Cerita Seks Bercinta Dengan Anak SMA Karena Perkelahian

Perkenalkan namaku Irfan seorang polisi, ini kisah ku yang menyetebuhi teman kost ku yang masih 17 tahun dan duduk di bangku SMA. Stevi, yang sering disebut temannya mirip dengan artis dengan wajah yang cantik serta tubuhnya yang masih mungil, mulus dan seksi ini akan membuat mata para lelaki terpesona melihatnya.

Aku mengenalnya ketika dia berkelahi dengan teman sebelah kamar kost nya. Stevi namanya, gadis yang masih duduk di bangku SMA itu sangat liar. Ia tinggal sendirian, asalnya dari luar kota, setiap bulannya ia hanya menerima kiriman uang dari orang tuanya. Tempat kost kami tiga tingkat, lantai satu untuk parkiran kendaraan kami, lantai dua untuk kamar laki-laki, dan lantai tiga untuk kamar perempuan. Di sini lebih bersih dibandingkan kost yang dahulu aku tempati untuk mengintai gerak-gerik Nita. Ada sekitar dua puluhan kamar di setiap lantainya, ruangan cukup besar seperti halnya apartemen, ada dapur dan kamar mandi di dalam. Cukup nyaman walau pun sedikit mahal.

Ketika itu aku mendengar suara gaduh di lantai atas, aku segera berlari ke sana, dan mendapatkan dua gadis sedang berkelahi, mereka sedang bercakar-cakaran dan menarik-narik rambut. Aku segera meleraikan mereka, dengan mudah kulerai mereka. Aku mengancam mereka akan ku bawa ke kantor polisi kalau melakukan perkelahian lagi. Stevi seorang gadis yang ngotot, ia tidak mau berdamai, sedangkan lawannya yang bernama Elfie sudah meminta maaf dan ingin berjabat tangan. Kuminta Elfie kembali ke kamarnya, sedangkan Stevi ku tenangkan. Ku bawa ke cafe yang berada di depan kost, sejak itulah kami mulai dekat.

Entah berpacaran atau tidak, tapi kami sudah cukup dekat, bahkan sangat dekat. Aku mulai melupakan Nita, gadis yang pernah menjadi target operasiku, ia adalah seorang pecandu narkoba, sekarang dia sedang direhabilitasi, dan sudah lama aku tidak mengunjunginya, semoga saja dia semakin membaik.

Malam itu Stevi sedikit takut ketika kami pulang dari bioskop, kami menonton film horor Hollywood yang berjudul Annabelle, cerita boneka hantu yang memiliki kekuatan supranatural jahat. Entah kenapa malam itu Stevi bilang ia tidak bisa tidur karena terngiang-ngiang dengan film tersebut, dan aku terpaksa mengijinkannya beristirahat di kamar kost ku.

“Mas tidur di mana?”, tanya Stevi karena bingung dengan kasur yang saya miliki hanya satu dan berukuran single. “Saya tidur di sofa saja, Stevi tenang saja”, jawabku. “Kenapa ga gabung mas? Mas ga bisa tidur dempet-dempetan?”, tanya nya. “Bukan gitu Vi, mas kan perlu jaga diri”, jawabku. “Jadi mas jijik dengan Stevi?”, tanyanya lagi. Aku bingung harus berkata apa, namun dari pertanyaan Stevi terlihat dia ingin sekali dekat denganku.

Aku sudah sedikit nafsu ketika Stevi hanya mengenakan piyama tipisnya, malam ini akau bisa menidurinya kalau ia terus-terusan menggodaku. Aku belakangan ini memang sedang terbuai asmara, aku sering bercinta dengan wanita pekerja seks komersial, aku bahkan pernah dilayani artis di dalam sel, namun kali ini aku akan ditawari seorang gadis remaja secara gratis. Pikirku kenapa tidak jika Stevi juga tidak keberatan?

Aku mulai beranjak dari Sofa, mendekati Stevi yang tidur di kasur dan sedang menatapku memintaku untuk menemaninya di atas kasur itu. Ku tidur di sampingnya, berdempetan karena kecilnya kasurku ini. Hmm, harum sekali tubuhnya, rambutnya bau shampoo karena habis creambath. “Stevi, harum banget…”, kataku. “Peluk aja mas, Stevi sedikit kedinginan”, katanya dengan nada menggoda.

Gadis cantik yang dahulunya sangat kasar ini ternyata dapat merayuku dengan gemulai tubuhnya. “Stevi mau jadi pacar mas?”, tanyaku sebelum merasa berdosa karena menidurinya. “Loh? Jadi mas selama ini menganggap Stevi ini apa?!”, tanya nya sedikit marah. Kami memang belum resmi pacaran, namun kedekatan hubungan kami sudah lebih dari seperti orang berpacaran. “Maaf Vi, mas Cuma mau memastikan saja, siapa tahu Stevi menyesal…”, aku mencari alasan agar Stevi tidak marah.

Stevi melihatku serius lalu ia memelukku erat, “Stevi cinta banget sama mas”, ia berkata demikian membuat hatiku terhanyut cinta. Aku membalas pelukannya lalu ku ciumi bibir manisnya itu. Malam ini aku merasakan resmi berpacaran dengannya. “Loh, Stevi ga pakai bra?”, tanya ku ketika memeluk tubuhnya dan merasakan gumpalan dadanya menyentuh dadaku. Piyama tipisnya memperlihatkan lekuk tubuhnya, terutama bagian dadanya yang sedikit menyembul. “Kebiasaan mas…”, jawab Stevi. “Celana dalam juga loh mas…”, sambungnya membuatku kaget. “Mas nafsuan ya?”, tanya Stevi ketika ia meraba bagian selangkanganku, ia mendapatkan penisku yang sedang mengeras di dalam celanaku. Aku hanya tersenyum lalu melanjutkan ciumanku di bibirnya. Aaah, aku mulai membuka pakaiannya, piyama tipisnya juga harum. Wah, susunya terlihat segar, ukurannya memang sepadan dengan gadis seumurannya, tidak besar juga tidak kecil, namun terlihat ranum karena baru tumbuh. Putingnya pun masih kecil, dan sedikit berwarna merah muda. Aku langsung saja menjilatinya, nikmat susunya membuatku semakin ngaceng.

Penisku terasa sangat mengeras di balik celanaku, agar lebih leluasa aku pun segera membuka pakaianku hingga bugil. “Mas, itu tititnya besar, Stevi belum pernah lihat..”, katanya seperti gadis lugu. “Stevi penasaran? Lihat saja…”, aku mengarahkan penisku ke arahnya. Stevi memperhatikan penisku dan diraba-rabanya.
Beberapa menit kemudian aku mulai mengajarinya. Aku duduk di kasur dan Stevi berjongkok di lantai, aku mengajarinya cara memainkan penis dan menyepongnya. Stevi dengan cepat bisa belajar, ia seperti mudah sekali mengerti dengan apa yang kuarahkan. Stevi semakin profesional mengocok dan menyepong penisku. Kuperhatikan wajahnya yang sedang maju mundur di selangkanganku, penisku keluar masuk di mulutnya. Ia kadang-kadang menjilatinya.

Wajahnya sungguh cantik, mirip dengan artis. Kubayangkan wajah artis itu yang sedang menyepong penisku, oh sungguh nikmat hingga aku hampir berejakulasi. Kutahan sepongan Stevi, aku tidak mau segera mengusaikan semua ini. Aku mengangkatnya, aku lalu merebahkannya kembali ke kasur, kembali kuciumi bibirnya. Sedikit berbeda, setelah menyepongi penisku, bibir Stevi terasa berbeda, ada sedikit bau rasanya. Tidak mau lama menikmati bibirnya itu, aku pun kemudian mengarahkan ciumanku ke leher hingga menuju ke susu nya kembali.

Indah susunya, kuremas dan kusedoti putingnya. Sungguh nikmat rasanya, aku telah mengagahi pacarku, pacar yang usianya terpaut cukup jauh denganku. Susunya segar, aku sangat menyukainya, putih mulus dan harum. Beberapa menit berlalu aku pun mulai meraba ke arah vaginanya, jembutnya yang masih jarang-jarang menandakan dia baru bertumbuh remaja. Aku mulai meraba bagian garis tengahnya itu, Stevi sedikit malu-malu, namun aku mendekap mulutnya dengan bibirku agar aku leluasa memainkan jariku di vaginanya. Stevi merintih nikmat ketika aku memainkan daerah klitorisnya, sedikit geli membuat Stevi merontah ingin melepaskan tanganku dari vaginanya. Namun aku menindihnya kuat, lalu aku mulai memainkan jariku, keluar masuk di lubang vaginanya yang ternyata masih sangat sempit.

Sudah cukup lama dan tanganku mulai lelah memompa di dalam vaginanya itu, kini aku coba mengarahkan penis ku yang sedang mengaceng keras ke vaginanya. “Aaauwwwhh, sakittt…”, rintih Stevi karena vaginanya sedikit sempit sehingga penis besarku merobeknya. Aku dengan pelan menusukkannya, dan kemudian dengan perlahan pula menariknya keluar lagi. Ku ulangi sekali lagi agar Stevi terbiasa, namun aku tidak menariknya lagi, kutusukkan dalam-dalam lalu kutarik pelan namun tidak keluar, lalu ku masukkan lagi. “Aaaaahhhh…..”, rintih Stevi sambil menggigit bibir bawahnya.

Aku mulai menggenjot Stevi, tanpa menggnakan kondom, aku sedikit berhati-hati agar tidak kecolongan. Pelan-pelan ku genjoti Stevi hingga ia sekarang mulai menikmatinya, ia mencengkram punggungku, kadang ia menarik pantatku agar aku menyodoknya lebih dalam lagi. Aku dan Stevi sudah melakukan hubungan seks layaknya suami istri. “Aaaaahhh…”, Stevi terus mendesah mengikuti irama genjotanku. Aku sebentar-bentar menahan genjotanku ketika penisku sedikit bergejolak ingin berejakulasi. Ku benamkan dalam-dalam hingga tidak tersisa dan kubiarkan beberapa detik hingga ku yakin penisku tidak berejakulasi, lalu ku mulai menggenjot lagi.

Tubuh mungilnya yang harus terus ku peluk tanpa mau ku lepaskan. Stevi hanya bisa mendesah kenikmatan. “Mas, Stevi sayang banget sama Mas…”, katanya. Aku tidak menghiraukan lagi apa yang akan dikatakannya, nafsu ku memuncak, aku terus menggenjotnya sambil mengenyot susunya. Hingga beberapa lama kemudian aku merasakan semua memuncak di penisku, ejakulasi tidak dapat ku tahan lagi, segera ku tarik penisku karena takut menyemprot di dalam sana. Ku arahkan ke arah wajah Stevi, ia lalu menyepongnya, dan tersemprotlah spermaku di dalam mulutnya itu. Stevi sedikit menolak, bau amis yang aku yakin menjadi alasannya, namun penis tidak ku tarik hingga Stevi terpaksa menelan semua sperma yang aku semprotkan itu.

Kami terbangun ketika alaramku berbunyi, aku dan Stevi bugil tertidur di kasur single bed ini sambil berpelukan. Aku segera bangun dan mandi, jam 6.30 pagi, aku harus segera ke tempat kerjaku, rutan, sedangkan Stevi sudah harus bersekolah. Ia tidak membawa seragamnya karena ada di kamar kostnya, terpaksa ia memakai kembali piyamanya dan segera berlari kembali ke kamarnya.

Sayang sekali, aku berharap bisa mandi bareng dengan Stevi pagi ini. Namun lain kali, aku masih bisa bercumbu dengannya, kami sudah resmi pacaran, dan hari ini dimulai kisah cinta kami.