Crown of Three

“Pastikan seluruh anggota sudah berada di posisi sesuai rencana”, Alex berbicara melalui HT (handy talky), dalam sebuah mini van, sambil melihat melalui monitor kecil, gambarnya terlihat sedang mengawasi rumah mewah di salah satu perumahan elit di Jakarta Selatan. Seorang pria juga sedang duduk bersamanya. Pria itu terlihat santai, berbeda dari Alex yang terlihat begitu serius menatap layar itu. Gbr : Alex Tjahjadi “Wǒ méi xiǎngdào nǐ jīntiān huì chéngwéi lǐngdǎo zhě” (Aku tidak menyangka kau sendiri yang memimpin hari ini), kata pria itu sambil dengan santainya menatap wajah orang nomor 3 dalam hirarki Tjahjadi Group ini. Terlihat wajah Alex sedikit berkerut mendengarkan perkataan pria itu. Memang benar Tjahjadi sudah tidak sekeras dan sekejam dulu, tapi masalah “bawah tahan” seperti ini masih sering terjadi tapi Alex selalu menghindari hal itu. Tapi hari ini berbeda, karena orang-orang ini sudah berani menyentuh keluarganya secara langsung. Dia tidak bisa tinggal diam lagi, dia yang harus turun tangan sendiri. Gbr Xiao Yu “Xiǎoyú Shīfu, zhè cì bù yīyàng” (Guru XiaoYu, kali ini berbeda), kata Alex kepada gurunya ini, guru yang mengajarkannya bela diri sejak kecil dikeluarga Tjahjadi. Walaupun Crystal, Alex dan Tedy memiliki banyak guru, dua bersaudara yang telah ikut dengan orang tua mereka ini adalah guru pertama mereka dalam hal beladiri. Mereka bertiga bahkan sebelum bisa membaca mereka sudah harus bisa kuda-kuda lebih dahulu. “Ní kěyǐ děngdài bàogào, nín shìfǒu bù zài xiāngxìn zhège lǎorén ma?”” (kau bisa menunggu laporan sajakan, apa kau sudah tidak percaya pada orang tua ini?), tanya pria yang sebentar lagi menginjak usia setengah abad ini. “Rúguǒ nǐ shì yīgè lǎorén, wǒ huì jiào wǒ zǔfù?”(kalau kau orang tua, lalu kakekuku itu apa?) jawab Alex dengan sedikit bercanda pada gurunya ini. “Nǐ jiào tā Sǐ bùliǎo de Lǎorén” (kau bisa memanggilnya orang tua yang tidak bisa mati), kemudia Xiao Yu tertawa lepas dalam van itu. Kakek Alex sendiri memang sudah cukup tua tapi dia bukan orang tua biasa, dan jika sampai dia tahu terjadi sesuatu pada Tedy cucu kesayangannya keadaan bisa menjadi lebih kacau. Alex sebaiknay segera menyelesaikan masalah ini. “Terget berjumlah 32 orang di dalam”, terdengar dari HT yang sedang dimonitor oleh Alex. Mereka berdua lalu berbegas turun dari Van itu, dan Xiao Yu langsung menarik dua Gùn shù (tongkat panjang/toya) yang terselip di bawah jok mobil itu. “Gěi Nǐ” (untuk mu) sambil melepar sebatang kepada Alex dan mereka berduapun lalu berlari kecil ke posisi yang sudah ditentukan sebelumnya. Xiao Yu selalu memilih senjata yang dapat digunakan untuk jarak jauh dan dekat, yang terbaik memang adalah tongkat menurutnya. Sedangkan kali ini Alex memilih tongkat karena dia tidak ingin menyebabkan kematian pada lawan-lawannya. Walaupun ini merupakan senjata tumpul, di tangan gurunya tongkat ini bisa mematikan. *** “BUM!” pintu didobrak dengan keras, dari berbagai arah kru Alex menerjang masuk kesetiap ruangan dalam rumah itu, dengan kecepatan dan ketepatan yang efektif. Terdengar perkelahian diseluruh penjuru rumah, dentuman senjata tajam dan tumpul terdengar bergemah, teriakan saling sahut pecah. Alex dan Xiao Yu melesat dengan cepat melewati kerumuan perkelahian yang terjadi di ruang utama. Keadaan menjadi semberawut, kacau, entah siapa menyerang siapa, tapi mereka berdua fokus pada target mereka, mumburu orang yang berada di ruang utama di lantai atas. Seorang pria berlari menghadang mereka dengan membawa pisau dapur berusaha menerjang Alex. Tatapan mereka bertemu, tapi tidak ada keraguan dan rasa takut di mata Alex, dia terus berlari menerjang maju. Sesosok bayangan lalu berada di samping pria itu, Xiao Yu telah berdiri tepat di sisi kiri pria itu mengayunkan tongkatnya, menyapu kaki pria itu dan satu ayunan berikutnya tubuh pria itu terhantam dengan keras ke lantai marmer rumah itu. Mereka berdua kini telah berada di lantai atas, tepat di depan pintu ruang belajar utama rumah itu. Sekali tendang di gagang pintu, Alex berhasil membuka pintu itu membuat pecahan kayu berhamburan dari pintu itu. Dalam ruangan itu telah terlihat bersiap 3 orang dengan katana terhunus dan seorang pria berdiri dibelakang barisan itu. “NANTEKOTTA!!” (BERANINYA KALIAN!) teriak salah satu dari 3 pria itu. Xiao Yu hanya tersenyum kecil melihat meraka berempat cukup tegang melihat Alex dan dirinya berdiri di hadapan mereka. “Anata wa aete kizutsukemasu watashi no otōto!?” (Beraninya kau menyakiti Adikku!?) dengan tenang Alex, mendengar perkataan Alex itu wajah mereka lalu mulai memucat, terlihat lebih panik dari sebelumnya. Setelah tidak berhasil menghabisi Tedy, kini berdiri dihadapan mereka orang yang lebih berbahaya lagi. “Cahayadi ka?” terdengar terbatah dari pria yang berdiri dibelakang, tampak ketakutan, jelas dia tidak bisa beladiri dari reaksinya dan kepengecutannya berdiri dibelakang. Xiao Yu, mulai memutar tongkatnya berputar, dari putaran itu saja menghasilkan suara mendesis membelah angin, bahkan terlihat ilusi tongkat itu melengkung, intimidasi yang terlihat semakin menakutkan bagi mereka. Sambil perlahan dia melangkah maju semakin dalam kedalam ruangan itu bersama dengan Alex. Tapi langkah Xiao Yu terhenti, ketia Alex merentangkan tangannya, memberikannya tanda untuk berhenti. Xiao Yu sudah tahu, muridnya ini ingin menanganinya sendiri kali ini, dia tahu kemampuan muridnya ini. Alex kemudian mulai memposisikan dirinya, menarik kaki kirinya mundur, menekuk dan membuat tubuhnya seimbang dengan kuda-kuda dasar, kedua tangannya membuat tongkat itu lurus dari tubuhnya membuat lawannya tidak melihat panjang tongkat yang dia gunakan. Dari keadaan sekarang, lawannya mematung, tidak berani menyerangnya, itu artinya Alex yang akan memulai pertarungan ini. Keuntungan berada di sisi Alex, karena secara psikologis para Jepang itu sudah kalah. Kaki Kanan Alex melangkah maju, menarik seluruh tubuhnya juga bergerak maju, dengan posisi kaki yang tidak berubah tapi tubuhnya telah maju cukup jauh, membuat tongkatnya sudah mampu menjangkau uluh hati pria yang berdiri di tengah. Ditariknya mundur tongkatnya, lalu dilontarkan dengan cepat, dengan memelintir, menghantam uluh hati dengan cepat tepat dan berputar. Pria itu tidak mampu lagi bersuara dan terhuyung mundur. Hanya Xiao yu dalam ruangan itu yang tidak terlihat terkejut sedikitpun, dalam shock itu, tongkat Alex sudah mendarat di wajah pria yang berdiri disebelah kiri, menghantam dengan telak, pipi telinga dan rahang. Alex menarik lengannya ke dalam tubuhnya dan mengantamkan serangan berikutnya tepat di leher pria di kanannya. Dalam beberapa detik tiga pria itu telah terkapar tidak sadarkan diri dalam ruangan itu. Tampak dari kesunyian ruangan itu, pria dibelakang semakin ketakutan merasakan aura dari Alex, yang kian berjalan mendekatinya. Kengerian dari tatapan pria yang biasanya ramah ini membuat bulukuduknya merinding, dan rasa gemetar di seluruh tubuhnya. Semakin Alex berjalan mendekatinya, seperti detak jantungnya terhenti sesaat dan kakinya tidak mampu lagi menopang tubuhnya, dia terduduk tak berdaya. “AAAAA….!!!” ***

 

Gallery for Crown of Three