Jurus Melepas Sukma
Pagi itu masih sama seperti pagi-pagi biasanya, bangun kesiangan gara-gara begadang semalaman. Sebelumnya perkenalkan nama saya Boy, anak SMA kelas 11 di sebuah sekolah swasta di Ibukota.
“Terlambat lagi ini, yasudahlah..”. Sepertinya hari ini ada yang aneh, tubuhku terasa ringan dan saya bisa melihat diri saya sendiri sedang tidur di kasur. Bingung bercampur heran akhirnya saya coba untuk menyentuh diriku sendiri…, tembus dan tidak terasa apa-apa seperti hanya menyentuh udara. Sejenak saya ingat bahwa malam sebelum tidur saya iseng-iseng membaca mantra yang diajarkan oleh teman saya yang baru datang dari Jawa ikut rombongan pembantu-pembantu yang habis mudik, katanya Mantra Melepas Sukma. “Kayaknya berhasil ini.., boleh lah dicoba.” Berjalan rasanya seperti terbang, cepat dan tidak ada tembok atau apapun yang bisa menghalangi. Saya coba keluar masuk kamar, sampai bosan. Tiba-tiba terdengar cewek nyanyi-nyanyi dari sebelah kontrakan. Dari suaranya pasti Kak Sinta ini, pegawai bank swasta tahun 46. Kesempatan ini.., nyoba hal baru dapat bonus yang seru-seru. Anehnya begitu saya berpikir mau ke tempat Kak Sinta saat itu juga sudah ada di kamarnya. Sialan.. udah selesai mandinya coyy. Wait.. Kl masih pakai handuk berarti belum ganti baju ini, rejeki coyy. Dengan sabar dan deg-deg an saya menunggu tahap demi tahap terbukanya handuk yang kelihatan ketat dan pendek di badan putihnya Kak Sinta. Wuiii… mantabb coyy rasanya kayak kesamber petir begitu liat gunung kembar bergoyang-goyang manja terlepas dari handuk (maklum belum pernah liat yang asli, litany di hp mulu.. bokep), putih mulus dan menantang dunia. Mungkin ukurannya 34 D ini. Ujung warna coklat muda agak pink dengan lingkaran yang sewarna. Ampuuuunnn DJ.. Atas sudah tinggal tunggu warung yang bawah ini, masih di useg-useg gak kering-kering kali airnya. Lalu yang diharapkan pun jadi nyata, alamakkk mantabbbb coyy. . Merah muda merekah, tembem kayak apem, gak ada bulunya. Hah.. gak ada bulunya, kayak anak SD. Lalu gelap.
Saya coba ucek-ucek mata dan ternyata Emak udah di depan mata, “Sekolah woyy, mau bolos lagi Tong??!!” Nampaknya saya sudah benar-benar terbangun kali ini, cuss kamar mandi mumpung ada bahan wkkkk.. Langsung beraksi ku usap sabun yang wangi, membayangkan gunung fuji dan apem surgawi yang bikin jantungan. Moncrotlah si joni (JOrok namun NIkmat). Badan segar bugar pikiran fresh hatipun riang. “Berangkat dulu Mak.., Boy sarapan di sekolah aja, udah telat ini”. Nah ono lw ngarti, buruan sono, kata Emak gaul. Lalu sayapun bosan sekolah dari pagi sampai sore. Pulang sekolah dengan semangat saya gas motor matic sejuta umat langsung meluncur ke kontrakan Parto, mau nanyain masalah sukma saya yang tadi pagi lepas. (Wkkk.. jangan nungguin di sekolah tadi saya ada apa-apa ya , piss… J ). Sampai kontrakan Mas Parto saya gedor-gedor pintunya tapi tidak ada jawaban, “Pasti masih molor ini pengangguran”, karena butuh ya terpaksa ditungguin saja, mana hp gak bisa di hubungi lagi. Ngebul dulu aja.. rogoh-rogoh kantong Cuma dapet duit 2 ribu saja, lupa kalau tadi belum beli rokok. Untung ada warung sebelah kontrakan Mas Parto. Permisi-permisi gak ada yang keluar juga.. “Tunggu Mas.. saya pakai baju dulu.” Terdengarlah suara dari dalam warung. “Beli apa Mas? Sorry tadi masih mandi.” “Gak pa2 Mbak, ngeteng doank kok ini.” Sambil nyalain rokok gak sengaja liat Mbak2nya, lumayan juga ternyata.
“Weii Boy.. sorry tadi masih sibuk. Mas Parto tiba-tiba teriak dari dalam kontrakannya. Aneh juga ini orang bisa tahu kalau saya di depan, padahal tadi dipanggil-panggil di gedor-gedor gak ada.. Jangan-jangan ada apa-apa ini, momen nya pas ini sama mbak warung yang habis mandi (insting detektifku berkata). “Mas Parto sibuk ngapain tadi, di panggil-panggil kagak nyaut??”. Sibuk tidur katanya, dasar pengangguran. Tidur ngompol Mas, tu celana basah. “Woee ngawur, abis coli ini!!” Eits.. tidur.. coli.. jangan-jangan habis pakai ilmu yang semalem dibilangin ke gw ya Mas? Pasti abis ngintipin mbak warung sebelah? Ssstttt jangan kenceng-kenceng ngomongnya” Bener Boy.. kok tahu? “Iya mas, saya juga tadi pagi bisa seperti itu. Makanya ini mau tanya-tanya, gitu..”. Akhirnya dijelaskanlah dengan panjang lebar dan tinggi mengenai ilmu tadi, yang katanya tidak sembarang orang bisa menguasai. Mas Parto saja butuh puasa mutih 40 hari baru bisa menguasai jurus yang diajarkan kakeknya itu. Katanya mungkin saya memang berbakat atau cuma kebetulan saja. Untuk mengujinya saya pun disuruh merapal mantra yang sama dengan pengawasan Mas Parto. Dan memang terbukti kalau saya memang berbakat. “Sangar kowe Boy.., joss tenan” kata Mas Parto sambil menepuk pundak saya. “He he.. kebetulan paling Mas.” Kata saya. “Gini saja Boy.., kalau memang kamu berbakat ini tak ajarin 1 jurus lagi, kalau kamu memang bisa menguasai berarti kamu memang ampuh.” “Wah Mas.. yang kemaren aja belum kepakai jurusnya, masa udah ada lagi.” Kataku. “Wis to jangan cerewet, sini..”. Lalu mas Parto menyuruh saya mengikuti dan menghafal kata-kata yang dia ucapkan.
-Bersambung-