Dibantu Intan Di Kamar Mandi Part 2 [Last]
“Sssshhhh…Aahhhh…” desahnya sambil meremas rambutku. Kuselipkan dua jemariku, kuputar dan kumasukan perlahan dalam-dalam, lalu kutarik dengan cepat, untuk kembali kuhujamkan ke dalam sambil menjilati ujung klitorisnya. Intan semakin menggelinjang ke-enakan, bibirnya digigit, dan mulai meracau.
Didorongnya pundakku tiba-tiba, dan keluar kata singkat dari bibirnya yang berpulas lipstik pink tipis menggoda “Duduk di kloset gih…”, senyumnya tersimpul. Aku segera bangkit, menutup kloset, dan duduk di atasnya, mengangkangkan kaki, sehingga batang kemaluanku mendongak seolah menantan, dengan testis terkerut karena terangsang. Intan tak berlama-lama, langsung berlutut bertumpu pada kedua telapak atas kakiku yang masih bersepatu, memandangku sebentar dengan gemas.
Kuelus rambut sebahunya, kuremas gemas, lalu kudorong perlahan ke arahku. Seolah mengertim dikejapkannya dengan jenaka kedua bola matanya, bibirnya menyungkup menyambut kepala penisku yang sudah demikian merona merah.. cup.. dikecupnya, lalu dijulurkannya lidahnya tepat pada lubang bagian atas, ditariknya garis ke bawah lewat jalur pada kepala penis, batang bawah, terus ke bawha, dan di lahapnya sebelah bola nagaku, dikulum, dipijat digigit kecil dan diputarnya kembali lidahnya ke atas, membuatku menggelinjang tertahan. Sungguh sensasi yang sangat luar biasa.
Aksi nekat kami masih berlangsung sampai saat terdengar suara langkah mendekat yang membuat desah nafas kami sama-sama tertahan sesaat. “Sssttt…”, instruksiku singkat agar Intan menghentikan aktifitasnya kami sama-sama diam sampai akhirnya suara langkah yang sempat mendekat itu beranjak terdengan menjauh. Kami saling memandang dengan sedikit rasa tegang dan deg-deg’an yang masih tersisa dalam hati. Tapi kemudian berubah menjadi senyum merona pada wajah kami masing-masing.
Batang kemaluanku yang sempat melemas kembali digenggam oleh Intan, sambil kembali dia dengan gemas mengecup dan mengulum burungku. dengan sesekali membuat gerakan “deep throat” yang membuat nafasku tertahan, seolah akan mencapai klimaks saja. “Steven…emmmmhhh…masukin sekarang ya?” Pintanya manja. Akupun segera berdiri dan membimbing kedua lenganya untuk bangkit. Aku berdiri membelakanginya, sementara dia membalikkan diri untuk berpegang pada tepian bak kamar mandi, mengambil posisi menungging sambil berdiri. Aku segera mengelus pantatnya yang mulus & menggairahkan itu, mencari sela-sela di antara rambut kemaluannya yang tipis, daging bertumpuk kemerahan itu tampak menggoda dengan sedikit lelehan bening yang mengalir basah.
Aku mengarahkan batang penisku ke belahan merekah itu dengan tangan kiri, sementara tangan kananku terlingkar lewat pada kanan Intan, membuat huruf V terbalik dari arah depan, membuka bibir kemaluannya agar mempermudah penetrasi. Kugesekkan kepala kontolku perlahan untuk merasakan sensasi hangatnya cairan miliknya, dan setelah licin, aku mulai mendorong kepala penisku ke dalam mulut mekinya yang mulai melebar, terus semakin dalam, setelah masuk sepertiganya aku berhenti.
Kedua belah tanganku meraih payudaranya dari belakang, merabanya, memberi pijatan kecil pada putingnya yang menegang. meremasnya, sementara Intan membalikkan lehernya ke arah mukaku. Aku lidahku di dalam mulutnya yang mengeluarkan rintihan-rintihan pelan, sambil menggerakan pantatku dengan gerakan mendorong. Kedepan, membuat kontolku semakin tertanam dalam hangatnya dua belah daging lembu lembap yang seolah merangkul dan menghisapnya dalam sebuah lobang meki.
“Emmmhhhkk Ahhhkk” Suara Intan tertahan sesaat aku memasukan kontolku dengan gerakan tusukan mendalam, bibirnya masih menempel dan mendesah, mengeluarkan aroma nafas hangatnya yang mulai memburu Intan menggoyangkan pantatnya dengan gerakan memutar, sementara aku memaju mundurkan kontolku dengan sedikit memiringkan pantatku, menciptakan sensasi luar biasa bagi kami berdua.. “Aaahhh..Eeehhhkk..Ouchh…Steven”, seru nya perlahan sambil terus menggoyangkan pantatnya. Peluh menetes di lehernya yang kujilati, dan cairan dari kemaluannya membuat sensasi suara bergesekan yang terdengar merdu di telinga.
“Cpakkkk…cpakkk…”, membuatku semakin bersemangat meremas payudara Intan yang saat ini demikian keras. “Masukin yang dalam doongggg”, pintanya. Aku menurutinya dengan memperlahan gerakanku dengan tetap mempertahan ritme, irama, dan sodokan yang semakin intensif, agresif dan dalam. Ingin aku memandang wajah Intan lebih leluasa saat bercinta, aku mencabut kemaluanku, membalikkan badan Intan dengan segera, mendudukkannya di tepian bak kamar mandi membimbing kedua kakinya melingkari pantatku, dan kembali aku memasukkan burungku.
Aku memeluk punggunya, menahan tubuhnya agar tak terjatuh ke belakang, sambil terus menggoyangkan pantatku, menggauli Intan yang terengah-engah sambil memejamkan matanya sambil mencium bibir dan mulutku dengan penuh gairah “Steven… cepetin donk” please, aku mau nyampai nih…”, serunya di antara desahan nafas yang memburu dan lenguhannya yang menggairahkan. Aku menciumi bibirnya sambil mempercepat gerakanku, menahan agar teriakan orgasmennya tak terdengar dari luar kamar mandi
“Steven, sekarang ya.. sekarang !!”, aku memberi beberapa sodokan mendalam sambil menggoyang pantatku memutar, dan disambut gelora dahsyat hentakan tubuh Intan yang terhempas pada dada dan perutku. “Aaahhkkk.. Steven…Ouuchhhh..Emmmhhh”, tanganya menggapai testisku dan meremasnya, membuat gerakan ku semakin mendalam di dalam hangatnya memek Intan yang mengeluarkan lelehan lendir bening keputihan yang membasahi seluruh batang kontolku. Intan melemas, namun masih memeluk dan menciumiku.. “Ah, curang, kamu belum nyampai ya? “tanyanya “Iya nih”, sahutku sambil tersenyum.. “Kamu memang perkasa ya”, pujinya. “Ah, bisa aja kamu”, aku lalu mencabut penisku, dan tampak lelehan dari vaginanya menetes ke lantai kamar mandi, dan sebagian mengalir di paha mulusnya. “Ayo sini aku keluarin kamu”, katanya singkat, dan aku dibimbingnya duduk di kloset, dia membelakangiku, duduk di atas pangkuanku dengan mengangkangkan kakinya lebar-lebar, sambil tangan kirinya membimbing kontolku kembali membelah memeknya yang basah.
“Aaahh .. Intan.. ..” , pahaku menegang sesaat, pantatku terhunjam dalam, batang penisku hilang tertelan memeknya yang merekah merah, spermaku muncrat deras ke dalam memeknya yang disambut lenguhan panjang Intan yang ternyata meraih orgasmenya untuk kali yang kedua “Aaahh…”, “Steven…”, tubuhnya memompa beberapa kali sampai kontolku melemah. Lelehan spermaku dan cairan mekinya meluber kelaur membasahi paha, selangkangan dan kemaluan kami. Intan menciumiku dengan lembut. “Kamu hebat banget sih”, senyumnya aku hanya menjawab pujian dengan senyuman.