Dinding Dosa

 

Chap 1

Kayla

Seorang wanita yang mengenakan kaos berwarna biru tua yang di padu kerudung berwarna hitam, ia terlihat tampak sibuk menyapu halaman di depan kamarnya, posisinya yang agak membungkuk membuatnya tak sadar kalau payudaranya terlihat dari balik kerah kaos yang ia kenakan, apa lagi kerudung yang biasanya sebagai pelindung keduanya, malah ia selampirkan kebelakang, sehingga tak ada lagi penghalang untuk menutupi keindahan payudarahnya.

Seorang pria yang tak jauh darinya tampak beberapa kali menelan air liurnya.

Bahkan berkali-kali terlihat pria tua tersebut memasukan tangannya kedalam sarung yang ia kenakan sembari menggaruk-garuk kejantanannya yang telah berdiri.

“Mbak… itumu kelihatan?” Tegur Nadia.

Kayla mengerutkan dahinya tak mengerti. “Apanya yang kelihatan.” Tanya Kayla bingung, ia masih saja membungkuk memamerkan keindahan kulit payudarahnya yang mulus.

“Itu… tetekmu kelihatan sama Pak Sobri.” Jelas Nadi yang mulai tak sabar.

Nadia

“Astafirullah Al Azim.” Pekik Kayla tersadar.

Ia buru-buru merapikan kerudungnya, menutupi auratnya yang sempat terlihat. Wajah cantik Kayla tampak merona merah karena merasa malu akibat tatapan mata tua Pak Sobri yang bergairah.

Sementara itu Pak Sobri yang sedang duduk di halaman rumahnya tampak kecewa karena buruannya keburu sadar atas ulahnya.

Padahal ia sedang asyik-asyiknya menikmati bulatan payudarah seorang pegawai negri yang berkantor di pemkot setempat.

“Lain kali hati-hati Mbak!” Ujar Nadia. “Sudah bauk tanah tapi kelakuannya ngalahin anak abg.” Kesal Mahasiswi semester IV tersebut sembari melihat kearah Pak Sobri yang sedang melihat mesum kearah mereka.

“Sukron ya Ukhti sudah mengingatkan ana atas keteledoran Ana.” Kata Kayla.

Nadia tersenyum. “Afwan Mbak, aku kuliah dulu ya.” Lanjut Nadia, kemudian ia pamit pergi meninggalkan Umahat Kayla.

Nadia berjalan santai menuju pagar rumah kossannya, dan sempat berlintasan dengan pemilik kossan Pak Sobri, pria itu melemparkan senyuman kearahnya yang di balas dengan anggukan.

“Mau kuliah Nduk?” Tanya Pak Sobri ramah.

Ketika pria tua itu tersenyum, tampak giginya yang kuning kehitaman, sangat menjijikan.

Demi kesopanan Nadia terpaksa menjawab. “Iya Pak, ada kelas pagi hari ini.” Jawab Nadia seraya memamerkan senyumannya.

Melihat senyuman Nadia, hati Pak Sobri berbunga-bunga, dan di bawah sana, ia merasakan sang Junior mulai menggeliat, apa lagi melihat bulatan payudarahnya yang besar. Tak sadar air liur Pak Sobri menetes, membuat Nadia jijik melihatnya.

“Pulang jam berapa?”

“Biasa Pak, mungkin jam lima sore!” Jawab Nadia lagi, dia mendekap tasnya di depan dadanya, untuk menutupi tatapan liar Pak Sobri.

“Kuliah yang rajin, biar cepat lulus.” Nasihat bijak dari Pak Sobri.

“Iya Pak, kalau begitu saya pamit dulu, assalamualaikum.” Buru-buru Nadia mengakhiri obrolan mereka pagi ini.

“Hati-hati di jalan.” Jawab Pak Sobri sembari menjilat bibirnya yang kehitaman.

Ketika Nadia melewatinya, mata Sobri tak berpaling dari pantat Nadia yang membulat besar di balik gamis muslimah yang di kenakannya.

Sementara itu Kayla yang melihat kelakuan Pak Sobri hanya mampu menggelengkan kepalanya, ia benar-benar tak mengira kalau pria sebaik Pak Sobri bisa sebejat ini, ia benar-benar salah dalam menilai Pak Sobri selaku Bapak Kos yang seharusnya menjaga dan melindungi mereka.

Kayla buru-buru masuk kedalam kamarnya, ketika Pak Sobri kembali melihat kearahnya.

Lagi-lagi pria itu menyunggingkan sebuah senyuman yang mengerikan, sembari terkekeh pelan ia menghabiskan kopi hitamnya yang bersisa 3/4 dari gelas kaca yang ia pegang.

“Tidak sia-sia saya banyak menghabiskan uang pensiunan demi mendapatkan daun muda seperti mereka.” Ujar Pak Sobri terkekeh.

***

Asyfa

Pria tua itu bernama Sobri, seorang duda yang sudah di tinggal anaknya menikah. Semenjak Istrinya meninggal, Pak Sobri mulai merasa kesepian, sehingga ia memutuskan untuk menghabiskan uangnya membangun sebuah rumah kost, yang di peruntukan bagi Ahkwat yang kuliah ataupun yang telah bekerja.

Karena harganya yang terjangkau, dan kondisi rumah kost yang ia bangun sangat bersih dan rapi, di tunjang dengan berdirinya tembok yang menjulang tinggi, sehingga orang luar tidak akan dapat melihat aktivitas mereka yang berada di dalam pagar, tidak heran kalau banyak Ahkwat rantauan memilih menyewah di tempatnya, selain karna harga yang murah, mereka juga merasa terlindungi dengan adanya tembok yang tinggi.

Apa lagi kamar yang ia sewakan terbilang lengkap, sudah ada lemari dan tempat tidur.

Awalnya tak ada sedikitpun niat Pak Sobri untuk memanfaatkan kehadiran para Ahkwat tersebut, untuk di jadikan tempat menyalurkan hasrat seksualnya, ia sudah cukup senang karena kini rumahnya kembali ramai sebelum anak-anaknya meninggalkan dirinya seorang diri.

Tapi sebuah insiden kecil membuatnya berubah, dan mulai berburuh Akhwat yang tinggal ataupun ngekost di tempatnya.

Kejadian itu bermulah ketika ia sedang membersihkan halaman belakang rumah kost miliknya, ketika ia sedang membersikan selokan air, tiba-tiba ia mendengar gemercik suara air dari balik tembok rumah kost miliknya.

Di situlah timbul niat jahatnya untuk melihat apa yang sedang di lakukan sang Ahkwat tersebut.

Memang awalnya ia berusaha mati-matian menolak godaan syaitan yang membujuknya untuk mengintip sang Ahkwat, tapi lama kelamaan iapun kalah dari bujuk rayu syaitan yang menyesatkannya kejalan yang salah.

Cukup lama ia memandangi tembok kamar mandi kos miliknya, mencari cara untuk mengintip melalui pentilasi kamar mandi.

Hingga akhirnya ia menemukan sebuah kursi kayu untuk ia jadikan pijikan. Buru-buru ia mengambil kursi tersebut, lalu meletakannya di bawah pentilasi kamar mandi.

Dengan jantung berdetak cepat, ia menaiki kursi tersebut, dan apa yang ia harapkanpun tercapai, karena dari pentilasi kamar mandi tersebut, ia dapat melihat sesosok bidadari yang sedang berdiri membelakanginya sembari mengguyur tubuhnya dengan air di dalam bak mandi.

Mata tua Pak Sobri seakan mau copot melihat pemandangan indah yang ada di hadapannya saat ini, setelah sepuluh tahun sepeninggal Istrinya, baru kali ini ia melihat wanita dewasa dalam keadaan telanjang bulat.

Sementara sang Ahkwat bernama Asyfa, tak menyadari kalau saat ini ia sedang di intip oleh Bapak kosnya.

Gadis berusia 19 tahun itu tampak sibuk menyabuni tubuh telanjangnya, ia agak membungkuk ketika membersihkan betisnya, sehingga dari belakang Bapak kosnya dapat melihat pantat dan memeknya yang merekah indah.

Kontol Pak Sobri langsung berdiri tegak melihat pemandangan yang sangat langkah itu.

Bayangkan saja, seorang anak gadis yang selama ini selalu mengenakan pakaian tertutup dengan kerudung yang sangat lebar, kini dalam keadaan telanjang bulat tanpa sedikitpun penghalang.

Tak sabar Pak Sobri mengeluarkan kontolnya yang kehitaman, di kelilingi urat-urat yang menonjol, seakan ingin merobek kulitnya.

Dengan gerakan perlahan ia mengosok kontolnya sembari melihat adegan mandi seorang Akhwat yang kesucian tubuhnya sangat terjaga, jangankan di sentuh oleh orang yang bukan mahromnya, kulit mulusnya saja jarang terlihat.

Sungguh beruntung pria tua itu, bisa melihat tubuh telanjang sang Ahkwat muda yang sempurna.

Sementara itu, sembari bersenandung kecil, sang Ahwat yang membelakangi Pak Sobri tampak sibuk menyabuni payudarahnya yang berukuran 32b, membersikan puttingnya dari kotoran yang menempel di kulitnya.

Setelah tubuh telanjangnya di penuhi sabun, sang Umahat muda itu memutar tubuhnya menghadap Pak Sobri.

Dan pada saat itulah, Pak Sobri nyaris saja terjatuh dari pijikannya, andai saja jarinya tak mengait di pentilasi kamar mandi tersebut. Beruntung ia tak sampai jatuh.

Gilaaa…Mungkin itulah yang ada di pikirannya, karena baru kali ini ia melihat payudarah seindah dan semenawan milik Asyfa, walaupun ukurannya tak begitu besar, tapi terlihat bersih dan menggemaskan, dengan puttingnya yang agak besar kemerah-merahan.

Maklum saja, payudarah milik Asyfa masi perawan, tidak perna di jamah oleh siapapun.

Tidak hanya payudarahnya saja yang menawan, memeknyapun sangat indah, di tumbuhi rambut tipis yang tumbuh tak beraturan, membuat gundukan kecil itu terlihat sangat menggemaskan.

Pak Sobri semakin cepat mengocok kontolnya, apa lagi saat melihat jemari mungil Asifa membersikan memeknya dengan sabun kewanitaan, membuat kontol Pak Sobri cenat-cenut.

Hingga tak terasa menitpun berlalu dan Asyfa telah menyelesaikan mandinya.

Ahkwat tersebut tanpa merasa berdosa melilitkan handuk besar di tubuhnya, lalu di susul dengan mengenakan kerudung lebarnya yang berwarna sewarna dengan handuk yang ia kenakan, yaitu warna putih kesukaannya.

Tepat ketika sang Akhwat keluar, Pak Sobri memuntahkan permanya ke dinding kamar mandi kost miliknya.

Semenjak saat itu, ia sering mengintip mereka yang sedang mandi, bahkan Pak Sobri sangat hafal jadwal mereka mandi. Semakin lama ia semakin terobsesi untuk menikmati para akhwat yang mengekost di tempatnya.

***