cerita selingkuh bergambar

| Ini adalah pengalaman pribadi seseorang dalam dunia seks, mengalami suatu kejadian yang tak akan
terlupakan sepanjang masa, mendapatkan pengalaman seks dengan seseorang yang lebih berumur dari dirinya.
Silahkan nikmati cerita sex berikut ini :
Perkenalkan namaku Ervan, yang meski nama samaran tapi ini kisah nyata.
Perkenalanku dengan mbak Mira terjadi sekitar 3 tahun lalu. Mbak Mira adalah seorang wanita cantik yang
sudah menikah dengan seorang manajer dari sebuah perusahaan BUMN. Usianya 35 tahun, hanya beda 4 tahun
dariku.
Meski sudah memiliki 2 anak, tapi penampilan fisiknya tidak kalah dengan wanita-wanita dewasa yang
lebih muda 5-10 tahun darinya. Maklum, dia seorang wanita yang sangat memperhatikan penampilan fisiknya.
Bahkan setahuku dia juga rajin berolahraga, dan senam body language.
Tinggi sekitar 160cm. Ukuran vitalnya mungkin tidak terlalu heboh, mungkin sekitar 34-29-36. Tapi
penampilannya yang selalu rapi dan bersahaja membuatnya terlihat begitu menarik.
Awal perkenalanku dengannya mungkin tidak relevan untuk diceritakan di web ini. Tapi yang jelas sejak
kali pertama aku bertemu dengannya, aku sudah menaruh simpati padanya. Kelihatannya dia pun begitu, tapi
dia adalah istri seseorang!
Akhirnya kamipun harus berpisah sekitar 1,5 tahun yang lalu karena suaminya harus pindah tugas ke kota
lain.
Sungguh, entah mengapa rasanya begitu berat ketika kami harus berpisah. Aku masih ingat betapa matanya
berkaca-kaca ketika harus mengucapkan salam perpisahan kala itu.
Setelah itu kami terpisah cukup lama, meskipun pada saat-saat tertentu kami masih saling mengirim salam.
Tapi tidak lebih dari itu.

Namun tiba-tiba pada suatu saat Mbak Mira mengirimkan pesan singkat via ponselku.

“Van,apa kabarnya? Sekarang lagi dimana?”

Sebagai pengusaha muda yang masih bujangan, memang aku cukup sering keliling kemana-mana. Hometown-ku
adalah di kota M, tapi aku cukup sering berada di kota S, J, B, maupun ke luar negeri untuk mengurus
bisnisku.
Saat itu aku kebetulan berada di kota S, maka segera aku mengirimkan pesan balasan untuk memberitahu
Mbak Mira.
Tidak lama kemudian Mbak Mira kembali mengirimkan pesan balasan.

“Wah, kebetulan! Aku sekarang dalam perjalanan ke S. Ntar ketemuan ya! Pesawatku berangkat 1 jam lagi”

Aku terkejut! Aku akan segera bertemu lagi dengannya!

Tapi, jangan-jangan dia datang dengan suaminya… Aku mencoba mengorek keterangan mengenai ini.

“Ga koq, aku sendiri aja. Van,ntar temenin aku jalan-jalan di S ya. Aku ga ada temen lain lagi lho di
S”.
Wah, pucuk dicinta ulam tiba neh!
Singkat cerita, malamnya aku menjemput mbak Mira di sebuah pusat perbelanjaan terkenal di kota S. Aku
menelepon ponselnya dan mengatakan akan menjemputnya di lobby.
“Hai, mbak…”
“Hai juga, van…”
begitulah awal pertemuan kami kembali setelah 1,5tahun. Terus terang, rasanya begitu kaku. Maklum, baru
kali ini aku bisa semobil berdua dengan wanita yang kukagumi ini.
Dia pun segera masuk ke dalam mobil Mitsubishi Grandis-ku.
“Wah,hebat kamu sekarang van… Mobil baru ya?”
“Ah, enggak koq mbak.. Well,iya sih aku baru ganti mobil ini. Tapi bukan mobil gres koq, beli second
hand aja”, aku mengelak.
“Hehehe, whatever deh.. Yang jelas, kamu kelihatan makin sukses aja neh..” kata mbak Mira sambil
menatapku dari kursi penumpang.
“Wah, thank you mbak.. Hehe.. Ya udah, orang suksesnya mo ngajak mbak makan nih. Mbak belum makan kan
ya?” tanyaku sambil memandang dirinya.
“Iya yah, jadi lupa kalo belum makan. Biasalah, cewek… Kalo udah shopping, lupa waktu.. Hahaha.. Ya
udah, kita makan yuk…”
“Mau makan apa nih,mbak?”
“Yang simpel aja deh ya. Aku masih jet-lag nih”

 

Akhirnya kami makan malam bersama di sebuah kafe terdekat.
Segera suasana yang kaku tadi berubah cair. Kami saling bertukar kabar masing-masing karena selama 1,5
tahun kami tidak pernah bertemu. Aku teringat betapa kami juga dulu sering ngobrol berdua.
“Heran juga ya, van.. Kalo pas sama kamu, aku koq bisa tertawa lepas dan ngomongnya nyambung banget..
Beda lho ama suamiku. Sulit banget komunikasinya. Mana dia orangnya bawaannya serius banget…” kata Mbak
Mira sambil menerawang.
“Ah, masa sih mbak?”
“Iya, begitulah..”
“Maksud, mbak?”
“Ya gitu deh,van. Soalnya aku ama suamiku dulunya ga pake proses pacaran dulu sebelum merit. Kalo tau
gitu mah aku mungkin pikir-pikir lagi” desahnya.

Hmm, mbak Mira koq jadi curhat gini ya…

“Oya? Ceritain dong,mbak..”
“Yup,aku dulunya dikenalin ama suamiku. Suamiku itu sekantor ama sepupuku. Waktu itu aku pernah nemenin
istri sepupuku main ke kantor mereka. Ternyata dianya langsung naksir dan gilanya langsung maen ngelamar
ke bapakku…”
“Oya?” aku sempat terperangah.
“Karena waktu itu aku masih 24 tahun, dan teriming-iming keindahan pernikahan, lamaran itu pun kuterima
dan 3 bulan setelah itu aku pun dinikahi dan segera pindah ke kota B dimana suamiku ditugaskan”.
“Hmm, apa mbak pernah ngajak suami ngobrol tentang masalah ini?”
“Udah sih, tapi dasarnya dia emang penyendiri dan gila kerja… Percuma saja..” keluhnya.
Aku tiba-tiba jadi kasihan terhadap Mbak Mira. Mungkin sepintas orang menilainya sebagai seorang wanita
yang terpenuhi kebutuhan lahir batinnya. Ternyata.. Dia punya masalah komunikasi dengan suaminya. Tidak
bisa dibayangkan betapa kosongnya kehidupan pernikahannya.
Malam sudah cukup larut ketika kami keluar dari kafe tersebut. Aku pun menawarkan untuk segera balik ke
hotel tempatnya menginap.
Tak lama kami pun tiba di hotel. Sebuah hotel berbintang 5 yang terkenal di kota S. Belanjaan Mbak Mira
tadi ternyata cukup banyak, padahal consierge hotel sudah tidak di tempatnya. Maklum sudah pukul 11
malam.
Akhirnya aku pun menawarkan jasa untuk mengantar mbak Mira ke kamarnya sambil membawa sebagian
barangnya.
Mbak Mira menginap di kamar 802. Kamar deluxe dengan city view. Aku yang senang dengan pemandangan
malam kota, segera saja menuju ke jendela.

Mbak Mira memecah lamunanku..

“Van, minum ya? Katanya sambil menawarkan sebotol minuman penyegar.

Aku pun segera menyambutnya.

“Van, kamu ga buru-buru pulang kan?”
“Emang napa,mbak?”
“Aku masih mo ngobrol ama kamu tuh, tapi harus dipending bentar karena aku perlu ke toilet dulu neh.”
“Oh,okay…Go on. Aku tungguin deh.”
Selang beberapa menit kemudian mbak Mira keluar dari toilet. Aku yang sedang duduk sambil menonton tivi
dari sofa segera melihat perubahan raut muka mbak Mira.
“Kamu napa,mbak?”
“Iya neh, ga tau.. rasanya ga enak aja.. aku juga sih.. tadi masih jet lag juga diminumin cappucino
dingin.. sekarang badanku jadi ga enak gini rasanya”
“Walah… Ya udah mbak duduk aja dulu. Aku bikinin teh anget untuk mbak deh”
Mbak Mira pun duduk di atas ranjang king size di kamar itu.
Aku bergegas bangkit dan memanaskan air dengan termos listrik yang ada di kamar itu.
Setelah airnya mendidih, aku pun segera membuat teh yang kujanjikan.
Segera kuberikan pada mbak Mira yang sedang duduk di atas ranjang. Mbak Mira minum dengan perlahan.

Tiba-tiba mbak Mira nyeletuk..

“Aduh,van.. badan mbak koq jadi ngerasa dingin begini ya?” katanya sambil menyambar tanganku untuk
meraba dahi dan leher sampingnya. aku agak terkejut, tapi kubiarkan saja tanganku dipakainya jadi
termometer.

Terasa badannya hangat.

“Wah,mbak pasti masuk angin nih.. Aku bikinin teh anget lagi ya..”
“Thanks ya, van.. kamu baik banget deh. Sori nih, jadi ngerepotin.. tapi pasti lebih enak kalo bisa
dipijitin.. sayangnya udah malam gini mo cari tukang pijit kemana coba.. hehe”

Spontan aku berkata

“ya udah, ntar kalo tehnya udah, aku pijitin deh..”
“Emang kamu bisa mijit gitu?” tanya mbak Mira denga nada heran.
“Ya bisa dong… dikit-dikit, tapi bisa lah..”
“Hahaha.. ya udah, pijitin dong ya..”
Setelah cangkir teh yang kedua selesai diminumnya mbak Mira pun membalikkan badannya. Sekarang
punggungnya dihadapkan padaku.

Aku pun segera menaruh tanganku di pundaknya dan mulai memijit.

Toh ini bukan pertama kalinya aku memijit cewek atau menjamah badan cewek, tapi aku merasa entah mengapa
kejantananku mulai terusik. Apalagi ketika jariku mulai menjelajah dekat tali-tali BHnya.
“Wah, hebat juga kamu van.. mbak suka pijitan kamu. Belajar dimana?”
“Ga belajar dimana-mana koq, mbak. Aku sendiri suka dipijit, jadi tau titik-titik mana yang enak buat
dipijitin”
“Van,bentar.. mbak mo ganti baju dulu deh. Baju ini ga enak buat acara pijit-pijitan. Hehe..”
“Ya deh,mbak..

 

Mbak Mira segera bangkit dan masuk ke kamar mandinya. Selang beberapa menit kemudian, mbak Mira keluar
dari kamar mandi. Kali ini, dia sudah berganti baju dengan piyama dari bahan kaos. Roknya pun sudah
ditukar dengan celana 3/4 dari bahan yang sama dengan kaosnya. Yang paling berbeda adalah mbak Mira
sudah menanggalkan kacamatanya dan sudah menghapus semua dandanannya.
Swear, dia terlihat lebih cantik dan muda dengan kondisi seperti itu. Dia terlihat seperti gadis berusia
25 tahun. Kuakui dia memang masih cantik, toh tidak lagi selangsing wanita yang masih single.
Dia pun segera duduk di dekatku, bahkan lebih rapat dari posisi terakhir ketika kupijat tadi.
Tanpa banyak berkata-kata aku segera melanjutkan pijitanku di pundak. Berhubung karena sekarang rasanya
lebih leluasa memijat karena mbak Mira sudah menggunakan kaos, aku pun meluaskan pijatan ke area seperti
punggung tengah, punggung bawah. lengan dan leher.
Berkali-kali aku menyentuh tali pengikat BHnya di belakang. Tanganku yang kuat dan kokoh juga menjamah
lehernya. Kuakui sempat ku elus belakang telinganya ketika harus memijt area samping lehernya.
Mungkin karena sentuhan yang kontinu itu mbak Mira mulai terangsang sedikit demi sedikit.
Yup, bukan rahasia lagi.. daerah tengkuk dan belakang telinga adalah area erotis.
Ketika aku memijat kedua lengan atasnya, dia tiba-tiba mendorong badannya ke arahku. Aku teruskan
memijat lengannya ke arah bawah, dan itu membuat tubuh mbak Mira makin masuk dalam dekapanku. Kurasakan
hembusan nafasnya yang lembut di telinga kiriku ketika kupijat lengan bawahnya.
Nafasku pun mulai tak menentu. Aku menyadari posisiku saat itu.. aku sedang memeluk mbak Mira dari
belakang! Wanita yang selama ini kuhormati dan kukagumi.. Sosok wanita dewasa yang menarik dan
mempesona.
Kejantananku kembali terusik.
Tiba-tiba mbak Mira menarik tubuhnya hingga menyamping ke arahku seakan-akan mengharapkan aku untuk
segera memeluknya.
Aku jadi serba salah. Satu sisi diriku ingin menyambut untuk memeluknya, sisi yang lain mengatakan kalau
ini semua ga benar. Dia kan istri orang! Dan aku kenal dengan suaminya…
Tiba-tiba dia duduk menghadap diriku. Wajahnya begitu dekat… sangat dekat… cantik… dan bibirnya begitu
mengundang.. haruskah aku menciumnya sekarang?
Rasa bingung makin merasukku.. hingga kulihat lagi bibir itu sudah lebih dekat dari sebelumnya..
Oh,what the hell..
Aku pun maju… dan kami berciuman!
wow, rasanya bergetar…
aku dan mbak Mira segera menarik diri.. mundur.. is this for real? aku dan mbak Mira saling
berpandangan…
Yes, i want her.. and she also wants me!
Kami pun berciuman lagi, kali ini dengan penuh perasaan… ooh… i hope this is not just a dream…
bibir kami saling berpagut.. bibirnya, oh.. begitu lembut… cerpensex.com kami berhenti sejenak.. mengatur napas..
sepertinya mbak Mira juga tidak percaya apa yg terjadi barusan.. dia menyentuh dan mengelus pipiku..”Ini
bukan mimpi kan,Van?”
“Bukan,mbak. Ini aku, Ervan. Dan kita baru saja berciuman!”
“Oh,rasanya sudah begitu lama.. Aku sudah lama menginginkanmu,Van.. Kamu juga kan?”
“I-iya,mbak… bener.. tapi…”
“tapi ada jarak di antara kita kan?” lanjut mbak Mira.
“Iya, mbak..”
“Oh,van… mbak senang.. mbak kirain kamu ga suka ama mbak..” katanya sambil memeluk erat diriku.
“Ga koq,mbak.. aku emang suka mbak sejak dulu..”
Mbak Mira tidak menjawab dengan kata-kata, tapi segera memelukku lagi dengan erat.
Berikutnya, kami terlibat dalam ciuman yang dashyat. Semua belenggu perasaan selama 3 tahun itu rasanya
terlepas di kamar 802 itu. Kami berciuman.. dan berciuman seperti sepasang kekasih yang telah lama
berpisah.
Aku mulai memainkan lidahku, memancing mbak Mira untuk french kiss..
Aku memang belum pernah melakukan intercourse, tapi untuk urusan foreplay dan petting aku bisa dibilang
cukup terlatih dengan pacar-pacarku.
Lidah mbak Mira begitu lembut, sangat lembut.. bahkan lebih lembut daripada pacarku yang mana pun.
Tak lama, mbak Mira mulai membaringkan dirinya di atas ranjang. aku pun mengikutinya sambil terus
menciuminya.
Aku mulai melakukan variasi ciuman dengan gigitan dan godaan lidah di sekeliling bibirnya. Mbak Mira
menikmati cumbuan ini dan mulai terangsang. Nafasnya mulai memburu, dan dadanya mulai naik-turun.
Karena posisi mbak Mira yang kini tidur terlentang, aku pun mengimbanginya dengan cara mengangkangi
tubuhnya.
Dengan posisinya itu, mbak Mira mulai menikmati ransangan demi ransangan dan mulai menginginkan lebih.
Kejantananku mulai menegang ketika mbak Mira mulai mengangkat-angkat pantatnya seakan-akan mengundang
penisku untuk segera mengunjungi vaginanya.
Gesekan demi gesekan antara penisku dan bukit kemaluannya ternyata membuat mbak Mira makin terangsang.
Aku pun mulai memberikan ransangan lebih. Aku mulai menjilati telinganya, lehernya dan pangkal leher
bagian tengan. Sesekali aku menjilati cekungan di pundaknya. Itu membuatnya makin menggelinjang.
Tubuhnya tergetar hebat. Kini mbak Mira mulai membuka selangkangannya dan lebih jauh mendorong pantatnya
ke atas agar clitorisnya bisa bergesekan dengan penisku yang menegang itu.
“Sayang, kamu mau ya?” tanya mbak Mira ketika merasa aku sudah mulai merespon belaian bukit kemaluannya
di penisku dengan sesekali menekan dan menggesekan penisku naik-turun kemaluannya.
“Aku mau,sayang” kataku “tapi belum sekarang ya.. aku mo puasin kamu dulu dengan foreplay. Soalnya
sebagai cowok, sekali ejakulasi agak lama baru bisa lagi.”

Mbak Mira tersenyum, manis sekali. Mungkin dia kagum pada prinsipku untuk memuaskan wanita lebih dulu.

“Thank ya, sayang.. Tapi gak papa lho kalo kamu mau sekarang.. Aku tadi udah sempat orgasme koq.. Bahkan
udah beberapa kali… Tuh,buktinya udah basah..” katanya sambil menuntun tanganku ke arah selangkangannya.
Wah, ternyata memang sudah basah banget. Toh celananya masih lengkap, tapi aku bisa merasakan vaginanya
sudah kebanjiran.
“Tenang sayang,itu belum apa-apa. Aku mo kamu orgasme beberapa kali lagi malam ini..” kataku sambil
menyambar bibirnya.
Kini tangan kananku mulai menjelajah. Tangan kiriku kupakai sebagai sandaran karena aku tidur menyamping
di sisi mbak Mira.
Tanganku memegang bukit kemaluan mbak Mira. Montok dan lembut. Penisku tambah keras. Kini tanganku mulai
merambah belahan vaginanya. toh dari luar celana, dengan bahan kaos begitu, belahan nikmat itu jelas
masih terasa teksturnya. filmbokepjepang.com  Kugesek-gesekkan jari tengahku di belahannya, sambil tetap menciumi bibirnya
dan memainkan lidahnya yang lembut itu. Mbak Mira makin terangsang.. dia mulai mendesah.. bahkan ketika
aku melepaskan bibirku dari mulutnya, mbak Mira kulihat membuka mulutnya dan memainkan lidahnya di
bibirnya sendiri. Sesekali mbak Mira menggigit bibir bawahnya. Termasuk ketika tanganku mulai
menggerayangi dadanya.

Ketika aku memegang cup kirinya, mbak Mira tiba-tiba ngomong,

“Sayang sori ya, dadaku kecil lho. Cuma 34A. Ini keliatan montok karena sponnya aja yg tebel. Cewek
emang pintar nipu soal ini. Sori ya..”

Aku cuma tertawa kecil dan bilang,

“biarin kecil juga merangsang gitu koq. hehe..”

Mbak Mira merespon dengan menarik tanganku untuk meremas dadanya..

Dia ingin aku lebih leluasa mengeksplorasi dadanya sehingga dia menaikkan bajunya, mengangkat dadanya ke
atas dari posisi berbaring dan membuka kaitan bra-nya.
Ketika dia mengangkat dadanya ke atas, aku sempat menggodanya dengan menggigit ujung cup bra-nya yang
kanan.
Mbak Mira tertawa dan sempat menggodaku ga sabaran.
Oya, bra-nya berwarna coklat muda. warna bra yang umum dipakai ibu-ibu.
The next thing, aku sibuk menciumi, meremas dan mengelus buah dada dan putingnya. Seperti akunya,dada
mbak Mira memang tidaklah besar dan montok. Tapi dasar bujangan, mengelus kulit selembut kulit payudara
wanita muda dan mengulum puting kecil berwarna coklat yang tegak menantang tetap terasa SANGAT nikmat.
Yup, putingnya kecil seperti puting gadis, sebab meski sudah punya anak mbak Mira ternyata tidak lama
menyusui anaknya. Produksi air susunya ga banyak, akunya. Jadi anak pertama hanya sempat disusuinya dua
minggu, sedangkan anak yang kedua malah tidak pernah sama sekali.
Kami terus bercumbu, dan tanganku pun mulai masuk ke arah selangkangannya sampai di perbatasan bulu
kemaluannya.
Berikutnya mbak Mira minta break dulu. Dia kehabisan nafas katanya. Akhirnya aku tiduran di sebelah
kirinya. Cape dari tadi di mobil aku cuma lihat sisi kanan wajahnya.

Aku dan mbak Mira akhirnya ngobrol-ngobrol lagi, sambil ciuman mesra sesekali.

“Van, tau ga.. aku ga pernah lho rasakan seperti yang tadi kamu lakukan ke aku. Sejak aku menikah,
jarang-jarang aku bisa menikmati orgasme. Tapi dengan kamu , bisa berkali-kali! Aku tadi 6 kali orgasme
lho.. makanya lemes banget deh rasanya” Aku cuma tersenyum.
Lucunya sambil ngobrol pun tangan kami berdua tetap bergerilya. Tangan kananku yg memeluk leher mbak
Mira mulai menggerayangi tengkuk, belakang telinga kemudian masuk memegang payudaranya dari celah leher
piyamanya.
Tangan kiriku pun tidak kalah nakalnya. Dengan lembut aku memasukkan tangan kiriku ke dalam celana mbak
Mira. Kucoba mengelus belahan kemaluannya dengan jariku dari balik celana dalamnya. Terasa banget
vaginanya sudah basah..sah.. Cairannya bahkan sudah membasahi celana dalamnya. Aku terus menggesek-
gesekkan tanganku dan menciumi wajahnya dengan lembut.
Mbak Mira juga kini tidak mau kalah nakal. Tangannya mengelus dadaku yang bidang, tapi lama kelamaan
tangannya mulai menyusup masuk ke dalam celana jeans-ku. Aku membiarkan saja dan dia menanggapinya
dengan gerakan pasti ke arah bawah dan menyambar penisku yang sudah menegang.
Terlihat mbak Mira sedikit terkejut ketika menyentuh batang penisku. Harus diakui, penisku cukup besar
untuk ukuran orang Asia. Panjangnya 16,5cm, dengan diameter 4cm. Tapi reaksi terkejut itu cuma sebentar
dan segera berganti dengan nafsu berahi.
Terasa tangan mbak Mira lebih erat menggenggam penisku. Aku yang kerepotan dengan posisi penisku yang
sudah menegang meminta mbak Mira untuk membukakan celanaku saja.
Ternyata mbak Mira malah senang sekali. Dan dengan segera, dia membuka ikat pinggang dan celana jeansku.
Mbak Mira terlihat begitu bernafsu ketika harus membuka celanaku tapi sempat kesal karena tidak bisa
membuka ritsleting jeansku. Aku pun membantunya.
Raut muka mbak Mira jadi seperti anak kecil yang mendapatkan mainan yang diidam-idamkannya, setelah
penisku terbebas dari celanaku dan siap masuk dalam genggamannya.
Mbak Mira sempat terpekik kecil ketika melihat penisku yang sudah menegang maksimum dengan hiasan urat-
urat di batangannya.

“Ih, udah keras banget… Ooh..”

Mbak Mira benar-benar sudah ga kuat lagi menahan gejolak nafsunya.

“Van, aku mohon… masukin sekarang aja ya, sayang.. aku mohon..”
“Ok, sayang.. whenever you are ready..”
Mbak Mira segera bangkit dan menyusup ke dalam selimut. Dengan segera ia melepas celana dan celana
dalamnya dari bawah selimut.
Terus terang aku cukup kecewa karena aku berharap aku sendiri yang membukanya.
Tapi ketika mbak Mira menyibakkan sedikit selimut yang menutupi bagian bawah tubuhnya, aku ga jadi
protes lagi.
Bulu-bulu kemaluannya yang hitam dan rapi terlihat begitu kontras di tengah apitan dua paha yang begitu
putih dan mulus.
Di bagian perut bawahnya ada luka parutan operasi caesar. Yup, kedua anaknya lahir dengan operasi itu.
Artinya, vagina-nya pasti masih sempit! Ave Caesar!
Aku pun segera duduk mengangkang di depan selangkangannya. Terus terang aku cukup gugup. Ini pertama
kalinya aku melakukan intercourse dengan penetrasi. Selama ini paling jauh aku hanya petting dengan
saling gesek dengan pacar-pacarku dulu. Aku kuatir mereka hamil atau paling tidak aku merusak
keperawanan mereka.
Sekarang di depanku ada wanita cantik yang siap dipenetrasi. Aku jelas tidak mau menyia-nyiakan
kesempatan ini. Tapi aku juga ga mau mengakui ini kali pertamaku.
“Sayang,aku ga punya kondom lho..”
“Ga pa-pa koq sayang, aku pake IUD koq”
“Oya?” aku menyahut kegirangan.

Permainan dilanjutkan.

Kini aku mengelus bukitnya. Lalu jari jempolku mulai menelusuri belahan kemaluannya.
Mbak Mira ga tahan, dia membuka selangkangannya. Dan tampaklah belahan surga mbak Mira!
Sungguh indah pemandangan itu. Bibir vaginanya ternyata masih rapat mengatup.
Kini jari tengah kananku yang menelusuri belahannya dan membelah labia mayora-nya yg berwana coklat
muda. Kecil dan tidak menggelambir seperti yang biasa ku lihat di foto-foto XXX. Apa karena jarang
dipake ya? Pikirku.
Aku tersentak ketika tanganku menyentuh labia mayora-nya. Vagina-nya ternyata sudah amat sangat banjir!
Bahkan bulu-bulu yang terletak di sekitarnya pun bahkan sudah basah kuyup kena lendirnya!
Mbak Mira sudah ga tahan. Dituntunnya penisku masuk ke dalam vagina-nya.
Oohh…
Dan… “cleep…”
Karena sudah sangat basah,penisku dengan sangat mudah masuk ke liang vagina-nya.
Mbak Mira terpejam ketika penisku memenuhi liang vaginanya untuk kali pertama. Mulutnya terbuka tapi
tidak mengeluarkan suara.
Sungguh nikmat rasanya pertama kali penisku merasakan remasan dinding vagina.
Aku memulai dengan missionary position. Hentakan demi hentakan yang kuberikan ke vagina mbak Mira yang
nikmat membuat payudara-nya bergoyang-goyang.
Sempat beberapa kali kucoba mengulum putingnya, tapi tiap gerakan itu membuat penisku terlepas dari
cengkeraman vaginanya. Jelas saja dia tidak merelakannya begitu saja dan segera mencari penisku dan
memasukkannya kembali ke liang nikmatnya. Haha.
Akhirnya aku menyadari bahwa posisi missionary tdk memungkinkan aku bisa mengulum putingnya. Setidaknya
karena perbedaan tinggi badan (aku 175cm).

Mungkin karena mbak Mira sudah terangsang hebat, dengan mudah dia mencapai 2 kali orgasme lagi.

“Sayang,kamu udah ya? aku udah dua kali lho…”
“Belum apa-apa neh,sayang…”
“Ha? Kamu koq kuat banget?”
“Emang kamu dah cape ya,say? Koq nanya gitu?” tanyaku.
“Hehee… bukan napa-napa sih…”
“Jadi, lanjut ga neh?”
“Lanjut dong… Aku masih mau koq,sayang..” kata mbak Mira.
“Ok,sayang tapi karena aku cape kaya gini.. tukar posisi ya…”
Aku menawari mbak Mira posisi Woman on Top (WOT).
Mbak Mira ternyata menyambut dengan gembira.
Segera aku merebahkan diri dan giliran mbak Mira yang “kerja”. Posisi ini ternyata sangt menyenangkan
buat mbak Mira. Dengan mudah dia meraih lagi 2 kali orgasme.
Aku pun menikmati pemandangan tubuhnya dari bawah. Aku juga dengan leluasa meremas payudaranya dan
mengulum putingnya. Juga aku bisa memegang pinggulnya yg sexy sambil membantu menggerak-geraknnya,
menggiling dan memijat penisku dengan “ulekan sorga”-nya.

Di saat inilah, mbak Mira mulai bersuara… Dia mendesah-desah…

“Ooouch… Yeeees… Oooow… Enak banget… Terusin,sayang… Yes, terusin…”

Apalagi ketika aku mulai menggelitik klitorisnya dengan jari jempolku..
Aku merasa penisku seperti diremas kuat.. aku baru tau kemudian dari mbak Mira kalo ini yang disebut
gerakan kegel…
Akhirnya aku pun ga tahan…
“Sayang,aku udah mau keluar neh…”
“Ga pa-pa,sayang. Keluarin di dalam aja… Tapi tunggu ya,aku juga udah mo keluar nih… sama-sama aja
ya,say…”
Aku menjawab dengan anggukan..
Mbak Mira mulai makin liar menghujamkan penisku ke dalam vagina-nya.. tubuhnya menegak.. aku mengulurkan
kedua tanganku utk dijadikan tumpuan tangannya…

“Ohh…. Terus sayang.. jangan berhenti… ya…ya… terus… ooooh… ohhhhhh…. ohhhh…..”

Aku merasakan penisku berdenyut dalam cengkeraman vaginanya yang semakin erat… aku menyemprotkan cairan
maniku ke dalam vaginanya… dan pada saat yang hampir bersamaan aku merasa ada cairan hangat menyelimuti
kepala penisku. Enak banget rasanya…

Mbak Mira pun jatuh ke dalam pelukanku… Dia orgasme!

“Ohhhh… Van.. Gila… Lu hebat banget..aku keluar lagi.. banyak lagi.. ” Penisku masih ada di dalam
vaginanya…
Tiba-tiba aku merasa penisku di-kegel lagi… dan kembali terasa ada semburan cairan di vaginanya!
ckckckck… dia orgasme lg.. mbak mira hanya bisa tersenyum puas, lalu memelukku erat-erat dan menciumku.
Sesudah itu dia bangkit duduk, mengambil tissue yang ada di meja samping ranjang dan mencabut vaginanya
dari penisku. Kala itu kudengar bunyi plok.. seperti suara sumbat botol dibuka.
Sebelum melepaskan penisku dia menyelebunginya dengan tissue dan setelah tercabut dia mengelap sisa-sisa
cairan cinta kami berdua malam itu.
Kemudian mbak Mira merebahkan diri di dadaku.
Senyum puas tersungging di bibirnya. Mukanya begitu cerah dan cantik, mungkin karena dia baru saja
mengalami muktiple orgasm.

Mbak Mira kemudian berkata:

“thanks ya, sayang.. aku puas banget.. sungguh.. kau hebat banget… emang kalo masih muda masih kuat
banget ya.. thanks.. that’s the best love making i ever had…”
Aku cuma tersenyum dan mencium keningnya… aku juga puas banget,sayang..
Aku pun segera masuk ke kamar mandi. Sisa love juice mbak Mira di penisku ternyata masih cukup banyak,
sehingga perlu segera ku bilas.
Ketika aku keluar dari kamar mandi kulihat mbak Mira masih baringan di atas ranjang. Posisinya bahkan
tidak jauh berbeda sejak kutinggalkan 3 menit lalu.Dia tersenyum manis kepadaku, mungkin dia masih
terbayang multiple orgasm yang baru saja dialaminya. dan aku diyalinkan akan hal itu ketika kulihat
celana piyama dan celana dalamnya masih terletak di atas karpet lantai.

Aku pun segera mendekati mbak Mira dan mengecup keningnya dengan lembut.

“Puas,sayang?” tanyaku pada mbak Mira.

Mbak Mira tidak menjawab namun dia mengangguk dengan wajah polos sambil tersenyum.
Dia pun mengulurkan tangannya dan sekali lagi menggenggam dan mengocok penisku lembut.
Mbak Mira memandangku lembut dan berkata , “Sayang, kamu ga bobo disini aja malam ini?”
“Sori, sayang. Aku ada janjian dengan klien besok pagi-pagi bener. Kuatirnya aku jadi telat bangun dan
miss the appointment karena ngelayanin kamu lg malam ini, hehehe..” demikian jawabku yang langsung
dibalas dengan cubitan mbak Mira di perutku.
“Ya udah, kamu pulang aja sekarang.. Tapi besok temani aku lagi ya,sayang?”
“Ok deh, aku ketemu mbak siang aja ya. Jam 2 aku sudah ga ada appointment lagi.”
“Oke, ati-ati di jalan ya sayang..Thanks for the great time..”
“Aku juga.. Yup,besok siang aku jemput mbak deh. Pasti! Skrg mbak bobo aja langsung,ga perlu nganter
aku keluar.. Met bobo sayang..”

Aku mengecup bibirnya lembut, memakai celanaku, melangkah keluar, dan pulang ke rumah…

Day 2

Siang itu aku baru saja selesai menandatangi berkas terakhir yang butuh approval-ku hari itu. Waktu
sudah menunjukkan pukul 13.30. Right on schedule. Aku tak sabar untuk segera meninggalkan kantorku.
Janji untuk bertemu dengan mbak Mira semakin dekat.
Tak lama kemudian, aku sudah dalam kabin mobilku. Kupacu mobilku semakin cepat, membayangkan apa yang
menantiku siang itu.. Kencan dengan mbak Mira, yang kini jadi kekasih gelapku.. Hehe..
Pikiranku menerawang mengingat romantisme yang kami lewati malam sebelumnya. Hingga saat itupun aku
masih tidak percaya sepenuhnya, bahwa aku telah ML dengan mbak Mira. Mbak Mira, sosok wanita dewasa yang
cantik dan mengagumkan itu memang telah lama memikat hatiku. Dia sangat matang dan menarik. Usianya pun
tidak beda banyak denganku, hanya empat tahun saja.
Lamunanku terganggu ketika aku disapa oleh petugas keamanan mal dimana aku janjian ketemu dengan mbak
Mira. Setelah mobilku diperiksa oleh petugas keamanan, aku pun memacu mobil ke gerbang parkir. Ku ambil
handphoneku dan segera menelepon mbak Mira.
“Siang, mbak Mira..” sapaku saat mbak Mira mengangkat handphonenya.
“Hai, sayang.. Kamu dah nyampe ya?” sahut mbak Mira dengan nada gembira.
“Iya,mbak.. Tapi masih muter-muter di parkiran. Belum dapat tempat, rame banget sih..”
“Hihi.. Sabar ya,sayang.. Aku juga masih ngantri bayaran di kasir supermarket nih. Kamu ntar langsung
ke pizza hut aja ya.. Kita ketemuan disana. Ok?”
“Ok, mbak.. Oh, ini ada mobil yg keluar. See you soon..”
Setelah mobilku kuparkir, segera aku menuju ke resto pizza hut di mal itu.
Restonya tidak seberapa rame hari itu, tapi aku sengaja memilih tempat yang agak mojok. Mau gimana
lagi, aku juga ga mau nama mbak mira jadi rusak kalo terpergok orang lain. Istri mantan manajer bumn di
kota itu tentu saja masih bisa dikenali oleh beberapa orang kan?
Cukup lama juga aku menunggu di pizza sebelum mbak mira akhirnya datang dengan dua bungkus besar
belanjaannya di dalam trolley.
Jelas terlihat, rasa menyesal terpancar di wajah mbak Mira..
“Say, sori ya.. Lama banget..”
“Ga pa-pa koq,mbak.. Makan dulu yok..”
Mbak Mira segera mengambil kursi di depanku. Well, gimana-gimana juga di depan orang kami harus menutupi
adanya cinta terlarang di antara kami.
Walau demikian, selama kami makan siang itu hampir selalu kami berpegangan tangan kami. Rasanya seperti
pasangan usia SMP saja yang kemana-mana gandengan mulu.
Siang itu mbak Mira, seperti biasa terlihat rapi. Dengan kemeja putih dan rok panjang berwarna abu-abu
seperti yang biasa dipake para sekretaris.

Obrolan kami cukup santai siang itu.

“Say, aku ga ganggu kerjaan kamu siang ini kan?”
“Ga koq, udah aku aturin. Siang ini seluruh appointment udah aku batalin demi ketemu mbak..”
“Oh ya? Wah, sori ya.. Jadi ngerepotin kamu..” kata mbak Mira sambil meremas tanganku
“Ga koq, mbak.. Aku juga mau spend waktu berdua ama mbak Mira lagi..”
Kataku sambil menatapnya..

Mbak Mira tidak berkata apa-apa, namun tersenyum sambil mencubit punggung tanganku..

“Iih.. Kamu mau lagi ya, van?” kata mbak Mira sambil memandangku dengan mata yang nakal.
“Iya,mbak.. Mbak mau kan?”
“Iya, sayang.. Aku juga mau koq..” kata mbak mira sambil mengangguk.

Aaaahhh… Aku semakin tidak sabar.. Pengen rasanya segera kembali ke hotel mbak Mira siang itu.

20 menit kemudian, aku dan mbak Mira sudah di dalam mobilku. Kaca film mobilku yang 80 persen membuat
kami berdua tidak lagi ja-im. Selama di perjalanan, kami tidak melepaskan genggaman tangan kami.
Sekali-sekali saat mobil harus berhenti, aku membelai rambut mbak Mira dan mencium jidatnya. Mbak mira
sempat geli juga diperlakukan seperti itu. Katanya, kami bagaikan sepasang ABG yang sedang memadu
kasih.. Well, kalo dipikir-pikir iya juga sih.. Haha.. Tapi, peduli amat.. Yang penting, aku suka dan
mbak mira menikmatinya!
Setelah 20 menit mengemudi aku dan mbak Mira tiba di hotelnya. Strateginya masih seperti kemarin. Mbak
Mira masuk dulu dengan sebagian belanjaannya, kemudia aku menyusul dengan sisa belanjaannya.
Saat yang kami tunggu-tunggu tiba..
Kami sekali lagi berduaan di kamar hotel 802 itu.
Begitu pintu ditutup, mbak mira segera menyambutku dengan pelukannya. Kami pun langsung berciuman..
Nafsu untuk bercinta sudah terlalu tinggi untuk ditahan beberapa detik lagi!
Aah.. Bibirnya yang empuk itu begitu nikmat. Lip gloss pink yang dipakai mbak Mira menambah licinnya
bibirnya. Ciuman demi ciuman mesra kami segera berubah menjadi french kisses yang begitu bernafsu.
Sapuan lidah mbak Mira yang lembut dan gerakan bibirnya yang empuk seolah mengundangku untuk lebih dalam
mencumbunya..
Kami semakin erat berpelukan. Payudara mbak mira yang kenyal semakin dashyat tergesek-gesek ke dadaku.
Aku tidak tahan lagi, nafsuku merasuk. Penisku langsung mengeras. Mbak mira tentu saja dapat
merasakannya. Malah seolah terpancing dengan mengerasnya penisku mbak Mira bahkan makin liar mencumbuku.
Mbak mira kemudian membalikkan badannya, sehingga penisku tepat berada di belahan pantat mbak Mira.
Tidak hanya sampai disitu, mbak Mira mulai menggeser-geserkan pantatnya yang montok itu ke penisku.
Gerakannya yang naik-turun rasanya begitu dashyat memijat penisku.
Aku pun tidak mau ketinggalan mencumbunya. Aku melingkarkan tangan kananku ke pinggang mbak Mira,
sedangkan tangan kiriku menyibakkan rambut mbak Mira ke belakang sambil berusaha melanjutkan ciuman
kami.
Cumbuan pun berlanjut dan kini mbak Mira semakin dalam menancapkan belahan pantatnya ke arah penisku.
Seakan-akan mbak Mira memohon aku untuk segera melakukan penetrasi, menembusi rok panjangnya.
Aku sadar mbak Mira pun sudah on.
Kini tangan kiri yang bergantian merangkulnya dari belakang, sedangkan tangan kananku membelai leher dan
telinga kanannya. Aku mulai melepaskan ciumanku dari bibirnya, dan mulai memainkan lidahku menyusuri
dagunya, lehernya, telinganya, menyusuri lehernya terus kebawah ke bahu mbak Mira. Mbak Mira mendesah
ketika aku menyusuri lehernya.
Tangan kanannya meremas tangan kiriku, sedangkan tangan kirinya meraih tengkukku.
Aku semakin bersemangat, mbak Mira menikmati foreplay kami.
Sekali lagi kami french kiss..
Kedua tanganku pun berganti aksi.
Dengan lembut kupegang kedua payudara mbak Mira dari arah bawah. Mbak Mira melenguh.. Ohhhh…
Aku mulai mengangkat kedua payudara itu sedikit ke atas. Dengan lembut aku mulai meremas kedua payudara
mbak Mira..tubuh mbak Mira tiba-tiba bergetar hebat…
Dia melepaskan bibirnya dari bibirku.. Dan mulut sedikit terbuka, dia mengangkat wajahnya hingga
menengadah ke langit-langit kamar hotel itu.

“Ooh.. Van…” desah mbak Mira..

Aku pun tak berhenti sampai di situ. Sambil terus meremas payudata mbak Mira, aku menciumi lehernya
dengan ganas. Badan mbak mira kembali menegang. Kali ini kedua tangannya menarik pantatku agar semakin
lekat dengannya.
Ku angkat kedua tanganku dari payudara mbak Mira, kemudian kusibakkan rambut dari pundaknya. Kuciumi
tengkuknya, sedangkan kedua tanganku kembali menyerang payudaranya. Kini dari kedua sisi badannya,
sehingga aku bisa menelusuri lekukan bra mbak mira dari samping terus ke dua bukit indah yang menunggu
di depan.
Aku menjilati pangkal tulang leher mbak mira sambil terus menerus membuat gerakan memutar dari samping
ke bawah ke dalam trus ke atas dan memutar lagi mengelilingi bulatan payudara mbak Mira yang masih
terbungkus bra..
“oooouuuuuuhhhh…” lenguh mbak Mira..
tiba2 mbak mira membalikkan badannya.
“sayang, tunggu aku bentar ya..”
Mbak mira melepaskan dirinya dari dekapanku. Entar apa yang direncanakannya..
Dengan segera mbak mira bergegas ke toilet di kamar hotel itu. Tak lama kudengar suara air mengucur,
berasal dari selang bilas.
Ada 2-3 menit mbak Mira di toilet. Aku sendiri bertanya-tanya apa gerangan yang sedang dilakukannya.
Jujur aja, penisku udah tegang luar biasa.. Rasanya mulai tak tahan..
Untunglah, tak lama mbak Mira pun keluar dari toilet. Penampilannya berubah total. Kini dia tidak lagi
mengenakan kacamatanya, bajunya sudah diganti dengan kaos berwarna putih yang ketat dan cukup tipis
hingga branya jelas menerawang. Bawahannya yang benar-benar berbeda. Kali ini dia hanya mengenakan
handuk hotel sebagai rok!
Mbak mira mengangkat tangannya, seakan mengajakku kembali mendekatinya.

Mbak mira pun duduk di pinggir ranjang king size di kamar itu. Aku berlutut di depannya.

Mbak mira kemudian menarik wajahku dengan kedua tangannya yang lembut. Kami pun segera kembali
berciuman. Kali ini ciumannya juga dimulai ciuman-ciuman lembut. Kupegang pinggul mbak Mira dengan kedua
telapak tanganku.
Wait a minute, koq ada yang aneh..
Aku mencoba meraba pangkal pantat mbak Mira.. Lho, koq ga ada celana dalamnya?
Aku melepaskan ciuman mbak Mira, dan bertanya..
“mbak, cd-nya di lepas ya?” Sambil mengangguk, mbak Mira tersenyum nakal..
“iya sayang, udah aku lepas tadi di toilet.. Hehe..”
“wah…” aku tersentak… Artinya… Di balik balutan handuk itu sudah tidak ada selembar benang apapun?
Pikiran itu semakin membuatku terangsang…
Aku pun mulai menciumi mbak Mira dengan ganas.. Kedua tanganku kini mulai menggerayangi kaki mbak mira..
Mulai dari telapak.. Naik ke betis.. Naik ke lutut.. Naik lagi ke paha bagian luar…meraba sedikit bagian
dalam sampai kurang lebih setengah perjalanan ke pangkal paha..
Kulepaskan ciumanku.. Dan mulai menurunkan kepalaku ke arah pahanya.. Kulakukan itu tanpa sedikit pun
melepaskan mataku dari menatap kedua mata mbak mira yang sudah dilanda nafsu bercinta..
Ketika wajahku mencapai lutut kiri mbak Mira, segera kudaratkan ciuman ku. Kuciumi lutut kira wanita
idamanku itu, dan berganti ke lutut kanannya. Mbak Mira tidak dapat menahan serbuan rangsangan itu,
merapatkan kedua pahanya. Kepalanya kembali mendongak, dengan mulut terbuka..
Tanganku yang tadi parkir di pinggulnya mulai mengelus paha luar mbak mira, dari lutut sampai ke pangkal
pahanya..
Mbak mira tidak dapat menahan diri lagi. Tubuhnya bergetar dan dia pun menghempaskan punggungnya ke
ranjang.
Kedua tangan mbak mira mulai mencengkeram bed cover yang masih menutupi ranjang besar itu.
Aku pun mulai menjilati pahanya. Bergantian kiri kanan. Semakin lama semakin ke atas menjauhi lutut.
Paha mbak mira tidak lagi dirapatkan tapi mulai membuka. Seakan mengundangku untuk mendekat ke arah
pangkal paha.
Balutan handuk mbak mira mulai mengendur dan tersibak ke atas dan samping.
Akhirnya yang paling dinanti tiba.. Kurasakan bulu-bulu halus yang hitam di lidahku.. Aroma vagina yang
begitu khas seolah mengundangku untuk segera menemuinya.
Mbak mira semakin kuat mencengkeram bed cover.. Seakan-akan dia hendak menarik bed cover itu sampai
robek.
Kini tanganku membuka balutan handuk yang masih menutupi sebagian tubuh seksi mbak Mira. Ketika aku
berhasil membuka handuk itu, mbak Mira mengangkat kepalanya. Dia seakan tidak percaya apa yang sedang
akan kulakukan.

Ya, aku mau menjilati vaginanya..

“Van? Kamu mau..”
“Iya sayang. Kamu nikmati saja ya..”
“tapi, kamu ga jijik gitu?”
“ga, sayang.. Aku pengen menjilatinya..”
“tapi, aku belum pernah..”
“udah, tenang saja.. Nikmati ya,sayang..”
Mbak mira hanya mengangguk pasrah.. Nafsu bercinta-nya sudah melampaui rasa malunya..
Awalnya mbak mira memang terlihat masih kagok ketika aku mulai menciumi bukit kemaluannya..kakinya
dirapatkan.
Tapi aku tidak menyerah sampai disitu.
Kujulurkan lidahku untuk meraih awal belahan vaginanya. Dengan perlahan tapi pasti aku makin menyeruak
ke arah vagina mbak Mira yang cantik itu. Mbak mira mulai terbawa nafsu, akhirnya dia mulai melonggarkan
pahanya. Aku pun menarik pahanya, membukanya sehingga aku bisa melakukan oral seks dengan leluasa pada
vagina mbak Mira.
Akhirnya mbak Mira menyerah, pahanya dibuka.. Kujilati labia mayoranya beberapa kali sebelum menyedot
labia minoranya yang sudah banjir oleh cairan pelumas vagina.
Saat lidahku kujulurkan untuk menjilatinya bibir vaginanya, pinggul mbak Mira tiba-tiba terangkat..
Secara refleks dia menjepit kepalaku dengan pahanya, sambil melenguh keras! Mbak mira mengalami orgasme
pertamanya…

“Ouuuhhh…ervaaaan..” kata mbak mira dalm orgasmenya…

Aku tidak berhenti begitu saja. Setelah berhasil mengangkangkan kembali paha mbak Mira, lidahku kembali
beraksi. Kali ini memainkan lidahku naik-turun membelai belahan vaginanya.
Mbak mira sangat terangsang.. Dia mulai meremas-remas sendiri kedua payudaranya. Tak lama, mbak mira
menjemput tangan kananku. Aku mengerti maksudnya. Segera kuraih payudara kirinya.. Dan meremas-remasnya.
Tak puas, tangan kanan kumasukkan ke dalam bajunya.. Kuremas-remas kedua payudaranya secara bergantian.
Karena pengen meremas payudara mbak Mira tanpa dihalangi bra, tanganku menjelajah ke arah belakang.
Maksudnya untuk membuka kaitan bra.

“sayang, kaitannya di depan koq” kata mbak Mira menuntun.

Dengan satu tangan aku mencari kaitan bra mbak Mira. Ternyata tidak sulit membukanya.
Ketika akhirnya tanganku berhasil meraih bukit indah mbak Mira yang di sebelah kiri, aku langsung
mencari putingnya.. Memuntir-muntir dan mengelus-ngelus putting mbak mira membuatnya semakin bernafsu.
Pinggul mbak Mira terangkat-angkat, seakan mengimbangi lidahku yang kini mulai melakukan penetrasi-
penetrasi ke vaginanya.
Vagina mbak mira kini begitu banjir oleh cairan dari dalam.

Mbak mira pun tiba-tiba bangkit dan duduk..

“sayang, kini giliranmu ya..”

Aku pun bangkit. Jujur aja, lututku sendiri mulai cape berlutut sejak tadi.
Mbak mira memintaku berdiri.
“say, mo di karaoke ga?”
“emang mbak suka?”
“pengen coba deh.. Hehe”
Dari situ aku tau kalo aktivitas seks mbak Mira dengan suaminya ternyata tidak variatif.
Dengan sedikit ragu, mbak Mira meraih penisku. Mengocok-ngocoknya sebentar.
Penisku udah begitu tegang, warnanya pun sudah merah padam.. Artinya seluruh pembuluh darahku di penis
sudah terisi penuh.
Mbak mira mendekatkan kepalanya.. Dia mencoba menjilati kepala penisnya.. Terlihat dia sedikit takut-
takut.. Tapi kemudian dia memasukkan penisku sampai kira-kira separuhnya ke dalam mulutnya.
Mbak mira berusaha melakukan oral seks.. Tapi mempelajari tampangnya, sepertinya dia tidak enjoy. Kasian
juga, mungkin dia pikir harus membalas perlakuanku padanya tadi.

“sayang, kamu ga harus melakukan ini kalo kamu ga enjoy..”

Wajah mbak mira menengadah ke arahku. Kepala penisku masih dalam mulutnya sebelum kemudian
melepaskannya.
“kamu ga pa-pa, van?”
“ga pa-pa sayang.. Ga harus koq..”
Mbak Mira terlihat lega..
Aku pun duduk di sebelah kanan mbak Mira.
“kamu mau,sayang? Aku dah siap koq” tanya mbak Mira.
“iya,sayang.. Aku mau bercinta denganmu sekarang” jawabku.
Merasa cukup dengan foreplay, mbak Mira mengangkat tubuhnya ke tengah ranjang. Kakinya pun segera
dikangkangkan.
Aku dengan tidak membuang waktu lagi, segera mengangkang di depan vagina mbak Mira. Setelah mencium
bibir mbak Mira, kutuntun penisku ke arah liang vagina mbak Mira. Terasa licinnya cairan pelumas vagina
mbak Mira ketika ujung kepala penisku pertama kali bersentuhan.
Dengan perlahan tapi mantap kumasukkan kepala penisku ke dalam vagina mbak mira yang kukagumi itu.
Sedikit demi sedikit, penisku masuk dalam vagina mbak Mira. Sensasi luar biasa yang kurasakan sehari
sebelumnya kembali kurasakan kini.
Akhirnya, seluruh penisku tertanam dalam vagina mbak mira. Sekali lagi kucium bibir mbak mira. Mbak mira
pun memancingku untuk melakukan french kiss, dan kusambut. Sesekali kurasakan mbak mira memainkan otot
kegelnya, sehingga kurasakan penisku seperti diurut-urut.

Dengan mendesah, mbak Mira berbisik..

“honey, please make love to me now..”.

Mbak mira mengangkat kaosnya ke atas, sehingga aku dapat memandang kedua payudaranya.
Dengan posisi missionary aku mulai mengenjot. Cairan pelumas vagina yang begitu berlimpah membuat kami
bisa melakukannya dengan cepat. Sesekali karena begitu semangat penisku terlepas dari cengkeraman vagina
mbak Mira.
Dengan sigap, tangan mbak Mira menuntunnya penisku untuk kembali ke vaginanya.
Hentakan-hentakan penetrasiku menghasilkan bunyi berdecak. Maklumlah, vagina mbak Mira sangat basah.
Tapi jujur saja, suara itu makin membuatku terpacu untuk bercinta. Mbak mira menikmati hentakan-hentakan
yang terjadi, mengimbanginya dengan goyangan pinggulnya. Mulutnya membuka, dan sekali-sekali lidahnya
menjilati bibirnya. Payudara mbak mira yang sebagian masih ditutupi bra yang belum sempat dilepaskan
tadi, bergoyang-goyang dengan gerakan memutar.
Sesekali mbak mira mengencangkan otot kegelnya, membuat penisku serasa dipijat-pijat benda empuk yang
basah dan hangat.
Karenanya hari itu aku tidak bisa bertahan lama seperti sebelumnya.
Sekitar 5 menit setelah penetrasi awal, pertahananku jebol. Spermaku dengan kuatnya menyemprot dinding
vagina mbak Mira. Untunglah tak lama kemudian mbak Mira orgasme untuk yang kedua kalinya hari itu.
Kami pun terkulai lemas beberapa saat, masih dalam posisi aku diatas mbak Mira, dengan penisku yang
masih tertancap di vaginanya. Love juice kami berdua mengalir keluar dari vagina mbak Mira. Aku kuatir
cairan itu akan mengotori seprei, jadi tanpa melepas kedua persatuan kelamin kami aku mengajak mbak mira
mendekat ke meja samping ranjang untuk mengambil tissue. Lucu juga rasanya beringsut-ingsut seperti itu.
Setelah mengambil tissue, aku menaruh beberapa lembar untuk mengalasi pantat mbak Mira.
Sekali lagi bunyi plok seperti sumbat botol yang tercabut terdengar di ruangan itu, ketika aku mencabut
penisku dari liang vagina mbak Mira.
Seluruh penisku berlumur cairan berwarna putih, demikian juga leher vagina mbak Mira.
Mbak Mira bangkit dan duduk. Dia mengambil tissue dan membersihkan penisku dari cairan. Baru setelah
itu dia membersihkan vaginanya.
“gila van.. Enak banget..thank you ya..” kata mbak mira sambil memelukku.
“thanks to you too, honey..” kataku sambil mencium kening mbak Mira.
Kami pun berbaring dan untuk beberapa saat kami saling berangkulan. Terdiam, tapi saling membelai. Aku
membelai rambut dan punggungnya, sedang mbak Mira membelai rambutku. Kami masih berciuman lagi, tapi
kali ini dengan sangat lembut.
“sayang, terima kasih ya.. Aku bisa merasakan orgasme karena kamu.. Thank you..” kata mbak mira sambil
menciumku di pipi kiri.
Mbak mira yang berbaring di sisi kiriku meletakkan tangan kirinya ke atas dadaku. Dia mengelus-
ngelusnya, sambil menciumi leher dan pundak kiriku.
Untuk beberapa saat berikutnya kami tertidur sekitar setengah jam. Love making yang kami baru lakukan,
ternyata cukup banyak menyedot tenaga kami.
Ketika aku terbangun kemudian, kudapati mbak Mira sedang menciumi dadaku. Pakaiannya sudah dirapikan
(branya sudah dipakai kembali). Hanya saja dibalik selimut yang menutupi tubuh kami, kurasakan bawahan
mbak Mira masih tetap belum ditutupi selembar kain pun. Aku tau hal itu karena di tangan kiriku terasa
belaian bulu-bulu halus dari kemaluan mbak Mira. Kaki kirinya masih melingkar badanku. Payudaranya yang
empuk terasa kenyal di lengan kiriku.
Kulihat jam tanganku, ternyata sudah pukul 16.50. Waktunya aku harus pulang, karena malam ini aku ada
acara sosial. Mbak mira juga punya janji dengan kerabatnya malam itu.
“sayang, aku harus pulang dulu ya..” kataku sambil menatapnya.
“iya sayang..” kata mbak mira lembut.
Aku pun segera bangkit dari tempat tidur, dan bergegas ke toilet membersihkan sisa-sisa cairan senggama
kami.
Sewaktu aku kembali, mbak mira masih di ranjang. Tapi dia dalam posisi duduk dengan bersandar ke
tumpukan 3 bantal empuk. Wajahnya terlihat puas, namun ada kesan dia masih pengen aku tinggal disana
menemaninya.

“sayang, maafin aku ya..aku ada acara sih..” kataku sambil membelai rambutnya dan mencium keningnya.

Mbak mira meraih tangan kiriku dan berkata “iya sayang.. Aku tau koq..”
Akupun berpakaian.
Tiba-tiba mbak mira berkata “are you coming back for me tonight?”

“l’ll try my best then” kataku memandangnya.

Kemudian aku beranjak ke tempat mbak mira. Sekali lagi kukecup keningnya.

“sayang, hati-hati ya..” kata mbak mira yang kubalas dengan anggukan.
“sori aku ga ngantar kamu ke pintu.. Masih lemes banget karena ML tadi..” lanjut mbak Mira.
“suka ya sayang?” tanyaku..
“banget.. Tuh ampe lemes begini.. Hihi.. Kamu sih..” kata mbak Mira sambil mencubit perutku dengan
manja.
“bye sayang..” kataku sambil mengecupnya sekali lagi.
Mata mbak mira mengikutiku sampai menghilang dibalik dinding toilet kamar hotel itu. Aku pun keluar dari
kamar itu dan menutup pintu.–,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,