KAMPUS BIRU

Hallo suhu-suhu sekalian, kali ini gue mencoba mengembangkan cerita di universe 4646 ini, karena beberapa kali gue singgung juga di thread kalo sinetron atau film di universe 4646 ini sangat digemari.

DISCLAIMER: APABILA ADA KESAMAAN TOKOH, WAJAH DAN LATAR, HARAP DIMAKLUMI KARENA INI MURNI FANTASI, JADI BERBANDING JAUH DENGAN KENYATAAN YANG SEBENARNYA. LATARNYA PUN SAYA BUAT DI UNIVERSE LAIN, BUKAN DI UNIVERSE KITA BERADA SAAT INI.

CHAPTER 1: ALANA DAN DEWA, SIAPA?
“Alana, lana sayang, liat mama dong kalo mama ngomong”

“Apa sih ma, aku udah telat” Alana tak menghiraukan panggilan mamanya, ia berjalan begitu saja

Ia hanya berlalu sambil membuka pintu depan, lalu menuju mobil yang sudah dihidupkan oleh supirnya.

Alana Shakila Soebandrio, 19 tahun, baru memasuki kuliah semester 3. Ia kuliah di salah satu perguruan tinggi terbaik di negeri ini.

“Hmmm sabar ya mas, maaf kalo anakku susah menerima orang baru, mungkin karena dulu sangat dekat dengan almarhum ayahnya” ucap Sara Soebandrio, ibunya Alana

Sara Soebandrio adalah pewaris tunggal keluarga Soebandrio, pemilik Soebandrio Group yang bisnisnya menggurita. Perusahaan yang paling besar adalah Soebandrio’s security, perusahaan yang bergerak di bidang IT security.

Ferry hanya tersenyum lalu memeluk Sara.

Sedikit info, Ferry Soetanto adalah seorang pengusaha pemilik Multimedia Pictures, perusaahan media yang cukup besar di universe ini.

**

Suara byar-byur kecipak air mengawali hari seorang pria usia 32 tahun ini. Hari ini adalah hari pertama Dewa Hanggara sebagai dosen pembantu di universitas ini. Ia memilih ngekos dekat kampus barunya karena lebih efisien.

Dewa Hanggara, adalah seorang pemuda yang berasal dari Solo yang merantau ke Jakarta sejak lulus SMA untuk menuntut ilmu di Universitas ini. Karena kepintarannya, ia mendapat keringanan berupa beasiswa, namun tak cukup untuk menutupi total biaya kuliahnya. Untuk itu ia pun dulu bekerja sambil kuliah, ia memilih barista sebagai pekerjaan sampingannya karena memiliki fleksibilitas waktu. Ia pun sanggup menyelesaikan kuliahnya sampai S3. Selain itu, ia pun beberapa kali menyetorkan tulisan-tulisannya untuk kemudian dimuat di surat kabar, lalu ia pun sampai saat ini masih nyambi sebagai jurnalis lepas.

**
“Lanaaaa” kompak terdengar suara kedua orang sahabatnya yang baru bertemu lagi setelah liburan semester

“Hai girls” Lana pun menghampiri keduanya lalu mereka berpelukan.

Kedua sahabat baik Lana ini bernama Okky Calista dan Jelita Anindhita. Mereka kerap dipanggil “Okky Jeli” oleh teman-temannya karena selalu ke mana-mana berdua

“Aaaa kangen” ucap mereka kompak

Mereka pun berbarengan memasuki kelas.

Lana berkuliah jurusan bisnis manajemen atas kehendak orang tuanya yang ingin ada penerus untuk bisnis keluarganya.

**
Dewa pun tiba di kampus dan langsung menuju ruang dekan untuk memperkenalkan diri.

“Selamat pagi, pak”

“Iya?”

“Saya Dewa, Pak”

“Oh Dewa ya, baik, hari ini hari pertama kamu mengajar. Kamu jadi dosen pendamping buat bu Inggit ya. Nanti langsung ke ruang dosen, cari yang namanya Inggit Citra”

“Baik Pak”

Setelah memberikan beberapa arahan dan wejangan, Dewa pun dipersilakan keluar dari ruang dekan lalu menuju ruang dosen.

**

“Selamat pagi semua”

“Ya pagi” jawab yang ada di dalam sekenanya

“Ibu Inggit ada di sini?”

“Ya saya sendiri. Dewa ya?”

“Betul bu”

“Ambil kursi kosong tuh, duduk sebelah saya ya”

“Baik bu”

Dewa mengambil kursi kosong lalu duduk di sebelah Inggit.

“Nanti temenin saya mengajar ya, kamu udah pernah mengajar sebelumnya?”

“Saya kebetulan pernah ngajar juga bu di Dharma Bhakti”

“Ok baik. Ayo sudah waktunya kita ke kelas”

**

Di dalam kelas para mahasiswa sudah berkumpul, termasuk Alana, Okky dan Jeli.

“Selamat pagi semua” sapa Inggit

“Pagi bu” jawab mahasiswa serempak

“Hari ini saya mau kenalin dosen baru, ganteng gak?” canda Inggit sambil tersenyum

“Hallo semua nama saya Dewa Hanggara, saya disini mendampingi bu Inggit untuk beberapa pertemuan. Mohon kerjasamanya ya, terima kasih.” ucap Dewa sambil tersenyum

“Ganteng kalo taken percuma bu” sahut Okky

“Ah taken juga masih bisa ditikung” timpal Jeli yang diiringi tawa yang lain

Alana hanya tersenyum sekenanya, moodnya yang hancur pagi ini karena pertengkaran dengan orang tuanya masih membekas.

“Napa sih lo cemberut mulu noh ada dosen ganteng” goda Okky

Alana pun yang sedari tadi tak memerhatikan Dewa lalu menatap Dewa

“Ganteng kan ganteng kan?” goda Okky

“Hmmm” jawabnya singkat

“Move on ah sis, dunia isinya bukan cuma Randy doang hihi” timpal Jeli

Randy Hartanto adalah mantannya Alana yang baru putus dua bulan yang lalu

“Apaan sik ah mood gue lagi rusak nih gara-gara nyokap” Alana ngedumel

“Kenapa lan nyokap lo?”

“Biasa bawa pacar barunya nginep di rumah”

“uuuuhh ngews dong ngews” ucap Okky cekikikan

“Dih bukannya hibur gue malah bikin mood gue tambah ancur”

“Becanda elah lan”

“Udah-udah. Lan biarin aja kali nyokap lo kan juga butuh kehangatan, udah lama sendiri juga kan”

“Hmmm”

Tak terasa mata kuliah pun selesai, tiba waktunya untuk break.

**

Dewa terlihat sendiri menikmati coffee breaknya, sementara Alana, Okky dan Jeli celingak-celinguk mencari kursi yang kosong untuk mereka duduki.

“Eh itu Pak Dewa ya? Join aja yuk?” ajak Jeli

“Ayo malah diem bae” lanjut Jeli sambil menarik tangan Alana dan Okky

“Hai Pak Dewa, boleh gabung gak?” ucap Jeli

“Oh, boleh”

Alana masih memasang muka cemberut

“Kenalin Pak, saya Jelita biasa dipanggil Jeli”

“Okky”

“Alana”

Dewa pun menyalami mereka satu per satu.

Sambil menikmati santapan masing-masing, mereka pun berbicara tentang diri mereka masing-masing

“Oh jadi Pak Dewa pernah ngajar di Dharma Bhakti juga?” ucap Okky sambil menyebut nama kampus sebelah

“Iya betul Okky, 6 bulan saya di sana, pindah karena dikasih tahu temen saya kalo di sini lagi kekurangan dosen, lagipula ini almamater saya, jadi begitu ada tawaran, langsung saya ambil”

Setelah selesai mengobrol, mereka pun kembali ke kelas masing-masing.

“Dewa, saya minta tolong kamu boleh?” ucap Inggit

“Iya bu?”

“Nanti handle kelas saya sendiri ya”

“Baik bu, mulai besok?”

“Mulai kamis ya, besok sama rabu saya masih dateng”

“Baik bu”

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Inggit Citra itu adalah simpanan Imran Sardjono, sang rektor universitas. Rupanya, Inggit diajak Imran untuk berpelesir ke Bali.

Sedikit informasi, Inggit Citra adalah seorang janda dengan dua orang anak, sudah mengajar di universitas ini selama 5 tahun.

**

“ky kok lo gak masuk sih? Check in lo ya kek Jeli?” ucap Alana di WA

“Lagi gak enak badan Alanaaaa, lagian gue mau check in ama siapaaaa?”

“Ya mana tau. Pulang kampus gue mau ambil modul gue ya”

“”

Alana hari itu masuk kampus tanpa kehadiran kedua sahabatnya dengan alasan berbeda. Okky karena sakit, Jeli berkabar bahwa semalam ia bertemu pacarnya yang seorang polisi dan check in di hotel.

Alana sudah tiba di kosan Okky, ia melihat pintu Okky tidak tertutup rapat, ia pun langsung masuk mendorong pintu.

“ky gu….e ma..u ambil modul”

Alana agak kaget ternyata Okky sedang menyepong kontol seorang pria.

“Sluuuurp…sluuurp”

“Eh lan udah dateng”

“Oh jadi ini yang dinamakan sakit” ujar Alana sambil melipat kedua tangan di perutnya

“Hehe emang sakit cayaaaang, makanya ditengokin, eh kenalin temenku Aldy”

“Oh temen, yayaya” ucap Lana sambil tetap melipat tangannya

“Mmmm itu gak dimasukin dulu lagi aja gitu” ucap Alana yang sambil menunjuk kontol Aldy yang masih tegang

“Oh iya, sorry” ucap Aldy agak canggung

“Ya elah kek gak pernah liat beginian aja, nih ya, ini tuh namanya kontoooool” Okky tiba-tiba bersimpuh, lalu mengeluarkan kontol Aldy lagi sambil tersenyum meledek Alana dan langsung menjilati kepala kontol Aldy

“Gak jelas looo Okky, gue balik ya” ucap Alana dengan senyum ketusnya

“Byeeee”

Alana tiba di rumah. Pemandangan yang tadi ia saksikan pun tak pelak membuat berahinya agak naik. Maklum, sudah dua bulan lebih ia tak merasakan nikmatnya dicumbui pria.

Alana lalu rebahan di kamarnya, lalu menonton film porno di HP sambil sesekali merogoh celananya dan memainkan itilnya.

“Mhhhhh” lenguhan kecil terdengar, Alana tampak mulai terhanyut

Jemarinya semakin cepat mengaduk-ngaduk liang kenikmatan miliknya sendiri, sesekali erangan nakal dan sensual perlahan mengobati kerinduannya akan belaian dan sentuhan pria.

“Tok….tok…tok…Alana, sayang” mamanya mengetuk pintu kamarnya yang membuat mood Alana kembali turun, hampir saja ia mencapai klimaks, namun digagalkan ibunya sendiri. Semakin betelah anak cantik ini.

“Apa sih ma ganggu aja” gerutu Alana

“Makan yuk sayang, mama udah masakin makanan kesukaan kamu”

“Gak mau kalo ada dia”

“Sayang”

“Lana gak mau ma”

“Mama tau kamu sayang banget sama papa, tapi please, kasih kesempatan buat om Ferry buktiin sama kamu kalo dia pantas buat gantiin papa”

“Gak ada yang bisa gantiin papa”

“Lana, maksud mama, biarkan om Ferry mencoba, dia berhak untuk itu, dan mama pun berhak menentukan pilihan mama”

Alana pun lalu melengos menuju meja makan tanpa berkata-kata lagi

“Hallo, Alana” Ferry menyapa Alana yang baru saja menarik kursinya

“Iya”

“Mama udah masakin nih masakan kesukaan kamu,”

“Alana pintar juga ya sayang, susah lho masuk fakultas itu” ucap Ferry membuka obrolan

“Hehe”

“IP dua semester kemaren 4,00 lho mas” ucap Sara

“Wah luar biasa sekali ya, Soebandrio Group udah punya penerus yang hebat” ucap Ferry dengan antusias

Hanya senyum sedikit memaksa yang keluar dari bibir Alana

“Ma aku udah ya makannya, sakit perut”

“Alana kok gak abis? Biasanya kamu lahap banget lho”

Tanpa menjawab, Alana pun melengos menuju kamarnya.

Ferry hanya tersenyum.

“Mas, seenggaknya ada progress ya, tadi Alana udah bisa tahan lebih dari 10 menit ngobrol ama kita” ucap Sara sambil memegang pundak Ferry

Ferry lalu memegang tangan Sara dan menciumnya.

“Nanti juga terbiasa” ucap Ferry

CHAPTER 2: SOSOK DARI MASA LALU

**

“Wa, lo di mana?”

“Di kost yan, kenapa?”

“Gue ada kerjaan nih buat lo” ucap Ryan

“Wah boleh tuh”

“Gua kirim jobdescnya ya”

File PDF pun terkirim ke HPnya Dewa, berisi deskripsi pekerjaan yang harus dilakukan.

Setelah ia membaca dengan seksama, Dewa pun kembali menghubungi Ryan.

“Gue ambil yan”

“Ok, lo besok ke kantor ya, siangan aja gapapa”

“Yaudah ok”

Besoknya, Dewa pun menuju kantor redaksi Majalah Suara Nasional, majalah yang cukup terkenal di negeri ini.

“Apa kabar lo wa?” ucap Sugeng Hardjono, pimpinan redaksi sambil menyalakan cerutunya

“Baik Pak”

“Udah dikasi tau kan sama si Ryan lo harus ngapain?”

“Udah kok Pak”

“Ok, nanti si Fenny yang ngatur bookingan dan akomodasi, lo tinggal terima beres”

Dewa pun hanya mengangguk lalu meninggalkan ruangan.

Jobnya pun sebenarnya sudah lumrah terjadi di dunia jurnalistik universe ini, yaitu mewawancarai beberapa PSK, dari yang kelas biasa sampai kelas premium untuk mengetahui apa latar belakang mereka menekuni profesi ini.

Dewa pun menemui Fenny, akunting yang mengurusi akomodasi dan semua kebutuhan Dewa.

“Wih udah enak-enak terus dibayar ya mas hihi”

“Hehe bisa aja, nggak lah Fen, gue paling cuma wawancara doang terus kelar”

“Yakin?” ucap Fenny genit

“Haha sure”

Hari pertama, Dewa menemui seorang PSK kelas biasa bernama Dewi, mereka pun berjanji di sebuah hotel dekat kampus.

Sehari sebelumnya, Dewa dan Dewi bercakap-cakap melalui WA.

“Hallo, saya wawancara aja boleh kan? tetep saya bayar kok” ujar Dewa

“Ya saya sih gapapa mas, yang penting dibayar”

“Baiklah, saya transfer DP dulu ya”

“Oke mas”

Dewa dan Dewi kini sudah berada di kamar hotel.

Dewi bercerita bahwa latar belakangnya menjadi seorang PSK adalah karena bercerai dengan suaminya, sementara ia harus menghidupi ketiga anaknya yang masih sekolah.

“Ok mbak Dewi, terima kasih ya”

“Sama-sama mas. Mas beneran gak mau make aku? Mas ganteng juga soalnya” Dewi tersenyum malu sambil berkata seperti itu.

“Saya lagi bertugas mbak, mungkin lain waktu kalau saya lagi gak tugas” ucap Dewa ramah

Hari pertama pun selesai.

Hari kedua, kali ini Dewa mengadakan sesi wawancara dengan PSK kelas menengah, artinya PSK dengan tarif yang cukup mahal per malamnya, yaitu sekitar 5-8 juta per sesi.

PSK kali ini bernama Jenni, berwajah cantik khas oriental.

Sama seperti sebelumnya, mereka sudah bertukar pesan di WA, jadi sudah sama-sama paham dengan situasi yang akan terjadi.

Sesampainya di lobby hotel, Dewa pun bertemu Jenni.

“Jenni ya?”

“Iya, ini mas Dewa?”

“Betul”

“Yuk, langsung ke kamar” tutup Jenni

Mereka berdua pun sudah berada di kamar hotel.

Kamera dan peralatan sudah siap, sesi wawancara pun dimulai.

Banyak hal yang menarik ketika Dewa mewawancarai Jenni. Jenni mengatakan bahwa alasannya menjadi PSK karena ia seorang hiper seks, sebenarnya ia orang berada namun hasrat seksnya yang besar mendorongnya untuk menekuni profesi ini.

“Begitulah mas, aku aja kaget kok bisa-bisanya mas bayar saya buat wawancara aja, mas gapapa kok kalo mau pake saya” ucap Jenni

“Saya lagi bertugas, Jenni”

“Setelah off kamera kan bisa, mas”

“Habis ini saya harus ke kantor lagi untuk bikin reportnya, mungkin next time ya Jen”

“I’II give it for free mas, I swear” Jenni tersenyum nakal

“Aku suka tipe cowok sopan kayak mas gini, bikin penasaran hehe” lanjut Jenni

Dewa hanya tersenyum, setelah berpamitan, Dewa pun kembali ke kantor.

Hari ketiga atau hari terakhir, adalah jadwal Dewa mewawancarai PSK kelas premium, atau bisa dibilang wanita langganan para pejabat atau para artis di universe ini, seorang wanita bernama Wina Nathalia.

Sugeng Hardjono, sang pemimpin redaksi sampai turun tangan sendiri membooking Wina, karena tak sembarang orang yang bisa mendapat aksesnya.

“Hai sayang, pokoknya nanti orang saya akan menghubungi kamu ya” ucap Sugeng

“Oke mas” balas Wina

“Hallo mbak, boleh saya wawancara aja? Saya tetap bayar penuh kok” ucap Dewa di chat

“Oh, ini orangnya mas Sugeng ya?” ucap Wina yang rupanya sudah diberitahu Sugeng

“Betul mbak”

“Baiklah, see you” ucap Wina singkat

Keesokan harinya, Wina sudah tiba lebih dulu di lobby hotel.

“Mas, belum sampai ya?”

“Belum, mbak, ada yang kecelakaan nih jadi macet”

“Oh ok, saya duluan masuk kamar ya, nanti nyusul aja”

“Ok”

Setengah jam kemudian, Dewa pun tiba di lobby hotel, lalu meminta bantuan resepsionis untuk akses ke kamar Wina.

Hotel kali ini berbeda dengan sebelumnya, sebuah hotel bintang lima, hotel paling elit di Jakarta. Untuk membooking seorang Wina memang ada syarat tertentu, salah satunya harus di hotel bintang lima.

Dewa pun mengetuk pintu kamar, lalu ketika Wina membuka pintu dan menatap Dewa, ada nuansa aneh yang tak bisa dijelaskan.

Wina menatap Dewa begitu dalam, antara rasa tidak percaya dan ingin memastikan.

“M…mas Dewa?” mulut Wina tergetar

Dewa yang masih menerka-nerka ekspresi aneh dari Wina masih belum ngeuh bahwa Wina Nathalia yang berada di depannya saat ini adalah Winaningsih, wanita yang berasal dari desa yang sama dengan Dewa. Mungkin karena penampilan Wina yang berubah 360 derajat, dari gadis Desa biasa menjadi wanita glamor dan elegan membuatnya pangling.

“Mas, Wina mas, temennya Asih” ucap Wina menyebutkan mantan pacar Dewa di desa dulu

“Wi…wina…” ucap Dewa dengan ekspresi agak kaget

“Massssss” Wina lalu memeluk Dewa dengan erat di balik pintu kamar yang belum sepenuhnya tertutup

“Aku cari kamu selama ini mas, kamu ke mana aja” ucap Wina masih dengan air matanya yang membasahi pipi

“Mas asal kamu tahu, Asih masih menunggu kamu mas, dia sempet diusir dari rumah gara-gara menolak lamaran Bowo, Bapaknya marah banget dan akhirnya Asih kabur dari rumah.

“Apa? Terus dia sekarang di mana, Win?”

“Sekarang udah pulang lagi mas, Pak Prabu (Bapaknya Asih) udah meninggal”

Dewa agak kaget mendengar berita bahwa Pak Prabu sudah meninggal.

“Asih sekarang tinggal sendiri mas, dia melanjutkan usaha beras milik Bapaknya”

Sedikit kilas balik, Pak Prabu adalah seorang saudagar beras terpandang di desa, bisa dibilang orang terkaya di desanya, Pak Prabu hanya sendirian mengasuh Asih karena istrinya meninggal ketika melahirkan Asih. Pak Prabu pernah menikah lagi namun kandas di tengah jalan.

Dewa dan Asih sendiri sudah berpacaran sejak dari SMA, hubungan percintaan mereka pun bersemi sampai akhirnya Dewa memberanikan diri untuk membawa hubungan tersebut ke jenjang yang lebih serius, namun tentu saja, Dewa yang hanya anak seorang petani biasa tak mendapat restu dari Pak Prabu. Dewa dan Asih pun dipisahkan secara paksa oleh orang tua Asih.

Mereka masih bersikeras untuk melanjutkan hubungan namun teror dari Prabu kepada keluarga Dewa pun akhirnya membuat Dewa menyerah, ia tak ingin mengorbankan pekerjaan orang tuanya hanya untuk keegoisan diri, ia pun memilih untuk merantau ke Jakarta dan sejak saat itu mereka lost contact sama sekali.

Wina sendiri merupakan teman masa kecil asih, bisa dibilang Wina sendiri menggantungkan hidupnya kepada Asih karena ia adalah seorang yatim piatu, Wina hanya tinggal bersama neneknya yang juga seorang petani. Mereka bersahabat dekat, dan mencintai orang yang sama, yaitu Dewa. Wina hanya bisa memendam perasaan cintanya kepada Dewa karena tidak mau membuat Asih kecewa, ia sadar bahwa Asih sudah baik dan membantunya, termasuk biaya sekolah dan Asih juga sering mengiriminya uang tanpa sepengetahuan Pak Prabu. Setelah lulus sekolah, akhirnya Wina pun memilih untuk mengadu nasib ke ibukota karena tidak mau menggantungkan hidupnya terus menerus kepada Asih, dan berakhir dengan menjadi seorang PSK.