fanfic joana alexandra dan si pemerkosa amatir

Kenalin, namaku Bondan Wibowo. Nama kerenku Bonny, tapi karena gigiku yang tonggos mirip pelawak tahun 90-an, teman-temanku menambahkan nama Boneng dibelakangnya, jadilah namaku Bonny Boneng. Saat ini usiaku sudah 35 tahun, dan bekerja sebagai bouncer di sebuahNight Club terkenal di Jakarta. Tau kan artinya bouncer? Ya, penjaga keamanan alias tukang pukul. Modalku sebenarnya hanya badan gede kayak gorila, dan… muka serem kayak… hmmm… gorila juga (tapi gorila tonggos). Sebenernya aku tidak punya keahlian apa-apa, baik bela diri, maupun bela- bela yang lain. Cuman biasanya dengan satu kerlingan gorila ku, para pemabuk yang berbuat onar langsung menurut. (kisah BB) Aku mau menceritakan pengalamanku belum lama berselang. Pengalaman yang menurutku sih cukup unik juga. Sebagai tukang pukul di sebuah Night Club gaul, pekerjaanku selalu dikelilingi cewek-cewek cantik, yah PSK kelas tinggi, waitress, para penari sensual, ataupun para pengunjung cewek yang rata-rata anak gaul alias anak clubbers, bahkan dari kalangan selebritis pun ada. Nah, salah satu seleb kita yang menjadi langganan Night Club tempatku bekerja adalah Joanna Alexandra Arimbi Kairupan. Mungkin namanya gak begitu familiar yah? Dulu dia bintangin iklan Ponds, trus jadi model video klip Peter Pan yang..

” dan mungkin bila nanti, kita kan bertemu lagi,

satu pintaku jangan, kau, tagih uangmu kembali”

Yah kalo gak salah gitu deh. Oh doski juga sering bintangin sinetron dan main film, tapi yang gak begitu hits gitu. Ohh yang paling mantap, dia jadi cover majalah Playboy! Trus banyak foto-fotonya yang bikin deg-deg crott deh. (kisah BB) Emang sih dari gosip yang aku dengar, ni cewek cukup “nakal” juga, selain seorang clubbers sejati, ia sering pulang mabuk, dan hmm, sering berbuat gak senonoh ama pacarnya di toilet Night Club, lapang parkir, mobil, bahkan di belakang gerobak nasi gorengnya si Jamal (kata dia sih, tapi dia mah selain tukang Nasgor, juga nyambi jadi *tukang bo’ong), tapi semua itu cuma gosip yang gak pasti kebenaranya. Lagipula meskipun iya juga gak apa-apa aku tak peduli, soalnya *aku bener-bener suka banget ama nih cewek. (kisah BB) Untuk sementara, aku cukup puas dengan melihatnya dari jauh-dekat, dan abis itu biasanya diikuti dengan hand job sendiri di kamar mandi. Tapi lama kelamaan (sampai tangan ku jadi alus banget kayak model dan wangi sabun permanen karena kebanyakan coli) aku tidak tahan lagi. Akupun memutuskan untuk menempuh segala cara supaya bisa menikmati tubuh mulus* Joanna chayank. Jadi… begini ceritanya.

*********************

Take 1 (one)

Terinspirasi dari beberapa kisah di blog KBB (kisah Beauty & Beast) favoritku, cara terbaik memperkosa artis adalah dengan memerasnya melalui foto-foto atau video seronok, pokoknya yang bisa bikin orang-orang berjenggot kebakaran jenggot, dan yang gak berjengot? Yah kebakaran isi celananya. Jadi diam-diam aku memasang kamera mini yang aku pinjam dari temanku Budi Han, masih inget kan fotografer yang dipenjara cuman gara-gara ngerekam plester (tapi plesternya nempel di toketnya Rachel Maryam), nah si Budi ini orangnya. Dengan bekal yang kudapat dari hobiku mengotak atik mobil tamiya, akupun memasang kamera mini itu di toilet Night Club tempatku bekerja, dan membiarkannya semalaman. (kisah BB)

Malam itu Joanna seperti biasa datang ke Night Clubku, tapi kali ini aku membiarkannya saja, tentu saja sambil berdoa semoga Joanna berbuat yang nggak-nggak di toliet. Singkat kata, malam pun berganti pagi, dan jam kerjaku usai. Aku segera pergi ke toilet wanita dan mempreteli kamera tersembunyi itu. Sesampainya di rumah, aku segera mentransfer video image dari kamera itu ke komputer berprosesor AMD Moron 1750 milikku. Dan… hore! Ada rekaman waktu Joanna lagi pipis, trus yang hebohnya…* ada juga rekaman waktu dia cipokan trus* fingering ama pacarnya di toilet. Akupun tertawa terbahak-bahak, “Hua-ha-ha-ha dengan ini kau pasti akan menjadi milikku Ha haha!” teriakku, sampai tiba-tiba…(kisah BB)

“He tonggosss! Berisik banget sih lu! Mau gue kikir tuh gigi ampe abis!” istriku membentakku dari dalam kamar.

“Ehmm iya Mona sayang, maafin abang say” kataku.

“Sayang, sayang, mendingan luh cuci tuh pakain kotor, trus masak masakan yang enak! Gue mau makan!” teriak istriku lagi.

“Iya sayang” kataku lagi.

Hmm, sori, bukannya aku takut ama istriku, cuman aja… ehmm, dia…* anu… bikin aku ngeri… hiiiii.

******

Dua malam kemudian aku melihat Joanna lagi, dia baru saja turun dari mobilnya dan hendak menuju pintu masuk Night Club. Aku yang waktu itu kebetulan sedang berjaga di pintu masuk langsung menggunakan kesempatan ini, aku bergegas menghampirinya. (kisah BB)

“Maaf non Joan, kalau boleh saya mau bicara sebentar” kataku sopan.

Ia memandangku sejenak,dengan tatapan curiga.

“Kamu satpam disini kan? Siapa, hmm Boneng yah?! Mau apa Neng” katanya kemudian.

Rasa percaya diriku yang berkobar-kobar sedikit padam, selain karena ia tampaknya tidak takut dengan tampang gorilaku, juga karena ia baru saja memanggilku “neng”, emangnya aku cewek ABG?!

“Ehmm gini, saya memegang rahasia non Joan, dan kalo non pengen saya tutup mulut…” kataku sengaja berhenti ditengah jalan, untuk menambah ketegangan. (kisah BB)

“Rahasia apaan maksud lu?!” nada kekhawatiran tampak jelas dari suaranya.

Dengan senyum kemenangan, aku mengulurkan amplop berisi foto-foto snapshot video yang kurekam waktu itu. Ada foto Joanna yang sedang pipis dan memperlihatkan celana dalam dan sedikit isinya, lalu ada juga foto ia sedang berciuman dengan pacarnya, dan tangan pacarnya sedang menyelusup kebalik rok yang dikenakan Joanna.

Joanna sejenak melihat-lihat isi foto-foto tersebut. Ia membolak- balik nya dengan tampang geram. Hua ha ha, ini dia saatnya! Teriakku dalam hati, aku percaya diri bahwa dengan foto-foto ini, Joanna pasti akan jatuh dalam pelukkanku…

“Segini doang?…”

Hmmpp, pertanyaan itu langsung menghapus senyum kemenangan diwajahku. (kisah BB)

“Apa non?” kataku kebingungan.

“Ini yang lu maksud rahasia gue?” katanya santai.

“Ehhh.. iya…” kataku gagap.

“Ya elah, kirain apaan?! Kalo segini doang sih belum apa-apa, masih banyak foto-foto gue yang lebih parah lagi. Kalo lu mau ntar gue kirimin ke rumah lu” katanya sambil mendorongkan amplop berisi foto-foto itu kedadaku, lalu berjalan melewatiku menuju pintu Night club.

Aku bengong, rahangku jatuh sehingga mulutku terbuka, sementara amplop itu jatuh ke dekat kakiku.

Bukan reaksi seperti ini yang aku harapkan.

Huaaaa tampaknya harus ganti rencana nih! (kisah BB)

*******************************

Take 2 (two)

Aku sebenarnya tidak ingin memakai cara ini, tapi cara ini sepertinya yang paling ampuh dan populer (menurut KBB sih), yaitu penculikan dan perkosaan dengan ancaman kekerasan. Jadi beberapa malam kemudian aku mempersiapkan sebuah kupluk yang menutupi hampir seluruh wajah, kecuali kedua mata dan mulutku. Aku juga coba mencari pisau lipat untuk mengancam Joanna, tapi karena tidak ada, aku akhirnya meminjam pisau pramuka milik anakku. Pagi itu (jam 1 dini hari), aku mengintai ketika Joanna yang setengah mabuk baru saja keluar dari Night Club dan berjalan menuju mobilnya yang terparkir di lapangan parkir. Aku melihat ke sekeliling, sepi sekali, kesempatan yang amat bagus. (kisah BB) Aku pun memakai kupluk yang kubawa dan bergegas menghampiri Joanna yang sedang membuka pintu mobilnya. Tapi ia mungkin mendengar langkah kakiku yang sedikit terburu-buru, sehingga belum sempat aku meraihnya, ia sudah membalikkan badan menghadapku. Sekejap ia tampak kaget dan ketakutan melihatku, jadi akupun mengeluarkan pisau pramuka anakku, dan mengeluarkan ancaman yang sudah kulatih didepan cermin seharian ini.

“Jangan bergerak, jangan teriak! Kalo nona menurut, saya gak akan sakitin nona” kataku diseram-seramkan.

Joanna tampak membungkuk seperti hendak masuk kedalam mobil, akupun bergegas menghampirinya sebelum ia sempat kabur, tapi Joanna kembali turun dari mobil, dan tanggannya menggenggam sebatang kunci Inggris yang panjang dan besar. Langkahku pun terhenti. (kisah BB)

Entah mengapa ekpresi wajah Joanna membuatku ngeri. Rupanya aku melupakan faktor pengaruh alkohol dalam kalkulasiku, Joanna rupanya hendak melawan! *Aku langsung membalikkan badan dan berusaha kabur, aku lari sekuat tenaga, tapi Joanna rupanya mengejarku.

“Heh bangsat mau kemana lu!” teriakknya.

Aku menoleh dan melihatnya masih mengejarku sambil mengacungkan kunci inggris ditangannya. Sialan kenceng juga larinya. Aku pun kembali melihat kedepan dan berlari sekuat mungkin. Sayangnya saat itu aku tidak melihat bagaimana Joanna melemparkan kunci Inggris itu sekuat tenaga kearah kepalaku. Aku memang tidak melihatnya, tapi aku merasakannya. (kisah BB) Bleettaakk! Kunci inggris itu mendarat tepat di bagian belakang kepalaku. Pandanganku langsung nanar, diikuti bintang-bintang kecil yang menari-nari. Lariku terhenti dan kini hanya bisa jalan sempoyongan kayak orang mabok. Pandanganku langsung gelap dan aku pingsan dengan sukses. Tapi, lho kok! Aku serasa melihat Rhoma Irama, lengkap dengan selendang dan gitarnya, dengan asyik menyanyi lagu Judi.

“mengapa semua yang asyik-asyik, itu diharamkan

Mengapa semua yang enak-enak, itu yang dilarang”

******

Waduh kepalaku rasanya kayak baru keinjek gajah. Minum bodrex sekarung mungkin baru bisa ngobatin nih sakit. Aku membuka mataku dan melihat kesekeliling. Aku rupanya masih terbaring di jalanan di dekat Night Club. Kupluk masih menempel di kepala, sepertinya identitasku masih belum terungkap. Aku bangkit duduk dan mengusap-usap bagian belakang kepalaku, ada benjolan segede telor angsa disana, hasil “ciuman” kunci inggris sialan! (kisah BB) Aku bangkit dengan sedikit sempoyongan, kulihat matahari sudah mulai terbit pertanda pagi menjelang.

Ahh sialan! Bakal kena semprot bini nih!

************************

Take 3 (three)

Beberapa malam kemudian Joanna kembali ke Night Club. Ia datang sendiri sementara teman-temannya telah menunggunya di salah satu meja. Joanna tampak memberi isyarat pada waitress yang lewat, tanda ia hendak memesan minuman. Aku segera menghampiri Tini si waitress yang baru saja menyampaikan pesanan Joanna pada bartender.

“Tin, itu non Joan mesen apa barusan?” kataku keras-keras berusaha mengatasi bisingnya musik yang terus berdentum.

“Long Island Iced Tea. Napa emang?” Tanyanya balik. (kisah BB)

Kesempatan! Pikirku. Aku memang sudah menceritakan hampir semua trik ku, tapi ada satu yang belum. Aku buru-buru mengeluakan satu bungkusan dari saku celanaku; Obat Tidur Cap Kuda Kelenger, yang bisa bikin semaput gajah sekalipun. Begitu si bartender meletakkan pesanan Joanna diatas meja bar, aku segera menyambar gelas itu sebelum Tini. Aku cepat-cepat menuangkan obat tidur itu kedalamnya dan mengaduknya supaya larut. Karena tidak yakin dosisnya, aku memasukkan seperempat bungkus saja, Joanna kan bukan gajah.

“Eh apaan tuh Bon? Lu jangan macem-macem yah!” hardik Tini ketika melihat perbuatanku.

“Udah lu tenang aja. Ini cuman obat biasa kok, buat sakit panu. Non Joan katanya lagi panuan tuh” kataku asal.

Tini masih menatapku curiga. (kisah BB)

“Apaan sih ngeliatin gue kayak gitu?! Udah sana kasih nih pesenan. Udah nunggu tuh orangnya!” kataku dengan nada mengancam.

“Oke, tapi awas lu yah, kalo ada apa-apa, nama gue jangan dibawa-bawa” kata Tini sambil beranjak mengantarkan pesanan Joanna.

Aku langsung mengawasi kearah meja Joanna, melihat bagaimana Ia meminum Long Island Iced Tea yang telah kucampuri obat itu. 30 menit berikutnya seperti tidak ada pengaruh, ia masih tertawa-tawa dan bercanda dengan teman-temannya. Apa mungkin dosis obatnya kurang? Pikirku dalam hati. Tapi tiba-tiba senyumnya hilang, matanya setengah terpejam dan ia memijat pelipisnya. Ia tampak menggeleng-gelengkan kepalanya, dan akhirnya Joanna bangkit dari duduknya dan berjalan menuju toilet. Jalannya tampak sempoyongan seperti orang mabok. (kisah BB) Aku langsung berjalan dan menunggu didepan pintu toilet, menunggu ia keluar. Tak lama kemudian Joanna pun keluar dan tampaknya masih pusing berat. Aku segera berdiri menghadangnya.

“Kenapa non?” kataku pura-pura lugu.

“Tau nih, kok kepala gue pusing banget, trus ngantuk gini. Tolong panggilin taksi dong, gue kayaknya gak kuat nyetir nih” katanya sambil terus menggosok-gosok pelipisnya.

Aku terus berdiri disana. (kisah BB)

“Lho kok malah diem. Sana…” Joanna tidak sempat menyelesaikan kalimatnya. Ia langsung jatuh tersungkur, dan langsung kusambar tubuhnya sebelum terbanting ke lantai.

Beberapa kali mengguncang tubuhnya, untuk mengetes sejauh mana obat tidur itu mempengaruhinya. Setelah yakin, aku lalu mengangkat tubuh mungil itu dan membopongnya keluar lewat pintu belakang, terus hingga sampai ke jalan. Beberapa pegawai sempat menanyakan apa yang terjadi, jadi kujawab aja kalo non Joanna pingsan karena kebanyakan minum, dan mau aku anterin pake taksi. Di luar, aku menyetop taksi yang lewat dan menyuruhnya pergi ke penginapan XY. Pengelola penginapan kelas kambing itu adalah temanku, ia tidak akan banyak tanya kepadaku, karena memang kebanyakan pelanggannya adalah orang-orang yang tidak suka orang yang banyak tanya dan banyak omong. Semuanya berjalan atas asas “aku tahu kamu tahu, sudah jangan bilang siapa-siapa” (kisah BB) Singkat kata aku sampai di penginapan yang kutuju dan langsung menuju meja resepsionis.

“Pen, gue butuh kamar” kataku pada Pendi si penjaga penginapan yang sedang asyik menonton siaran bola di lobby.

Ia melirik kearahku, lalu kearah Joanna yang masih berada di boponganku. Dengan lagak tak acuh ia meraih kunci dari rak kunci dan menyerahkannya kepadaku. Akupun mengambil kunci itu dari tangannya dan berjalan mencari nomor kamar yang tertera di gantungan kuncinya.

Sampai di dalam kamar aku meletakkan tubuh Joanna keatas tempat tidur, jantungku berdetak keras, saking kencangnya sampai terasa seperti bedug. Perlahan aku duduk dipinggir tempat tidur dan membelai wajah cantik Joanna yang sedang terlelap, kalo sedang seperti ini ia kelihatan amat cantik dan innocent, hilang sudah image anak gaul dan dugem yang selama ini melekat padanya. Tanpa sadar aku terus menerus membelai pipi halus itu. (kisah BB) Aku lalu membuka kaus hijaunya dengan sedikit susah payah, hingga akhirnya aku berhasil menariknya lepas, kaus itu langsung aku lemparkan kesudut ruangan. Ternyata Joanna tidak memakai apa-apa lagi dibalik kausnya, hingga terpampanglah dua gundukan bukit payudara yang putih mulus dan amat indah dipandang. Aku tanpa sadar menahan nafas melihat keindahan itu, ughhh sungguh sesuai dengan yang aku bayangkan selama ini. Dengan tangan sedikit gemetaran, aku mengulurkan tanganku. Satu jariku menyentuh puting payudaranya yang berwarna coklat kemerahan, aku memutar-mutarkan jariku sebentar, lalu telapak tanganku langsung meraih bukit payudaranya, aku mengusapkan telapak tanganku dan menikmati lembut dan kenyalnya payudara Joanna. Akhirnya aku menggunakan kedua tanganku, dan perlahan memijati kedua bukit* payudara Joanna, Kenyal, lembut, halus, putih.* Tanganku gemetaran, rasanya aku bisa merasakan detak jantung Joanna. Aku pun dengan perlahan meremas bukit kenyal itu, sementara jempol tanganku memencet dan memutar puting payudaranya. (kisah BB)

Tanganku kini meraih pinggang Joanna dan menarik rok mini jeans yang ia kenakan, dengan sedikit mengangkat pantatnya,* dengan mudah celana pendek itu meluncur mulus melewati kedua kaki Joanna. Aku melemparkan celana itu begitu saja. Kini Joanna berbaring pasrah didepanku, dengan hanya mengenakan celana dalam mini berenda berwarna hitam saja. Ouuuhh so sexy. Aku mendekatkan mulutku hingga hinggap di paha Joanna yang putih mulus, wangi semerbak kini menusuk hidung, aku menciumi dan menjilati paha mulus itu, hingga akhirnya mulutku hinggap di pangkal paha Joanna, mulutku kini menciumi selangkangan* yang masih tertutup celana dalam itu, aku menjilati belahannya dari balik celana dalam hingga sedikit basah. Kedua tanganku kini meraih celana dalam itu dan menariknya menyusuri kaki indah Joan, betis, lewat pergelangan, dan terlepas, kulepaskan begitu saja hingga terjatuh diatas ranjang. aku lalu meraih kedua lutut Joanna, lalu mementangkannya lebar-lebar. (kisah BB) Hmmppp, aku tercekat, mataku melotot seakan hendak meloncat keluar dari tempatnya, mulutku ternganga. Belum pernah aku melihat pemandangan seindah ini sebelumnya. Vagina Joanna sedikit gemuk dan kemerahan, belahannya masih rapat dan amat tipis, rambut-rambut halus yang cukup lebat menghiasi bagian atas vaginanya, sementara belahannya sendiri bersih rapi.

Tiba-tiba Joanna mengerang pelan, tapi cukup untuk menghentikan detak jantungku sesaat. Efek obatnya pasti sudah menipis. Dengan sedikit panik aku berlarian sekeliling ruangan, mencoba mencari sesuatu yang bisa aku pakai sebagai tali pengikat. Tapi karena tidak ada tali, aku lalu merobek-robek salah satu sarung bantal diatas tempat tidur itu. Aku membaginya menjadi 3 dan sedikit memilinnya. Dengan terburu-buru aku mengikat kedua tangan menjadi satu dan kaki Joanna ke ke dua ujung ranjang besi tersebut, sehingga kedua tangan dan kakinya terpentang lebar membentuk huruf Y terbalik. Untung dulu aku pernah jadi pembimbing pramuka, jadi soal ikat mengikat aku lumayan ahli. Tidak lupa aku memakai kupluk yang sudah kusiapkan. Kupluk itu menutupi hampir seluruh wajahku, kecuali kedua mata dan mulutku(kisah BB) Tepat ketika aku selesai mengikat kedua tangan dan kakinya, Joanna membuka matanya.

”Udah bangun non?” kataku

Ia memandang sekeliling ruangan, tampaknya masih pening akibat efek obat yang kuberikan.

“Dimana nih? Lu siapa? Ehhh! Apaan nih, ngapain pake ngiket-ngiket segala?!” Ia langsung panik dan meronta-ronta ketika ia menyadari bahwa dirinya terikat erat.

“He he he, tenang aja non, asal non tenang dan menurut. Non nggak akan saya apa-apakan, malahan mau dikasih enak nih non” kataku dengan suara diseram-seramkan.

Dan berhasil, ia tampak ketakutan sekali melihatku. Ia pun sepertinya langsung menyadari apa yang hendak kulakukan.

Tiba-tiba raut ketakutan Joanna menghilang, ia malah mengernyit melihatku. (kisah BB)

“Lah rupanya lu! Mau lu apa sih?!” katanya setengah berteriak.

“Eh, siapa maksud non?” kataku kaget setengah mati.

“Lu satpam gila itu kan? Boneng kan? Gangguin gue terus, apa sih mau lu, duit?” katanya geram.

“Satpam apaan? Non salah orang. Nama saya Rhomi” kataku ngawur karena gugup.

“Rhomi? Rhomi Irami?!, heh pake topeng sih pake, tapi itu gigi gondrong lu masih nongol!” katanya kemudian.

Waduh sialan! Gue lupa, kupluk ini tidak bisa menutupi ciri khasku , yaitu gigi tonggosku.

“Dasar, gorila tonggos… awas… lu kalo ngapa-ngapain gue… gue rontokkin… gigi gondrong lu!

Lepasin gak? Kalo gak gue teriak nih..hmmppppp..hmm..hmppp”

Karena panik, aku segera membenamkan celana dalam Joanna kedalam mulutnya sendiri. Aku tak mau ambil resiko kalau ada yang mendengar teriakan Joanna. Karena identitasku sudah ketahuan, akupun melepaskan kupluk yang kupakai. (kisah BB) He he he, sekarang semua urusan sudah beres, saatnya berpesta! Aku segera membuka seluruh pakaianku, termasuk celana dalamku, dan aku segera duduk didepan selangkangan Joanna yang terkangkang, sementara yang punya selangkangan sedang meronta-ronta berusaha melepaskan ikatan pramuka milikku.

Aku mengulurkan tanganku perlahan, jariku akhirnya menyentuh vaginanya dari bagian bawah, lalu menyusuri belahannya, naik keatas perlahan, lalu kembali turun hanya saja kali ini jariku terbenam agak dalam. Joanna menegakkan kepalanya, ia melotot melihat jariku yang menyusuri vaginanya, iapun mengalihkan pandangannya dan melotot mengancam padaku, disertai sedikit gumaman tidak jelas, karena mulutnya tersumpal celana dalam miliknya sendiri. Jari tengah tangan kananku kini terbenam makin dalam, dan dalam, sementara jari-jari tangan kiriku membuka bibir vagina Joanna selebar mungkin, hingga akhirnya seluruh jari tengahku amblas masuk kedalam vaginanya. Joanna memekik kecil, sementara aku mendiamkan tanganku, menikmati jepitan dinding vagina yang berdenyut denyut itu. (kisah BB) Perlahan aku memaju mundurkan tanganku, lalu sedikit demi sedikit meningkatkan kecepatanku, hingga akhirnya jari tengahku bergerak dengan liarnya keluar masuk vagina Joanna yang lama-kelamaan mulai basah. Gumaman Joanna kini makin keras, hmm ia pasti sedang memaki-maki aku, mungkin nyumpahin supaya aku impoten atau mandul. Rontaan Joanna juga makin keras, tubuhnya berguncang-guncang keras, begitu juga kedua payudaya putih mulusnya, mental-mental indah sekali. Tidak tahan aku melihatnya, aku langsung menindih tubuhnya, mulutku langsung mencaplok salah satu puncak payudaranya, rasa lembut itu kini memenuhi mulutku, bercampur harum wangi tubuh yang makin memabukkan, lidahku langsung memainkan puting payudara dalam mulutku, kupilin, lalu kuisap, dan kugigit perlahan payudara itu beserta putingnya.

Sambil terus menggerakkan jariku keluar masuk liang vaginanya, aku mengulum dan meremas buah dada gadis itu perlahan, terasa membusung lembut, putih dan kenyal. Tarian lidahku diputing susunya yang kecil kemerahan itu mulai membuat puting itu berdiri dan mengeras. (kisah BB) Erangan keras keluar dari mulutnya, pinggulnya bergoyang-goyang tidak jelas, entah berusaha melepaskan diri atau justru menyambut gerakan jariku. Namun tampaknya ia merasakan kenikmatan yang amat sangat, sebab kini yang keluar dari mulut Jessi bukan lagi teriakan-teriakan terpendam, tetapi erangan-erangan pendek yang tertahan.

“Egh.egh..egh.egh…” begitu seterusnya

Gerakan kami berdua makin lama makin keras dan cepat, hinggga akhirnya… aku merasakan tanganku disemprot oleh cairan hangat yang muncrat dari dalam vagina Joanna. Ia pun tampak terengah-engah, dadanya turun naik dengan cepat, sementara gerakan tubuhnya terhenti.

“He he he ngecrot yah non? Padahal baru jari saya lho” kataku menggodanya.

Joanna masih berbaring terengah-engah, matanya tampak setengah terpejam.

Detak jantungku kembali berdegup cepat. Gundukan bukit kecil yang bersih, dengan bulu-bulu yang tidak begitu lebat itu tampak berkilatan di depanku. Tanganku kembali menyentuh* vaginanya, kini aku membuka bibir vagina itu selebar mungkin, hingga makin merekah indah dan memperlihatkan isinya yang berwarna merah muda, sungguh mengundang minta ampun. (kisah BB)

Kudekatkan kepalaku agar pemandangannya lebih jelas. Dan memang indah sekali. Aku tak bisa menahan lagi, segera kudekatkan mulutku dan kulumat vagina itu dengan bibir dan lidahku. Rakus sekali lidahku menjilati setiap bagian liang vagina Joanna, rasanya tak ingin aku menyia-nyiakan kesempatan. Dan tiap lidahku menekan keras ke bagian yang menonjol di pangkal liang kewanitaannya, ia mengelinjang kegelian dan ia pun beberapa kali mengejangkan kakinya. Aku tak peduli akan semerbak bau yang khas memenuhi seputar mulutku. Malah membuat lidahku bergerak makin gila, kukeluarkan jurus-jurus andalanku, “Jilatan Badai Berputar” dan “Jilatan Tanpa Bayangan”, efeknya amat dashyat, Joanna kini sudah tidak bisa menguasai diri lagi, nafasnya pun sudah tidak terkontrol, terengah-engah dan berat. lidahku terus masuk ke dalam liang vaginanya dan menari-nari di dalamnya. Mengait-ngait kesana-kemari, menjilat-jilat seluruh dinding Vagina Joanna. Iapun menggelinjang-gelinjang seperti kesurupan, menggeliat kesana-kemari , pasti karena merasakan kegelian bercampur dengan kenikmatan yang amat sangat. Dengan jariku aku membuka bibir vagina itu, lalu disorongkan sedikit ke atas. Aku mengincar klitorisnya, menjulurkan lidah, lalu kujilat dan kujepit klitorisnya dengan bibirku. Tubuh Joanna melonjak-lonjak seperti kesetrum, karena itu memang bagian tubuh perempuan yang paling sensitif (selain hatinya tentu saja, he3x). (kisah BB)
Aku melirik kearah wajah Joanna. Wajah cantiknya kini telah dihiasi cucuran keringat, sorot matanya sayu memandangku,* rona pipinya memerah. Ekspresi horny sudah jelas terbayang dari wajahnya, nafsuku kini semakin menggebu-gebu. Aku menegakkan tubuhku dan mengambil posisi seperti merangkak diatas tubuh Joanna, ia tertegun saat aku berada di atasnya dengan penis yang tegak berdiri. Oh iya, cerita-cerita ginian kan biasanya suka dijelasin panjang pendeknya dan bentuknya “si otong” yah? Jadi aku gambarin aja “si otong” ku; Panjangnya 20 cm dan diameternya tebel…

Apaan?…* Bo’ong? He he he, emang iya! Oke deh jujur panjangnya 17 cm… hmmm iya deh ngaku, cuman 13 cm kok, tapi diameternya emang tebel lho, trus uratnya juga gede-gede kayak bodybuilder, kalo yang ini aku gak bohong. (kisah BB) Sambil bertumpu pada lutut dan siku, aku mencabut celana dalam yang kusumpalkan pada mulut Joanna. Aku mengira ia akan berteriak-teriak minta tolong, atau setidaknya memaki-maki aku, tapi ternyata sunyi-sunyi aja tuh. Ia justru menatapku dengan mulut setengah terbuka seakan minta dicium, dan emang langsung kucium. Bibirku melumat, mencium, dan kadang menggigit kecil bibirnya. menjelajahi seluruh tubuhnya. lidah ku segera menyusup tanpa perlawanan masuk kedalam mulut nya, lidahku lalu memijati lidah Joanna, sehingga lidah kami lalu saling membelit.

Yeah, the game is on! Ia sudah nefsong berong! air liur kami pun saling bercampur dan berlepotan di sekitar bibir kami. Perlahan kugesekan-gesekan ujung penisku ke bibir vaginanya kulakukan dengan hati-hati. Vagina itupun makin membasah. Akhirnya kudorong sedikit pantatku, dan kepala “si otong” pun melongok kedalam “gua antik” itu, entah apa yang “si Otong” lihat didalam sana, yang jelas ia amat betah didalamnya dan enggan keluar. (kisah BB)

“aauuhh…, Boneng…, tunggu dulu”, pinta Joanna sambil mengoyang-goyangkan pantat sebisanya.

Tapi aku mana mendengar, secara perlahan sesenti demi sesenti kudorongkan penisku memasuki gua yang sempit tersebut, kurasakan penisku terasa hangat saat menembus lubang vaginanya. Dan Joanna pun meringis menahan laju penisku di vaginanya dan…, Bles…, goyangan terakhir cukup kuat dan berhasil membenamkan sebagian besar penisku pada vaginanya yang kelihatan penuh karena penisku terbenam didalamya. “Bleeeess…, blesssess”, “Akhh…, akhh”, sungguh luar biasa, sungguh nikmat sekali vaginanya,Aku mendiamkannya sesaat dan merasakan jepitan dinding vaginanya yang berdenyut-denyut seperti memijat penisku
ketika penisku sudah masuk semua ke dalam vaginanya, lalu kuangkat lagi dan kubenamkan lagi sambil kugoyangkan perlahan ke kanan kiri dan ke atas dan bawah, gemetar badanku merasakan nikmat yang sesungguhnya yang diberikan oleh vagina Joanna ini, aneh sangat luar biasa, vaginanya sangat menggigit lembut, menghisap pelan dan meremas senjataku dengan lembut. Benar-benar vagina yang luar biasa, lain dari yang pernah kurasakan sebelumnya. (kisah BB)

Lalu dengan lebih semangat lagi aku “mendayung” dengan goyangan dan gerakan ciptaanku; pertama-tama goyang gergaji, lalu goyang ngecor, terakhir goyang poco-poco… Akhirnya senjataku kubenamkan habis ke dasar vaginanya yang lembut, habis kutekan penisku dalam-dalam, nikmat luar biasa. Kulihat sekujur tubuh Joanna menegang, mata indahnya amat sayu menatapku dan nafas bagaikan kuda pacu disertai keringat mengalir disekujur tubuhnya, rontaannya kini bukan untuk melepaskan diri, tapi justru untuk menyambut setiap goyangan dan gempuranku.

“Oh yes, yesss… oh.. oh no, oh no” desahnya plin- plan.

Dan tak sampai lima belas menit kemudian, kulihat matanya terbelalak keatas dengan kepala mendongak tanda ia sedang menikmati klimaks. (kisah BB)

“aduh…aduh sialan… gila… oh shiitt….” Dan sederet kata mutiara lainnya merentet keluar dari mulut Joanna. Cairan hangat pun keluar dari vaginanya, menyiram penisku yang masih menggenjotnya.

Akupun sebenarnya sudah hampir keluar, tapi karena tidak ingin cepat cepat selesai, aku menghentikan gerakanku dan mencabut penisku dari vagina Joanna. Sebuah ide menghantamku keras sekali layaknya tinju Chris John, aku membuka ikatan kaki kiri Joanna dan memiringkan tubuh bagian bawah Joanna, sehingga tubuhnya seperti terpuntir. Dan… itu dia yang kucari, lubang anusnya.

Aku menjilati telunjukku hingga cukup basah, lalu mulai ku usap-usap pada liang anusnya, kumasukkan telunjukku perlahan pada lubang anusnya.

“Eh ngapain lu! Eh gila… gila, jangan disitu monyo…hmppp” Aku langsung membungakam mulutnya kembali dengan CD andalan.

Wajah Joanna tampak pucat ketika menyadari maksudku, iapun menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pandangan memohon. Sejenak aku sempat merasa tidak tega, tapi mahluk bertanduk dua dan berekor di sebelah kiriku terus menyorakiku untuk maju terus, jadi “mahluk bertanduk satu” inipun melaksanakan ajakannya. (kisah BB) Kini hampir seluruh telunjukku masuk kedalam anusnya, badannya bergetar hebat diiringi dengan suara geraman marah dari joanna, diikuti rontaan yang cukup keras. Tapi aku tidak peduli dan terus melanjutkan niatku. Aku segera mencabut telunjukku, dan sebagai gantinya aku menempelkan “si Otong” di bibir anus itu. Kali ini “si Otong” terpaksa melongok isi gua yang lebih “antik” lagi daripada yang tadi. Aku terus berusaha memasukkan batang penisku ke dalam anus Joanna, tapi susah bukan main. Aku ingat kata orang kalo susah masuknya, maka kepalanya harus diludahi dulu, jadi aku meludahi tanganku dan mengusapkannya ke kepalaku (meski sempat heran juga apa hubungan antara susah masukin penis ama ngeludahin kepala yang punya penis).

Aku pun meneruskan perjuanganku, dan… berhasil! Mulanya memang hanya kepalanya saja, lalu perlahan, senti demi senti batang penisku itu tenggelam masuk ke anus itu. Rontaan *Joanna kini makin menggila, ia mengejan, akibatnya jepitan anusnya semakin keras, sialan, lumayan sakit juga. Tapi aku pantang mundur dan meneruskan serbuanku, hingga akhirnya seluruh batang penis itu masuk. (kisah BB) Joanna hanya bisa merintih dan mengerang tertahan, matanya tampak berkaca-kaca, pasti karena merasakan sakit yang amat sangat ketika batang penisku itu mendorong masuk ke liang anusnya yang kecil. Aku beristirahat sejenak, sebelum mulai bergerak keluar masuk. Kembali Joanna menjerit-jerit tertahan dan meronta keras. Tangan kiriku lalu menyelusup mencari liang vaginanya, dan setelah kutemukan aku segera memasukan dua jariku dan mengocoknya dengan cepat, sambil sesekali menggosok clitorisnya. Kupikir ini mungkin bisa sedikit membantu Joanna* meredam rasa sakit yang ia rasakan pada anusnya. Aku kembali bergerak, malahan batang penisku kini bergerak keluar masuk dengan cepat. Entah karena kehabisan tenaga, atau karena sadar bahwa melawan pun tidak ada gunanya, rontaan Joanna tiba-tiba terhenti, dan tubuhnya* pun hanya terguncang-guncang karena sodokanku. (kisah BB)

Sialan! Anus ini sempit banget, terlalu sempit malah. Hingga tak lama kemudian, aku mulai merasakan desakan yang luar biasa kuat pada batang penisku, seperti mau pecah saja rasanya. Deru nafasku makin memburu dan jantungku secara akan pecah karena saking kerasnya berdetak. Kupercepat gerakanku naik turun, dan kuhujamkan penisku dalam-dalam pada anusnya.

“Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!”, aku merintih rintih panjang menuju puncak kenikmatan. Dan aku pun mencapai orgasme, penisku seakan hendak meledak karena tekanan dari dalam tubuhku, dan akhirnya penisku menyemburkan sperma hangat ke dalam anus Joanna.

Aku sempat kasihan juga pada jutaan sel spermaku yang mungkin bakalan pusing muter-muter nyari rahim, eh malah ketemu usus besar J Akupun menjatuhkan diriku ke kasur dan berbaring miring dibelakang Joanna, tangan kiriku masih mengobok-obok vaginanya sementara bibirku mencium tengkuk dan lehernya, hmm abis digarap dan keringatan aja, tubuhnya masih wangi banget. Sejenak aku menikmati suasana itu, kalo nggak begini caranya biar nunggu sampe kepalaku* ubanan juga, gak akan bisa aku menikmati tubuh artis secantik Joanna Alexandra. (kisah BB) Sejenak aku tergoda untuk memejamkan mata dan tidur begitu saja. Tapi aku lalu bangkit dan memakai pakaianku lagi, Joanna kembali menggeram marah jadi aku membuka sumpalan di mulutnya.

“Boneng udah dong, buka nih ikatannya, pegel nih” katanya kesal.

“He he, ntar dulu atuh non kalo saya lepasin sekarang ntar non lapor polisi lagi. Ntar aja kalo saya udah kabur nanti saya lepasin” kataku.

“Busyet, mikir dong! Kalo lu kabur duluan, siapa yang lepasin gue? Gue mau dibiarin kayak gini ampe nenek-nenek?!” katanya marah.

”Udah lepasin aja, gue gak bakalan lapor polisi kok, gue juga mesti mikirin nama baik dan karir gue juga dong. Mana mungkin gue buka masalah ini ke publik” katanya lagi.

Bener juga! Pikirku dalam hati. Jadi akupun melepaskan semua ikatannya, iapun tampak bersungut-sungut sambil mengusap-usap pergelangan tangan dan kakinya. (kisah BB)

“He he he, makasih atas servicenya yah non. Sekarang saya pamit dulu, bini pasti udah nungguin di rumah. Ntar kapan-kapan kita main lagi” kataku sambil berbalik dan beranjak kabur.

Tiba-tiba “Braakk” terdengar bunyi sesuatu yang pecah, dan kepalaku sakit banget rasanya, pecahan guci pajangan tampak berjatuhan diikuti jatuhnya badanku ke lantai, gawat! pandanganku mulai gelap. Dan… mbah Rhoma Irama kembali muncul dari kegelapan itu, ia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata. “keledai aja gak akan jatuh kelubang yang sama dua kali“

Sialan, apa ini artinya aku lebih ****** dari keledai?! Auk ah gelap, aku mau pingsan dulu.

********

Aduuhh duh duh, sakit banget kepalaku rasanya seperti abis dijadiin trampolin ama kuda nil. Aku membuka mataku dan melihat sekeliling dan… ternyata aku sedang terbaring di trotoar di sebuah jalan besar, hmm kayaknya kenal nih jalan. Aku bangkit duduk mencoba mengingat-ingat. Saat itu beberapa anak gadis* SMP berjalan melewatiku mereka tampak saling berbisik-bisik lalu tertawa cekikikan sambil lewat. Lalu beberapa ibu-ibu yang lewat juga melihatku dengan pandangan aneh, emangnya ada yang aneh dengan diriku? Aku melihat sekujur tubuhku dan… Whoaaa shiiitt aku ternyata telanjang bulat tanpa sedikit benang pun! (kisah BB) Aku panik, berdiri sambil celingukan mencari pakaianku, tapi tidak ada dimanapun. Ahrggg ini pasti pembalasan dendam dari Joanna! Aku bayangkan saat ini ia sedang cekikikan puas membayangkan perbuatannya ini. Tapi aku tidak marah padanya, ia memang berhak membalas dendam bahkan yang lebih parah dari inipun ia berhak, aku memang sudah bersalah padanya. Aku segera lari terbirit-birit menuju rumahku, untungnya aku mengenali jalan ini, yaitu Jl. Kapten Tsubasa, kalo aku belok didepan sana aku bisa memotong jalan lewat pasar dan dari situ hanya 10 menit jalan kaki menuju rumahku. Tapi satu yang aku lupa… dipasar kan banyak orang! Mana sekarang lagi jam belanjanya ibu-ibu. Aku menguatkan mentalku dan berjalan setengah berlari melewati pasar, sialnya ada beberapa “anak pasar” yang mengikut dibelakangku sambil bernyanyi-nyanyi.

“Orang gila… orang gila… orang gila” senandung mereka.

“Kasihan yah, tonggos-tonggos kok gila” kata seorang ibu yang kulewati.

Walah, emang orang tonggos gak boleh gila! Eh aku kan gak gila! Aku mempercepat lariku dan mempergunakan jurus Pek In Gin-kang (ilmu meringankan tubuh awan putih) yang dulu diajarkan Bu Eng Sin Yok Ong (Raja Tabib Sakti Tanpa Bayangan) sewaktu aku masih kecil. Tubuhku berkelebat cepat dan singkat kata sampailah aku dirumahku. (kisah BB)

*******

Sejak saat itu, Joanna tidak pernah lagi muncul di Night Club tempatku bekerja. Aku sedikit sedih juga karena tidak bisa lagi melihat wajah cantiknya yang biasanya menghiasi malamku. Tapi kukira aku tidak boleh mengeluh, walau bagaimanapun aku bisa dibilang amat beruntung. Tidak hanya berhasil menikmati tubuh Joanna, aku juga masih bebas dari penjara, tempat dimana aku seharusnya meringkuk saat ini. Entah kenapa Joanna tidak melaporanku, mungkin karena lebih banyak ruginya daripada untungnya jika ia melaporkanku, tapi yang jelas belum ada pria cepak berjaket kulit yang menjemputku ke hotel prodeo.

Nah para pembaca begitulah pengalamanku yang cukup unik itu. Kata orang pemerkosa biasanya nagih, dan mencari koban lain terus menerus. Tapi sampai saat ini aku belum kepikiran tuh untuk mencari korban yang lain, mungkin belum nemu cewek yang tepat aja, moga-moga aja jangan deh. Tapi kalo adaaa …. Siapa yah kira-kira?

The End