Beauty And Her Beast Lover

Sebagaimana yang sudah ane janjikan, ane akan menghadirkan salah satu karya ane yang sederhana dan banyak kekurangannya ini, di sebuah tempat nun disana, ane sudah rilis cerita ini dengan kunci akses, namun sebagai rasa suka cita ane yang mendapat begitu banyak atensi dan dukungan, ane memutuskan untuk membagikan kisah ini di forum semprot, dan tentu saja episode yang hadir disini akan lebih lambat dari tempat yang ada kuncinya onoh.. Plot cerita ini tidak jauh dari genre Affair, dengan tokoh sepasang suami istri muda, yang kemudian terlibat dalam pengalaman dan petualangan seru, namun Affair kali ini tidak biasa, yang tidak biasa adalah partner selingkuh dari sang istri adalah hewan (doggie)..ehmmm.. Ini adalah full fantasi saja, bukan suatu kejadian yang lazim dan dianggap wajar, untuk yang merasa keberatan maka saya anjurkan untuk meninggalkan cerita ini. Seperti biasa tokoh dan nama tempat semua fiktif belaka, jika ada unsur SARA disebut disini, maka dengan rendah hati saya mengatakan bahwa itu hanyalah sebagai pendukung cerita gak dimaksud untuk menyudutkan suku atau golongan tertentu. Diharapkan para pembaca bisa bersikap dewasa dalam mencermati kisah ini, saya sebagai penulis sangat gembira jika comment pembaca bukan hanya like, atau terima kasih, tapi mungkin bisa menilai dengan jujur rangkaian kata yang saya tulis ini, seiring Salam hormat buat para staf admin dan moderator, saya juga membuka diri dan manut untuk mengikuti peraturan, andai cerita dengan genre ini dilarang, saya dengan senang hati untuk menghapus threadnya. Ini adalah hiburan belaka, tak ada maksud jelek apapun dari saya selaku author, semoga kita selalu sehat dan bahagia. Solo 16 september 2021

BEAUTY AND HER “BEAST” LOVER CHAPTER PERTAMA​
Akhirnya selesai sudah prosesi yang begitu melelahkan, hari ini aku resmi berstatus sebagai seorang istri, aku resmi menjadi Nyonya Hermawan, ya suamiku adalah Hermawan Susanto, dia adalah seorang Pegawai Negeri Sipil di suatu kementerian yang menterinya perempuan itu loh. Namaku Susan, usiaku saat ini baru 24 tahun, sebenarnya aku sendiri baru saja lulus kuliah, dan belum kepikiran untuk married, namun karena mas hermawan akan pindah tugas ke suatu daerah di jawa tengah, maka kedua belah pihak orang tua mendesak kami untuk segera meresmikan hubungan ke pernikahan. Mas hermawan adalah pacarku selama 5 tahun belakangan ini, dia adalah sahabat dari abangku Indra, ceritanya dulu dia sering main kerumah, ngeband bareng ama kakakku saat kuliah, hingga akhirnya kemudian kami berdua saling jatuh cinta, hampir 2 tahun kami menyembunyikan hubungan kami dari bang Indra, tapi kemudian akhirnya bang Indra tahu hubungan kami, awalnya bang indra entah kenapa tidak setuju, namun lambat laun Bang Indra akhirnya menyetujui hubungan kami. 3 tahun lalu Mas Hermawan diterima sebagai pegawai negeri sipil, walau gosipnya orang tua mas hermawan mengeluarkan uang yang sangat besar agar mas Hermawan diterima jadi PNS, namun aku tahu sendiri kemampuan mas Hermawan, dia adalah pria yang rajin, ambisius dan pintar, buktinya dia mampu meraih kariernya dengan cepat. Masa pacaran kami dilewati secara normal saja, kami tidak pernah melakukan perbuatan di luar batas, kencan yang kami lakukan hanyalah sebatas makan malam, nonton, jalan-jalan tanpa tujuan di malam minggu, bergandengan tangan thats it hanya itu saja, kami hanya pernah melakukan kissing dan petting saja, tidak pernah sampai ke hubungan seks, Aku dan Mas Hermawan sepakat untuk menunggu hingga kami menikah. Mas Hermawan sendiri adalah pria yang lembut dan sangat sabar, sedangkan aku sangat kelewat manja, dan spontan, sejak mas Hermawan menjadi PNS, intensitas kencan kami memang agak berkurang, dia sangat workaholic, kerja..kerja kerja terus yang ada di pikirannya, bahkan jika sedang kencan saja, dia tak sungkan untuk menyudahi momen kencan kita, saat atasannya memerlukannya, hal itu membuatku sebagai wanita gusar. Kalau sudah begitu aku akan ngambek panjang, namun mas Hermawan selalu sabar menghadapiku, dia tahu bagaimana melunakkan hatiku lagi, anehnya setiap pertengkaran, malah membuat hubungan kami tambah erat, aku menjadi semakin mencintainya. Hubunganku dengan pihak keluarga mas Hermawan sangat dekat, orang tua mas Hermawan sudah menganggapku sebagai menantunya, mereka sangat menyayangiku, begitupula dengan kedua orangtuaku, mereka juga sangat menyayangi mas Hermawan layaknya menantu mereka, padahal kami berdua baru sebatas pacaran. Itulah sebabnya, ketika mas Hermawan mendapat surat tugas untuk mutasi ke Kota B di jawa Tengah, kedua belah pihak orang Tua mendesak kami untuk segera menikah, mereka khawatir hubungan kami akan hancur jika berjauhan, Akhirnya dengan bujuk rayu papah dan mamah, serta kedua orang tua mas Hermawan, aku menyetujui pernikahan tersebut. Dan kini, sejak hari ini aku resmi menyandang status sebagai istri PNS
*** ​
“Yank, kita nanti di kota B tinggal dimana? Apa jauh dari Mall?” tanyaku pada suamiku saat kami sedang bersiap-siap mengemas barang-barang pribadi kami. “Disana aku di kasih rumah dinas yank, katanya sih bagus, sebentar..” Mas hermawan kemudian mengambil Hpnya dan memperlihatkan gambar rumah padaku. “Lumayan juga kan yank..” Ujar mas Hermawan kemudian, aku mengangguk, gambar rumah yang diperlihatkan cukup lumayan untuk kami berdua, sepertinya tidak terlalu besar, namun juga tidak terlalu kecil. “Disana ada mal gak sih yank, kaya di jakarta sini.” Tanyaku, aku memang tidak tahu apa-apa soal kota B itu, bahkan mendengar namanya saja baru sekarang ini. “Hm, namanya kota kecil yank, itukan kota kabupaten, kalau maksud kamu kaya Mall taman Naggrek, aku sendiri gak yakin ada, tapi kalau Mal kecil pasti adalah, emang kenapa sih yank, dasar anak mal heheh.” Mas Hermawan meledek. Aku mencibirkan bibirku padanya, “bukan gitu yank, kamu kan kerja, nanti aku dirumah terus kan bosen, kalau ada mal kan bisa belanja sambil ngisi waktu luang.” Ujarku. “Ya..kita lihat saja nanti ya sayang, soalnya aku sendiri juga gak tau, udah yuk kita tidur, besok pagi-pagi aku harus berangkat ke kantor pusat ambil SK tugas.” Mas Hermawan kemudian naik ke ranjang. “Ya yank, kamu tidur dulu aja, aku mo nonton drama Korea, tanggung nih,” jawabku sambil tersenyum padanya. “Ya udah, aku tidur dulu ya, jangan kemalaman nontonnya.” Ujarnya lembut. Aku hanya mengacungkan jempolku padanya.
***​
Tak terasa seminggu lagi aku akan pindah ke kota B mengikuti suamiku bertugas di sana, aku dan suamiku berencana untuk membawa mobil ke sana, sebenarnya Kantor suamiku memberikan alat transportasi juga di sana, namun suamiku ingin membawa mobil sendiri, ketika pihak kantor meminta suamiku memilih antara mobil dan motor sebagai alat transportasi, suamiku memilih motor, menurut pertimbangan suamiku, motor bisa lebih bermanfaat jika suatu saat ingin ke pasar atau membeli keperluan di warung . Siang tadi aku berjalan-jalan bersama suamiku ke mal untuk membeli beberapa keperluan pribadi, aku belanja beberapa keperluan pribadiku, sebagai antisipasi jika di tempat baru nanti barang-barang tersebut tidak ada, barang-barang seperti parfum, lotion, skincare dan lain-lain, sedangkan untuk keperluan rumah, kami berdua sepakat untuk membelinya disana, apalagi mamahku juga akan ikut untuk menemaniku selama seminggu di tempat baru. Sudah 3 bulan kami menikah, dan beberapa hari ini tubuhku terasa lebih cepat lelah, sejak pulang dari mal tadi aku langsung berbaring di kasur, aku merasa lelah sekali, perutku juga rasanya sakit, dan gak tau kenapa aku agak mual sekali hari ini. “Kamu sakit yank?” ujar suamiku yang duduk disisiku, telapak tangannya meraba keningku, “tapi gak panas, mungkin kamu kelelahan kali yank, atau mungkin mau datang bulan makanya perutmu sakit, biasanya kan gitu.” Mendengar ucapan datang bulan, tiba-tiba aku teringat, harusnya aku sudah dapat tamu bulanan, tapi ini kok sudah seminggu ini telat, aku ingat kapan haid terakhirku, dan sesuai perhitunganku harusnya aku sudah dapat tamu bulanan, “apa jangan-jangan?” batinku curiga, aku menatap suamiku. “Yank, kayaknya aku telat datang bulan deh, apa jangan-jangan aku hamil ya,” aku menatap suamiku. “Ahh kamu yakin yank?” terlihat semburat raut gembira di wajah suamiku. “Ya yank, harusnya sekarang ini aku sudah dapat, tapi kok belum, coba deh yank kamu beli alat testpack.” Pintaku. “Ok..ok, aku beli sekarang.” Secepat kilat suamiku menghilang. “Yank…” aku berteriak memanggilnya, namun rupanya suara motor kudengar meninggalkan rumah, “ihh si ayank mah, aku mau nitip cemilan juga.”
***​
Tok! Tok! Tok! “Yank udah belum sih kok lama banget.” Suara suamiku di depan pintu kamar mandi terdengar tak sabar. “Bentar yank.” Sahutku, aku menggenggam alat test pack ditanganku, aku tersenyum melihat garis dua di alat tersebut, tak terasa air mataku keluar, aku menutup mulutku, “ya ampun, aku bakalan jadi mami.” Aku membuka pintu kamar mandi, kulihat disana suamiku memandangku tajam, dia menanti kabar dariku, tentunya dia menanti kabar baik, aku yakin suamiku sudah tak sabar mendengar berita bahagia ini. “Gimana yank, kamu hamil kan, yank..ihh kok malah diem, yank..” cecar suamiku, dia yang kalem kini terdengar cerewet sekali. “Taraaa…” aku menyerahkan alat testpack itu padanya, suamiku mengambilnya dan memandangku kembali. “Jadi gimana, aku gak ngerti.” Ujarnya, hampir saja membuatku tertawa melihat keluguannya, Hermawan yang ahli menghitung dan membaca diagram, gak tau apa-apa tentang arti dua garis yang tertera di testpack ditangannya. “Yank, kamu akan jadi papi, dan aku jadi mami..” ujarku pelan. Tiba-tiba dia memelukku, aku terkejut dan merasa sesak, “Serius yank..astaga puji Tuhan…aku akan jadi papi yank, ya ampunn.” Suamiku membawa alat test pack itu ke ruangan Tv, disana dia duduk sambil terus memandangi alat testpack tersebut, aku menghampirinya dan memeluk lehernya dari belakang. “Puji Tuhan..Puji Tuhan, terima kasih yank..” ujarnya sambil memeluk lenganku. “Kita harus segera ke dokter yank, kita harus memastikan, yuk kamu siap-siap, kita ke dokter sekarang, kayaknya klinik dokter kandungan di ruko depan masih buka yuk yank..” ujarnya tiba-tiba. “Sekarang juga yank? aku ganti baju dulu ya..” balasku. “Gak usah lah, kan cuma dekat kok. Yuk aku keluarkan mobil dulu ya,” suamiku kemudian keluar, aku hanya mengernyitkan dahi, namun aku juga mengikuti suamiku keluar.
***​
“nah ini coba bapak dan ibu perhatikan bulatan kecil ini adalah benih yang sedang berkembang, ya saya bisa memastikan bahwa ibu saat ini sedang hamil sekitar 3 minggu.” Bu dokter Aulia tengah menjelaskan gambar yang tertera di layar USG. Dokter kemudian meninggalkan alat USG dan berjalan menuju tempat duduknya, suamiku dan perawat membantuku bangun, dan merapihkan pakaianku, kami berdua menuju ke hadapan dokter Aulia. Dokter itu tengah menulis di sebuah kertas, “Ini saya buatkan resep untuk Vitamin dan penguat kehamilan ya bu,” “Apa istri saya perlu bedrest dok.” Tanya suamiku. Dokter aulia menatap suamiku dan diriku bergantian, “tak perlu, jalankan aktifitas saja secara normal, yang penting jangan berlebihan, juga asupan gizinya diperhatikan dan kontrol sebulan sekali.” Dokter Aulia kemudian menyerahkan resep pada suamiku. Suamiku juga bertanya tentang rencana perjalanan ke kota B dengan mobil, menurut bu dokter, tak ada yang perlu dikhawatirkan, jalan santai saja, lagipula di mobil kan bisa tidur. Akhirnya kami pulang kembali, sejak dari dokter kandungan, mas hermawan menjadi super protektif padaku, kadang aku agak jengah juga, namun juga merasa lucu, contohnya dia memapahku bagai orang yang tengah hamil tua saat turun dari mobil, aku tergelak, dan mengatakan padanya kalau kehamilanku masih dini, aku masih sanggup berjalan sendiri. Kami berdua sepakat untuk merahasiakan kehamilan ini pada keluarga besar, kami berencana memberikan kejutan saat acara makan malam bersama keluarga besar di rumah sebelum kami pergi. Akhirnya saat pengumuman kehamilanku tiba, ayahku sedikit emosional mendengarnya, dia memeluku sambil menangis, dia benar-benar tak percaya sebentar lagi menjadi kakek, begitupula kedua orang tua mas hermawan berulang kali mamah mertuaku menciumku dengan perasaan terharu, begitu juga kerabat lain, mereka sangat bahagia mendengar berita tersebut.
***​
Kami sedang bersiap untuk melakukan perjalanan jauh, menurut gmaps, waktu tempuh rata-rata dari jakarta ke kota B memakan waktu sekitar 9 jam, suamiku telah mempersiapkan kendaraan dengan cermat beberapa hari lalu, semua ban telah diganti, dan mobil juga sudah diservis. Mamahku sejak malam nginap dirumah, pagi ini kedua mertuaku datang untuk melepas kami, begitupula Papah, tadinya dia ingin ikut, namun mamah melarang, karena rumah orang tuaku sedang direnovasi, jadi tukang banyak yang kerja dirumah, mamah meminta Papahku mengawasi tukang-tukang yang bekerja. Papahku, Kokoh, dan kedua mertuaku bergantian saling memeluk aku dan mas hermawan, mereka berpesan untuk berjalan santai saja, sering-sering singah di rest area agar diriku tak lelah, mereka sangat kuatir dengan kondisi kehamilanku, ada rasa berbunga-bunga di hatiku mendapat begitu banyak perhatian dan cinta dari keluarga besarku ini. Kami kemudian berangkat tepat jam 9 pagi, kebetulan cuaca terlihat mendung tipis, jadi agak adem untuk berjalan, dalam perjalanan, mas hermawan selalu berhenti di rest area yang ditemui, kami membawa banyak camilan, mas hermawan beralasan agar aku dan dedek bayi tidak lapar, sepanjang jalan aku lebih banyak tidur, entah kenapa aku kini sering gampang tidur, mungkin dalam Vitamin yang diberikan dokter ada obat tidurnya kali hihi. Karena sering berhenti di rest area, perjalanan kami menjadi sedikit molor, harusnya pas maghrib kami sudah tiba, kini malah jam 9 malam kami baru tiba di rumah, sebelum kami memasuki kota B, suamiku menghubungi koleganya yang memegang kunci rumah, menurut suamiku, koleganya itu telah mencari orang untuk membersihkan rumah, dan kini keadaan rumah dinas suamiku sudah nyaman ditempati. Dalam perjalanan menuju rumah, kondisi diluar mobil sangat gelap, hingga akhirnya mobil yang dikendarai suamiku berhenti di sebuah rumah. Kulihat seoarang pria paruh baya tergopoh-gopoh menghampiri mobil. “Pak hermawan, selamat datang, saya yang bernama suryono pak,” Pria itu memperkenalkan diri, kami semua turun dan masuk kedalam rumah, aku tak menyangka rumah dinas ini ternyata cukup besar juga, ada ranjang yang telah rapih lengkap dengan spreinya. Saat aku ke kamar mandi, di bak mandi sudah tersedia air yang cukup bersih, rumah ini sangat bersih dan terlihat nyaman, mamahku juga menyetujui pendapatku ini. “Apa pak hermawan dan ibu sudah makan? Kebetulan saya juga gak tahu selera bapak dan ibu, nanti kalau saya siapkan takut gak doyan, maklum kan dikampung beda pak.” Ucap Pak Suryono. “Yank kamu lapar? Atau mamah?” tanya mas hermawan padaku dan mamah, kami berdua menggeleng, yang kami inginkan saat ini bukan makan, tapi menghempaskan diri di ranjang untuk tidur. “Terima Kasih banyak pak, kami tadi sudah makan di jalan, paling sementara kami ingin isirahat saja.” Ujar suamiku. “Baiklah pak, oh ya itu air galon sudah saya ganti dengan yang baru, saya pulang dulu ya pak, silahkan istirahat dulu pak, mari ibu.” Pak Suryono kemudian pamit. Sepeninggal pak suryono, aku kemudian mencari peralatan mandiku, tubuhku rasanya sudah lengket, aku memang terbiasa mandi sebelum tidur. “Mamah mau mandi? Kalau mamah mau mandi pakai peralatan Susan aja, daripada nyari-nyari lagi di tas.” Ujarku pada Mamah. “Gak ah, mamah mau tidur aja, capek banget, tapi bentar San, mamah mau pipis dulu.” Mamah kemudian bergegas ke kamar mandi. “Yank tas-tasnya taroh disini dulu ya, besok baru kita rapihkan.” Ucap mas hermawan, aku hanya mengangguk. “Udah tuh san, sudah kamu cepat mandi sana nanti keburu malam, ihhh dingin juga airnya loh, kamu yakin kuat mandi?” Ucap mamah. “Kalau gak mandi nanti Susan malah gak bisa tidur mah.” Jawabku, aku lalu bergegas ke kamar mandi. Ternyata benar juga kata mamah, airnya sangat dingin sekali, “aduhh tapi seger ah enak..” aku lalu membuka semua pakaianku hingga telanjang bulat, tidak ada shower atau pengatur air panas dan dingin seperti di rumahku, yang ada hanya gayung untuk mandi. Aku lalu menyiramkan tubuhku dari rambut, aku langsung menggigil kedinginan, “ya ampunnnn dingin banget.” ……………………………….. Bersambung

Beauty and Her beast Chapter 2 (Rumah Baru, Lingkungan Baru)​
Hermawan pagi-pagi sudah bangun, setiap hari Hermawan selalu bangun jam setengah enam pagi, biasanya dia melakukan jogging sampai pukul 6, lalu bersiap ke kantor tepat jam 7 pagi, rutinitas yang tiap hari dilakukannya, dia lupa jam berapa semalam dia tidur, namun yang jelas seusai dia masukkan tas, dia langsung tidur. Hermawan melihat Susan sedang lelap tidur, sepertinya istrinya ini sangat lelah, Hermawan mengendap-endap keluar, dia tak ingin membangunkan istrinya, tadinya dia ingin jogging, tapi dia lalu melihat tas-tas besar masih tergeletak di depan kamar, dia juga malas mencari sepatunya. Hermwan membuka pintu depan, seketika udara segar menerpa tubuhnya, ternyata depan rumahnya adalah sawah yang hijau, semalam saat tiba semua gelap tak kelihatan, kini pagi ini sangat indah dan terasa segar, sawah yang menghijau, siluet gunung di kejauhan bersamar dengan embun yang mulai menipis. Hermawan menghirup udara pagi dalam-dalam, udara pagi terasa sejuk, Hermawan memejamkan mata dan merentangkan tangan dan menegadahkan wajahnya, dia berkali-kali menghirup dalam-dalam udara pagi yang segar, sesuatu yang tak pernah dia rasakan di Jakarta, tiba-tiba suara gongongan Anjing mengagetkannya. “Hei Obbi kenapa kamu tak sopan dengan tetangga kita.” Suara seorang pria menghardik anjing yang mengonggong tersebut, seolah anjing itu mengerti bahasa Tuannya, Anjing itu terdiam. “Maaf ya pak, Obbi anjing saya selalu begitu setiap bertemu orang baru, ini pasti pak Hermawan ya, kemaren pak Yono bercerita pada saya saat membereskan rumah ini, perkenalkan nama saya robin, rumah saya sebelah bapak.” Pria paruh baya yang membawa anjing itu memperkenalkan diri. Hermawan terpaku pada Anjing itu, postur anjing itu sangat besar, tinggi tubuhnya sejajar dengan perut Pak robin, Anjing itu berwarna hitam, matanya menyala-nyala membuat hati menjadi gentar berhadapan dengan sosoknya. “Ga apa-apa pak, anjing saya ini gak liar bapak gak usah takut.” Pak robin mencoba menenangkan Hermawan, pak robin menyangka tetangganya itu ketakutan. Diluar dugaan Hermawan malah mendekati Anjing hitam berjenis Rottweiler itu, perlahan-lahan Hermawan menjulurkan tangannya menyentuh kepala Obbi, mata Hermawan menatap mata Obbi, seolah berkata “aku bukan orang jahat, aku ingin berteman denganmu.” Dilain pihak, pak Robin bersiaga memegang tali Obbi dengan kencang, pak Robin takut kalau Obbi tiba-tiba menyerang tetangga barunya ini. Namun kembali Pak Robin merasa aneh, Obbi membiarkan saja Hermawan mengelus kepalanya, suara lengkingan didalam tenggorokan Obbi meyiratkan kalau Obbi menganggap Hermawan bukan orang yang berbahaya. “Dulu saya punya anjing berjenis sama dengan Obbi ini pak, dari dia masih puppy sampai sebesar ini, sayang dia kemudian mati pak, saya sempat terpukul dengan kematiannya, nanti saya perlihatkan foto anjing saya itu, persis mirip dengan Obbi ini.” Ujar Hermawan yang kini mulai akrab dengan Obbi, bahkan Obbi membiarkan Hermawan memeluk kehernya bagai sahabat. “oh ya maaf kelancangan saya, perkenalkan nama saya Hermawan pak, saya baru datang tadi malam, saya adalah tetangga baru bapak, ehmmm tadi siapa oh ya, Pak Robin, salam kenal pak.” Hermawan menjulurkan tangan kepada Pak Robin, keduanya bersalaman. “Saya masuk dulu pak Hermawan, mau mandi dulu, permisi.” Pak Robin meminta diri, dan masuk ke rumah, Hermawan melihat rumah pak robin, rumah itu sangat asri, sepertinya pak robin membeli dua kapling dan dijadikan satu, pagar rumah pak robin terbuat dari papan kayu jati, disusun sedemikian rupa dengan sedikit sela, orang diluar dapat melihat betapa asri pekarangan pak robin yang ditanami pohon-pohon, dan bunga-bunga yang indah
***​
Aku terbangun pagi itu, tubuhku sangat segar, terasa udara segar masuk kerumahku, aku lalu keluar kamar, aku tak menemukan mas Hermawan di depan kamar, ternyata aku melihat pintu depan terbuka, aku menuju ke halaman depan, disana aku melihat mas Hermawan sedang berbincang-bincang dengan seseorang. Aku lalu pergi ke belakang, ke kamar mandi, perutku terasa mulas, aku buang hajat dan juga mencuci mukaku, tak lupa aku gosok gigi, tadinya aku ingin mandi, tapi air kamar mandi terasa dingin pagi itu membuatku gentar, aku hanya membasuh wajahku, tubuhku terasa sangat segar, sepertinya cukup lama aku tidur, ternyata kota ini tak seburuk dugaanku, lumayan lah untuk first impression. “Yank kamu tadi ngobrol ama siapa?” aku mendekati suamiku yang sedang membuka tas. “ohh yang tadi, kamu lihat juga ya, itu bapak yang punya rumah sebelah, yank kamu ingat dio gak?” mas Hermawan memandangku. “Dio? Aku lupa yank, dio siapa?” Tanyaku aku benar-benar lupa. “Dio itu anjing kesayanganku yank, masa kamu lupa.” Ujar Mas Hermawan mengingatkanku. “Ohh ya, emangnya kenapa yank, kok kamu nanya soal Dio?” tanyaku heran. “Tadi pak robin, tetangga kita itu sedang mengajak anjingnya jalan-jalan, ternyata anjingnya mirip sekali dengan Dio, pak Robin menyangka aku takut dengan anjing sebesar itu, dia malah suprise kami, maksudku aku dan anjingnya malah cepat akrab.” Jawab Mas Hermawan panjang lebar. “ohh gitu, yank kamu mau kopi atau teh? eh ya gas sudah ada kan tinggal pakai?” tanyaku. “Kayaknya sih tinggal pakai aja yank, semua sudah disiapkan pak Yono.” Jawab suamiku, tak lama mamahku bangun. “dingin juga ya san disini, air kamar mandi dingin gak?” tanya mamah yang baru keluar dari kamarnya. “dingin banget mah, susan tadinya mau mandi malah gak berani, ntar aja mandinya deh, bentar ya mah, Susan mau bikin minuman untuk mas Hermawan.” Ucapku “Ya, mamah juga mau cuci muka aja deh.” Ujar mamah kemudian ke kemar mandi. “Permisi…” tiba-tiba terdengar suara wanita di luar, aku kemudian menghampiri asal suara, seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik tersenyum manis padaku. Aku membukakan pagar rumahku, “ya bu..” sapaku bingung. “saya ibu robin tetangga sebelah rumah, ini jeng, saya kebetulan bikin pisang goreng dan ketan, monggo diterima.” Ujarnya sambil menyerahkan baki makanan padaku. “Aduh repot-repot bu, mari masuk bu.” Aku mengambil baki dari tangannya, dan mengajaknya masuk. “maaf jeng, lain kali saja, soalnya dirumah juga lagi repot, maklum ibu-ibu.” Bu robin menolak ajakanku masuk. “terima kasih ya bu, untuk pemberiannya.” Ujarku kemudian. “Gak usah sungkan jeng, dimakan ya selagi hangat.” Sahut bu robin, kemudian dia masuk ke dalam rumahnya. Aku kemudian membawa baki itu ke dalam rumah, dan meletakkannya di meja makan, aku kemudian membuatkan minuman segelas kopi untuk mas Hermawan, dan dua gelas teh hangat untuku dan mamah. “pisang goreng darimana yank.” Tanya suamiku “itu Yank, bu robin tetangga sebelah, tadi datang memberikan pisang goreng dan ketan, kayaknya enak nih.” Ucapku. Mamah yang telah selesai membasuh wajah, juga keluar dari kamar dan ikut duduk di meja makan, kami bertiga kemudian menikmati pisang goreng dan ketan pemberian bu Robin tetangga sebelah. Sambil makan, mamah mengatakan sepertinya keluarga pak robin itu dari sumatera, soalnya goreng pisang dan ketan adalah sarapan khas orang sumatera, belakangan memang tebakan mamah itu benar. Kami terus berbincang, dan berencana hari ini akan membeli peralatan untuk di dapur seperti kuali panci dan sebagainya, sekaligus membeli bahan makanan untuk dimasak. Di rumah dinas tersebut, mesin cuci dan Ac dan kulkas sudah tersedia, yang belum cuma peralatan masak saja, kalau peralatan makan aku rasa sudah cukup banyak untuk kita berdua, menurut mamah aku harus mencari asisten rumah tangga untuk mencuci dan membereskan rumah, kondisi kehamilanku membuat mamah tak ingin aku kerja keras, mas Hermawan pun setuju, namun aku sendiri menolak, aku gak ingin menopang dagu saja dirumah ini, di jakartapun aku tak ingin mempekerjakan ART, aku merasa adanya ART malah akan merepotkan, apalagi pekerjaan rumah tangga juga gak banyak, suamiku jarang makan di rumah, dia pergi pagi, lalu pulang jam 7 malam, suamiku sudah makan di luar, kalaupun tidak paling kita beli nasi goreng. Akhirnya mereka berdua mengalah padaku. Siangnya kami bertiga pergi keluar, kami ingin membeli peralatan dapur sekaligus jalan-jalan melihat-lihat kota B ini, dari informasi pak yono, tempat untuk membeli peralatan dapur yang komplit ada di toko “Sayang” jaraknya sekitar 10 km dari rumah dinas suamiku. Dan informasi pak Yono sangat akurat, disana kami emmbeli peralatan dapur yang kami inginkan, kami juga membeli beberapa wadah dari plastik untuk tempat menyimpan makanan, menyimpan kopi dan gula, semua yang kami rasa perlu kami beli ditempat itu, semuanya cukup komplit, sehingga kami tak perlu mencari-cari lagi di tempat lain. Sepulangnya dari toko peralatan dapur tersebut, kami menuju supermarket besar di kota ini, namanya Mitra super market, kami membeli mie instant, gula, kopi, teh, beras dan lain-lain untuk keperluan selama satu bulan, sebagaimana yang biasa aku lakukan di jakarta, tak lupa aku membeli beberapa camilan untuk aku iseng-iseng di rumah.
***​
Adanya mamah di sini sangat membantu, mamah membantuku mengatur rumah, hingga kini sudah punya berbagai macam peralatan dapur yang tersusun rapih, dan ini adalah hari kelima aku di kota ini, tadi pagi Mas Hermawan ngantor untuk pertama kali ditempat yang baru. Pagi itu setelah mas Hermawan berangkat ke kantor, aku mencuci pakaian dan juga daleman, “San, gak usah terlalu banyak, jangan kecapean ya.” Suara mamah yang mengkuatirkan kehamilanku. “ya mah, ini Cuma baju tidur dan pakaian harian mas Hermawan aja, gak banyak kok mah.” Aku berusaha menenangkan kekhawatirannya. Setelah selasai mencuci aku membawa cucianku ke pekarangan untuk menjemurnya, saat berjingkat menjemur, aku merasa nyeri luar biasa pada perutku, aku tertunduk memegang perutku, mamah yang melihat menjadi kaget dan panik menghampiriku.”susan kamu kenapa.” Mamah melihat darah mengalir dari balik dasterku, aliran darah itu menyusuri pahaku. Mamah menutup mulutnya, aku menyaksikan mamah namun lambat laun semuanya menjadi gelap.
***​
Aku terbangun di rumah sakit, dihadapanku ada wajah mamah, suamiku, pak robin dan bu robin tetangga sebelah rumah kami. “tadi pak robin membawa kamu ke rumah sakit, mamah bingung tadi saat kamu pingsan, untung saja ada pak robin yang langsung mengantar kita ke rumah sakit.” “kan apa mamah bilang, kamu jangan kerja terlalu berat, kamu bandel sih.” Ujar mamah lagi. Aku kemudin memandang suamiku yang sedang mengenggam tanganku, wajahnya terlihat murung, hatiku berdebar-debar menebak apa yang terjadi. “Yank gimana kehamilanku, apa…” tanyaku hampir menangis. Suamiku membelai rambutku dengan lembut, “thats Okey yank, yang penting bagiku kamu gak apa-apa.” Aku menangis sesengukan, aku sudah tahu apa yang terjadi, suamiku memelukku erat, dokter kemudian masuk keruangan. “keguguran bu susan gak ada hubungannya dengan kecapaian atau terlalu banyak bekerja, keguguran tersebut terjadi karena ketidak-mampuan janin untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya, artinya janin yang dikandung bu susan tidak berkembang, bisa dikarenakan beberapa hal, namun dari pemeriksaan bu susan mengalami mal fungsi suatu hormon yang menjadi penguat bagi janin…” Dokter tersebut terus berbicara dengan istilah-istilah yang tak kupahami. Aku tak terlalu menyimak kata-kata selanjutnya, bagiku vonis keguguran sudah meremukkan hatiku.
***​
Setelah keguguran aku harus istirahat selama 2 pekan, mamah akhirnya menunda kepulangannya ke jakarta, dia terus menemaniku, mamah terus memberiku semangat, begitupula mas Hermawan, dia mencoba menutupi kesedihannya dariku, dia selalu menyemangatiku, memang benar…aku masih muda banyak kesempatan bagiku untuk hamil lagi. Lalu mamah kemudian kembali ke jakarta setelah aku mulai agak sehat dan kembali ceria, dan kini bu robin selalu menemaniku, setiap hari dia datang membawa makanan untukku, dan menemaniku ngobrol, aku kini malah menganggap bu robin sebagai orang tua sendiri, perhatiannya yang tulus padaku terasa nyata bagiku, aku kemudian bisa bangkit dari kesedihan. Bu robin selaalu mengingatkanku untuk meminum obat dari dokter, setelah keguguran, dokter memberikan terapi hormon padaku, aku sendiri tak paham hormon apa, yang jelas aku harus minum setiap pagi dan malam satu pil, dan kini sudah satu bulan aku menjalankan terapi hormon tersebut Untuk urusan seks, dokter tidak melarang aku dan suamiku berhubungan seks pasca keguguran, Cuma dokter melarang suamiku untuk membuahiku sampai terapi hormon selesai, sedangkan terapinya sendiri harus dijalankan selama 100 hari full, dan kini baru 30 hari berjalan. Setiap berhubungan intim, mas Hermawan kini harus menggunakan kondom, sepertinya dia tak nyaman dengan itu semua, belakangan ini intensitas hubungan intim kami mulai agak berkurang, entah karena sibuk, atau memang mas Hermawan yang tidak nyaman menggunakan kondom sehingga membuat dia malas. Tapi memang sejak sebulan ini, intensitas pekerjaan mas Hermawan cukup padat, tak jarang dia harus keluar kota untuk urusan pekerjaan, untung ada bu robin yang kini menjadi pengganti mamah, selalu menemaniku. Sejak aku terapi hormon rutin, banyak perubahan di tubuhku, entah kenapa kini putingku lebih besar dari sebelumnya, bentuk putingku lebih menyerupai puting dari ibu-ibu yang sedang menyusui, dan juga anehnya aku mengeluarkan air susu yang lumayan banyak, dan juga libidoku belakangan ini semakin tinggi, jadwal mensku juga agak ngaco, saat aku dan mas Hermawan konsul ke dokter, pak dokter hanya mengatakan itu reaksi normal dari terapi hormon. Karena payudaraku memproduksi air susu yang banyak, aku harus memerah susuku setiap hari, kalau tidak maka akan terasa sangat nyeri, kadang aku bisa memerah sebanyak 4 botol susu ukuran kecil, awalnya sih cukup menyebalkan, namun lambat laun aku terbiasa. Bu robin membantuku menyingkirkan susu yang telah kuperah, aku sendiri tak tahu apa dia buang atau gimana, aku sendiri tak peduli, karena ya disini juga gak mungkin disimpan terus, memerah susu sudah menjadi kegiatan rutinku sehari-hari. Sejak payudaraku mengeluarkan susu, mas Hermawan jadi semangat menyetubuhiku, dia menyukai rasa susuku katanya segar, aku juga aneh pada suamiku itu, namun aku sendiri menyukai agresifnya, mungkin karena air susu ini yang membuat mas Hermawan rajin menyetubuhiku. Namun aku sendiri juga heran dengan libidoku yang semakin meninggi, tak jarang saat siang aku sering sekali bermartubasi sendiri, sehingga akhirnya mas Hermawan membelikan aku sebuah dildo yang memiliki baterei, sejak punya dildo aku sedikit lega, libidoku ada pelampiasannya. Walau libidoku meninggi, aku tak pernah kepikiran untuk selingkuh, aku sangat mencintai mas Hermawan, apalagi kini aku sudah punya jimmi, aku menamai dildoku itu si jimmi hihi, yang mampu memuaskanku. —– BERSAMBUNG

Chapter 3
Pengalaman Baru, Aneh Tapi Nagih​
Siang itu seperti biasa, setelah memerah susu ke botol aku menyimpannya di kulkas, aku lalu ke kamar mencari jimmy yang kusimpan di lemari, hari ini mas hermawan berangkat ke semarang dan besok baru pulang. Sejak pagi aku tak melihat sosok bu robin, biasanya jam segini bu robin datang ke rumah membawa makanan kecil, serta mengambil susu, namun hari ini aku sama sekali tak melihatnya. Aku kemudian meletakkan dildoku kembali ke lemari, hasratku tiba-tiba menguap, aku berencana ke rumah bu robin, aku kuatir beliau sakit, hubunganku dengan bu robin semakin dekat bagai ibu dan anak, bu Robin telah kuanggap pengganti ibuku disini, beliau benar-benar menjelma sebagai sosok ibu yang membuatku nyaman dan merasa aman disini. Baru saja aku hendak keluar, aku mendengar suara bu robin diluar, aku bergegas membukakan pintu untuknya, saat aku melihatnya, raut wajah bu Robin seperti murung dan sedih, tidak seperti biasanya. “Ada apa bu, kok kelihatannya sedih banget. Susan baru aja mau ke rumah ibu.” Tanyaku sambil mengenggam tangannya mengajaknya duduk. “Susan, ibu harus pulang ke medan, bapak mertua ibu atau bapak kandung pak robin meninggal dunia tadi malam, ibu jadi bingung.” Ucapnya lirih “Bingung kenapa bu.” Tanyaku yang malah bingung. “Kamu tau kan, betina si Obbi baru saja melahirkan sebulan lalu, dan sejak melahirkan, betina si obbi itu menghilang enggak tahu kemana, sudah ibu cari kemana-mana tak juga ketemu, ehmmm..” bu robin menghentikan ucapannya. “Terus bu..” aku jadi penasaran melihat tatapan matanya padaku, seolah beliau menyimpan rahasia dariku. “Sebelumnya ibu minta maaf ya susan, aduh gimana ngomongnya ya, harusnya ibu gak melakukan itu sejak awal.” Bu robin tertunduk. “Ibu kok malah bikin Susan bingung ini.” Tanyaku semakin bingung maksud dari bu Robin. Kemudian Bu Robin bercerita bahwa Susu yang kuperah dan diambilnya selama ini diberikan kepada Anak-anak Anjing Obbi. Aku sedikit terperanjat, mendengar pengakuannya, ternyata air susuku yang tiap hari kuperah diberikan kepada anak-anak anjing Obbi. “Maafkan ibu ya, ibu salah, tapi ibu gak bermaksud merendahkan kamu sayang, Cuma kan sayang dibuang, makanya ibu berikan, ternyata mereka menyukainya. Ibu minta maaf susan.” Ucapnya lirih merasa bersalah. “Ya saya mengerti bu, ibu juga benar, daripada dibuang lebih baik dimanfaatkan, gak apa-apa bu saya gak masalah.” Ucapku, mata bu robin menatapku. “Lalu apa hubungannya dengan berita duka tadi bu.” Tanyaku kemudian. Bu robin kini mengenggam tanganku erat, dia menatapku dengan tatapan memohon, “susan, ibu mau minta tolong ama kamu, tolong titip obbi dan anak-anaknya, hanya seminggu saja ibu janji, daripada di bawa ke tempat penitipan hewan, apa bisa menolong ibu nak.” Suara bu robin penuh nada permohonan. “Sebenarnya susu untuk anak-anak obbi itu sudah kami siapkan, jadi susan gak perlu memberikan air susu Susan lagi, ibu hanya minta tolong untuk titip obbi dan anak-anaknya saja, susu juga ada dikulkas sudah ibu siapkan untuk seminggu, bagaimana nak.” Tanya bu Robin. Tentu saja aku tak mampu menolak permintaan wanita baik ini, dia sudah banyak menolongku, berkat beliau aku bangkit dari kesedihan saat mengalami keguguran. “Tentu bu, saya akan bantu ibu, sudah ibu dan pak robin segera berangkat saja, soal obi dan anak-anaknya biar saya yang jaga, sudah jangan lama-lama bu, nanti tertinggal pesawat.” Ujarku. “Beneran san?” tanya bu robin memastikan. Aku mengangguk dan tersenyum padanya, tak lama dia mengucapkan terima kasih dan bergegas pulang.
***​
“Nak Susan, Bapak titip rumah ya, mudah-mudahan urusan disana cepat beres, jadi bisa cepat balik, salam buat suamimu ya, mohon maaf sudah merepotkan.” Ucap Pak robin sebelum naik ke mobilnya. “Ya Susan, ibu minta tolong ya, oh ya dikulkas ada daging untuk Obbi seminggu, kamu taro di tempat makannya aja, dia gak susah kok, ibu berangkat dulu ya.” Ucap bu robin, lalu perempuan separuh baya itu masuk ke mobil. Aku melambaikan tanganku saat mobil mereka mulai beranjak menjauh, aku melihat kunci rumah yang tadi diberikan, aku kemudian masuk kerumahku, rencananya nanti siangan aku akan ke rumah bu robin. Aku bermaksud melanjutkan bermarturbasi dengan dildo yang tadi tertunda, saat aku sudah siap, aku teringat dengan perkataan bu robin, kalau susu yang kuperah selama ini diberikan kepada anak-anak anjing Obbi. Entah kenapa, tiba-tiba aku merasa bergairah, timbul pikiranku, apakah anak-anak anjing itu bisa menyusu pada perempuan manusia? aku tersenyum-senyum sendiri membayangkannya. “apa aku coba aja ya, hmmmmmmmm gimana ya..” aku sedikit bimbang antara ragu dan penasaran, akhirnya aku memilih untuk mencobanya, hatiku berdebar-debar juga, aku takut anak anak anjing itu malah menggigit putingku , namun rasa penasaranku membuatku nekat. Aku memilih baju daster pendek sepaha, dengan kancing setengah didepan, daster ini memang khusus untuk ibu-ibu yang menyusui, aku beli dulu saat aku hamil. Aku tak mengenakan bra dan celana dalam dibalik daster itu, aku jadi kepikiran untuk masturbasi sambil netekin anak anjing, Huhhh mikirinnya aja udah bikin aku horni.
[URL=https://imgbox.com/9drGpyWo][/URL]​
aku berputar-putar di cermin melihat penampilanku, paha putihku terlihat menantang, panjang dasterku ini kira-kira setengah pahaku, setelah kurasa puas dengan penampilanku, aku kemudian pergi menuju rumah keluarga robin. Aku membuka pagar, aku melihat obbi sedang berdiri tegap memandangku, jika orang lain mungkin sudah terbirit-birit melihat sosok obbi, tampangnya sangar, tubuhnya tegap. Obbi berlari mendekatiku, aku sudah akrab dengannya, dijilatinya wajahku, kadang aku merasa dia sangat menyukaiku, obbi ini suka nakal kadang dia mencuri-curi menjilati bokongku saat aku main ke rumah bu robin siang-siang, entah kenapa sepertinya dia menyukai jika aku datang. Aku mengajak obbi ke dalam rumah, Obbi sendiri menurut dan berjalan dibelakangku, di dalam aku melihat ada 3 ekor anak anjing yang lucu-lucu, mereka sedang asik bercanda satu sama lain, aku menggendong salah satu dari mereka. “uuhhh, kalian pada lapar ya, bntar ya aku ambilkan susu kalian.” Ujarku gemas melihat kelucuan mereka, anak-anak anjing itu benar-benar menggemaskan, tiba-tiba aku ingin mencoba apa bisa mereka menetek langsung dariku. Aku membuka semua kancing dasterku, ku keluarkan bongkahan payudaraku, aku kemudian memencet puting susuku agar air susuku keluar, tak lama air susuku keluar, aku menggendong salah satu anak anjing itu dan mendekatkan wajahnya ke putingku, pertama anak anjing itu menjilati air susuku yang menetes, sensasinya luar biasa ku rasakan, aku kemudian tambah mendekati mulutnya..ya ampunn aku kini merasa hisapan disana, ternyata entah bagaimana dia bisa menghisap puting susuku, kini aku meneteki langsung anak anjing yang sedang kugendong ini. Anak-anak anjing lain menjadi ribut, penciuman mereka begitu tajam, mereka mencium bau susu yang mereka minum tiap hari, mereka berusaha melompat-lompat menjangkau payudaraku, mereka juga kelaparan dan butuh diteteki, anak anjing yang sedang menetk di putingku semakin intens seolah tak mau lepas. Aku kemudian berbaring di lantai, aku semakin eksiting dengan keadaan ini, entah kenapa gairahku muncul membayangkan meneteki anak anak anjing ini, ya ampunn. Bajuku menyulitkan aku untuk membuka kedua payudaraku, mereka berebutan ingin menetek padaku, akhirnya aku memutuskan untuk membuka dasterku ini, aku susah payah menarik salah satu anak anjing yang sedang lahap menghisap putingku. Saat terlepas anak anjing itu seolah menangis, dia mengeram-ngeram lirih,ohh ya Tuhan, naluri keibuanku muncul, “sabar ya sayang, mamah buka baju dulu, biar semua kebagian.” Mamah??? Kini aku mulai berfantasi sebagai ibu mereka, aduhhhhhhh. Aku kemudian melepaskan dasterku hingga tubuhku kini bugil tanpa sehelai benangpun, aku kemudian tiduran menyamping, ternyata posisi ini sulit bagi anak-anak anjing itu menjangkau putingku. Aku melihat Obbi hanya diam sambil berbaring menatapku, seolah sedang menyaksikan betinanya memberi susu pada anak-anaknya Akhirnya aku menirukan posisi anjing, aku menungging, payudaraku menjuntai ke bawah, kini anak anak anjing itu mulai menghisap air susu langsung dari puting payudaraku, rasanya aneh melihat naluri mereka untuk menetek, tak ada rasa sakit yang kurasakan, aku malah merasa nyaman bagai meneteki anak sendiri, tak lama semua telah kebagian, mereka kemudian berbaring setengah mengantuk, sepertinya mereka telah kenyang.
[URL=https://imgbox.com/Sn7nUPx6][/URL] Hanya Ilustrasi​
Aku sendiri sudah merasa pegal di lututku, saat aku ingin berdiri, tiba-tiba ada kekuatan yang mendorongku, aku kaget dan melihat ke belakang, obi tengah mengeram dan mengonggong padaku, aku kaget dan sedikit takut dengan sikap obbi, dia naik ke bokongku, berusaha memasukkan kontolnya ke dalam memekku, aku tak bisa menghindarinya, tenaganya cukup kuat menindihku, setelah berkali-kali gagal, akhirnya dengan satu hentakan kontolnya masuk ke memekku, aku terpekik. “obbi jangan ohhh obii jangan..” aku sedikit takut, memekku terasa sakit saat kontol obbi terbenam masuk, obi dengan naluri hewannya menggenjotku tanpa ampun, lama-lama aku merasa nikmat di memekku, hampir 2 menit obbi mengenjotku, kemudian dia terdiam, aku merasakan simpul kontolnya membesar seiring cairan yang menyemprot ke rahimku. Aku merasakan kontol obbi di bagian bonggolnya membesar, dan membuat getaran nikmat di memekku, obbi berusaha melepaskan dirinya, saat merasa telah menyiramkan semua benihnya. “Ohh obbii, jangan dipaksa sakitt.” Aku menjerit, rasanya perih, refleks aku menahan pantat obbi, sepertinya obbi memahamiku, dia tak memaksakan untuk melepaskan kontolnya dari memekku. Sekitar 15 menit kemudian kontol obbi yang kecoklatan meletup keluar dari memekku, bersamaan itu, cairan putih menyemprot keluar dari memekku, cairan sperma obbi sangat banyak keluar menetes-netes dari lubang memekku,. Obbi menjilati memekku, menjilati cairan spermanya sendiri yang keluar dari memekku, aku terpejam merasakan nikmat luar biasa, lidah panjang obbi sangat hangat merayap mengelus memekku. Aku kemudian terhempas berbaring, napasku memburu, aku merasa berdebar-debar, ini kali pertama seekor anjing menyetubuhiku, dan rasanya sulit kuungkap dengan kata. Aku berbaring telentang, obbi menghampiriku, kembali menjilati wajahku, aku hanya pasrah, saat lidahnya menjilati mulutku, aku refleks membuka mulut, lidah panjang obbi mengorek mulutku, ohh luar biasa si obbi ini, aku membalas berperang lidah dengannya, Obbi berputar-putar di hadapanku, aku melihat kontolnya sangat besar, aku kaget menyaksikan ukuran kontol obbi, sepertinya lebih besar dari kontol suamiku, aku gemas kemudian menangkap kaki obbi yang berada didepanku, aku hisap kontol obbi yang masih menyemprotkan sisa-sisa spermanya, ugghh beginikah rasanya sprema,bahkan aku tak pernah merasakan sperma suamiku, tapi kini, aku bagaikan betina jalang yang haus sperma pejantanku yang gagah ini…ohh ya Tuhan… Aku kemudian berbaring miring, Obbi berbaring di dekatku. “kamu nakal ya……….gila kamu, kamu mau jadikan aku betinamu ya, meneteki anak-anakmu, melayanimu seperti seorang istri? Hihihi..” —— Bersambung

Gallery for Beauty And Her Beast Lover