CERBUNG – THE GREATNEES

 

PART 1 ARGON ANUM Panas…!!! Matahari seakan ingin memakan tubuh kurusku yang terbalut kulit yang agak sedikit gelap. Hampir satu bulan hujan tidak turun sama sekali di daerah ini, membuat lalulintas penuh debu, belum lagi asap – asap pembakaran dari kenderaan yang tiap tahun terus bertambah. naasnya kualitas jalan malah semakin memburuk. “” ttiittt…tiiiittt” Suara klakson yang keluar dari kereta tuaku, kereta tahun 80- an, sang Legenda yang tinggal kerangka, mesin dan jok duduk yang ditambal sana sini, walau Legen, aku sangat sayang dengan kereta legendaku, apalagi keretaku ini punya kelebihan yang unik, yaitu nggak bisa jalan dimalam hari. Karna lampu jalannya nggak ada.!!! Kutarik gas keretaku lebih kencang menyusuri jalan yang sebenarnya sangat tidak layak di lalui. Bayangkan, jalannya banyak lubang dimana mana, ada yang berdiameter 1 m, bahkan ada yang diameternya 4m dengan dalam 50cm.. Jadi, bukan yang aneh jika di jalur ini sering terjadi kecelakaan, bahkan hingga merenggut nyawa. Aduuuhhh ..emang negaraku…!!! lov u dah pokoknya. “Mas.. Mas.! Belok kiri ya, gang yang di depan….!” Suara wanita dari belakangku memberi instruksi, yang tak lain istriku SUMPAH…. !! Itu memang istriku, Bukan penumpang…!! Akupun mengambil jalur kiri kemudian memasuki sebuah gang yang aku tidak tau namanya. Sekitar 156.7m, istriku menepuk bahuku dengan pelan. ” Mas,, berhenti di rumah biru itu ya.” “Huffff..! Akhirnya.” Keluhku dalam hati. Aku merasa lega, akhirnya sampai juga ditujuan. Karena rumah biru itu tidak memiliki pagar seperti yang di kota kota besar. Aku langsung saja masuk ke halaman rumah biru itu Setelah istriku turun dari sang Legen, aku memarkir keretaku dibawah pohon jambu klutuk yang tumbuh di halaman rumah biru itu dengan suburnya. Ku ikuti langkah istriku menuju pintu rumah biru. Kemudian istriku mengetuk pintu. “toktoktok…toktoktok… .!! Setelah mengetuk pintu, kuperhatikan istriku sibuk memperbaiki ujung ikatan kain di bahu kirinya. kain itu melingkar di tubuhnya layaknya seperti tukang jamu gendong. tapi kupastikan, didalam kain itu bukan jamu. Tapi putraku yang masih berumur 3 bulan 9 hari 12 jam. Beberapa saat kemudian, pintupun terbuka. dari dalam muncullah seorang wanita dengan hanya mengenakan daster biru polos. Rambutnya yang agak ikal hanya sepanjang bahunya, tingginya kira kira 168 cm , lebih tinggi dari istriku sekitar seperempat cm. tubuhnya sedang, tidak terlalu gemuk, sepadanlah dengan tingginya, buah dada mungkin 32b. bibir atas agak tipis, beda dengan bibir bawah yang sedikit tebal. ” Eh.. Anum..!! Pa kabar ? Yuk masuk!” Sambutnya dengan hangat sambil cipika cipiki dengan istriku. TAPI TIDAK DENGANKU..!!! AAACCCHHKK.!!! Kamipun memasuki rumahnya. mataku menari nari menatap isi rumahnya, menurutku tidak ada yang istimewa, semua isi rumahnya sama saja dengan rumah rumah yang lainnya, kuperhatikan ada sofa dengan mejanya, juga ada tv 24in, sebuah lemari yang diatasnya tersusun piala, jam dinding, kamar, lampu, wc, flapon, atap, lantai, semua ada yang di butuhkan sebuah rumah. termasuk penghuninya. Maaf… ya…udah mau membacanya.!!! mmmmmmhh..dikit lebay sih… “Bentar ya,,, aku buatin minum dulu.” Kemudian wanita rumah birupun menuju dapurnya. Tentu saja aku ngga tau di mana dapurnya. Emang rumahku.!!! Tidak sampi 10jam bahkan 10 menit. tapi 10 detik, itu pasti. wanita rumah biru kembali ke ruangan tempat kami duduk, dengan sebuah nampan yang di atasnya ada tiga gelas putih transparan, sehingga jelas kelihatan air digelas tersebut berwarna merah, yang aku yakin itu syirup tanpa es serta batu batunya. “Mas .. gantian dong.” kata istriku ,yang langsung membuka ikatan ujung kain yang di jadikan untuk menggendong anakku, kemudian menyodorkan dan meletakkan anakku di pangkuanku. “Di minum Mas….Num..!!!” Tawar wanita rumah biru. Kami meminum air syrup yang disuguhkan oleh yang punya rumah. kemudian masuklah suasana yang sangat membuatku Boring dan stres, yaitu berada di antara dua wanita yang sibuk bergosip ria bak pasar malam. Tapi saat ini aku masih beruntung. karna aku masih ada teman bercanda. yap.,! putraku. Terkadang mereka juga sesekali mengajukan pertanyaan padaku. Tapi karna aku orangnya agak kakuan terhadap orang yang baru kukenal. jadi aku hanya menjawab alakadarnya. kalau dikalkulasikan.Dari beberapa pertanyaannya, hanya 3 kali mengangguk dengan senyum manisku, 2 kali kalimat tidak, 4 kali kalimat Ya. Salah satu contohnya; ” Mas.. tadi nyasar ga kemari?” “Gak” jawabku ” Mas.. nanti pulangnya aga sorean ya..! Masih kangen aku ama Anum.” “Ya” jawabku. Gawat..!! Pikirku. aku gelisah sendiri setelah menyadari jawaban terakhirku, kulirik istriku. sepertinya istriku paham apa yang tengah kurasakan. Istrikupun menjelaskan kalau kami harus pulang sebelum gelap, si wanita penghuni rumah birupun memakluminya. Kulihat jam tanganku, pukul 13:16, tiba tiba perasaanku tidak enak. aku merasa ada yang aneh. kemudian kusapu pandanganku keseluruh dinding rumah biru. Mataku berhenti pada jam yang menempel didinding atas pintu masuk rumah, jarum pendeknya menunjuk angka 5, sedangkan jarum tengah yang kurus terus berputar perdetiknya. Kembali kuperhatikan jam tanganku. “Kampreet” batinku. Ternyata jamku mati, tak satupun jarum jam tanganku ada yang berputar. “Dek … uda jam 5 sore.. pulang yuu'” Ajakku pada istriku. Kamipun berpamitan. aku mencolek istriku, mengingatkan tujuan awal kami datang kerumah biru, akupun keluar lebih dulu dengan menggendong anakku. Aku berharap semua berjalan dengan lancar, jika tidak, aku tidak tau apalagi yang harus kulakukan, otakku sudah buntu. Ya tuhan, semoga saja akibat kepepet ini, aku ga bakalan Ngepet. Oppssss.!!!! #