Gunung
Salah satu desa yang terkenal karena banyak di lalui segerombol pemuda pecinta alam yang ingin pergi ke puncak gunung tersebut. Selain itu desa itu juga terkenal dengan wanitanya yang mana semua terlihat seperti gadis entah itu tua entah itu muda tapi tidak dengan gelar nenek nenek karena sekali bergelar nenek maka tetap nenek, nenek yang dimaksud adalah nenek yang sudah sudah 50 ke atas, dengan kulit yang sudah mengendor jatuh ke bawah, gigi yang sudah hilang, dan ciri khas nenek dari desa gendis ditandai dengan Jarit.
Kenapa kesan nama desa itu seperti dibuat buat ? Ya itu memang dibuat secara mendadak. Karena ada seseorang saintis yang bereksperimen
Kembali ke gapura tadi,terlihat di kejauhan ada 5 pemuda pemudi tampan dan cantik yang sedang berjalan nyaman berbicara dan terlihat dari pakainya yang halus dan clink bahwa masing-masing dari mereka adalah orang berada
Dan hanya 1 pemuda berkaos biasa dengan dengan luka gores di matanya membawa 2 ransel di punggung kanan kiri dan 2 tas di tangan kanan kiri
Mereka sudah menempuh jarak 1 km dan pemuda itu tidak terengah-engah dengan bawaannya yang banyak dan besar itu, bahkan setetes keringat pun tidak keluar
2 pasangan serasi itu terkadang berbisik-bisik heran kenapa pemuda itu tidak lelah pasalnya banyak berat yang sedang di bawanya
Sang pemuda dengan bawaannya hanya mengangguk ketika mendengar seolah-olah merespon agar mereka tidak khawatir
“Apakah kau yakin.?, kita ada ber empat, mungkin kau bisa bawa yang punya perempuan tapi kami lelaki .” Salah satu pemuda mencoba untuk meringankan beban sang pembawa barang tersebut
Ya walaupun sang pemuda tidak terlihat lelah sama sekali tapi sisi kemanusiaannya berbicara
“Tidak apa apa saya masih kuat, dan itu sudah tugas dari porter.” Porter hanya mengangguk dan meyakinkan pemuda yang mencoba meringankan bebannya
“Ya dia benar Ron, biarkan dia melakukan tugasnya.kita juga sudah membayarnya.”seorang perempuan dengan riasan tipis dan terlihat bulir keringat jatuh dari keningnya menyeletuk
“Tapi Jen..” pemuda yang dipanggil Ron itu terlihat ingin mendebat tapi dengan cepat di hentikan oleh porter
“Sudah tidak apa apa, itu memang benar, ayo.! Kita bahkan belum sampai ke basecamp, itu sudah terlihat gapuranya tinggal sedikit lagi kita rehat di sana.” Porter menenangkan Ron dan Jen yang terlihat ingin berdebat panas dan menunjuk ke arah depan menyemangatinya.
Pemuda itu hanya menggeleng pasrah dan menghela nafas lalu melanjutkan diikuti yang lainya
Setelah masuk porter sempat berdiri di bawah gapura dan bergumam
” Jadi ini dimana dokter itu menemukan cairan itu … ” Porter melihatnya dengan mata berseri seri ” aku sudah tak sabar.menyala abangku!” Melanjutkan dengan gembira
Tampak asri jalan kiri kanan ada parit parit kecil tempat air mengalir dan di sebelahnya lagi ada tanaman kuning padi sejauh mata memandang, senja matahari pun membuat nilai plus bagi tempat itu.
“Jen.. ! jen.. spot …Jenny yukk” wanita mungil yang dari tadi diam bersorak melompat-lompat melihat pemandangan itu dan lekas mengambil sebuah smart phone yang disaku celananya dan berlari dengan tidak sabar
“Ehh.. ehh vit tunggu vit …vitaa ikutt” jenny juga dengan tak sabar mengikuti Vita, setelah berlari Jenny kembali lagi dan menggandeng pasangannya “Edi ayo ihh ..lambat” dengan menghentakkan kakinya sebal
Edi pun hanya pasrah tersenyum mengikuti kemauannya
Tak lupa Vita yang sudah sampai berteriak memanggil pasangannya yang terlihat jauh di belakang
“Roni …ayo sini sayang” sambil melambaikan tangan mengambil
Roni juga pasrah menghampirinya dengan getir
Sang porter hanya melihat empat orang itu dengan tenang
10menit berlalu
30 menit berlalu
Sang porter dengan Kening berkerut
60 menit
Sang porter mulai heran
Dalam hati bergumam “gila gini amat ya kalau foto sama pasangan.”
Entah berapa kali mereka mengambil sang porter sudah tenggelam pikirannya sampai disadarkan oleh teriakan perempuan
*Aarghhhh
Sang porter yang tersadar dari pikirannya mendekat ke mereka dan ternyata itu adalah jenny yang kakinya ternyata terpeleset kulit pisang dan jatuh sedangkan Edi dijadikan sandaran dengan pelukannya sambil menenangkan jenny
“Sakit yank?” Edi dengan nada khawatir dan tidak tahu harus berbuat apa.
“Aaah.. sakit sayang, aduuhh…”sembari menitikkan air matanya Jenny hanya mampu mengusap usap kakinya yang ternyata terkilir
Sang porter yang melihat tidak ada yang mengambil tindakan langsung berjongkok di kaki jenny dan
” tenangkan dan rileks” keempat orang itu memandang dengan heran dan porter tidak memberi kesempatan mereka berbicara tiba tiba
*Kreek
“Aaaaahh..” Jenny berteriak sakit
Edi pun yang memeluk langsung berteriak emosi “hey apa apaan lu anjing a…” Sebelum melanjutkan jenny pun mencengkram lengan Edi
Edi langsung melihat jenny dan melihat ekspresi lega di wajahnya
Yang lainya juga yang tadinya terlihat kaget dan sempat juga ingin menyemprot cacian tapi melihat Edi diam dan memandang pacarnya mereka juga diam
” Kakinya terkilir dan tulangnya sedikit bergeser, jadi saya membetulkan sedikit mas… mbak …” Porter menjelaskan dan melanjutkan” Mbaknya perlu sedikit tindakan lebih lanjut, kita lanjut saja ke desa siapa tau ada medkit di sana,” sambil menunjuk desa gendis yang sudah terlihat rumah rumahnya
Terlihat Edi ingin mendebatnya tapi porter melanjutkan ” mas, rumah sakit masih jauh dan butuh waktu 2 jam dari kita disini turun ke mobil dan sampai ke RS” porter melanjutkan ” jika mbaknya tidak sesegera mungkin ditangani butuh sebulan lebih untuk pulih sepenuhnya.”
Akhirnya Edi pasrah dan melihat ke jenny, jenny hanya mengangguk setuju.
Setelah mendapat persetujuan porter melanjutkan ” kalo gitu masnya kuat menggendong mbaknya ?” Porter bertanya dengan tulus
Edi langsung mengangguk
” Baik ,terus.. mas Roni sama mbak Vita Carikan rumah warga yang mau menampung kita sekalian kita bisa beristirahat” mereka berdua menangguk dan langsung berlari menuju desa
Tanpa sadar porter yang tadinya pembawa barang menjadi pemimpin ditempat, walaupun mereka tanpa sadar mengikutinya.
Dan juga saat ini bukan waktunya berdebat dikarenakan ada yang kecelakaan dan terluka.
Setelah berjalan menempuh lebih dari 100meter terlihat Edi terengah engah tapi masih dengan kecepatan standar
Setelah 200 meter kecepatan Edi melambat sebanyak 2x dari yang pertama
Sang porter yang melihat itu pun tak tahan menawarkan bantuannya ,tapi ditolak keras oleh Edi dan jenny hanya menatapnya sendu sambil mendengarkan
Setelah 300meter Edi pun sudah kecapekan dan berjalan selambat siput dengan rumahnya
Dengan spontan jenny yang tak tahan lagi pun memaksa ikut berjalan tapi sebelum itu porter mengingatkan
“Mbak… jika mbak memaksakan berjalan nanti kakinya tambah bengkak ,dan sembuhnya tambah lama” tapi jenny memaksa porter hanya pasrah mengikuti kemauannya
Dan benar saja setelah 50 meter berjalan jenny kesakitan dan terduduk menangis Edi pun menawarkan lagi untuk menggendongnya karena sudah di rasa cukup istirahatnya.
Tapi otot berkata lain yang tadinya sudah lelah sekarang jadi sekarat menjerit meminta sang empunya yaitu Edi untuk berhenti berjalan dengan membawa beban, jadi sekarang mereka bertiga yaitu jenny Edi dan porter berhenti total.
Porter yang melihat itu pun pasrah sambil tengok kanan kiri dan matanya tertuju pada 1 barang dengan 1 roda
“Mas mbak bagaimana jika pake itu” sambil menunjuk barang itu yang ada di samping jalan dan berkata ” lumayan beratnya berkurang jika mbaknya duduk di atasnya terus didorong sama masnya”
Pasangan itu melihat apa yang ditunjuk dan melihat sang porter datang membawanya dengan cara mendorong
Mata Edi bersinar tapi Jenny tidak
“Ohh bag..” disaat Edi ingin melontarkan kata jenny langsung memotong perkataanya
“Tidak.. aku ga mau duduk disitu kotor ihh.”kata Jenny dengan raut jijik dan bibir mengerucut
“Tapi say..” Edi sempat ingin merayunya tapi tetap saja jenny kokoh dengan perkataanya
“Pokonya tidak titik ga pake koma” jenny mengultimatum pacarnya
Sang porter yang melihat itu pun mencoba menawarkan solusi lain
” Kalau begitu bagaimana kalau mbaknya saya gendong dan masnya bawa tas di angkong itu” ya itulah angkong namanya pemirsa, barang kesayangan kuli
Terlihat guratan ragu dari jenny mendengan opsi yang ada dan memandang pacarnya Edi
Edi hanya pasrah dengan kemauan Jenny yang terluka tapi banyak maunya itu,padahal angkongnya hanya kotor karena lumpur kering bukan basah ,jadi padahal hanya dengan kibasan dan sedikit tepukan kotornya akan hilang
Jenny memandang Edi terlihat bertanya apakah dia setuju dan ia mengiyakan lalu jenny mengangguk kepada porter itu
Ketika jenny mengangguk Edi langsung melempar jenny ala arhan ke porter itu
Porter yang kaget melihat jenny terbang ke arahnya langsung melepaskan semua tas itu dan menangkap dengan nyaman
Hupp…. Huuuuff…
Porter bernafas lega dan menggendong jenny ala menyamping dengan 1 tangan di punggung langsung ke ketiak ,dan 1 di belakang lutut. Jenny yang di gendong seperti itu kaget sejenak, dan menunduk mukanya memerah di kulit yang sebening air susu, karena langsung berhadapan muka ,
Terkadang jenny dengan malu malu kucing melirik pria yang menggendongnya habis itu menunduk tersenyum lagi begitu seterusnya
Edi yang terlihat sedang mengambil tas bergelimpangan karena tidak berhasil menangkapnya melempar tas tersebut ke angkong.
Berjalanlah mereka berdua menuju desa dengan yang 1 sedang mendorong angkong yang satunya menggendong perempuan cantik di tangannya.
Sampai 10 menit lamanya mereka bertiga sampai di ujung desa di sambut Roni dan Vita serta dua warga setempat yang mungkin di dapatkan tempat tinggalnya oleh mereka berdua
“Eh mas itu mbaknya gimana” seorang pria berkumis dan berjenggot serta perutnya yang terlihat menonjol mendekati porter sembari bertanya dengan raut wajah khawatir
“Ehh gpp pak cuma butuh pijat ” porter menjawab dan melanjutkan dengan pertanyaan” disini ada tukang pijat gitu pak ? Kaya dukun gitu.?”
Bapak itu terlihat berpikir mengingat ingat dan menggeleng berkata ” tidak ada mas adanya pijat capek… Itu dia ..” sambil menunjuk wanita yang mengekor di belakangnya
Tapi tak lama Roni datang dan mengenalkan bapak itu ” kenalin mas ini pak RT setempat , dan ini istrinya mas, dan bapak, ini Roni dan Jesika trus yang gendong ini mas porter” sambil menunjuk per orangan
Pak RT memegang dagu dan bergumam “mas porter ? Unik juga ya mas namanya hahaha”sembari bercanda tawa
“Oh itu bukan nama saya mas.. pak.. , itu profesi saya yang kerjaannya membawa barang” jelas porter
” Yee kan masnya belum kenalin namanya sama saya dan kawan jadi saya panggil aja namanya mas porter hahah..” ucap Roni ikutan bercanda
” Ehh udah itu nanti saja … ” Pak RT Menghentikan sesi ngobrol dan menunjuk yang ada di gendongan” itu mbaknya meringis ringis gitu sakit pasti , yuk ke rumah bapak”
Dan kita berlima menuju rumah pak RT yang ternyata ada di belakangnya,
Setelah sampai porter lekas membaringkan jenny ke ranjang dan bertanya ke pak RT “pak maaf ngerepotin”
” Gpp mas santai aja kebetulan anak bapak kuliah ke kota jadi ada 2 kamar kosong ” jawab pak RT
Setelah itu porter mengeluarkan sesuatu di tasnya sendiri yang berupa minyak dan mendekat ke jenny
Sembari bertanya ke pak RT yang sedang melihat lihat “pak disini ada toko yang jual perban gak”
“Coba deh ke warung depan dlu sepertinya jual tapi ntah kalau sudah habis” jawab pak RT
“Oh ya pak , terus kalo telur Jawa sama kunyit dan madu punya ga pak ” porter melanjutkan
” Hmmm buuuuk telur jawa ,kunyit, sama madu punya gak ” pak RT setengah berteriak memanggil istrinya
Istrinya yang di panggil pun mendekat dengan air teh mengepul yang sudah di seduh
“Kalau kunyit ada pak cuman madunya sama telur jawanya habis” jawab istrinya
Sekilas tentang istri pak RT itu berbanding terbalik dengan badan suaminya. Suaminya menonjol istrinya langsing tapi yang menonjol itu di atas perut, terlihat menggumpal dan menggoda seseorang supaya menjamahnya
Apalagi wajahnya yang terlihat putih bening itu masih terlihat masa kejayaannya , dengan sedikit riasan alisnya yang di pertajam.menunduk menyuguhkan segelas teh
“Oh iya baik buk terima kasih, kalau gitu mas Roni mas Edi kita butuh Telur Jawa sama madu buat mbaknya” porter menjelaskan
“Lah telur sama madunya buat apa mas”Edi bertanya heran tergambar juga apa yang ditanyakan di wajah Roni
“Buat obat herbal mas ,diminum, kalau di Jawa, itu buat merekatkan tulang. Seperti terkilir ,patah juga bisa, ya memang lama tapi resep asli kok mas.” Porter menjelaskan dengan sabar ( resep asli )
Mereka berdua mengangguk dan keluar untuk mencari barang tersebut
Sedangkan sang porter langsung memijat dan mengurut kaki jenny dengan teliti ( di anjurkan untuk ke dukun asli bukan mengurut sendiri ya pemirsa,apalagi dukun dukunan bisa diraba ntar hehe )
5 menit berlalu dan jenny yang diurut hanya meringis dan mengaduh kesakitan
Bertepatan dengan Roni Edi kembali dari warung yang ternyata semua barang di dapatkan
Lalu sang porter mengulurkan tangan meminta perban dan menggulung perban tersebut di kaki jenny
Setelah dirasa cukup angan meminta terlur madu dan kunyit
“Caranya gimana tuh mas buatnya” Edi bertanya dengan nada khawatir
“Yo buat sama sama” porter menjawab simpel lalu bertanya ke Bu RT ” Buk ada parut ga disini”
Bu RT yang di tanya mengangguk dan bergegas mengambilnya ” ada mas bentar ya ibu ambilkan ”
Setelah di ulurkan ke porter lalu menjelaskan
” Gini, siapkan gelas dan wadah habis itu parut lah kunyitnya, tapi kunyitnya yang induk , nah habis di parut peras airnya ke gelas .. setelah di peras tambahkan 1 telur Jawa . Dan 1 sendok madu jadi deh ramuan perekat tulang ,… Nah mbak jenny habiskan ya, mungkin sedikit bau karena mbaknya keliatannya belum pernah minum ginian.” Sambil mengulurkan ramuan itu ke jenny
Jenny yang menerima langsung mendekatkan gelas itu ke hidung nya dan dengan alis berkerut langsung menenggak habis ramuan itu
“Hoeek..” Edi yang mendengar itu memberikan jenny air seduhan teh
Dan jenny setelah minum teh terlihat sedikit lebih baik
” oke habis ini mbak jenny istirahat ya ” porter menganjurkan dan di jawab dengan anggukan
Setelah itu kita para keluar dari kamar dan melanjutkan sesi ngobrol serta canda tawa di ruang tamu, tiba di saat pak RT melanjutkan ” oh iya mas porter ,tadi namanya siapa ya? ga enak kalo porter trus, aneh jadinya hahaha.?
“Oh iya pak sampai lupa hahaha.. bapak si ngajak canda trus, nama saya ..” sambil mengulurkan tangan menjabat pak RT dan menatap sekeliling lalu melanjutkan
“Angan.”
Dan malam hanya berlalu seperti itu.