Asmara Liar Pantai Pangandaran

Sepoi angin pesisir menerobos jendela dan pintu kamar hotel yang sengaja tidak kututup, hanya dihalangi tirai tipis sehingga kami tetap dapat menikmati panorama hamparan laut nan biru di bawah sana dari dalam kamar. Vitrasi itu melambai-lambai tertiup angin yang hangat, sehangat suasana hati kami berdua yang tengah diserbu gelombang asmara. Ketika itu aku tengah berlibur di Pantai Pangandaran yang eksotis, menikmati sebuah long weekend ditemani Anna, pacarku yang sangat cantik. Betapa beruntungnya aku bisa dipertemukan dalam suatu peristiwa yang cukup genting ketika ia dan Raymond, Boss bulenya hampir dikeroyok pengemudi taxi karena kesalahpahaman. Saat itu aku bisa membantu menyelesaikan dan dihadiahi “permainan bertiga“ yang luar biasa. Sejak saat itu aku begitu terobsesi untuk mendekati wanita secantik dirinya dan sangat heboh dalam urusan ranjang. Aku tidak peduli meski Anna ternyata berstatus istri Dani, anak buah Raymond. Akhirnya kululuhkan juga hatinya dan aku berhasil mengajaknya berlibur seperti saat ini mumpung suaminya lagi berdinas ke Malaysia beberapa minggu. Kami bergulat di atas ranjang empuk dan besar mengumbar birahi cinta. Anna sudah dalam keadaan telanjang bulat sementara aku masih menyisakan celana dalam saja. Kami saling berpagutan penuh nafsu, saling meraba dan meremas apa yang kami inginkan. Tidak bosan- bosannya tanganku menyusuri permukaan kulitnya yang halus mulus, mengalir naik turun di lekuk tubuhnya yang molek. Buah dadanya memang tidak terlalu besar, namun terasa padat dan kencang karena dirawat dengan baik. Rajin latihan senam aerobik dan perawatan spa. Aku alihkan bibirku pada leher dan dagunya, mencecarnya dengan kecupan-kecupan penuh gairah. Terasa kedua payudara berikut putingnya semakin menegang. Ia menggeliatkan pantat dengan gaya yang erotis, sengaja menggesek- gesekkan selangkangannya pada tonjolan otot kejantananku yang masih terbungkus celana dalam. Batang sepanjang delapan belas centi yang sejak tadi telah menegang dipaksa semakin membengkak! Namun aku masih ingin menikmati kemolekan tubuhnya, tidak tergesa- gesa menuntaskannya. Kugulirkan kembali mulutku. Kini kedua bukit daging yang montok berikut putingnya menjadi sasaran ciuman dan jilatanku. Bongkahan padat itu semakin membusung dan menantang. Setelah sekian menit, terasa tangannya menekan-nekan kepalaku ke arah bawah, memberi kode apa yang diingininya saat itu. Kuturuti ajakannya dengan menurunkan ciuman dan jilatanku pada perut, lalu ke pusarnya dan semakin turun. Kutempelkan ujung hidungku diantara kedua pahanya yang dibuka lebar, menyusuri belukar yang sangat rimbun bak padang rumput savana. Beberapa saat kuhabiskan untuk mengendusi aroma khas syahwatinya yang memancar kuat. “Eeeeeghh… hssss!“ desisnya penuh arti ketika Anna semakin melebarkan kedua pahanya dan semakin merapatkan mukaku pada lipatan pahanya. Lubang yang tersembunyi diantara lebat bulu- bulu kemaluannya tampak sudah basah dan licin mengkilap. Bibir lubang itu telah sedikit merekah dan terasa sangat lembut ketika kujilat. Anna menggelinjang sambil menuntut lebih. Dengan penuh kemesraan kukulum bibir liang itu sembari menyedot dan menggigitinya dengan lembut. Anna semakin tak terkendali ketika cairan birahinya semakin deras mengalir. Kugunakan ujung lidah untuk mengkais-kais dan mengosok- gosok. Kadang naik turun, kadang memutar- mutar, kadang menekan-nekannya. Anna benar-benar sudah nyaris berada di bagian paling tinggi dalam gairah yang panas. Ia mengayun-ayunkan pinggulnya dengan liar mengimbangi serangan lidahku. Tangan dan kedua pahanya menjepit kepalaku, memaksa lidahku tetap berada di tonjolan paling sensitif dari tubuhnya. Ia mempercepat hentakan pantatnya hingga level maksimal. Dan… “Aaaaachhhhhhhhhh…!!!“ jeritnya panjang. Pegangannya mengendur namun aku justru memperkuat lumatanku disana sehingga memaksanya kembali menegangkan tubuh sambil menjerit penuh kepuasan. Tiga kali kubuat Anna mendapat klimaks berurutan. Ketika kucoba melepaskan celana dalam, bersiap-siap untuk menindih tubuhnya yang tergolek pasrah dan menjawab undangan bercintanya, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu yang sungguh mengganggu. Kami saling bertatapan sembari mendengus kesal harus menunda hasrat kami yang sudah naik ke ubun- ubun. Kuraih celana boxerku lalu memakai begitu saja tanpa celana dalam. Sementara Anna sekedar menutupi ketelanjangannya dengan bed cover putih tipis. Saat kubuka pintu, aku cukup terhenyak dengan kehadiran sesosok pria keturunan China hampir paruh baya yang tadi sempat memberikan pertolongan pada saat mobil kami mogok di jalan. “Ooh! Pak Wei…“ ujarku spontan. “Boleh saya masuk, Ronie? Hehehe.“ balasnya sambil melempar tawa khasnya yang terdengar sangat nakal. “Eeenghh…?!?“ aku ragu-ragu menjawab tapi tetap saja kulebarkan pintu. “Siapa, Ron?“ seru Anna dari atas ranjang. “Hai, Sayang!“ jawab Wei saat menampakkan dirinya. “Pak Wei?“ ucap Anna terperanjat. Lelaki itu langsung ngeloyor mendekati kekasihku, lalu duduk di sampingnya. Kemudian memberi sebuah kecupan penuh makna di bibir merah menyala wanita cantik itu. Anna tidak menolak bahkan membalas sehingga sempat berciuman sebentar. Mata Wei dengan liar memelototi setiap lekuk tubuh molek Anna yang masih tertutup kain tipis. “Ckckck, kamu benar-benar terlihat makin cantik. Hehehe,“ pujinya sambil meraba paha Anna yang tergolek tanpa penutup. Aku sendiri hanya dapat mengawasi dari sofa, masih heran dengan kejadian ini. Tanpa kutanya, Anna langsung mengenalkan siapa lelaki itu. Dia ternyata Boss di perusahaan tempat Anna bekerja, WNI yang tinggal di Hongkong membawahi bisnis se Asia Tenggara, yang saat ini sedang berlibur bersama istrinya. Ternyata lelaki itu tidak sekedar penolong, tapi orang penting. Pantas Anna mau diperlakukan sedemikian kurang ajar. “Ibu dimana, Pak Wei?“ tanyaku mencairkan suasana. “Di kamar. Lagi dipijat, hehehe.“ jawabnya dibarengi tawa yang khas. “Mau ngintip?“ sambungnya seraya beranjak dari ranjang menuju Tv LCD dua sembilan inch yang ada di atas meja rias memanjang di seberang ranjang, menghubungkan dengan sebuah tablet. “Aku tadi sempat memasang mini cctv di tempat tersembunyi,“ imbuhnya sambil menekan tombol. Alamak! Tampak seorang tante dengan tubuh yang sudah mekar telentang telanjang bulat di atas kasur sedang menikmati pijatan sensual dari seorang pemuda di pahanya. Kedua pahanya yang dibuka cukup lebar membuat bagian selangkangannya dapat terlihat dengan cukup jelas. Tembem berbulu lebat dan tampak masih sangat nikmat untuk dimasuki. Otot di selangkanganku langsung menegang. “Wah, seru nih!“ ujar Anna yang tiba-tiba sudah berdiri di dekatku berlilitkan bed cover tipis tadi. Ia memilih duduk di tengah diantara aku dan Boss, di tangannya tergamit sebatang rokok Black Menthol kegemarannya. “Wow! Masih cantik dan sangat merangsang, Pak Wei!“ jawabku polos ketika lelaki itu menanyakan pendapatku tentang istrinya. Lelaki itu menanggapi dengan tertawa renyah penuh kebanggaan. “Semua rekan-rekanku juga bilang begitu, Ron. Kata mereka, vagina istriku juga masih sangat nikmat!“ ia mengacungkan jempol di depanku. “Tapi… jangan dibandingkan sama wanita cantik yang ini lo!“ lanjutnya sembari mencolek dagu Anna. Pak Wei cerita kalau Anna telah menjadi bahan pembicaraan yang hangat di tingkat top menagement setelah beberapa pejabat tinggi menunjukkan beberapa foto bugil wanita cantik itu serta pengalaman ketika berkencan dengannya saat berdinas di Indonesia. “Amazing!“ itu komentar mereka. Tidak ada satupun yang tidak penasaran ingin mencicipi kenikmatan tubuh Anna. “Beruntung sekali aku bisa tidak sengaja menjumpaimu, Sayang!“ imbuh Wei sembari mencium pipi kanan Anna. “Ahhh! Pak Wei sangat berlebihan.“ tukas Anna merendah dengan wajah sedikit memerah. Di layar, pemijat itu kini dengan berani sedang merabakan tangannya yang berlumuran minyak tepat di selangkangan istri Pak Wei. Wanita itu terdengar merintih nikmat sampai pinggulnya diangkat-angkat. Kemudian tampak wanita itu menarik leher si lelaki untuk mengajaknya berciuman semsementara jari lelaki itu masih asyik mempermainkan lubang syahwatnya. Tidak lama kemudian Istri Pak Wei menggelepar- gelepar diterjang gelombang orgasme. Selanjutnya wanita itu memerintahkan pemuda itu untuk segera menyetubuhinya. Aku baru menyadari kalau tangan Pak Wei sudah menempel di dada Anna, meremas-remas dengan penuh gairah. Sementara tangan Anna diselipkan di selangkangan lelaki itu, meremas- remas tonjolan di sana. Anna menoleh ke arahku dengan mata yang sayu memancarkan hasrat bercintanya yang tinggi. Kutempel bibir ke bibirnya dan kami saling memagut dengan buas. Ia juga mengulurkan tangan yang lain untuk memijit otot di selangkanganku yang sudah begitu tegang. Pak Wei memelorotkan bed cover yang dikenakan Anna sehingga muncullah seonggok tubuh molek dan padat tanpa penutup apapun miliknya. “Wuih! Payudaramu benar-benar indah!“ seru lelaki itu sebelum menyerbu dengan mulut dan tangannya. Kupakai sebelah tangan untuk menyentuhi bagian melengkung yang lebat ditumbuhi bulu diantara lipatan paha Anna yang sedikkit dikangkangkan. Menggesek-gesek tonjolan sebiji kacang polong sebentar sampai kudengar Anna mulai mendesah nikmat dan mengginjangkan badannya, lalu kutusukkan dua jari ke dalam liang yang sudah becek dan menganga itu. Kucari bulatan di kedaman lima enam centi lalu menggosoknya dengan lembut. Anna menoleh ke arah Pak Wei untuk mengajaknya berciuman. Ia sudah sangat terangsang, terasa dinding dalam memeknya berkontraksi dengan kuat, sehingga kupercepat tusukan-tusukan jariku secepat mungkin. Anna melepaskan bibirnya dari pagutan Pak Wei hanya untuk memekik-mekik tak karuan sementara mulut Pak Wei kembali pada payudara montok itu sambil mengawasi tanganku lewat ujung matanya. Anna menggeliat-geliat dan mengoyangkan kepalanya di sandaran sofa ke kanan dan ke kiri. Tubuhnya menggigil saking tegangnya dan perutnya mulai gemetar. ”Crotttt! Crottttt! Crottttttt!“ mendadak terjadi semburan cairan bening dari dalam liangnya disertai lenguhan panjang. Semburan itu semakin deras dan terus berlangsung selama aku menusuk-nusuk dengan sangat cepat, bahkan berubah menjadi pancaran seperti geyser, air mancur dari dalam perut bumi. Kucabut jariku setelah Anna memohon- mohon aku menghentikannya. Sofa dan karpet di bawahnya basah kuyup oleh semburan cairan kepuasannya. Boss Wei yang sudah sangat terangsang kemudian merengkuh tubuh bugil Anna dalam bopongannya, membaringkan di tepian ranjang sementara ia dengan tergesa-gesa melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya. Anna menunggu sambil mempermainkan klitorisnya sendiri dengan jari sembari merintih-rintih dan memamerkan indahnya liang surgawinya. Otot di selangkangan Wei sudah begitu tegang dan mengacung ke atas begitu terlepas dari celana dalamnya. Ukurannya standard namun terlihat sangat keras dan kuat. Lelaki itu meraih kedua paha Anna dan bersiap memasuki lubangnya, namun mendadak Anna menggulirkan badan lalu meraih batang kemaluan itu dengan tangannya. Anna meremas-remas sebentar sebelum akhirnya ia julurkan lidah untuk menjilatinya. Aku menangkap sebuah kesempatan, lubang kenikmatannya menjadi nganggur saat ini, tidak kusia-siakan. Kuhampiri tubuhnya dari arah belakang dalam posisi miring, kemudian kubenamkan tongkat cintaku yang sudah menuntut dimandikan di telaga surgawinya. BLEESSHHG…!!! “Uuuughhfss… hmm!“ pekik Anna tertahan dengan kemaluan Boss Wei yang masih dikulumnya. Kuciumi tengkuk dan seputar telinganya sambil menanti proses pelumasan yang sempurna. Sesekali Anna menggerinjal membuat dinding vaginanya ikut berkontraksi. Wow! Nikmat sekali. Barangkali sudah tidak sabar, Anna juga mengayun-ayunkan pinggulnya sebagai tanda ajakan agar aku segera memompanya. Kuturuti permintaannya dengan tusukan-tusukan panjang dan perlahan diawal. Anna semakin sering mendesah dan semakin bersemangat mengulum. Kemudian secara bertahap kupercepat gerakan hingga ke level maksimal. “Aaaa… auww… uuuuu…!!!“ jeritnya berulang- ulang menahan nikmat gempuranku. Kedua payudaranya yang sangat montok dan ranum itu ikut terpental-pental ke segala arah, menjadi pemandangan yang sangat merangsang. Boss Wei mengulurkan tangan untuk meraupnya. Dengan gemas ia remas-remas dan mempermainkan putingnya. Anna tidak bisa lagi fokus pada kemaluan Wei, ia hanya tergolek pasrah menanti puncak kenikmatan yang menghampirinya. Beberapa menit kemudian, terasa vaginanya begitu kuat meremas. Badannya menggigil dalam ketegangan puncak. Aku malah mempercepat sodokan-sodokanku. Anna meronta dengan histeris menjelang datangnya klimaks. “Aaacgghhh…!!!“ pekiknya kencang. Aku masih menghajarnya dengan gerakan yang sangat cepat dan keras ketika Wei menepuk lenganku. Ia menuntut gilirannya. Wei langsung menarik pinggul Anna ke tepi ranjang begitu kulepas dekapanku. Lalu ia menyetubuhi kekasihku itu dengan buas. Anna kembali menjerit-jerit ketika kolam cintanya diobok-obok kemaluan Wei yang berukuran standard namun keras. Titik-titik keringat mulai membasahi keduanya yang sedang bergulat sengit mengumbar nafsu birahi. Sedikitnya tiga kali Anna mendapat klimaks tanpa jeda sebelum diserahkan kembali padaku. Aku menggantikan posisi Wei. Kulihat wajah ayu Anna sudah dipenuhi butiran keringat, menjadikannya semakin menggairahkan. Lubang vaginanya belepotan getah orgasmenya yang berwarna putih kental mirip pasta gigi. Lumayan banyak. Si cantik itu memandangiku dengan sayu dan penuh kepasrahan ketika aku kembali menyerbu lubang rahasianya. Dan aku langsung membombardirnya dengan ganas. Kedua kakinya kupegang dengan erat dan kubentangkan selebar-lebarnya sementara aku memompa dengan penuh gairah. Anna mengguling-gulingkan kepalanya ke kanan- kiri sambil mencengkeram tepian ranjang agar tidak terdorong olehku. Kedua buah dadanya yang bergoyang-goyang ke segala arah terlihat begitu menggoda dan seperti melecut gairahku setiap memandanginya. Getah kepuasannya semakin deras keluar setelah tiga kali aku membuatnya orgasme lagi. Wei kembali minta giliran. Ia minta Anna merangkak di atas ranjang, kemudian ia setubuhi dari belakang dengan gaya doggy. Sengaja aku menyelinap di bawah muka Anna, menyodorkan batang kejantannku pada mulutnya. Luar biasa! Kulumannya terasa menjadi berlipat nikmatnya, barangkali karena ia melakukannya dalam kondisi terangsang penuh. Anna seperti memaksaku untuk segera memuntahkan cairan cintaku, namun aku berusaha sekuat tenaga menahannya. Kelima kalinya Wei memberi kepuasan puncak pada kekasihku itu dengan posisi doggy sebelum akhirnya ia sendiri tidak mampu bertahan lebih lama. Wei duduk di tepi ranjang dan meminta Anna mengoral. Kami bertukar posisi. Baru dikulum dan dikocok beberapa saat, lelaki itu sudah ejakulasi. Sementara Anna mengalami beberapa kali orgasme lagi sebelum aku benar- benar menyerah. Kusodokkan dalam-dalam kemaluanku menjelang puncak. Lalu dengan geraman yang keras kupancarkan cairan kejantananku berulang-ulang dan kutuanga seluruhnya ke dalam lubang surgawinya yang luar biasa nikma