Gara-Gara Sapi
Cerita ini murni hanya khayalan dari imaginasi liar sang penulis.
Namaku Juju. Delapan belas tahun. Hidup di kota kecil. Ibuku Sri, seorang ibu rumah tangga biasa. Keluarga kami mempunyai kebun yang tak kecil kecil amat. Setelah lulus SMA, ayah memaksaku membantunya mengurus perkebunan.
Aku tak pernah berpikir aneh aneh terhadap ibuku. Hingga dua tahun yang lalu, saat ayah membawaku ke kandang sapi. Sapi kami hanya tinggal seekor sapi jantan dan induknya. Tapi jangan salah, sapi kami termasuk kualitas nomer wahid. Ternyata hari itu ayah mengawinkan sapi jantan itu dengan induknya sendiri.
Sekarang kita kawinkan mereka
Kenapa?
Agar kemurniannya tetap terjaga.
Tapi kan mereka sapi betina itu ibunya si jantan?
Semua betina memang jalang. Dia pasti senang dibuahi anaknya.
Aku malu melihatnya, tapi kulihat sapi jantan itu tak keberatan dan malah kelihatannya senang senang saja membuahi induknya. Aku terkejut menyadari betapa cepatnya sang induk dibuahi.
Sejak saat itu, mulailah fantasiku akan ibuku datang secara tiba tiba. Lalu setelah aku tahu warnet, aku terkejut membaca betapa banyaknya cerita tentang persetubuhan ibu dan anak serta betapa banyaknya anak lain yang juga memiliki fantasi sepertiku.
Nafsuku akan ibuku sendiri mulai membara. Suatu sore di dapur ibu sedang membersihkan meja, sedangkan sendok piring dan gelas ditaruh dulu di lantai. Lekukan pantatnya terlihat dari daster. Untungnya ada rice cooker di lemari di atas meja. Tiba tiba keberanianku muncul. Lalu aku mendekat, kutempelkan kontolku ke pantat ibuku.
Awas ma, aku mau ambil ricecooker di atas
Kugesek celanaku di dasternya sambil mengambil ricecooker. Ibu terkejut tapi tetap diam saat kuambil ricecooker. Lalu ku taruh di tempat lain.
Kenapa gak nyuruh mama aja sayang.
Aku gak mau mengganggu ma
Sejak saat itu aku pelajari beberapa trik baru untuk menikmati ibuku saat ada kesempatan. Kadang ibu menyuruhku agar segera nikah. Mungkin ia menyadari kalau aku sering mencuri kesempatan menikmati tubuhnya, tapi ia tak pernah marah dan menghentikanku.
Hingga tiba saatnya, cintaku berkhianat. Eh, kok malah nyanyi, hehehehe .
Hingga tiba saat kulihat ayah dan bibiku sedang bersenggama di dekat kandang sapi. Mereka terkejut saat melihatku dan tentu saja kelihatan tidak senang. Bibi lantas pergi tapi ayah tetap ditempat.
“Kau takkan bilang pada mama atau pamanmu.
Aku terpaku beberapa saat.
Ok. Tapi ada syaratnya.
Apa syaratnya?
Gimana rasanya kalau mama juga seperti papa.
Akan kubunuh dia. Kenapa? Apakah dia
Tentu tidak. Tapi Juju punya rencana.
Rencana apa?
Jika ayah ingin juju tutup mulut, maka papa mesti biarkan apa yang akan juju lakukin sama mama.
Emang mau ngapain
Sama seperti yang dilakuin papa sama bibi
Maksudmu .
Aku mengangguk. Ayah terdiam sebentar.
Tapi dia mamamu!
Ayah juga dengan bibi. Tapi terus aja tuh.
DIAM!
Tapi gimana kalau mamamu gak mau?
Itulah kenapa ayah mesti biarkan juju.
Maksudmu kamu mau memaksa mama?
Udahlah yah, pokoknya ayah tenang aja.
Pikirmu mamamu mau apa?
Tidak, ayah tak bisa
Yah, ayah kan senang senang di sini. Yang kumau hanya ayah biarkan juju. Juju takkan lapor pada siapa siapa, asal ayah biarkan juju dan juju jamin rahasia kita tetap aman.
Kau memang bajingan.
Gimana lagi, buah jatuh tak jauh dari pohon.
Akan kubunuh kalau kau bicara.
Tentu saja tidak akan yah.
Akhirnya kami tenang kembali dan menjalani hidup normal lagi. Sorenya, aku dan ayah bermain kartu. Cukup menyenangkan hingga akhirnya ayah mengajak bertaruh uang. Ibu hanya duduk melihat sambil menyulam.
Ayah bilang kalau uangnya sudah habis. Gimana kalau mama aja yang jadi taruhannya, asal kamu all in semua uangnya. Aku setuju. Tapi keberuntungan tetap berpihak padaku. Ayah kalah. Aku senang tiada terkira. Ibu juga bercanda sambil bilang kalau sekarang aku miliknya.
Akhirnya malam menjelang. Kami pun tidur dan bangun di pagi hari. Ayah pergi ke ladang dan kubilang padanya agar membawa bibi ke ladang. Sehabis sarapan, kututup semua pintu dan kubilang pada ibu karena sekarang ia miliku, maka sekarang ibu mesti duduk di pangkuanku. Awalnya ibu terkejut dan menolaknya, tapi setelah aku merajuk akhirnya mau juga.
Setelah ibu duduk dipangkuanku, kuelus susunya yang masih terbalut daster. Ibu terkejut dan akan berdiri tapi kutahan bahunya agar tetap duduk.
Kamu ngapain nak? Aku ini ibumu!
Memang kenapa bu?
Tak boleh nak, aku istri ayahmu.
Ayah tak ada. Di sini hanya ada kita.
Tidak. Mengapa kau begini nak?
Karena aku ingin ibu.
Kau bakal dibakar di neraka jika kau membuat ibumu menangis.
Tapi aku di surga mulai saat ini.
Juju, jangan nak. Biarkan ibu pergi.
Baiklah. Jika ibu buka seluruh pakaian ibu dan ke kamar denganku.
TIDAK. Gimana bisa kau berkata seperti itu?
Karena aku ingin kamu, ibu. Aku ingin kamu terserah ibu suka atau tidak.
Tidak boleh bajingan. Di mataku kau seorang pengecut.
Aku marah mendengarnya. Kutekan bahunya. Kubuka paksa dasternya
Kita liat nanti siapa yang pengecut.
Ibu mulai menangis dan memohon agar aku meninggalkannya sendiri. Ia terbaring di lantai dan hanya terbalut bh dan cd nya. Tapi justru malah terlihat seksi. Aku pun berbisik pelan.
Aku takkan melakukan apa apa bu asal ibu berlutut.
Ibu tak mendengarnya dan tetap menangis.
Lakukan bu atau ibu akan merasa tersiksa sepanjang hidupmu.
Ibu akhirnya berlutut dengan enggan. Kulepas celanaku dan berdiri di belakangnnya. Aku ikut berlutut dan mulai kubuka cd nya. Ibu mulai menyadari dan menahan cd nya tapi tenagaku lebih besar. Saat cd nya mulai lepas ibu bilang tidak dan mencoba menaikkannya kembali.
Lalu kumasukan kontolku dari belakang. Memeknya sangat kering dan lumayan menyakitkan. Tapi cairan pelumasku agak membantu. Ibu teriak dan bilang tidak tapi tak bisa berbuat apa apa.
Kutekan kontolku lebih dalam dan berhenti.
Oh yes bu! Jangan pedulikan kesucianmu bu. Lihatlah sekarang. Siapa yang membuka cd mu dan memasukan kontolnya ke memekmu? Ibu tak suci lagi. Dan aku, anakmu mengambil kesucianmu. Kau bukan lagi ibuku sekarang!
Kucabut kontolku dan kutusukan lagi. Lalu kucium ibuku dari belakang.
Tubuhmu sempurna bu. Tubuh seorang dewi cinta. Jangan disia siakan dengan ayah saja.
Kubuka bh nya dan kuremas susunya dengan tangan kananku.
Aku suka milikmu bu. Dan aku akan menikmatinya kapanpun aku mau.
Kuremas lagi susunya.
Aku takkan berhenti. Bahkan jika ayah datang, aku entot terus di depannya. Ia akan mencoba melerai kita! Atau ia akan membiarakan saja dan melihat istrinya dientot. Tak perlu lagi khawatir akan kesucianmu di matanya. Menurutmu ia hanya ngentot kamu?
Tinggalkan saja ia bu. Ia tak cocok ngentot memekmu. Mulai sekarang juju yang akan merawat ibu. Tinggalkan dia dan tidurlah denganku. Kan kuurus ibu tak seperti anak lainnya. Jika ibu mau, ibu masih tetap jadi istrinya.
Kumasukan lagi kontolku. Kuentot lagi. Ibu menangis dan marah.
Dasar kau tak punya malu. Kau perkosa ibumu dan kau mau melacurkanku?
Ibu takkan dilacurkan. Justru tubuh ibu sangat berharga bagi juju. Juju takkan menjual ibu. Ibu milik juju. Ibu akan jadi ibu yang seksi. Ibu yang akan mengurus kebutuhan sekskual anaknya!
Tidak dalam hidupmu bajingan. Mungkin kau memperkosaku sekarang tapi aku takkan pernah menyerah padamu. Kau tak layak untuk tubuhku.
Aku tetap mengentotnya.
OO tapi ibu berikan tubuhmu pada orang seperti ayah.
Ia orang baik. Ia tak memperkosa istri orang lain.
Itu hanya pikiranmu bu.
Apa maksudmu? ia tergugah, mencoba menghentikanku dan melihatku.
Jangan berhenti bu. Aku belum selesai ngentot. Aku tetap ngentot.
Tapi. Ia teriak saat kuremas susunya keras keras agar perhatiannya teralihkan.
Ibu tahu ibu terlihat seksi saat sedang kesakitan. Ini momenku bu. Jadi diam saja biar aku menyelesaikannya!
Ibu terdiam meski memeknya kuentot. Yang terdengar hanyalah suara daging beradu. Lalu kuturunkan tanganku dan kuelus itilnya. Ibu mengerang saat jariku menyentuh itilnya. Aku terkejut lalu tetap memainkan itilnya. Lalu kurasakan spermaku akan keluar. Kutekan lebih dalam kontolku dalam memek ibu.
Crot crot crot akhrinya spermaku keluar di dalam memeknya. Sesaat kurasakan sesal telah kuentot ibuku lalu aku ingat kata kata ayah semua betina memang jalang. Memikirkan ibu sendiri membuatku menjadikannya betinaku. Kucabut kontolku dan pergi ke kamar mandi.
Saat keluar, kulihat ibu sudah kembali memakai dasternya. Ia juga membereskan semua barang. Aku berpaling agar tak melihat wajahnya dan pergi ke kamarku. Perasaanku campur aduk. Aku merasah senang keinginanku ngentot ibu terkabul. Tapi aku juga merasa kasihan pada ibu. Aku tahu akan lebih mudah seandainya ibu mau dientot. Tapi tak mungkin bagi seorang ibu memberikan tubuhnya pada anaknya. Mereka harus dipaksa dan itulah yang kulakukan. Aku keluar kamar beberapa jam kemudian dan ibu sedang di dapur. Kami berdua saling melihat dalam diam.
— Bersambung —
Kubilang iya lalu mandi. Selesai mandi ibu memberi susu. Kami berdua minum susu sambil duduk.
“Ibu tahu yang tadi juju lakukan tak terpikirkan dan tak sengaja. Tapi, tolong jangan membicarakannya lagi.”
“TIDAK bu, kenapa aku harus melupakannya?”
“Ibu tak tahu. Kadang kamu melakukan sesuatu tanpa dipikir dahulu.”
“Aku takkan melupakannya bu!”
Hening.
“Apa maksudmu tadi soal ayah?”
“Memangnya apa yang kubilang? Aku tak bilang apa – apa.”
“Kamu bilang ayah tak bisa dipercaya.”
“Aku hanya bilang mungkin. Tapi aku tak yakin.”
“Tidak, tadi justru terdengar yakin. Bicara juju!”
“Tidak. Memang tak ada apa – apa.”
“Ibu mohon ju. Ibu perlu tahu.”
“Tidak. Percuma saja tak ada gunanya.”
“Ada. Jika juju jujur, ibu bisa mengerti kenapa juju perkosa ibu.”
Aku tak enak mendengarnya.
“Sekarang kasih tahu ibu yang sebenarnya.
Hening.
“Juju melihat ayah dan bibi di dekat kandang sapi kemarin.”
Hening.
“Apa juju yakin? Mungkin mereka hanya sedang ngobrol!”
“Tidak bu.”
“Apa mereka lihat juju?”
“Ya.”
“Terus ?”
“Mereka mecoba kabur.”
“Ibu masih tak percaya.”
“Juju bilang juju melihatnya. Kalau ibu pingin tahu lagi, ibu mesti bayar.” Aku bercanda.
“Juju sudah ngerasain tubuh ibu. Apa lagi yang juju mau?”
“Juju ingin lagi.” Aku berimprovisasi.
Ibu terkejut.
“Juju suka tubuh ibu kan? Oke, jika juju bisa kasih bukti ayahmu dengan bibimu, maka ibu akan lepas pakaian ibu dan tidur dengan juju!”
“Yakin? Janji?”
“Ibumu tak pernah ingkar janji.”
“Lalu pake baju ibu dan ayo ikut juju!”
“Apa? Kenapa… secepat ini?”
“Ya. Mungkin kita akan beruntung!”
“Ibu sudah dibaju. Tunggu sebentar lagi pasakan mau mateng.”
“Oke.”
Beberapa menit kemudian ibu siap pergi dan kami pun ke ladang. Kami mengambil jalan pintas agar tak ada orang yang melihat. Kami pun sampai ke dekat kandang sapi. Kusuruh ibu sembunyi dekat semak dan melihat ke arah lebak (seperti lebak bulus)
Lalu kami diam. Menunggu dalam lindungan semak. Tapi sampai sore, tak ada apa pun. Kami pun pulang sambil ibu marah marah karena merasa dibohongi. Esok paginya, beberapa saat setelah ayah keluar rumah, kembali kubawa ibu ke semak kemarin. Setelah sampai akhirnya kami melihat mereka. Mereka sedang berciuman sambil berbaring dan ayah ada di atas bibi. Akhirnya rencanaku berhasil. Saat ibu melihat ayah ngentot, aku melihat tubuh ibuku. Lalu ibu tak tahan lagi dan cepat pulang. Aku mengikutinya seperti anjing mengikuti betinanya. Ibu pulang sambil mengutuk ayah.
“Anjing dasar ******. Akan kubunuh mereka!”
“Setelah ibu memuaskan juju!”
Kulihat ibu pergi ke dapur. Ia tetap mengutuk sebentar, lalu mencoba menenangkan diri. Setelah kulihat ada kesempatan, aku pun bersua.
“Ibu akan memenuhi janji ibu kan?”
“Ibu akan menepati janji ibu.”
Ibu melihatku dan mendikatiku sambil membuka dasternya. Bh dan cd nya juga dilepasnya.
“Ayo ju. Tubuh ini milik juju. Entot ibu, puaskan nafsumu. Kau dan ayahmu sama saja. Juju ingin ngentot dan tak peduli memek siapa ini!”
Selain sange, aku juga merasakan egoku. Ku ambil kembali daster dan melemparkannya ke ibu.
“Kemarin ibu kupaksa. Tapi sekarang aku mau ibu yang menyerahkan diri atas kemauan ibu sendiri. Menawarkan diri ibu sendiri kepadaku. Kalau gak gitu, juju gak akan menyentuh ibu.”
Aku berhenti sejenak lalu melangkah menuju kamarku. Setelah di kamar, aku berbalik.
“Aku tak tahu tentang ayah tapi aku peduli memek siapa yang kuentot! Aku hanya ingin memek ibu bukan setiap memek! Mungkin ibu pikir tak wajar tapi juju cinta ibu!”
Lalu kututup pintu kamar dan kukunci. Lalu aku berbaring di ranjang. Aku bangga bisa mengontrol diri saat dia berdiri hanya memakai cd dan bh dan kontolku tegang ingin ngentot. Aku tahu ibu merasa dipermalukan saat melihat aksiku. Malamnya ibu dan ayah bertengkar saat ayah pulang. Ayah tak senang aku mengingkari janjiku. Ibu menangis tapi kemudian terdiam. Kulanjutkan taktikku pada ayah agar bisa ngentot ibu. Kami tahu paman akan kerja sampai beberapa hari ke depan. Jadi kubujuk ayah agar pergi dan tidur dengan bibi. Di malam pertama paman pergi, ayah mengunjungi bibi sekitar jam 9 malam. Aku dan ibu tidur di kamar masing – masing malam itu. Esoknya ibu menangis terus sepanjang hari tapi ayah mengacuhkannya. Malamnya ayah bahkan tak pulang meski ibu memasak makanan kesukaan ayah. Jadi ibu menyuruhku mengantar makanan ke rumah bibi. Aku antarkan dan segera kembali karena mereka merasa gugup bicara padaku. Di rumah aku dan ibu makan. Ibu bertanya apa yang ayah bilang. Kujawab ayah takkan pulang malam ini. Selesai makan kami pergi ke kamar masing – masing. Kira – kira jam sembilan malam aku masih belum ngantuk dan sedang membaca madilog. Seorang teman meminjamkanku tapi aku sama sekali tak mengerti isinya.
Tiba – tiba pintu kamarku diketuk. Kubilang masuk saja. Ibu masuk dan bertanya aku sedang apa. Kujawab sedang baca buku. Ia lalu duduk di ranjang dan memutar tubuhku dan melihatku yang sedang menatap tangannya. Ibu terlihat seksi dengan baju tidurnya.
“Aku tak bisa tidur jadi … Rasanya baru kemarin ibu melahirkanmu. Ibu sangat bahagia. Ibu menyusuimu dan juju sangat lucu. Kita tak terpisahkan. Tak pernah ibu kira kita akan terpisahkan. Kita sering bermain bersama. Juju bahkan tidur dengan ibu sampai umur sembilan tahun. Sejak juju punya kamar sendri, ibu mulai merelakan anak ibu pergi.
Semuanya baik – baik saja. Kita keluarga kecil bahagia. Tapi sekarang, sembilan tahun kemudian semuanya berubah. Juju tumbuh dan mengajari ibu pengalaman yang takkan didapat ibu lainnya. Dan ayahmu memutuskan bahwa adik ibu lebih menarik daripada ibu. Dan sekarang ibu sendirian.”
Aku merasa sedih mendengarnya.
“Meski kita sering tidur bersama sejak juju lahir, ibu sadar keadaan telah berubah saat juju bilang ibu mesti menawarkan diri agar bisa tidur sama juju. Ibu menyadari ada arti lain saat ‘kita’ tidur bersama. Sebelumnya juju tak pernah peduli ibu pake baju apa. Tapi sekarang juju tertarik pada tubuh ibu. Ibu tahu ibumu bukan lagi seorang ibu bagimu, tapi juga seorang wanita. Wanita yang membuatmu bernafsu. Dan juju bukan saja anak ibu tapi juga seorang pria. Pria yang bisa memperkosa ibunya. Seperti ayahmu, juju ingin melakukan apa saja.”
Aku menjadi pendengar yang baik dan membiarkan ibu bicara.
“Ibu tak tahu mesti gimana. Kedua pria yang ibu cintai telah menkhianatiku.”
“Aku tak mengkhianati ibu. Aku mencintaimu dan apapun yang juju perbuat itu semua demi orang yang juju cintai.”
“Tak ada anak yang mencintai dan bernafsu pada ibunya.”
“Ada, aku. Mengertilah bu.”
“Tapi ini tak boleh. Aku ibumu juga istri seorang pria.”
“Suamimu sungguh teladan. Ibu disini ceramah dan mungkin ibu benar saat ini ia sedang ngentot adik ibu.”
“Itu bukan urusanmu. Dia tetap suami ibu.”
“Kenapa ibu tak pergi dan bicara padanya? Kenapa ibu membuang waktuku?”
Aku buka lagi buku madilog yang tak kumengerti sama sekali isinya. Ibu berhenti bersua lalu mulai menangis.
“Suamiku meninggalkanku dan juju bilang tinggalkan juju sendiri. Apa yang bisa ibu lakukan? Ibu masih istrinya, ju.”
“Akan kukatakan sekali lagi jika ibu mau pemecahannya.”
Aku mencoba tegas. Ibu tetap terisak.
“Bagaimana solusimu?”
“Tinggalkan dia. Ibu mesti meninggalkannya dan jalani hidup ibu sendiri.”
“Mudah bagimu mengatakannya. Apa yang bisa ibu lakukan jika ibu meninggalkannya?”
“Jangan khawatir. Ibu bersama juju”
“Maksudmu ibu akan dijadikan gundik juju?”
Aku terkejut.
“Maksudku sebagai ibu tapi …”
“Ibu atau gundik. Bagimu sama saja.”
Kata – katanya keras. Aku diam saja
“Jika juju anak yang baik, mungkin ibu akan nurut.”
“Lalu apa yang akan ibu lakukan jika aku menikah?”
“Seperti ibu lainnya. Menjaga jarak dan kadang menengok juju dan anak juju.”
“Menurut ibu ada berapa ibu yang hidup dengan anaknya setelah anaknya berkeluarga?”
Ibu terdiam.
“Tak ada istri anak yang membiarkan mertuanya berkuasa di rumah. Lihat aja di sekeliling ibu”
“Tapi itu tak berarti …”
“Itu tak berarti itu dan tak banyak yang menginginkannya.”
“Lalu kenapa kamu mau?”
“Karena juju cinta ibu.”
“Tiap anak pasti cinta ibunya. Mereka tidak …”
“Karena cintaku lebih dari itu!”
Ibu terdiam.
“Lalu ibu mesti gimana?”
“Jangan tergesa karena tak wajar bu. Coba pikir kata – kata juju. Suatu saat paman pasti mengetahuinya lalu ayah dan bibi hidup bersama. Akhirnya ibu tinggal sendirian!”
“Lalu katakan yang mesti ibu lakukan!”
“Tinggalkan ayah bu. Tinggalkan ayah dan pergi bersamaku. Aku akan mengurus ibu.”
Ibu melihatku dengan jijik.
“Apa kau tak malu bicara seperti itu?”
“Tidak bu. Aku pria yang bisa memberi dan ibu wanita yang butuh dukungan!”
“Tak ada ibu yang mau menerima tawaranmu ju!”
“Terserah ibu saja. Itu masalah ibu. Aku bisa saja tinggal dengan ayah dan bibi.
Ibu melihatku. Kulihat kecemburuan di matanya.
“Juju mau tinggal dengan bajingan itu?”
“Ya, ibu tak mau tinggal denganku. Jadi mungkin aku akan tinggal dengan mereka.”
“Ibu tak mau juju tinggal dengan mereka!”
“Lalu terima saja tawaran juju. Kita berdua pasti bahagia!”
“Bagaimana? Apa kata dunia?”
“Dunia takkan tahu kita tidur bersama. Dunia tahunya kita ibu dan anak. Ayah akan tinggal dengan bibi tapi takkan menceraikan ibu!”
“Jadi kamu mau hubungan gelap?”
“Hubungannya hanya antara juju dan ibu! Ayah dan bibi mungkin bakal tahu tapi mereka takkan berani menganggu karena mereka sendri sesat!”
“Kamu memang bajingan licik yang pintar.”
“Itulah maksud juju! Takkan ada yang berubah. Ibu tetap istri ayah dan ibuku. Yang berubah hanya soal ranjang. Bukannya seranjang dengan ayah tapi ibu seranjang dengan juju. Begitulah. Tetap jadi istrinya dan jadi ibuku. Juju janji juju akan mengurus ibu lebih baik daripada ayah. Nanti juga ibu akan bahagia jadi istriku!”
“Ibu tak percaya kau bisa berkata seperti itu. Dimana kau mempelajarinya?”
“Aku tak perlu mempelajarinya dari orang lain bu. Aku punya kamu!”
“Tapi kita tak pernah ngobrol seperti ini sebelumnya?”
“Tidak sampai aku mulai mengagumi kecantikanmu!”
“Kamu terobsesi. Kamu terobsesi karena ibu adalah buah terlarangmu!”
“Ibu tak sekedar buah terlarang. Ibu adalah cinta dalam hidupku!”
“Bukan ju! Cintamu harusnya yang seusia dengan juju dan segenerasi. Aku ibumu dan ibu sudah tua.”
Ibu mulai menggeser duduknya.
“Tua? Ibu mestinya ngaca. Ibu terlihat lebih muda daripada gadis seusiaku!”
“Itu hanya tampilannya saja. Ibu sudah tak muda!”
“Kau tak muda? Jika juju hamili ibu setahun lagi anak juju akan disusui ibu.”
Ibu lantas terdiam. Aku juga. Terkejut akan ucapanku.
“Juju mau menghamili ibu? Ibumu sendiri?”
“Bukan. Maksudku adalah ibu masih muda!”
“Tapi kau berniat melakukannya kan?”
“Mungkin. Dengar, kita masih muda dan jika ibu tidur denganku mungkin bisa terjadi. Memangnya kenapa?”
“Awalnya kau bicara soal tidur dengan ibu dan sekarang soal menghamili ibu! Kenapa kau memberi ibu begitu banyak kejutan? Apakah ibu tak becus membesarkanmu?”
“Ibu membesarkanku dengan baik. Tanyakan saja pada orang sekitar. Kenapa malah menghubungkannya? Beritahu juju gimana rasanya saat ibu dan ayah jatuh cinta?”
“Kenapa?”
“Coba katakan!”
“Ya seperti suami istri lainnya!”
“Siapa bilang setiap suami istri merasakan hal yang sama?”
“Tak perlu ada yang bilang. Kita tahu begitu saja!”
“Jadi, jika orang lain bisa merasakanmu, kenapa aku tak bisa? Bahkan sejak aku lahir aku merasa ikatan yang kuat antara kita. Ibu selalu di dekatku. Tapi sejak juju tumbuh dewasa, juju tak pernah memimpikan wanita lain kecuali ibu. Aku merasa bersalah tapi saat aku melihat sapi kita mengawini induknya sendiri rasa bersalahku hilang. Kusadari bahwa aku tak sendirian. Sapi jantan merasa normal seperti mengawini sapi lainnya. Sejak itu, juju sangat ingin ibu. Ibu tahu kenapa juju perkosa ibu? Karena juju tahu ibu tak pernah tertarik dengan hal yang tabu. Jadi ibu tak pernah menyetujui ikatan seksual kita. Jadi kulewati batas tabu dengan memaksa ibu.”
Aku berhenti sejenak.
“Beritahu juju apalagi yang harus dilakukan? Juju telah mengambil kesucianmu dan membuktikan bahwat suamimu tak bisa dipercaya. Juju juga telah mengatakan perasaan juju pada ibu. Ibu ingin juju ngapain lagi? Apa ibu ingin juju menikahi ibu untuk mengekspresikan rasa cinta juju? Beritahu juju bu!”
Aku berhenti. Aku merasa telah mengatakan segalanya. Sejenak ibu seperti terdiam.
“Aku ibumu…”
“Ibu? Aku buka cd mu seperti pelacur bu! Kulucuti keibuanmu dan menyemburkan spermaku di rahimmu. Seorang ibu takkan lagi hanya menjadi ibu setelah itu!”
“Mungkin. Tapi seorang ibu takkan pernah melupakan anaknya!”
“Sempurna. Biarkan saja seperti itu!”
“Bukan itu saja. Aku juga telah menikah!”
“Sempurna. Ibu telah menikah dan ayah adalah suami sempurnamu. Dia ngentot adikmu sekarang saat ibu mengajari moral pada anaknya.
Aku marah. Kujambak rambut ibu hingga terlentang di kasur. Ibu teriak dan saat ia terlentang di kasur, kutindih dia dan kudekatkan wajahku pada wajah ibu.
“Juju bisa perkosa ibu di sini sekarang dan suami ibu tak bisa menolong. Sadarlah bu. Ia bukan lagi pelindungmu. Tapi aku.”
“Lalu kenapa pelindungku tak mencium ibunya seperti cintanya?”
Aku terkejut mendengarnya. Aku tak percaya apa yang kudengar.
“Aku juga perempuan, ju! Aku juga ibumu! Gimana bisa aku datang dan bilang bawa aku? Aku telah lama jadi ibu rumah tangga! Aku telah terbiasa diperintah. Bagi ibu rumahtangga tak ada perkosaan. Tapi pemaksaan. Juju bilang tentang memperkosa ibu tapi ayahmu kadang memaksa ibu seperti itu. Tapi tentu saja dia suamiku! Tapi juju tak bisa berharap ibu membuka daster ibu untuk juju!”
“Aku tersenyum padanya dan kucium ibu penuh nafsu. Ibu menutup matanya saat kami mulai berciuman dan lidah kami saling beradu dalam mulut. Setelah beberapa saat aku berhenti dan menatapnya. Pelan – pelan ia membuka matanya.
“Mulai sekarang ibu takkan merindukan ayah!”
“Ibu yakin tidak. Ibu akan melepas daster ibu. Kecuali kau ingin …”
“Tidak, buka sendiri saja. Juju ingin melihat.”
“Tak pernah semalu ini buka baju di dekatmu.”
“Mungkin karena sekarang ibu tahu aku sedang melihat.”
“Tak pernah membayangkan akan melepas daster di depan mata anak sendiri.”
“Hidup memang seperti itu. Suatu saat kau tidur dengan suamimu tapi di lain waktu kau tidur dengan anakmu!”
Ibu melempar dasternya dan berbaring di sebelahku. Aku lalu berbalik hingga menatapnya.
“Ibu sungguh seksi. Apalagi sekarang hanya memakai bh dan cd.”
“Maksudmu ibu terlihat jalang? Tidur dengan pria yang bukan suamiku!”
“Kau tahu, rasanya juju ingin membuka bh itu dengan tangan sendiri.”
“Lalu kenapa diam saja? Buka saja. Dulu susu ibu kau gunakan untuk minum asi. Sekarang susu ibu kau gunakan untuk memuaskan nafsumu.”
Kubuka kaiatan bh nya. Lalu kulempar entah kemana. Nampaklah susunya. Kuremas susunya sambil kuhisap putingnya. Ibu mengerang merintih saat kumainkan susunya. Sambil menyusu, kubuka cd ibu dengan tanganku. Ibu membantu dengan mengangkat pantatnya hingga akhirnya ibu pun telanjang. Kuelus bulu nya sambil jari tengahku kugesek – gesek ke memek ibu. Lalu kutekan jari tengahku hingga agak masuk memeknya. Pelan – pelan jari tengahku masuk ke memeknya, reflek ibu membuka kedua pahanya lebar – lebar. Saat jariku mulai masuk, kutekan lagi lebih dalam. Ibu makin mengerang tak karuan saat jariku bermain di memeknya. Lalu kumainkan juga itil ibu dengan jempolku. Kumainkan jari tengahku di memeknya dan jempolku di itilnya. Ibu menutup matanya sambil menikmati aksiku. Tak lama kemudian, ibu pun orgasme.
Itulah pertama kali kulihat ibu orgasme. Lalu ia menatapku. Kucabut tanganku dan kubersihkan dengan mulutku.
“Cairan memek ibu rasanya enak!”
“Juju sepertinya lupa ibu punya oven hangat untuk kenikmatanmu. Ayo cek dan entot ibu!”
“Ingin kontol anakmu ya? Apa yang terjadi dengan semua pembicaraan tadi?”
“Kau hanya bilang akan merawatku seperti ayahmu. Ayo ju, cukup bicaranya. Entot ibu sekarang!”
“Ibu ingin kontolku? Akan kuberi!”
Lalu aku jongkok di atas ibuku. Kumasukan kontolku ke memek ibu. Darahku mengalir ke seluruh tubuh membuatku merasakan kenikmatan yang sangat dalam. Kupompa kontolku ke memek ibu. Ia tak henti mengerang kenikmatan.
“Kau ingin ngentot ibumu? Dasar anak bajingan. Entot saja. Entot saja seperti pelacur”
Ibu semakin meracau tak karuan. Kata – katanya malah semakin menambah daya rangsang yang kurasakan. Entah berapa lama kami bercinta lalu kurasakan orgasmeku semakin dekat. Aku mendengus tapi tetap ngentot. Akhirnya muncratlah spermaku di dalam memeknya. Tubuhku pun ambruk menimpa tubuh ibu. Jantung kami rasanya berdetak lebih cepat. Keringat kami pun menyatu. Kami tetap menyatu sekitar lima menitan hingga akhirnya kontolku lepas dari memeknya. Lalu aku berbaring di samping ibu.
“Tinggalkan saja ayah bu. Jangan sia – siakan memek ibu untuk ayah. Ayah tak pantas mendapatkannya!”
“Kenapa? Karena kamu udah tahu nikmatnya memek ibu ya?”
“Lihatlah dia. Dia tak menyadari betapa spesialnya dirimu!”
“Apa juju lupa, jika dia tak menyadarinya, maka juju takkan ada di dunia ini!”
Aku terncengang.
“Juju lupa ya. Juju lahir dari lubang yang sama yang barusan juju entot. Dan ayahlah yang membuat juju!”
Aku terdiam.
“Semua berubah. Dia akhirnya tertarik memek lain! Ibu masih mencintainya kan?”
“Ayahmu suami ibu dan cinta pertama ibu, ju!”
Aku agak kecewa.
“Tapi ibu juga mulai suka kontol lain. Khususnya kontol anak ibu!”
Ibu tersenyum. Aku juga tersenyum. Lalu ibu mengelus kontolku.
“Jika ada sesuatu yang bisa membuat ibu meninggalkan ayahmu. Maka itu adalah kejantananmu. Jika juju bisa kasih lebih lagi seperti tadi, maka peduli setan dengan ayahmu!”
“Aku mau bu. Akan juju kasih lebih dari yang tadi. Jadilah milikku dan tinggalkan ayah. Ibu takkan menyesalinya.”
Kuelus susunya.
“Juju suka bilang gitu ya. Juju suka menyuruh ibu meninggalkan ayah dan menjadi milik juju!”
“Tentu saja. Juju seneng bila denger ibu akan meninggalkan ayah dan jadi kekasih juju!”
“Jika itu yang juju mau, mulai sekarang aku tak hanya ibumu tapi juga milikmu!”
“Juju ingin ibu jadi kekasihku, bukan milikku!”
“Jangan lupa. Ibu seorang ibu rumah tangga. Ibu tak sebebas gadis lajang. Jadi ibu tak bisa kerja mengurus rumah tangga sambil jadi kekasih juju. Juga tak bisa pergi atau menceraikan ayahmu. Dan aku juga ibumu. Juju tak bisa memerintah ibu seenaknya. Juju tak memiliki ibu atau tubuh ibu sampai ada ayahmu. Juju hanya bisa memaksa ibu melakukan sesuatu. Walau ibu menyukainya, ibu tetaplah wanita dan hanya bisa menaatimu. Jadi ibu hanya bisa jadi milikmu, bukan kekasihmu.”
Ibu tetap memainkan kontolku.
“Bahkan saat ayah tak ada?”
“Ibu telah jadi istri ayahmu sejak lama. Bahkan ibu lupa kapan kami pertama kali ngentot.”
“Jadi ibu diam saja saat ayah memaksa ibu setiap waktu?”
“Tidak. Jangan salah. Walau bukan ibu yang memulai, akhinya selau ibu nikmati dientot ayahmu.”
“Gini saja. Mulai sekarang anggap saja ibu tinggal dengan dua pemerkosa.”
Aku tetap memainkan susu ibu.
“Baiklah. Tapi ibu ingin lebih serang diperkosa juju. Seolah olah selain jadi ibu juga jadi menantu sendiri.”
“Jadi juju bisa perkosa ibu juju lagi?”
Kontolku jadi keras lagi.
“Sesaat setelah ibu keluar dari kamar mandi.”
Kulihat ibu bangkit menuju kamarmandi. Sedangkan aku hanya bisa memegang kontolku sambil berharap keberuntunganku.
— Bersambung —
“Apa yang ayah harapkan saat ayah tidur dengan adiknya?”
“Meski begitu. Kamu tetaplah anaknya. Ya tuhan!”
“Memang. Ia tak menerimanya. Jadi ku …”
“Kau apa?”
“Ayah tahu kan…”
“Kau perkosa ibumu? Ibu kandungmu sendiri?”
“Sudah kubilang aku menyukai ibu. Dan lagi ayah malah ngentot adik ipar sendiri.”
“Tetap saja…”
“Yah. Ayah takkan menggangu milikku dan aku takkan mengganggu milikmu. Juju tahu ayah tak terangsang oleh ibu. Aku cinta ibu seperti ayah cinta bibi. Jadi gini saja. Tutup mulut ayah dan aku juga akan tutup mulut. Ibu memang istrimu, tapi seperti bibi dan ayah, ibu milikku. Jadi jangan merusak segalanya!”
“Tapi dia ibumu. Belum tentu dia setuju?”
“Ibu tetaplah wanita. Dan wanita mana yang menoleransi suaminya ngentot adiknya?”
“Ya tapi dia yang memulainya.”
“Dialah yang ayah sakiti. Dia sangat percaya ayah sementara ayah …”
Ayah terdiam.
“Istri yang tersakiti sangatlah rentan. Dan juju ada selalu ada di sisi ibu. Juju memang anak ibu, tapi juju juga lelaki.”
“Lalu dia percaya padamu? Pelacur itu!”
“Tidak. Ibu masih percaya pada ayah. Tapi ayah tak ada. Jadinya aku yang ada.”
“Ia takkan rela dientot.”
“Akankah ayah lihat ia telanjang di ranjangku pagi ini jika ibu tak mau dientot?
Ayah terlihat bingung.
“Kupaksa ibu hanya saat yang pertama.”
“Apa maksudmu? Kau entot lebih dari sekali?
“Ayah tak perlu tahu.”
“Pelacur itu!”
“Ayah. Yang ibu lakukang tak jauh beda dengan ayah!
Ayah masih terlihat marah.
“Ini tak adil. Ayah selingkuh tapi saat istri ayah juga mengikuti ayah malah marah. Apa yang ayah harapkan saat ayah meniggalkan ibu dan ngentot orang lain? Tiap orang punya perasaan dan nafsu!”
Ayah gelisah. Lalu ia berteriak.
“Ke neraka saja kau dan pelacur itu!”
Ayah lalu ke kamarnya, kuikuti. Lalu ayah keluar dan ke kamarku. Ibu terbangun, mungkin karena keributan tadi. Ibu lalu menyadari posisinya lalu bangun dan menutup tubuh telanjangnnya dengan selimut. Ayah melihatnya.
“Dasar pelacur. Kau tidur dengan anakmu sendiri? Beraninya kau!”
Ayah mencoba memukul ibu, tapi kuhentikan.
“Jangan yah!”
Ibu ketakutan dan mulai menangis. Ayah melihat ibu dengan penuh kebencian dan berlalu. Ibu bangun dan meminta maaf. Ibu lalu melihatku dan terus menangis saat kupeluk ibu. Kutenangkan ibu. Lalu ayah kembali dan melihat kami. Ibu kembali bicara.
“Hentikan dia. Aku ingin bicara!”
“Tidak bu. Ia sedang tak mood bicara.”
“Hentikan dia. Aku ingin meminta maaf!”
“Ibu tak perlu meminta maaf.”
“Tidak. Aku telah bersalah!”
Ucapan itu menyakitkanku. Kulempar ibu ke ranjang. Kulepas dan kulempar selimut yang menutupi tubuhnya. Aku bersandar padanya. Kuelus memeknya dan kumasukan jariku.
“Akulah yang memuaskan ibu semalam saat suami ibu sibuk ngentot adikmu. Akulah yang menemani ibu dan melayani hasrat ibu. Ibu tak bersalah. Kulakukan semuanya demi ibu cintaku.”
Kucabut jariku lalu mandi dan pergi ke luar rumah. Ibu masih di ranjang saat aku pergi. Di kebun kulihat ayah sedang mengurus perkebunan. Ia melihatku saat ia bicara pada para pekerja. Setelah beberapa saat, para pekerja pergi dan hanya tinggal aku dan ayah.
“Kukira kau sibuk ngentot dia.”
“Tentu tidak. Lebih baik istirahat dulu.”
“Tak pernah menyangka ibumu akan membiarkanmu me … ”
“Aku juga tak pernah menyangka. Kurasa ia juga punya nafsu!”
“Oh tuhan. Dia punya seseorang yang bisa mengurusnya.
Ayah berkata sakrasme. Aku diam saja.
“Ibumu masih menangis?”
“Saat aku pergi sih iya.”
Kami kerja lagi. Siangnya bibi mengirim makanan untuk ayah. Jadi aku pulang sendirian. Ibu masih tak mau bicara sampai kami mau makan.
“Ayahmu tak pulang?”
“Tidak. Bibi mengirim makanan.”
“Ia mencoba segala cara agar bisa memiliki suamiku. Iya kan?”
“Ia memang sudah memiliki suamimu bu.”
Ibu makan sambil diam.
“Apa makanannya dibawa olehnya sendiri?”
“Ya.”
“Maaf tadi ibu telah berkata kasar pada juju!”
“Gak apa – apa bu”
“Apa juju marah sama ibu?”
“Tentu tidak.”
Selesai makan, kami semua membereskan meja makan. Saat aku akan pergi, ibu menyuruh menunggu untuk makanan lainnya.
“Makanan lain apa bu?”
“Ini.”
Ibu merentangkan tangannya. Aku sih sebenernya masih marah tapi aku juga terangsang. Ibu membuka dasternya dan kubuka cd dan bhnya. Lalu kami ke kamar ibu dan ngentot lagi. Setelah selesai, aku pun santai sambil tiduran. Ibu melirik dan tersenyum padaku.
“Mungkin ayahmu takkan dapat makanan ini.”
“Tentu tidak. Anak perempuannya membawakan dia makanan. Jadi dia takkan dapat makanan ini kecuali …”
“Kecuali apa?”
“Kecuali ayah ngentot dia juga.”
“Dasar kau aneh. Dia masih 5 tahun.”
“Tapi punya lubang juga kan.”
“Kau ngentot ibumu bukan berarti seluruh desa juga kacau.”
“Jika dia bisa ngentot adikmu, dia juga bisa memberi pelajaran pada anak itu.”
Ibu terdiam.
“Kenapa kau mencabut selimut tadi pagi jika takkan ngentot ibu?
“Untuk meyakinkan ibu siapa bos di sini!”
“Juju pikir ibu tak tahu hal itu? Coba beritahu ibu, ibu telanjang di ranjang anak sendiri saat suami ibu datang. Apa tak ada yang lebih memalukan dari pada itu? Coba apa yang akan kau lakukan?”
“Aku akan memanggil anakku dan memintannya mengentotku dihadapan dia!”
“Wah … wah … mudah dikatakan … susah dilakukan …”
“Setidaknya sekarang dia tahu siapa suamimu yang sebenarnya. Dan aku tak perlu bilang apa – apa!”
“Dasar lelaki. Bangga saat mereka bisa menaklukan memek ibunya!”
“Menaklukan memek ibu adalah hal yang paling sulit. Impian terindah seorang pria adalah melihat ibunya bangun disertai sperma yang menyucur dari memeknya!”
“Seperti sekarang. Mungkin kau harus pergi. Kita tak mau ayahmu marah lagi!”
“Ia mungkin sudah menyangkanya. Tapi lebih baik aku pergi.”
Aku bangkit dan berpakaian. Ibu juga bangkit dan mulai memakai cd dan bh nya.
“Kenapa ibu melakukan ini dengan juju ?”
“Melakukan apa?”
“Ngentot!”
“Ibu kan mesti menyenangkan pria ibu. Ada banyak gangguan di luar sana.”
“Jadi ibu anggap aku sebagai pria ibu?”
“Kau tak berlaku seperti anakku… jadi …”
“Lalu cium priamu sebelum dia pergi.”
Saat aku akan beranjak, aku ditahan ibu. Lalu dia menciumku dan kubalas. Kami berciuman. Lalu aku pergi. Aku ke kebun tapi ayah tahu aku agak telat. Lalu aku kerja dan beberapa saat kemudian aku dan ayah ngobrol.
“Sepertinya kau beruntung siang ini!”
“Kukatakan ayah dapat makanan dari bibi”
“Kau cepat memanfaatkan situasi ya!”
“Juju juga punya cara sendiri!”
Ayah membereskan pekerjaan sore itu dan sikapnya tak lagi sama dengan saat tadi pagi. Setelah selesai ayah pulang ke rumah dan mulai bicara pada ibu. Saat kami mau makan, anak perempuan bibi datang. Mungkin disuruh bibi mematai – matai ayah. Kami mengajak anak perempuan bibi makan bersama. Setelah makan, aku dan ayah keluar.
“Mungkin ayah harus pergi!”
“Tapi ibumu takkan suka!”
“Ya, tapi ayah hanya punya waktu sampai akhir minggu untuk bersama bibi!”
“Ibumu pasti marah!”
“Sekarang ibu tahu. Takkan ada bedanya. Ibu bakal normal lagi minggu depan saat ayah pulang!”
“Sepertinya kau lebih suka ayah pergi!”
Aku lalu mendekat dan berbisik.
“Juju telah kerja keras belakang ini agar ibu mau sama juju. Jika ayah tinggal, usaha juju sia – sia. Ayah beruntung bisa mendapatkan ibu dan bibi. Sedangkan juju hanya ingin ibu. Beri kami seminggu yah. Setelah ayah pulang, kita tahu ibu bakal kembali pada ayah. Sampai hari itu setidaknya beri juju kesempatan!”
“Menarik mendengarmu ingin tidur dengan istri ayah!”
“Karena aku ingin terus terang di hadapan ayah.”
“Ok. Ayah tak ingin tahu lagi. Ayah hanya berpikir ayah meninggalkan istri ayah sendirian dengan anak ayah.”
“Terimakasih.”
Setelah itu kami berdua masuk rumah. Ayah bilang ke ibu dia akan pergi ke rumah bibi. Ibu tak bicara sepatah kata pun. Setelah ayah pergi, ibu menangis.
“Dia baik – baik saja sampai wanita itu datang.”
Aku tetap diam.
“Ia bahkan bilang ia akan tidur bersama ibu.”
“Kusuruh ayah pergi, bu!”
“Kenapa? Bukankah ibu kasih apa yang juju mau?”
“Ayah hanya punya waktu minggu ini untuk tidur dengan bibi. Dan juju juga butuh waktu berdua dengan ibu!”
“Lalu kenapa mesti berubah jika ayahmu dengan ibu?”
“Karena ibu pasti tidur dengan ayah!”
“Dia suami ibu. Ibu miliknya dan ibu telah tidur selama 20 tahun dengannya!”
“Itulah kenapa juju suruh ayah pergi ke mana pun ayah suka!”
“Juju bilang ke suami ibu agar pergi meniduri ibu dan dia setuju?”
“Jika ingin tentu dia takkan pergi.”
“Tidak. Ibu tak percaya sama juju!”
“Hadapi saja bu. Ayah tak suka ngentot ibu. Ia ngobrol dengan ibu karena tadi pagi ayah marah. Setelah itu ayah pergi.”
“Tapi dia janji akan bersamaku malam ini!”
“Sekarang ibu tahu kekuatan anakmu! Jujulah yang menyuruh ayah pergi lalu ayah pergi!”
“Tak ada suami yang akan pergi untuk bersenang – senang dengan yang lain!”
“Suamimu lakukan itu!”
Ibu terdiam.
“Bu, tak ada gunanya kembali ke ayah. Juju tahu hubungan ibu telah sangat lama sekarang jaraknya semakin lebar. Ibu mesti move on dan mencari hal baru. Jika ibu terus – terusan melihat ke belakang, ibu bakal tersakiti! Tataplah masa depan. Kita memang ibu dan anak. Zaman ayah di rumah ini sudah selesai. Sekarang zamanku. Tapi ibu takkan berubah. Ibu tetaplah satu – satunya wanita di rumah ini. Ibu memang ibuku tapi aku akan lebih bertanggung jawab pada ibu. Ibu mesti membuat ranjang ayah tetap hangat! Sekarang aku yang mengambil tempat ayah jadi ibu mesti mengurus agar aku dan ranjangku tetap hangat!”
“Bagaimana kau bisa bicara begitu pada ibumu?”
“Aku hanya menyampaikan kenyataan. Saat ibu ribut dengan ayah, datanglah padaku dan beri aku ‘makanan’ itu. Tapi saat ayah datang dan bermanis – manis pada ibu, ibu ada di belakangnya dan kita jadi ibu dan anak lagi!”
“Dia suamiku. Apalagi yang bisa kuperbuat?”
“Itulah kenapa ayah memanfaatkan ibu. Apa ibu tak menyadarinya?”
“Mungkin. Tapi aku istrinya!”
Aku menggeleng.
“Apapun, ibu bakal tetap bicara hal yang sama! Jika ayah memang suami yang baik, bilang agar dia datang dan menyelamatkan ibu.”
Lalu kulepaskan dasternya. Ibu berdiri tanpa emosi saat aku ternganga melihat dadanya. Lalu kutatap matanya.
“Ayah takkan datang. Karena kusuruh begitu. Karena ayah sibuk ngetot adik ibu tersayang. Hadapi saja. Jujulah satu – satunya buat ibu. Jujulah yang akan melindungi ibu dan akulah satu – satunya yang menjarah ibu. Ayah hanya suami ibu di depan orang – orang.
Aku terdiam sesaat.
“Juju mencoba agar ibu mengerti. Juju mencoba agar ibu nyaman dan bahagia dengan juju. Tapi ibu lebih suka dipaksa. Dan itulah yang akan juju lakukan!”
Lalu kulepaskan celanaku dan menunjukan kontolku pada ibu.
“Lihat ini bu. Inilah untuk ibu untuk selamanya. Sekarang berlututlah dan hisap kontol anakmu!”
Ibu terkejut mendengarnya tapi aku tetap kukuh dan berteriak.
“SINI! SEKARANG!”
Ibu lalu mendekat dan berlutut. Lalu kumasukan kontolku ke mulut ibu.
“Aku ingin ibu sebagai kekasihku. Tapi akan kujadikan ibu sebagai pelacurku! Sekarang hisap!”
Ibu mulai menghisap kontolku pelan. Rasanya sungguh nikmat. Tak pernah kusangka aku akan disepong ibuku. Aku sungguh menikmati setiap momennya. Kumulai ngentot mulut ibu hingga akhirnya keluar di mulutnya.
Setelah keluar, aku ke kamar mandi dan kencing. Ibu menyusul dan membersihkan mulutnya. Setelah selesai, ibu pergi ke kamarnya. Aku datang saat ibu akan memakai daster. Ibu lalu berbicara.
“Kau akan tidur denganku.”
“Telanjang! Buka pakaian ibu dan ke kamarku telanjang!”
Lalu kupakai kembali celanaku dan pergi ke kamarku. Beberapa menit kemudian ibu datang telangjang. Lalu ibu menutup pintu, berbaring dan memakai selimut. Lalu kelebarkan paha ibu dan kuentot dia. Kukeluarkan spermaku di memek ibu. Ibu bangkit, ke kamar mandi dan kembali lagi lalu tidur.
Esoknya aku bangung saat ayah datang dan ibu terkejut melihatnya dan mulai menutupi tubuhnya.
“Taka pa – apa!”
Ayah tenang saja saat dia lihat istrinya telanjang lagi di ranjang anaknya lalu ke kamarnya sendiri. Ibu mencoba bangkit lalu menyadari pakaiannya ada di kamarnya.
“Mau sarapan?”
Ibu bertanya sambil tetap berbaring di ranjang. Ayah bilang mau. Jadi ibu bangkit sambil menutupi badan dengan selimut dan ke kamarnya. Aku tersenyum melihatnya. Lalu aku ke kamar mandi.
Setelah keluar, kulihat ayah sedang sarapan ditemani ibu. Mereka berdua duduk dalam diam. Aku ingin mempermalukan ibu lagi dan menunjukan siapa bosnya. Jadi kupanggil ibu lalu bicara pada ayah.
“Permisi yah! Juju ingin sarapan di ranjang.”
Ibu melihat ayah sambil curiga.
“Silakan saja. Lagian ayah juga udah makannya dan mau pergi lagi!”
Kupanggil lagi ibu agar datang sementara ayah hanya melihat. Lalu bicara pada ayah.
“Tidakkah kau katakan sesuatu saat dia meminta istrimu ke ranjangnya?”
Ibu mencemooh ayah.
“Kenapa harus kuhentikan pelacur yang telanjang tanpa malu di ranjangnya?”
“Jadi ini salahku! Kamu dan anakmu tak ada urusannya.”
“Bahkan jika dia mendekatimu, dimanakah rasa malumu?”
“Dimanakah rasa maluku? Saat diperkosa disitulah rasa maluku! Kau seharusnya melindungiku. Dimana kamu saat anakmu memaksaku menanggalkan pakaian dan memperkosaku? Kau malah senang – senang dengan pelacurmu. Rasa maluku hilang saat suamiku tak datang untuk melindungiku! Anakku menelanjangiku dan menantangku agar aku meminta suamiku menyelamatkanku! Tapi kamu sibuk di ranjang orang lain!”
Ibu menangis. Ayah menatapku. Aku tetap diam. Ibu kembali bicara.
“Kau melakukan semuanya dan malah menyalahkanku! Kau ngentoto pelacur itu dan tak peduli pada istrimu sendiri?”
“Pelacur itu melayaniku lebihbaik dibanding kamu!”
Ayah marah. Ibu berteriak.
“LALU PERGILAH KE PELACUR ITU!”
“Iya. Lebih baik tinggal sana daripada di lubang neraka ini!”
Ibu terkejut. Ayah melanjutkan.
“Kau tahu? Kau berhak apapun yang juju lakukan. Aku bahkan akan menyemangati juju saat ia memperkosamu di depanku dan aku takkan menyelamatkmu.
Ayah ke wastafel mencuci tangannya. Itulah yang ingin kudengar. Sebelum ibu bicara lagi kudekati ibu dari belakang dan dan kuangkat ibu sambil bicara ke ayah.
“Itulah yang ingin juju dengar, yah!”
Kuangkat ibu ke ranjangnya. Ibu teriak agar meninggalkannya sendiri. Ibu meminta ayah agar menolongnya tapi ku kubawa ibu ke ranjang lalu ku tutup pintu. Setelah itu ibu tak protes dan mengangkat dasternya. Kubuka cdnya dan kuentot ibu.
Duapuluh menit kemudian kubuka pintu kamar dan keluar. Ayah masih dirumah. Aku tak berharap ayah masih ada tapi aku senang ngentot istrinya saat ayah ada dirumah. Sebelum ayah pergi dia menunjuk ibu dan bilang bahwa ibu pelacur dan pantas mendapat itu. Aku lalu berpakaian dan pergi ke ladang.
— Bersambung —