Ini sakit Bun!

Peringatan : cerita ini akan mengandung sedikit unsur lg-bt dan paksaan, bukan berarti saya suka / mendukung cuma buat lebih mendramatisir cerita aja. Just enjoy it.

Devia

Bunda Sumi

“seneng banget rasanya kita udah tunangan gini”

“iyah, tinggal selangkah lagi… sabar ya, nunggu dananya cukup dulu”

“iyah, aku mah sabar aja, kamu yang gak sabar mah kali… pengen cepet cepet gituan yaa hayoo?”

“laha kata siapa, enggak juga”

“masa!?”

“eh skrang mah kan udah tunangan nih, boleh dong ngintip dulu”

“eeeeeh!? Gak boleh”

“pegang atau raba?”

“gak boleh”

“mmmmmh pegang dari luar celana?”

“gak boleh sayang, makanya kamu cepetan deh kumpulin uang nya, nanti aku ijinin kamu lihat sepuasnya”

“ya kali kalo udah sah mah gak perlu ijin ijin segala, langsung aja aku plorotin”

“nah itu makanya cepetan”

“iyah iyah, colek dari luar celana boleh?”

“eeengak”

Begitulah percakapan antara Devia (20) dan Jono (22), belum lama ini mereka memutuskan untuk bertunangan, setelah sekitar setahun lebih berpacaran. Hanya saja selama ini gaya pacaran mereka cenderung biasa saja, tanpa ada kissing, remas meremas, kocok mengocok, jilat mejilat, apalagi tidur berdua. Hal tersebut tidak lain karena Jono yang cenderung pengen tapi kurang mental dan pengalaman, ditambah Devia yang cenderung gigih menjaga kesucian nya. Dan keduanya sama sama baru pertama kali berpacaran sehingga setahun belakangan ini hanya dihabiskan dengan jalan, nongkrong, jajan, pulang ke rumah. Tapi itu dulu.. apa yang akan terjadi setelah ini akan benar benar merubah hidup mereka.

Mengenai Devia sendiri, dia terbilang cukup cantik, kulit bersih mulus dengan payudara yang pas di genggaman, Supel dan mudah bergaul. Sialnya dia harus punya pasangan yang cenderung payah dan bermental tahu. Kejadian bermula saat Jono dan Devia memutuskan untuk berlibur ke daerah pemandian air panas di sekitar perbatasan bandung. Kaerna takut terjadi hal yang belum boleh dilakukan (antara Jono dan Devia), ayah Devia pun memberi mereka syarat yaitu harus membawa minimal 1 orang keluarga dari salah satu pihak. Al hasil demi kelancaran mereka pun menyetujui syarat tersebut, Jono yang memang anak tunggal akhirnya kepaksa mengajak serta ibunya (Bunda Sumi : janda 42) selain mereka bertiga, perjalanan mereka juga di temani oleh lukman (22) yang bertugas sebagai supir sekaligus pemilik mobil yang dipakai oleh mereka. Lukman ini adalah teman dari Jono, dulu Lukman juga sempat dekat dengan Devia, secara sehat lukman dan Jono menyatakan bersaing mendapatkan devia, dan pada akhirnya Devia lebih memilih Jono yang lebih menang tampang.

Singkat cerita Jono dan yang lainya berangkat liburan, mereka berencana menginap 2 malam disana. Perjalan berangsur normal normal saja sampe akhirnya tiba di fila yang mereka sewa. Karena sudah cukup sore mereka memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu, tidak ada hal aneh yang terjadi pada malam itu, Jono sekamar dengan lukman, dan Bunda Sumi bersama Devia.

Pagi hari sebelum berangkat ke tempat wisata lumat terlihat sedang menelpon seseorang

“halo kang?”

“iyah, gimana bos sudah siap?”

“siap kang ini kita mau berangkat”

“oke semua akan berjalan sesuai rencana, yang penting bos Lukman ikuti arahan kita aja”

“siaaaap”

setelah itu mereka pun berangkat ke tempat wisat yang di tuju. Karena ingin cari yang murah sewa yang mereka sewa letaknya cukup jauh dari lokasi wisata. Sehingga mereka harus pakai mobil lagi untuk berangkat kesana. Agar lebih cepat lukman menyarankan melewati jalan pintas yang cukup sepi, sepanjang jalan merka hanya melihat hamparan kebun teh tiba tiba saja lukman yang mengendarai mobil dikagetkan dengan laki laki tua yang tiba tiba datang memotong jalan mengenkan sepeda.

“maaan awaaaaaaas” ujar Jono teriak

BRUUUUK, mobil mereka akhirnya menabrak pengguna sepeda tadi. Laki laki itu terjatuh dan langsung mengerang kesakitan. Lukman dan Jono yang panik langsung keluar dari mobil menghampiri pesepeda tadi.

POV DEVIA

Kaget sekali tiba tiba saja mobil yang kami tumpangi menabrak seseorang. Mas Jono dan lukman langsung turun untuk mengcek kondisi pesepeda tersebut. Pria tua itu tampak masih mengerang kesakitan. Lukman berusaha membantu pria itu berdiri namun pria tua itu nampak masih kesakitan. Aku dan Bunda Sumi mulai merasa hawatir dengan situasi ini. Kekhawtiran makin terjadi setelah tiba tiba datang beberapa orang laki laki menghampiri mereka, salah satunya tampak kaget saat melihat pria tua tadi terduduk kesakitan di tanah. Dia tampak marah. Pria itu telihat hendak menyerang Lukman, namun untungnya masih di cegah oleh temannya. Terlihat mereka mulai adu argumen, tidak jelas apa yang mereka katakan namun setelah itu Mas Jono datang menghampiriku.

“Bun, Dhe, keluar dulu… kita ikut mereka dulu”

“mau keman kita Jono?” tanya Bunda Sumi

“mereka ngajak kita bahas masalah ini, mudah mudahan aja mereka mau berdamai”

Aku dan bunda Sumi pun turun dari mobil, terlihat Pria tua tadi sudah bisa berdiri lagi namun masih dibantu jalan oleh salah seorang dari mereka. Karena perjalan melewati jalan setapak menembus kebun teh, mobil terpaksa kami tinggal, cukup jauh kami berjalan menelusuri jalan setapak ini. Sampe akhirnya kami tiba disebuah bangunan di tengan perkebunan teh, sekilas bangunan ini mirip gudang atau semacamnya. Kami pun di suruh masuk kedalam bangunan tersebut, entah kenapa aku punya firasat kurang baik.

Didalam gudang tidak ada apapun disana, ini hanya ruangan kosong selain beberapa kursi kayu di pojokan ruangan. Tapi tiba tiba salah seorang dari mereka langsung memukul perut mas Jono dan Lukman sampe mereka terjatuh ke tanah. Aku dan Bunda Sumi sontak histeris dan langsung mendekat ke mas Jono dan lukman untuk membantu mereka berdiri. Beberapa dari mereka segera mengunci pintu gudang.

“tooooloooong… toloooong….”

Bunda Sumi berteriak meminta pertolongan, namun mereka hanya tertawa, melihat lokasi tempat ini yang sangat terpencil, saya tidak yakin ada orang yang bisa dengar. Sepertinya sedari awal mereka memang tidak berniat baik. 4 orang dari mereka kembali menghampiri kami, mereka segera menarik dan mengunci gerakan mas Jono dan Lukman, Bunda Sumi tampak makin panik, beliau mulai menawarkan sesuatu agar kami bisa di lepaskan

“kang tolong kang, jangan apa apakan kami, saya akan kasih semua uang yang kami punya, tapi tolong bebaskan kami”

“iyah kang, tolong… kami akan bertanggung jawab untuk bapak yang ketabrak tadi” aku pun ikut melakukan pembelaan

sementara itu mas Jono dan Lukman tidak bisa berkata apa apa karena mulut mereka di bungkam, tidak hanya itu mereka juga mulai mendudukan mas Jono dan Lukman di kursi yang ada di pojokan tadi, kaki dan tangan mereka di ikat sehingga tidak bisa bergerak sama sekali.

“hahaha, saya gak butuh uang kalian, ini bukan soal bapak ku yang kalian tabrak. Kalian orang orang kota, songong… sepantasnya saya kasih pelajaran”

“ampuun kaaang, tolong maafkan kami, kami gak maksud nabrak bapaknya”

“iyah kang tolong jangan apa apakan kami”

Sepertinya saat tadi mereka berdebat di luar mobil, entah Mas Jono atau Lukman, salah satu dari mereka pasti berkata kasar yang mengakibatkan orang orang ini marah. Memang saat aku lihat dari dalam mobil tadi mereka terlihat bersitegang. Tapi kenapa harus sampe seperti ini, aku benar benar mulai berfikir akan trejadi hal buruk menimpa kami.

Dipojokan terlihat Mas Jono dan Lukman yang meronta ronta diatas kursi, mulut mereka masih dibekap sehingga tidak bisa berbicara sama sekali, hanya gumanan terdengar dari mulut mereka.

Bunda Sumi tampak makin cemas, matanya mulai berkaca kaca begitupun aku yang mulai sangat hawatir. Tapi untung nya kami tidak ikut di ikat seperti mas Jono dan Lukman.

“oke, pada dasarnya kami tidak jahat, kami hanya kesal dengan kalian… jadi kalian berdua, para ledies sebaiknya tenang dulu, mungkin bisa saja kami berubah fikiran dan langsung membebaskan kalian, asalkan kalian mau jawab beberapa pertanyaan dari kami, ataupun menuruti intruksi kami, gimana kalian mau cooperatif atau mau berontak dan kami siksa kalian semua disini?” salah satu dari mereka mencoba memberi penawaran, sepertinya dia tetua disini

“ampun kaang, saya akan coba cooperatif kang”

aku dan bunda Sumi saling berpandangan, memang sepertinya tidak ada jalan lain selain ikut mau mereka sekarang. Kami pun di persilahkan duduk. Tepat di depan tetua mereka. Kami lalu ditawari minum, 2 botol air mineral. Sebetulnya saat itu saya tidak mau minum minuman itu, aku hwatir botol itu sudah di campur sesuatu. Tapi tiba tiba saja Bunda Sumi langsung meminum air tersebut.

Melihat itu aku malah jadi ikut ikutan minum air tersebut. Mungkin yang tadi itu cuma firasat jelek ku aja. Mudah mudahan.

“oke pertama tama biar saya perkenalkan diri dulu, saya Jek, biasa dipanggil bang Jek. Nah sekarang coba sebutkan dulu nama dan usia kalian, juga dua orang yang duduk disana itu”

“eeee..anu.. nama saya Sumiati usia 43” ujar Bunda Sumi

“sss..saya Devia, 20 tahun, yang duduk disana, yang sebelah kiri Jono 22 tahun, dan satu lagi Lukman usianya kalo gak salah 25 tahun kang…eeh bbbang” ucapku melanjutkan

“heh kamu siapa tadi, sumiati… ini laki laki muda semua, kamu tua sendiri disini, suka maen brondong kamu?” bunda Sumi tampak kaget saat ditanya seperti itu oleh bang Jek

“enggak kang, eh bang… saya ibu salah satu dari mereka”

“ibu!? Ibu dari siapa coba tunjuk anak kamu yang mana?”

“anu.. itu kang, Jono Sutejo”

“oooh ini… heh bener itu ibu kamu?” bang Jek langsung bertanya pada mas Jono, dan di jawab anggukan oleh mas Jon

“kalo kamu cantik, kamu pasti pacar salah satu dari mereka kan?”

“iii..iya bang, saya tunangan nya mas Jono”

“tunangan!? Oooooh, bener itu tunangan mu?” lagi lagi bang Jek mengkonfirmasi ke mas Jono

“Trus yang satu lagi ini siapa kalian?” tanya bang jek lagi

“itu temen kami kang, kebetulan saat ini sedang jadi driver kami”

“hah supir!? Kasin banget kamu, temen kamu aja bawa emak sama pacarnya kamu malah ngejomblo, Jones kamu ya!?” ujar bang Jek sebari meledek Lukman

Lukman tampak marah saat dikatai oleh bang Jek, dia mulai berontak sampe kursi yang dia duduki hampir terjatuh, sementara mas Jono hanya diam pasrah tanpa berontak sama sekali, entah apa yang di pikirkannya saat ini. dia terlihat terus menatap ke arah Bunda Sumi.Mungkin saat ini dia lebih hawatir pada Ibu nya.

“dasar kasian sekali ini yang jadi supir, temennya asik pacaran, dia malah suruh jagain emak emak”

“emak emak cantik dan bohay bang hehe” salah seroang dari mereka menanggapi ucapan bang jek.

“hmmm, iyah juga sih”

mata bang Jek langsung tertuju pada bunda Sumi. Harus diakui di usianya yang sudah kepala 4, Bunda Sumi memang terlihat masih cantik dan bentuk tubuh yang bagus. Ditambah saat ini beliau sedang mengenakan pakaian terusan yang cukup seksi dengan belahan dada rendah. Tau sedang di tatap oleh bang Jek, Bunda Sumi reflek menutupi area dada dengan tanganya. Aku makin cemas akan hal ini, semoga ajak mereka tidak berniat ke arah sana

“saya jadi ada ideu…. gimana kalo kita main games, Dhe Sumi, mau!?”

“aaa..anu jangan panggil saya seperti itu bang, gak enak… maksudnya games gimana bang?”

“kenapa memangnya? Usia saya sekarang 46, wajar dong kalo panggil Dhe, bener gak sep?”

“bener banget bang” jawab anak buah bang Jek. Wajah bunda sumi tampak bersemu. Sepertinya dia sangat malu

“oke jadi gini Dhe sumi, game nya kalau kalian menang, kalian saya bebas kan, kalo kalian kalah, kalain kami hukum? Gimana?”

Bunda Sumi tampak melirik ke arah ku, sepertinya dia tampak ragu. Tapi aku fikir ini adalah kesempatan kita, ku coba yakin kn bunda Sumi agar mau menerima tantangan gamesnya. Untungan nya Bunda sumi juga berfikir hal yang sama, apapun itu yang penting kami bebas. Itulah tekad kami saat ini.

“jadi, kira kira gamesnya apa Bang”

“nanti saya jelaskan, kita deal dulu” ujar bang Jek Sebari menyodorkan tangan pada Bunda Sumi

“deal” tanpa ragu bunda Sumi langsung menyetujui gamesnya, padahal aku mulai hawatir karena mereka tidak mau menjelaskan games apa yang akan kita mainkan

“hahaha mantap dhe Sumi. Oke sep mulai games nya”

terlihat seseorang yang dipanggil bang Jek tadi menghampiri mas Jono. Dia membuka ikatan kaki mas Jono, sehingga kedua kaki mas Jono kini terbebas, tapi mereka segera menahan pergerakan kaki mas Jono, terlihat salah satu dari mereka seperti hendak membuka celana mas Jono. Astaga semoga ini tidak seperti yang ku pikirkan, “KYAAA” aku menjerit kaget sebari menutup wajah ku, aku kaget sekali ini kali pertama aku melihat belalai Mas Jono. Benar saja mereka langsung melorotkan celan mas Jono langsung beserta celana dalam nya, terlihat belalai Mas Jono menggantung diantara kedua pahanya, aku tidak begitu memperhatikan bentuknya karena aku langsung reflek memnutup mataku

“heh kenapa kamu? Itu kan pacar mu, emangnya kalian belum pernah ngewe apa?” pertanyaan ituhanya ku jawab dengan gelengan kepala

“hahah bego, punya pacar secantik ini malah dinaggurin, heh turunin tangan mu sekarang, itu kan calon kamu, harus di biasakan lihat, cepat turunin”

“apa apaan ini, kenapa pake lepas celana anak saya segala, tolong bang pakaikan lagi”

“sabar dhe sumi, sabar… kamu gak mau kita berbuat kekerasan kan? Ikuti saja arahan nya”

“kurang ajar kalian semua, cepat sebutin gamesnya, aku ingin ini segera berakhir”

“hahaha oke, gampang… gamesnya, kamu nari striptis depan anak kamu, kalo dia ngaceng, kamu kalah, kalo dia gak ngaceng kamu menang, gimana dhe siap? Kalo kamu gak siap anak mu itu akan menerima hukuman nya”

“nari!? Stri apa??” tampak bunda sumi bingung dengan istilah itu, dia langsung menoleh ke arah ku, aku sendiri kaget ternyata games nya itu. Tapi jika dipikir pikir gak mungkin rasanya mas Jono akan birahi melihat ibu kandungnya sendiri, mungkin kita masih punya kesempatan.

“itu nari sebari telanjang Bun, tepatnya sih nari sambil lepas pakaian satu persatu sampe telanjang” ujar ku menjelaskan pada bunda sumi

“apa? nari? Lepas baju? Gak mungkin aku gak mau”

“kalo kamu gak mau dhe, anak mu yang akan mendapat hukuman nya. Sep siap siap” terlihat asep bersiap hendak memukul selangkangan mas Jono

“TUNGGUUU!! biar saya fikirkan dulu” ujar Bunda Sumi mulai panik

aku sendiri kini mulai kembali membuka mataku, aku mencoba memalingkan muka dari mas jono, tapi entah kenapa mataku selalu melirik kearah selangkangan mas Jono, sekarang bisa jelas kulihat diantara paha mas Jono, ada seperi belalai menggantung lemas, dengan bulu bulu lebat disekitar pangkalnya. Aku tidak tahu pasti ukuran alat kelamin seumuran mas Jono normalnya sebesar apa, tapi menurutku itu saja sudah cukup besar. Aku malah jadi malu sendiri saat melihat kelamin calon suamiku itu. Anehnya setelah melihat punya mas Jono, ada sedikit rasa gatal diarea pribadi ku. Apa aku nafsu melihat punya mas Jono?

“Dev gimana ini, gak mungkin bunda telanjang di depan Jono”

“iyah bun, tapi bunda kan ibu kandung nya, rasanya gak mungkin kalo mas Jono birahi melihat bunda nya sendiri”

“mmmm iyah juga sih, tapi bunda masih hawatir”

“gini aja Dhe sumi, kalo Dhe sumi gak mau, gimana kalo si Neng devia ini yang gantiin, kalo tungannya itu si Jono ngaceng lihat pacarnya bugil, berarti kalian kalah” ujar bang jek memotong diskusi kami

“JANGAAAAAN” bunda sumi langsung menolak tegas, aku setuju, aku gak yakin mas Jono akan tahan melihat ku dalam keadaan bugil, lagian disini juga ada Lukman, aku gak mau dia melihat tubuh telanjang ku

“jadi Dhe sumi bersedia” tanya bang jek

“……….oke.. aku mau, tolong perjelas apa yang harus aku lakukan, tari apa itu tadi, aku gak tau mesti gimana”

“hahaha stiptis? Tenang… gampang aja, dhe sumi hanya perlu menanggalkan pakaian yang dhe sumi pakai satu persatu sampe telanjang bulat tepat dihadapat anak dhe sumi. Nanti kita iringi musik juga biar dhe sumi joget nya lebih luwes, atau mau lihat contoh dulu?”

“…… aku mau lihat dulu” ujar bunda Sumi

Bang jek lalu memberikan handphone yang sedang memutar video stiptis, aku dan bunda Sumi pun menyaksikan video tersebut, wajah kami seketika bersemu merah menyaksikan video tersebut, belum lagi dalam video itu tidak hanya menampilkan wanita yang menari sebari menanggalkan pakaiannya melainkan diselingi juga dengan adegan erotis lainnya oleh si pria yang ada di dalam video. Seketika buah dada ku terasa sesak dan apemku terasa gatal saat menyaksikan si wanita dalam video tersebut sedang di remas remas kedua tokednya sebari terus berjoget, lalu ada juga yang meraba raba area kewanitaannya. Ku coba lirik bunda sumi, dia mulai kehitan tidak nyaman, kedua kakinya terus dia gesek gesekan, sepertinya Bunda mengalami hal yang sama dengan ku.

Setelah kurang lebih 15 menit menyaksikan video tersebut kini aku benar benar terangsang hanya karena melihat video.

Bang Jek pun lalu mengambil hp nya lagi. Dia pun kembali menanyai kesiapan Bunda Sumi. Awalnya bunda sumi nampak ragu, namun saat dia menatap anaknya yang terikat di kursi, sepertinya dia kembali mendapatkan anu nya yang bulat, maksunya tekadnya yang bulat.

“kalo kulakukan itu didepan anak ku, dan dia tidak tergoda, aku harap kalian akan menepati ucapan kalian sendiri” ujar Bunda Sumi tegas

“tenang saja Dhe, bang Jek selalu tepati janji… ayo silahkan dhe Sumi”

bunda Sumi pun langsung beranjak dari tempat duduknya, alunan musik pun mulai diputar, musik yang pas untuk joget erotis semacam ini fikirku. Bunda sumi pun berdiri tepat di depan Mas Jono, awalnya dia tampak memejamkan mata, tapi salah seorang dari mereka terlihat seperti membisikan sesuatu, sehingga akhirnya mas Jono kembali membuka matanya yang akan menyaksikan langsung ibunya sendiri menari erotis di hadapannya, sementara bang Jek dan anak buahnya berdiri dibelakang mas Jono dan Lukman.

Bunda Sumi tampak mulai ragu ragu, sesekali mas Jono mencoba memalingkan muka tapi bang Jek terus memaksanya untuk tetap menjaga pandangannya ke Bunda Sumi. Melihat bunda Sumi yang tampak gerogi, Bang Jek pun menyuruh anak buahnya memberi minum dulu bunda Sumi agar bisa kembali fokus. Bunda Sumi pun lalu meminum habis air tersebut.

“minum dulu Dhe, santai aja joget aja… biasa aja seperti biasanya kamu joget di ranjang hehe”

Bunda sumi pun mulai berjoget, tubuhnya mulai bergoyang, aku lalu dipanggil oleh bang Jek, dia memintaku berdiri tepat di belakang kursi yang di duduki Lukman, kini aku dapat melihat Bunda Sumi berjoget dari arah depan, harus ku akui bunda Sumi memiliki tubuh yang bagus, tidak gemuk montok khas ibu ibu muda. Kalo tidak kenal pasti tidak akan ada yang percaya kalo dia sudah punya anak yang usianya 20’an. Awalnya mungkin tampak kaku namun seriring waktu berjalan, bunda sumi terlihat mulai menikmati joget nya. Kedua tangan nya diangkat ke atas dengan tubuh yang masih bergoyang, buah dadanya yang besar tampak mengampul ngampul akibar gerakan goyangannya.

“buka dong Dhe Sumi” ucap bang Jek

Tanpa menjawab bunda sumi mulai membuka kancing kancing bajunya. Belahan dadanya yang memang sudah cukup rendah kini makin membuat payudaranya lebih terekspose, terlihat bra berwarna putih yang masih membungkus payudaranya yang besar. Bunda sumi sempat melirik ke arah mas Jono. Ku lihat mas Jono saat ini memalingkan mukanya, matanya terpejam. Sepertinya tidak ada yang sadar akan hal itu, semua karena terlalu fokus pada bunda Sumi. Belalai mas Jon pun masih terlihat layu. Aku harap mas Jon bisa menahan nafsunya sehingga dia tidak ereksi. Walau dalam hati aku penasaran bagaimana punya mas Jon kalo lagi ereksi.

Kembali ke bunda Sumi, baru sebentar saja aku berpaling kini kedua lengan bajunya sudah terlepas, bunda Sumi kini terlihat seperti hanya mengenakan rok dan bra. Payudaranya begitu besar, benar kata orang tubuh seroang janda memang selalu terlihat lebih terjaga. Sambil terus bergoyang Bunda sumi memutar tubuhnya, kini dia membelakangi kami. Terlihat pinggulnya bergoyang dengan lihai. Ini sudah seperti wanita di video tadi. Ku lihat salah seorang dari mereka merekam aksi Bunda Sumi, aku terlalu takut sehingga tidak berani menegurnya.

Bunda Sumi mulai menurunkan Bajunya. Sambil pinggulnya terus bergoyang perlahan baju itu dia turunkan ke bawah, sedikit demi sedikit terlihat lah celana dalam bunda Sumi yang warna nya senada dengan branya. Aku gak sangka dibalik bajunya itu ternyata dia hanya mengenakan daleman saja tanpa apa apa lagi. Bang Jek dan lainya mulai riuh menyoraki bunda Sumi. “astaga apa itu” aku kaget dalam hati saat kulihat bang Jek sudah membuka celananya, terlihat dia sedang memegangi benda besar panjang mengacung ke atas. Seperti tongkat. Apa itu penisnya? Ini kali pertama aku melihat penis pria yang ereksi.

Bunda Sumi kembali memutar tubuhnya, wajahku memerah saat melihat Bunda Sumi yang kini hanya mengenakan daleman saja. Kenapa aku yang ikut malu melihat Bunda sumi bergoyang di depan banyak pria dengan kondisi hampir bugil.kenapa Bunda sumi tampak santai dan tidak merasa risih, padahal dia sedang disaksikan oleh banyak pria disini. Apa ini sisi lain calon mertuaku yang tidak ku ketahui.

“ayooo lepas semua dhe Sumi”

lagi lagi bang jek menyuruh bunda Sumi untuk menanggalkan pakaiannya. Aku fikir aku sudah aman dengan Bunda Sumi yang berkorban menari erotis di depan kami, namun ternyata salah, bang Jek menyuruhku membuka celana Lukman. Jelas saja aku menolak namun dia terus mengintimidasiku dengan ancaman ancamannya. Aku pun hanya bisa pasrah, aku beranjak jongkok didepan Lukman, ku buka kancing dan resleting celananya dan sedikit ragu ragu ku turun kan celana itu. Kini tersisa celana dalam lukman, ada tonjolan besar dibalik celana dalamnya, apa mungkin dia juga nafsu melihat Bunda Sumi. Bang Jek lalu menyuruhku menurunkan celana dalam tersebut, dengan hati hati ku lepas celana dalam itu, ku palingkan wajahku dengan mata terpejam, aku gak berani melihat ke depan. Tapi bang jek terus menyuruhku mebuka mata dan melihat, penis Lukman kini terlihat jelas berada tepat di depan ku, bang jek lalu menyuruhku bergeser ke sebelah lukman dan parahnya dia menyuruhku menyentuh penis lukman, sedikit ku lirik mas Jon, dia masih memalingkan wajahnya. Sepertinya dia belum mengetahui yang Bunda sumi dan aku lakukan.

Bang jek lagi lagi mengancamku, dengan berat hati kuraih penis lukman, keras sekali. Tidak hanya menyentuh, dia juga menyuruhku mengusap usap penis lukman, naik turun seperti mengocok botol.

Sudah ku duga ini tidak akan bejalan lancar, games itu cuma akal akalan mereka saja. Aku berharap mereka tidak sampe menyetubuhi ku, aku tidak mau kesucian ku yang ku jaga selama ini harus berakhir di tangan mereka. “kamu kocok kontol itu sampe bucat, awas aja kalo gak bisa” ujar bang jek mengancamku. Aku gak sendiri gak paham apa yang dia maksud. Ku lihat kembali Bunda Sumi, kini dia benar benar sudah telanjang Bulat, terlihat payudaranya yang besar menggantung bebas, lalu mataku turun ke area kewanitaannya, warna nya sedikit gelap dibanding dengan kulit pahanya yang putih bersih, tebal dan “astaga” tanpa bulu. Sepetinya Bunda Sumi selalu rutin mencukur bulunya. Dulu aku sempat kepikiran melakukan nya namun selalu ku urungkan, aku takut melukai area kewanitaan ku. Sambil jongkok disebelah Lukman, tangan ku terus mengocok penisnya. “maaf a lukman, aku kepaksa” ucapku pelan disamping Lukman.

Suasana semakin riuh, setelah telanjang bulat bunda sumi jadi semakin erotis, kedua kakinya sedikit di buka, satu tangan diangkat ketas, satu lagi meremas dadanya dan pinggulnya bergerak maju mundur. Sekarang tidak hanya bang jek, semua pria yang ada disini sudah mengeluarkan penisnya masing masing.

“coba dong gerakan ngewe nya gimana kalo lagi diatas, nunggung sini Dhe Sumi”

mendapat perintah tak senonoh dari bang Jek bunda sumi bukanya protes malah terus saja mengikuti perintah perintah tersebut. Dilain sisi aku juga nulai merasakan sesuatu yang aneh di area kewanitaan ku. Lagi lagi terasa gatal, tubuhku terasa gerah. Kocokan ku di penisnya lukman menjadi makin cepat. Aku kembali melihat ke arah Bunda Sumi. Kini dia kembali membelakangi kami, hanya saja saat ini posisinya merangkak tepat nungging ke arah kami. Dapat dengan jelas ku lihat area kewanitaan nya. Lubangnya sedikit terbuka. Aku baru tau dalam posisi seperti itu ternyata area kewanitaan dapat terlihat dengan jelas. Masih dalam posisi merangkak Bunda Sumi kembali melebarkan kakinya. Setelah itu pinggulnya kembali bergoyang awalnya hanya meliuk liuk biasa, tapi setelah itu gerakannya berubah, kini pinggulnya dia hentakan ke arah dalam berulang ulang. Riuh para pria itu makin ramai. Tapi tiba tiba

“waaaah bang ngaceng bang, lihat bang dia nganceeng, hahaha lihat emaknya joget gaya ngentot dia malah ikutan ngaceng”

aku segera menoleh ke arah mas Jono. “astagaaa” belalai yang tadi terlihat layu kini mengacung tegak ke atas, besar sekali, panjang…. ukuran nya bahkan lebih besar dari punya nya lukman. Itu lebih seperti punya bang jek. “inikah penis calon suamiku, apa itu akan muat masuk kesini” ucapku dalam hati. Melihat penis calon imam ku yang berdiri tegak aku mulai merasa ada yang rembes dibawah sana. Sementara itu ku lihat Bunda Sumi juga menoleh ke arah Mas Jon, sama halnya dengan ku dia juga tampak kageet. Bunda Sumi langsung berbalik dan terduduk di lantai, sebari tanganya menutup mulutnya sendiri pertanda dia syok melihat penis anaknya sendiri. Entah apa yang membuat nya syok apakah itu karena tiba tiba penis mas Jon yang ereksi, atau dia syok melihat ukuran penis anaknya yang besar.

“bodoh banget… kenapa mas Jon malah ereksi melihat ibunya sendiri”

kemana kah kontol Jon akan berlabuh!? Pecahin perawan devia, atau sungkem ke memek bundanya. Bang Jek dan kawan kawan!? Sudah pasti dapet bagean. Dipantau terus suhu, Maaf kalo kentang, lanjut lagi nanti… kalo sempat. Semoga berkenan