Cerita Seks Diperawani Teman Baik Kakak Ku

Sebenarnya aku dilahirkan menjadi anak yang beruntung. Papa punya kedudukan di kantor dan Mama seorang juru rias / ahli kecantikan terkenal. Sering jadi pembicara dimana-mana bahkan sering menjadi perias pengantin orang-orang beken di kotaku.

Sayangnga mereka semua orang-orang sibuk. Kakakku, Kak Mayang, usianya terpaut diatasku 3 tahun. Hanya dialah tempatku sering mengadu. Semenjak dia punya pacar, rasanya semakin jarang aku dan kakakku saling berbagi cerita.

Saat itu Kak Mayang sudah di SMA kelas 3. Banyak teman-temanku maupun teman kakakku naksir kepadaku. Kata mereka sih aku cantik. Walaupun aku merasa biasa-biasa saja (Tapi dalam hati bangga lho.., he.., he..) Aku punya body bongsor dengan kulit putih bersih.

Rambut hitam lurus, mata bulat dan bibir seksi…. Saat itu aku merasa bahwa payudaraku lebih besar dibandingkan teman-temanku, kadang-kadang suka malu saat olah raga, nampak payudaraku bergoyang-goyang. Padahal sebenarnya hanya berukuran 34B saja.

Salah seorang teman kakakku, Kak Reymond namanya, sering sekali main ke rumah. Bahkan kadang-kadang ikutan tidur siang segala. Cuma seringnya tidur di ruang baca, karena sofa di situ besar dan empuk. Ruangannya ber AC, full music. Kak Reymodn bahkan dianggap seperti saudara sendiri. Mama dan orang tuanya sudah kenal cukup lama.

Saat itu hari Minggu, Mama, Papa, dan Kak Mayang pergi ke luar kota. Mpok Ina pembantuku pulang kampung, Pak Cecep tukang kebun sedang ke tempat saudaranya. Praktis aku sendirian di rumah. Aku sebenarnya diajak Mama tapi aku menolak karena PR MTK ku menumpuk.

Tiba-tiba aku mendengar bunyi derit rem. Aku melihat Kak Reymond berdiri sambil menyandarkan sepeda sportnya ke garasi. Tubuhnya yang dibalut kaos ketat nampak basah keringat. ”Barusan olah raga…, muter-muter, terus mampir…, Mana Kak Mayang?”, tanyanya. Aku lalu cerita bahwa semua orang rumah pergi keluar kota. Aku dan Kak Reymond ngobrol di ruang baca sambil nonton TV. Hanya kadang-kadang dia suka iseng, menggodaku.

Tangannya seringkali menggelitik pinggangku sehingga aku kegelian. Aku protes, “Datang-datang…, bikin repot. Mending bantuin aku ngerjain PR”. Eh…, Kak Reymond ternyata nggak nolak, dengan seriusnya dia mengajariku, satu persatu aku selesaikan PR-ku. “Ye..ye..ye.. Selesai..!”, aku menjerit kegirangan.

Aku melompat dan memeluk Kak Reymond, “Makasih ya Kak Rey”. Nampaknya Kak Reymond kaget juga, dia bahkan nyaris terjatuh di sofa. “Nah…, karena kamu sudah menyelesaikan PR-mu, aku kasih hadiah” kata Kak Reymond. “Apa itu? Coklat?”, kataku. “Bukan, tapi tutup mata dulu”, kata dia. Aku agak heran tapi mungkin akan surprise terpaksa aku menutup mata.

Tiba-tiba aku merasa kaget, karena bibirku rasanya seperti dilumat dan tubuhku terasa dipeluk erat-erat. “Uuuhh…, uuuhh…”, kataku sambil berusaha menekan balik tubuh Kak Reymond. “Clara sayang…, nggak apa-apa, hadiah ini karena Kak Rey sayang Clara”. Rasanya aku tiba-tiba lemas sekali, belum sempat menjawab bibirku dilumat lagi.

Kini aku diam saja, aku berusaha rileks, dan lama-lama aku mulai menikmatinya. Ciuman Kak Reymond begitu lincah di bibirku membuat aku merasa terayun-ayun. Tangannya mulai memainkan rambutku, diusap lembut dan menggelitik kupingku. Aku jadi geli, tapi yang jelas saat itu aku merasa beda. Rasanya hati ini ada yang lain.

Kembali Kak Reymond mencium pipiku, kedua mataku, keningku dan berputar-putar di sekujur wajahku. Aku hanya bisa diam dan menikmati. Rasanya saat itu aku sudah mulai lain. Napasku satu persatu mulai memburu seiring detak jantungku yang terpacu. Kemudian aku diangkat dan aku sempat kaget! “Kak Rey…, kuat juga”.

Dia hanya tersenyum dan membopongku ke kamarku. Direbahkannya aku di atas ranjang dan Kak Reymond mulai lagi menciumku. Saat itu perasaanku tidak karuan antara kepingin dan takut. Antara malu dan ragu. Ciuman Kak Reymond terus menjalar hingga leherku. Tangannya mulai memainkan payudaraku.

“Jangan…, jangan…, aaaahhh…, uuuuhhh…”, aku berusaha menolak namun tak kuasa. Tangannya mulai menyingkap menembus ke kaos yang kupakai. Jari-jemarinya menari-nari di atas perut, dan meluncur ke BH. Terampil jemarinya menerobos sela-sela BH dan menggelitik putingku.

Saat itu aku benar-benar panas dingin, napasku memburu, suaraku rasanya hanya bisa berucap dan mendesis-desis “Sseeessshhh…, Ssseesshh…”,. Tarian jemarinya membuatku terasa limbung, ketika dia memaksaku melepas baju, aku pun tak kuasa. Nyaris tubuhku kini tanpa busana. Hanya CD saja yang masih terpasang rapi.

Kak Reymond kembali beraksi, ciumannya semakin liar, dan jemarinya, telapak tangannya mengguncang-guncang payudaraku, aku benar-benar sudah hanyut. Aku mendesis-desis merasakan sesuatu yang nikmat. Aku mulai berani menjepit badannya dengan kakiku.

Namun malahan membuatnya semakin liar. Tangan Kak Reymond menelusup ke CD-ku. Aku menjerit, “Jangan…, jangan…”, aku berusaha menarik diri. Tapi Kak Reymond lebih kuat. Gesekan tangannya mengoyak-koyak helaian rambut kemaluanku yang tidak terlalu lebat. Dan tiba aku merasa nyaris terguncang, ketika dia menyentuh sesesuatu di “milikku”.

Aku menggelinjang dan menahan napas, “Kak Reymond…, Oouuuuhh.., Ooooohh…”, aku benar-benar dibuatnya berputar-putar. Jemarinya memainkkan clit-ku. Diusap-usap, digesek-gesek dan akhirnya aku ditelanjangi. Aku hanya bisa pasrah saja. Tapi aku kaget ketika tiba-tiba dia berdiri dan penisnya telah berdiri tegang.

Aku ngeri, dan takut. Permainan pun dilanjutkan lagi, saat itu aku benar-benar sudah tidak kuasa lagi, aku pasrah saja, aku benar-benar tidak membalas namun aku menikmatinya. Aku memang belum pernah merasakannya walau sebenarnya takut dan malu.

Tiba-tiba aku kaget ketika ada “sesuatu” yang mengganjal menusuk-nusuk milikku, “Aaauwwwhh…, Aaaaahhh…”, aku menjerit. “Kak Rey, Jangan…, aaaaah…, ooooohh…, ssessshh…, jangan”. Ketika dia membuka lebar-lebar kakiku dia memaksakan miliknya dimasukkan. “Aaauuwwwhhh…”, aku menjerit. “Aaaaaaahh!”, Terasa dunia ini berputar saking sakitnya.

Aku benar-benar sakit, dan aku bisa merasakan ada sesuatu di dalam. Sesaat diam dan ketika mulai dinaik-turunkan aku menjerit lagi, “Aaaaaaahh…, Uuuuhh…”. Walaupun rasanya (katanya) nikmat saat itu aku merasa sakit sekali. Kak Reymond secara perlahan menarik “miliknya” keluar. Kemudian dia mengocok dan memuntahkan cairan putih.

Saat itu aku hanya terdiam dan termangu, setelah menikmati cumbuan aku merasakan sakit yang luar biasa. Betapa kagetnya aku ketika aku melihat sprei terbercak darah keperawanan ku. Aku meringis dan menangis sesenggukan. Saat itu Kak Reymond memelukku dan menghiburku, “Sudahlah Clara sayang jangan menangis, hadiah darah keperawanan ini akan menjadi kenang-kenangan buat kamu. Sebenarnya aku sayang sama kamu”.

Saat itu aku memang masih polos, pengetahuan seksku masih minim. Aku menikmati saja tapi ketika melihat darah keperawanan ku di atas sprei, aku jadi bingung, takut, malu dan sedih. Aku sebenarnya sayang sama Kak Reymond tapi…,

Ternyata akhirnya dia menikah dengan cewek lain karena “kecelakaan”. Sejak itu aku jadi sangat benci sama dia.