pelintir. sensasinya benar-benar nikmat. aku tidak tahan, lalu kusemburkan air maniku di dalam nonok bude. pada saat yang sama, pakde sarwono batuk-batuk.

“Bu, minum bapak mana?”

bude parni mendorong tubuhku pergi dari tubuhnya. “Iya Pak, sebentar.” jawab bude seperti baru bangun tidur.

Bude parni buru-buru memakai dasternya. Tapi di akhir bulan, bude parni harus ganti shift dengan adiknya. Bude parni pulang kampung dengan pakde sarwono. untung aku sudah dipanggil untuk bekerja.