CERBUNG SUMIYATI
GAMBAR DI ATAS HANYA SEBUAH MULUSTRASI JIKA ADA UNSUR KESAMAAN DAN KEMIRIPAN MOHON MAAF !!! “Nduk yen arep budhal ojo lali pak dhe marwan di bell ben iso ngeterno nganti terminal yo” (” Nduk kalo mau berangkat jangan lupa telfon pakdhe Marwan, Biar bisa anter kamu sampe terminal” ) ucap ibu ku dari arah dapur. “Njih bu” ( ” Iya ibu ” ) balas ku sedikit teriak. Karena aku sedang mengemas baju baju ku ke dalam tas. Hari ini aku akan meninggal kan rumah untuk pergi ke ibu kota Jawa Tengah untuk melanjut kan kuliah ku di fakultas farmasi di Kota Lumpia. Cita cita ku sejak kecil akan segera aku wujud kan setelah kesempatan masuk di fakultas tersebut aku dapat. ( ” Buk, kulo pun beres trus nggih sampun telfon pakdhe, sak derenge pakdhe dugi, Sum budhal maring makam riyin njih. Jeng pamit kalian bapak” ) “Buk aku dah beres semua, pakdhe juga udah aku telfon. Sebelum pakdhe datang, Sum ke makam bapak dulu ya, mau pamit sama bapak” Ucap ku Ibu hanya mengangguk dengan raut wajah menahan sedih. Aku mempercepat laju langkah ku supaya pakdhe tak menunggu ku lama di rumah nanti. Sesampai nya di makam ayah ku, aku kemudian bersimpuh sambil memegang nisan bambu dan berkata “Sum pamit pak, doa in sum biar sukses di semarang ya pak” kata ku lirih Ku taburi gundukan makam ayah ku yang kering itu dengan bunga mawar merah putih yang kubawa dari rumah tadi. Air mata tak terasa menentes deras, aku lalu mencium nisan itu dan sesegera kembali pulang. Di rumah, pakdhe marwan sudah siap dengan motor butut nya untuk mengantar ku ke terminal canguk. Sebelum kunaik kan bongkahan pantat ku ke jok kumal itu, aku meraih tangan ibu ku untuk ku cium, lalu beliau ku peluk, isak tangis mulai terdengar lirih ( “Ati ati yo nduk, sing pinter nek sekolah, sing manut karo gurune. Kabari yen wes tekan semarang loh ya” ) “hati hati nduk, sekolah yang rajin, patuh sama guru. Kalo sudah sampe semarang kasih kabar” Ucap ibu sambil melepas pelukan dan mencium kening ku. Aku hanya mengangguk sambil menghirup ingus kedalam hidung agar tidak merembes keluar. Setelah aku membonceng di belakang pakdhe, ibu memberiku lipatan amplop agak tebal sebagai sangu atau bekal hidup di Semarang nanti. Motor perlahan meninggalkan halaman rumah ku, aku masih sesenggukan melihat lambaian tangan ibu ku. Sesampainya di terminal, pakdhe membantu ku menurun kan tas besar milik ku, beberapa calo mulai menawarkan arah dan tujuan ke kota kota di Jawa Tengah namun tak ku hirau kan. ( “Gek arep numpak bis opo Sum” ) “Mau naik bis jurusan apa, Sum?” Tanya pakdhe ( “Mboten nitih bis kok pakdhe, wong kulo jeng sareng rencang” ) “Gak naik bis kok pakdhe, aku bareng sama temen ku” Kataku menjelaskan. ( “Oh ngono, ya wes pakdhe tinggal ra popo ya, iki ge tumbas permen” ) “oh gitu, ya udah pakdhe tinggal ya, ini buat beli permen” Ucap pakdhe sembari meraih telapak tangan ku dan memberiku lembaran kertas dan menggenggam kan telapak tangan ku. Setelah pakdhe pergi, aku membuka telapak tangan ku rupanya beliau memberiku uang 100 ribu sebanyak lima lembar. Aku terkejut dan hampir saja tercecer, aku memasukan uang itu ke saku rok ku. Kemudian mengambil hp di saku jaket untuk mengontak Mas Bambang kekasih ku. A : Aku B : Mas Bambang A : Halo, Assalaualaikum, mas sido ngeterno aku ora ? Halo, Assalamualaikum, Mas jadi anter aku kan ? B : Iyo dek, iki gek wae tekan terminale, adek nyandi toh Iya dek, ini mas baru sampe terminal, adek di mana nih A : Aku ning sandinge sing adol tiket iku loh mas aku di deretan yang jual tiket itu loh mas. B : Ok mas mrunu Ok mas kesitu. Tak lama Mas Bambang muncul dan menyalamiku lalu membantu membawa tas ku untuk berjalan ke mobil yang ia bawa. Setelah beres kami melaju ke kota lumpia dengan kecepatan standar. Kami tak banyak bicara selama dalam perjalanan karena memang seperti itulah gaya pacaran kami. Maklum kami masih menjujung tinggi adat di desa kami, sebenarnya Aku ingin merasakan bagaimana dua sejoli memadu kasih seperti di FTV tapi aku dan Mas Bambang gak berani. Ciuman aja paling cium tangan kalo pun pelukan paling cuma saat aku di bonceng Mas Bambang pake motor. Tak terasa kami sudah di kota ungaran, Mas Bambang membelok kan mobil nya ke pom bensin untuk di isi. Aku merasa ingin buang air kecil, aku meminta ijin ke pacar ku untuk pipis. Dengan sedikit berlari aku sampai di toilet dan menuntaskan pipisku, sialnya pas aku cebok celana dalam ku basah terkena air alhasil aku melepasnya dan menyimpan nya di dalam tas jinjing ku. (( duh rasany gimana gitu )) gumamku. Setelah kurapikan rok plisket ku aku kembali menuju mobil pacarku Ia bertanya kepadaku apakah aku lapar atau tidak dan ia menawariku kalo semisal lapar ia mengajak mampir di restoran atau warung makan terdekat. Aku hanya pasrah saja toh aku di traktir ini,hihihi Setelah meninggalkan pom bensin mobil melaju pelan sambil mencari warung makan ataupun restoran ( Maem kono kui wae ya dek ) “makan di situ aja ya dek” ucap pacar ku Aku hanya mengangguk, sambil melihat tulisan restoran GODHONG SALAM. Mobil sudah terparkir rapi kami turun dan berjalan masuk kedalam, aku berjalan di depan mas Bambang. Tiba tiba tangan kanan ku di tarik kuat oleh mas Bambang ke arah nya ( Dek, sleting rok mu kilo ) “Dek resleting rok kamu ini… !” Bisik pacarku Aku lalu meraba resleting itu dan astaga ternyata aku lupa menaikkan lagi setelah pipis. Duh pantat ku terlihat dong aduh jadi gimana gitu Sial nya resleting itu macet, aku makin panik dan berbisik ke mas Bambang kalo resleting nya rusak. Dengan sigap mas bambang membuka jaket bomber nya lalu di tutupinya resleting ku itu. Perlu pembaca ketahui saat itu aku memakai rok plisket warna coklat pramuka dengan atasan kaos manset warna cream, di hiasi hijab pasmina warna coklat muda. Tau sendiri kan kalau kaos manset hanya sebatas perut wanita. Aku jadi malu dan bertanya dalam hati Mas Bambang lihat nya sampe sejauh apa ya. Setelah duduk dan memesan makanan serta minuman kami saling sibuk dengan hp masing masing Hingga makanan yang dipesan datang akhir nya kami meletak kan hp dan menikmati makanan itu. Setelah selesai pembayaran makanan kami melanjutkan perjalanan lagi Lalu sampai lah kami ke lokasi kosan yang sudah aku pesan sebulan yang lalu itu. Setelah barang di turunkan dan dibawa masuk ke kamar kos, pacar ku minta ijin pulang dan aku hanya bisa mencium tangan nya dan berkata terima kasih. Aku masih bertanya tanya pacar ku tadi melihat ga ya lipatan pantat ku ini. Ah biar lah itung itung sedekah. Menjelang sore setelah aku rebahan aku memutuskan mandi, setelah itu berencana untuk membeli keperluan di warung depan kosan ku. Ku pakai leeging pink dengan atasan kaos lengan panjang warna biru dan hijab instan warna pink, kemudian keluar setelah mengunci pintu kamar kosan Perjalanan ke warung ternyata harus melewati tempat cuci sepeda motor yang penuh dengan mahkluk laki laki, Jantung ku berdegup kencang apalagi kostum yang ku kenakan salah. Aku tak berani menatap para lelaki yang sedang memang nungguin motor mereka selesai di cuci itu, tapi tak bisa ku pungkiri ada ucapan lirih nakal keluar dari mulut mereka Ndes delok ndes cewek semledot liwat ndes…
Asuuuu Susune gedhe ne….
Mmmhhh bokonge penak nek di jengking ke kae
Mbakk… mbak. Mampir mriki mbak Begitulah yang jelas terrekam di telingaku. Kepalaku hanya ter tunduk setelah selesai dari warung kuputusakan berlari pulang, dasar nasib ketika aku berlari aku tersleding kucing oren yang sedang kejar kejaran. GGGGLLLUBBBRAAKKK Aku terjatuh dengan posisi telungkup. Belanjaan ku entah pada ambyar kemana, sakit karena terjatuh belum aku rasakan yang aku rasakan cuma rasa malu yang sangat besar. Tetiba kedua ketiak ku di pegang kuat untuk di posisikan berdiri oleh seseorang, mataku masih terpejam karena aku masih menahan malu ( Gak popo mbak, makane ojo mlayu mlayu to ) ” gak papa kan mbak, makanya gak usah lari sih” katanya dengan masih memposisikan aku berdiri, tangan nya kini memegang bahu kanan dan kiriku ( Ra popo kok mas cuman isin wae ) “gak papa kok mas cuman malu aja” kataku masih menunduk Ketika ku coba melangkah kan kaki rasa sakit amat dahsyat menghampiriku, aku meringis dan mengaduh. Cowok yang masih memposisikan aku pun bertanya apaap yang aku rasakan, ku jelaskan bahwa engkel ku sakit. Tanpa ijin dia langsung menggendong ku menuju kosan ku. Setelah sampe di depan pintu aku di turunkan perlahan, lalu ia meminta kunci kamar agar ia bisa membuka nya. Setelah terbuka pintunya aku kembali di gendong kemudian di baringkan di ranjang. ( Mbak e antheng sik yo tak telponke mbah mijen dukun pijet sik ) “mbak nya diem dulu aku telfon mbah mijen tukang urut ” katanya Entah apa yang di bicarakan di telfon aku tak begitu jelas karena konsentrasiku tertuju pada rasa sakit ku. Selang beberapa menit ada beberapa ibu ibu datang ke kamar ku mereka menyerah kan barang belanjaan ku yang tercecer saat aku jatuh tadi. Seorang ibu ibu mengejek ku akan kelakuan yang aku buat, aku hanya bisa tersenyum sambil merasakan sakit. 30 menit kemudian orang yang di panggil mbah mijen datang dan memberiku sedikit pijatan. Aku menahan sakit dengan meremas guling di kanan ku. Setelah pijatan selesai kakiku agak mereda sakit nya. Orang orang yang di kamar ku mulai pergi satu persatu termasuk mbah mijen yang memijit ku. Kini tinggal ibu kosa dan cowok yang menggendong ku saja ( Yo wes mbak ge turu sik wae ben ndang mari, ngko ben ibuk ku sing ngrumati ) ” Ya udah mbak buat isirahat dulu biar cepet sembuh, nanti biar ibu ku yang rawat” katanya sambil pergi berlalu ( kui mau anak ku mbak, Andi jenenge ) “itu tadi anak ku mbak, Andi namanya” jelas ibu kos ku Setelah aku minum ramuan buatan mbah mijen aku mengantuk dan tertidur.