Dubur Nenek

Liburan ini aku manfaatkan untuk mengunjungi nenekku di kabupaten M.Daerahnya pegunungan yang dingin dan masih belum begitu ramai.Nenekku tinggal sendirian di rumahnya yang berupa dinding bambu.
Tak ada Tv dan radio, penerangan pun masih sambungan kabel dari listrik tetangga karena memang belum punya meteran listrik sendiri.Aku tidak tahu pasti berapa usia nenekku,mungkin sekitar 70 tahun,kulitnya keriput,dan kepalanya sudah mulai botak.Tiap pagi aku membantunya mengambil air dari rumah tetangga,karena di rumah nenekku tidak ada sumur.Air itu dipakai buat masak sehari-hari.

Malam harinya kami berbaring di ranjang berdampingan.Suasana di desa nenekku memang terbilang sepi,setelah habis isya jarang ada orang yang keluar rumah.Tiba2 nenekku tengkurap dan menyuruh aku menginjak-injak badannya.Nenekku memang terbiasa aku injak2 badannya jika pegal2.Tanpa banyak bicara aku pun memijakkan kakiku di badan nenek.Aku berjalan menyamping mulai dari kaki lalu naik lagi keatas sampai pinggang dan berjalan lagi menyamping kearah kaki nenek.Karena berulang kali bolak-balik dari pinggang ke kaki,kain yang dikenakan nenekku melorot sampai di bawah pantat.Karuan saja pantat nenekku terpampang jelas.Nenekku memang tidak pernah memakai celana dalam,maklum sebagai orang desa nenekku hanya mengenakan kain batik untuk menutupi bagian bawah tubuhnya.Saat itu aku menjadi horny,jujur saja aku sangat tergila-gila sama yang namanya dubur.Aku tidak peduli apakah itu dubur orang tua,wanita jelek,ataupun anak kecil.Asalkan dubur wanita pasti akan aku embat.Iseng aku kuakkan belahan pantat nenek,saat belahan pantatnya terkuak terlihatlah duburnya yang kecil dan berwarna hitam.Penisku saat itu rasanya sangat ngilu,ingin rasanya aku menancapkan sedalam – dalamnya dalam dubur nenek.Aku yang sudah dirasuki nafsu melepas celana pendek dan celana dalamku.Aku menduduki pantat nenek dan mulai memijat bahunya.Ketika penisku bersentuhan dengan pantat nenek rasanya sungguh nikmat tak terbayangkan.Nenek tidak memberikan respon,kelihatannya dia sudah tidur.Karena tidak tahan lagi aku menguak pantat nenek dan memasukkan penisku.Mataku sampai terpejam saat kepala penisku menerobos dubur nenek.Tapi aku merasakan agak seret,maka penisku kucabut dan aku berjalan menuju dapur untuk mengambil minyak goreng.Aku mengoleskan minyak goreng di penisku sampai merata lalu kembali ke kamar nenek.Aku kembali menduduki pantat nenek dan memasukkan penisku kembali,kali ini bisa masuk dengan mudah.Dubur nenek sungguh nikmat,meskipun bongkahan pantat nenek sudah kendur tapi jeritan anusnya tak terkira rasanya.Setelah penisku tertancap sempurna,aku menarik dan menancapkan kembali secara perlahan.Hingga 5 menit kemudian aku mengingkatkan kecepatan genjotanku di duburnya sambil memegangi pinggulnya.Karena tubuhnya terguncang-guncang nenek bangun dan melihatku,dia menatapku sebentar dan tidak berkata apa2 setelah itu tidur lagi.Aku yang sudah merasakan akan klimaks makin mempercepat genjotanku dan menancapkan penisku sedalam mungkin.Rasanya sungguh lega sekali.Setelah penisku mengecil aku mencabut penisku dari dubur nenekku.Letupan2 kecil keluar dari dubur nenek.Karena udara berebut keluar dengan spermaku.Badanku sungguh lemas,aku memakai celanaku dan berbaring di samping nenek.

Jam 04.30 pagi aku dibangunkan nenekku,nenekku mengajak aku ke sungai untuk buang air dan sekalian mandi.Jarak sungai dari rumah nenekku mungkin sekitar 250 meter.sesampainya di sungai kami langsung jongkok untuk mengeluarkan sisa2 pencernaan.Setelah 5 menit kurasakan perutku tidak lagi berkontraksi,akupun cebok dan berjalan menuju tempat mandi yang berada 3 meter di sebelah utara sungai.Tempat mandi di sini berupa bak mandi yang dikelilingi tempel setinggi 1,7 m.Kulihat nenekku sedang menyabuni memeknya,penisku seketika ngaceng lagi.Aku melepas semua bajuku dan mendekati nenekku.Aku merangkul nenekku dari belakang dan menunggingkannya dengan tangan bertumpu pada bak mandi.”Eh,kamu lagi ngapain.?”,tanya nenekku.”Aku ke

 

dan menunggingkannya dengan tangan bertumpu pada bak mandi.”Eh,kamu lagi ngapain.?”,tanya nenekku.”Aku kepengen lagi nek”,jawabku.”Tapi nanti dilihat orang malu”.”Tidak akan nek,karena masih sepi dan gelap”.Aku tetap mengarahkan penisku ke lubang dubur nenek yang berwarna hitam.Kutekan penisku hingga masuk semua ke dubur nenekku.Penisku memang tidak besar,panjangnya hanya 8 cm,dengan diameter 3 cm.Aku terus menarik dan menancapkan lagi penisku sambil tanganku yang satu melingkar di perut nenekku dan yang satu lagi mengobel tempiknya.Tempik nenekku jembutnya sudah jarang.Aku yang sudah hampir meledak semakin cepat memompa dubur nenekku,akibatnya tubuh nenekku terguncang-guncang.Demikian pula dengan tanganku yang menggosok tempik nenekku,makin cepat pula.Sampai akhirnya aku menancapkan sedalam-dalamnya dan memuntahkan spermaku.Rasanya lututku seperti mau lepas,kurasakan kenikmatan yang tak terbayangkan.Aku juga merasakan tempik nenek terasa basah,mungkin nenek juga terangsang.Setelah penisku kucabut dari dubur nenek,nenekku jongkok mengeluarkan maniku.Setelah dirasa maniku keluar semua nenek cebok dan meneruskan mandi lagi.”Jika kamu mau di sini lebih lama lagi,nenek akan melayani kamu setiap hari”.Tentu saja aku sangat senang.Akupun juga ikut mandi dan membantu menyabuni nenek di bagian tempiknya.