Aromarasa
Prolog
Namaku Rizka, aku ingin menceritakan kisahku, kisah ini dimulai saat aku berumur 17 tahun, aku masih kelas 2 SMA, sedikit penggambaran diriku, aku merupakan keturunan Jawa tulen lahir dan besar di kota B, kota kelahiran ayahku, sedangkan ibuku berasal dari kota W, tinggi ku sekitar 164 Cm, berat badanku kira kira 43 kg, badanku tidak begitu berisi namun tidak terlalu kurus juga, cukup ideal untuk ukuranku.
Kisah ini berawal saat aku mengunjungi rumah omku di kota W, aku menuju kesana berboncengan dengan kakak ku, oh ya aku adalah anak ke 2 dari 2 bersaudara semuanya perempuan, kakak ku bernama Shinta 4 tahun lebih tua, kami sangat akrab, aku dan kakak ku berangkat lebih dulu orang tuaku akan menyusul keesokan harinya menggunakan mobil dan menjemput kakakku, sedangkan aku berniat menghabiskan liburan dirumah om dan kakek ku, kami tiba dirumah om ku setelah perjalanan kurang lebih hampir 2 jam perjalanan, kami tiba pukul 12:30, hawa panasnya sangat menyengat kurasa, dirumah om ku aku disambut oleh om ku Herman dan istrinya Tante Ratri, kemudian dari dalam keluar anak anak mereka Chiesa dan Olive, Chiesa anak tertua omku, dia lelaki sepantaranku namun dia memanggilku mbak, meskipun sebenarnya secara perawakan dia terlihat lebih tua dia merupakan atlet voli tingginya 182 Cm, sedangkan adiknya masih duduk dibangku SMP, saat bersalaman dengan Chiesa aku mencium aroma yang sangat enak dan harum, akupun menanyakan pada Chiesa
Rizka : eh wangi banget Sa, parfum baru?
Chiesa : bukan mbak, ini Vape, likuidnya baru, mau coba kah?
Rizka : ooh enak baunya, engga ah tapi ga suka yang asep asep aku
Tante Ratri : kamu juga aneh mbakmu malah disuruh ngerokok
Chiesa : ehehe bercanda buk
setelah sedikit basa basi tersebut akupun masuk kedalam rumah diantarkan oleh Olive ke kamar tamu yang berada dibelakang, sedangkan kakaku memilih untuk langsung mandi, aku memutuskan untuk berganti baju, sedikit tentang penampilanku aku biasanya bepergian dengan menggenakan hijab r*b*n*, celana panjang Levis, baju lengan panjang dan jaket zipper hitam, namun hari ini karna aku tau cuacanya panas dibalik jaket aku hanya mengenal tanktop hitam tanpa kaos luar saat sedang melepas pakaian tiba tiba pintu terbuka, itu Chiesa, aky terkejut kemudian langsung berteriak
Rizka : CHIESAAAAA!!!!!, KETOK DULU KALO MAU MASUKK!!!
Chiesa awalnya hanya diam dan memandangi ku, saat itu aku hanya mengenakan tanktop dan celana dalam putihku, akupun segera menutupi tubuhku dengan jaketku
Chiesa : eeh mm..mmaaf mbak, ku kira yang disini Olive masih nata kamar, tak kira mbak yang mandi, maaf mbak
Chiesa kemudian menutup pintu dan pergi, aku masih sedikit terkejut namun aku tidak terlalu ambil pusing toh dia tidak sengaja akupun berganti baju dengan kaos oblong putih dan celana pendek.
Siang itu aku dan kakakku hanya tiduran dikamar dan mendinginkan diri didepan kipas Olive juga ikut nimbrung dan mengobrol bersama, Mbak Shinta dan Olive tidur diatas ranjang sedang aku duduk di karpet bawah dan bersandar pada dipan, saat itu kulihat Chiesa keluar dari kamar mandi, dia hanya melilitkan handuk untuk menutupi pinggang hingga pahanya, “gagah juga dia” batinku melihat dia keluar dari kamar mandi masih dengan keadaan basah, sejurus kemudian ada aroma yang harum bagiku namun berbeda dari aroma Vape miliknya
Chiesa : heh, jangan ngelamun, ntar kesambet
Seru Chiesa terhadapku yang tertangkap basah memperhatikan dia
Rizka : eh apaan sih sa, tumben dah mandi jam segini mau kemana
Chiesa : keluar bentar mau ketemu temen
Rizka : mau pacaran pasti
Kemudian perkataanku ditimpali oleh Olive
Olive : dih pacaran orang abis ditolak, mas Chiesa paling cuman mo mabar itu mbak
Ejek Olive pada kakaknya
Chiesa : ih apasih bocil ikut ikutan aja
Jawab Chiesa sambil berlalu
Kami bertiga yang dikamarpun tertawa.
Tidak ada lagi kejadian menarik setelahnya hingga malam hari, jam sudah menunjukkan pukul 22:00, dirumah ini hanya ada aku, kakakku dan Olive, Chiesa belum pulang, om dan tanteku menemani kakek ku, sebenar rumah kakekku tidak begitu jauh hanya beda RT saja, namun karna kakek ku tinggal sendiri anak anaknya yang masih tinggal disini bergantian menungguinya, kakaku dan olive sudah tidur sementara aku duduk diruang tengah dan menyalakan tv, namun tv hanya kugunakan untuk mengisi keheningan saja karna aku sebenarnya sedang chatting dengan pacarku, ya sebenarnya aku punya pacar namanya Aldy, dia satu sekolah denganku, akan ku ceritakan dia lain waktu, malam itu Aldy mencoba menelfonku namun sinyalnya sangat jelek sehingga tak kunjung tersambung, akupun memutuskan untuk berjalan dan menuju kamar depan yang juga kamar tamu dipersiapkan untuk ayah ibuku kalau kalau mereka menginap besok, akhirnya tersambung, aku menghabiskan waktu kurang lebih 1 jam berbincang dengan pacarku, sejurus kemudian kudengar suara motor
Rizka : eh bentar ya Al, ada yang balik, bukain pintu dulu
Aldy : yaudah bukain dulu nanti telfon lagi sayang
Rizka : oke sayang
Aldy menutup telfonnya dan akupun menuju kedepan membukakan pintu besar agar motor bisa dimasukan, ternyata itu Chiesa, tanpa melepas helmnya Chiesa langsung menuntun motornya masuk kerumah, akupun mengunci pintu, akupun berjalan menuju kamar depan berharap melanjutkan panggilan dengan pacar ku, saat aku kembali duduk dikasur kulihat Chiesa berdiri didepan pintu kamar
Rizka : kenapa sa?
Tanpa menjawab Chiesa berjalan kearah kasur sembari melepaskan sarung tangan dan dan jaketnya, sejurus kemudian tanpa aba aba apapun Chiesa mendorong tubuhku untuk hingga aku tertidur di kasur, kedua tanganya menahan bahuku sehingga aku tidak kuat berdiri, aku terkejut akan apa yang dia lakukan hanya bisa diam dan memandanginya, saat itu pula kusadari aroma dari tadi siang kembali menyeruak, namun kali ini agak berbeda ada sedikit aroma alkohol dari mulutnya
Rizka : Sa, kamu mabuk ya
Chiesa tersenyum dan berkata
Chiesa : mbak, kamu cantik banget
Tanpa sempat merespon Chiesa mencium bibirku, sebuah kecupan yang berkelanjutan, aku mencoba berontak namun nihil dia yang seorang atlet, semakin lama ciumannya semakin agresif, lidahnya mulai menerobos masuk, aku tau ini salah, sangat salah namun entah kenapa aku malah mulai menikmatinya sangat malah, aku menghayati segala gerakannya, pelukan dari Chiesa terasa hangat, lumatan bibirnya terasa nyaman, aku bahkan berfikir kalau saja perbedaan tinggi kami tidak terlalu jauh sudah bisa dipastikan kalau kemaluan chiesa berada tepat diatas miliku dan akan bergesekan dibalik celana, uuh sial aku terlalu menikmati ini, kami terus berpangutan, tanganya mulai meraba pantatku “eueghmmm…eughmmmm” lenguh kambi berdua tertahan ciuman panas kami
*tok tok tok*
Ditengah kenikmatan itu ada yang mengetuk pintu, ternyata tanteku pulang malam itu, tindakan kami malam itu terhenti.
Chiesa langsung pergi dan membuka pintu sedangkan aku langsung menuju kamar, aku masih belum bisa mencerna 100% apa yang terjadi, aku benci apa yang terjadi namun aku juga menikmatinya “sial, ini kenapa begini sih” batinku mengutuk diri sendiri atas apa yang terjadi, aku tidak bisa menceritakan kejadian ini kesiapapun, dengan fakta bahwa aku menikmatinya aku hanya akan membuat dirimu malu sendiri
*Clink*
Ditengah kacaunya pikiranku ada notifikasi WhatsApp yang masuk, aku pikir pesan dari Aldy, namun pesan itu tertulis “Maaf ya mbak, jangan marah” pesan dari Chiesa rupanya, yang mana akhirnya hanya menambah pikiranku, tentu saja tadi bukan ciuman pertamaku, aku sudah berkali kali melakukannya dengan pacarku, toh kami sudah bersama hampir 2 tahun, namun entah kenapa Chiesa memberikan sensasi berbeda semuanya terasa lebih manis, lebih hangat dan lebih nyaman,aah sial kenapa bisa begitu aku tiba tiba saja menangis entah kenapa namun karna itu aku kemudian tertidur.
Keesokan harinya aku seperti telah melupakan bebanku semalam dan beraktivitas biasa, hingga Chiesa keluar dari kamarnya tak bisa dipungkiri ada perasaan aneh namun aku mencoba tetap biasa saja meskipun ada tatapan canggung diantara kami, siang itu kami menuju rumah kakek ku orang tuaku sudah menunggu disana, setelah beberapa saat berbincang dan beramah tamah jam sudah menunjukkan pukul setengah 3 sore, kami cukup jenuh disana, kemudian Olive membuka obrolan
Olive : eh mas kalo jalan ke pinusan jam segini enak ga sih?
Chiesa : kayaknya sih enak ya, hawanya agak mendung gini siapa tau dapet sunset juga dari bukitnya
Mbak Shinta : eh pinusan mana tuh kayaknya seru
Chiesa : deket kok mbak 15 menitan paling, mau kesana kah?
Mbak Shinta : wah boleh tu daripada jenuh disini, gimana Riz cocok ga?
Aku yang sedari tadi diam akhirnya disenggol juga
Rizka : aku mah ikut ajak Mbak
Mbak shinta : oke biar aku yang ijin
Tak lama kemudian Mbak Shinta sudah kembali dan orang tua kamipun mengijinkannya
Olive : aku mau bonceng Mbak Nta
Tanpa ada aba aba apapun Olive berseru seperti itu, kakak ku pun mengiyakan permintaanya, aku biasa saja namun akhirnya aku tersadar itu artinya aku haru membonceng Chiesa, rasa canggung itupun muncul lagi, selama separuh perjalanan aku hanya diam, namun akhirnya Chiesa membuka percakapan
Chiesa : dingin gak mbak
Rizka : biasa aja
Chiesa : padahal dingin banget ini
Rizka : aku pake jaket tebel
Chiesa : bukan itunya
Rizka : trus?
Chiesa : sikapmu mbak, hahahaha
Rizka : apa sih ga jelas
Tidak ada lagi percakapan apapun setelahnya, namun tak lama akhirnya kami sampai tempatnya bukan sebuah tempat wisata namun hanya sebuah hutan yang didominasi pinus, tanpa tiket masuk ataupun fasum yang memadai, dan hari itu hanya ada kami berempat
Rizka : serem gini liv kamu sering main disini?
Olive : biasanya kalo pagi mbak jalan jalan hari Minggu sama temen temen, ko kesini sore baru ini hehe, mas Chiesa tu sering kesini sore
Mbak Shinta : ish serem gini kalo sore padahal
Chiesa : dih liat dulu ke atas bukit, motor taruh sini jalan dikit doang
Kamipun menuruti Chiesa untuk naik keatas, ternyata diatas bukit banyak semacam pondok pondok bambu dan berbagai macam spot foto yang cukup bagus dengan hiasan hiasan dari bambu pula
Mbak Shinta : lho ini ada kaya gini, kok ga ada yang urus sih sa?
Chiesa : memang kemarin mau dibuat tempat wisata sama resto gitu, tapi dibawa kabur duitnya mbak sekarang, jadi gini deh
Kami mengangguk mendengar penjelasan Chiesa, kami pun mengambil foto foto dibeberapa sudut karna capek aku memilih duduk disalah satu pondok bambu sementara kakakku dan Olive terus berfoto dan menjelajah, tak lama Chiesa menyusul ku
Rizka : ngapain kesini, ga ikut foto foto?
Chiesa : engga mbak, capek juga eheheh
Chiesa kemudian duduk di sampingku sambil menghisap vapenya, aroma segar itu kembali memenuhi hidungku
Chiesa : mbak soal semalem maafin aku ya, jangan marah
Aku tetap terdiam, Chiesa kemudian meraih tanganku dan membuat ku menghadap kearahnya,ku pandangi dia
Chiesa : maaf ya mbak, abisnya mbak cantik banget, tubuh mbak bagus banget aku jadi ga taham
Rizka : kamu masih mabuk ya sa?, masih ngelantur ngomongnya, kita masih saudara lho
Chiesa : aku semalem memang minum, tapi aku 100% sadar atas apa yang aku lakukan
Aku hanya terdiam mendengar penjelasan Chiesa, dia kemudian meraih tanganku yang satunya, dengan perlahan tangannya naik ke bahuku lalu sekali lagi tanpa aba aba dia mendorongku ke dinding pondok bambu itu
Rizka : Sa, mau ngapain kamm…mmmm
Belum selesai ucapanku Chiesa kembali menciumku, aku panik, aku takut, aku terkejut, aki harusnya marah disituasi ini, namun tidak aku malah lebih takut kakakku memergoki kami, rasanya masih sama seperti semalam, hangat, manis dan nyaman, namun itu tak berlangsung lama Chiesa melepas ciumannya dan memandangi ku
Chiesa : aku suka begini sama kamu mbak, aku selalu sayang kamu
Aku hanya diam memandanginya, ditengah itu mbak shinta berteriak dari kejauhan
Mbak Shinta : Riz, Sa, ayok balik, udah mau Maghrib
Kamipun bangkit dan langsung beranjak pulang, diperjalanan pulang semuanya terasa canggung kami hanya diam, sesampainya dirumah aku langsung mandi akupun menangis dikamar mandi entah kenapa, semalam aku hanya diam tidak bicara bila tidak diajak bicara, malam itu orang tuaku ternyata memilih menginap dirumah kakek, mereka akan kembali ke kota ku besok pagi, aku belum begitu memutuskan untuk jadi berlibur disini atau ikut pulang, malam itu aku sedang menonton Tv tak ada kegiatan lain, Aldy tidak bisa dihubungi karna dia sedang latihan badminton (hanya hobi bukan atlet pro seperti Chiesa), malam semakin larut, om dan tanteku sudah tidur pun juga dengan kakakku dan olive, Chiesa juga tidak keluar kamar sejak setelah Isya, kupikir dia juga tidur, jam sudah menunjukkan pukul 23:30 kuputuskan untuk mematikan TV dan tidur, namun saat TV kumatikan aroma harum menyegarkan yang khas itu menyeruak, kulihat Chiesa keluar dari kamar kami saling menatap, tidak ada senyum, tidak ada kata aku berjalan menuju kamar, saat hendak membuka pintu Chiesa menahan tanganku dan menuntunku ke dapur, hanya dengan penerangan lampu orange 5 watt kulihat wajahnya, kemudian dia memegang daguku dan langsung saja dia menciumku, lebih lembut kali ini dia menciumku perlahan, namun tetap penuh gairah, kurasa jantungku berdegup cukup kencang, nafasku mulai memburu, ciuman kami makin panas, kami mulai beradu lidah, Chiesa mulai meremas pantatku “eemmmh…mmhh…ammmh” desahan ku tertahan ciuman kami, tanpa peringatan apapun Chiesa kemudian menurunkan celananya, tidak begitu jelas namun penisnya pun mencuat kemudian dia meraih tanganku dan mengarahkannya ke penisnya dia menuntunku untuk mengocoknya, aku terkejut akan semua ini, badanku panas dingin dibuatnya, ini pertama kali aku melakukan hal sejauh ini, aku belum pernah melakukan ini dengan pacar dan mantan mantanku, jangankan menyentuh aku bahkan belum pernah melihatnya, namun aku tetap menuruti apa kemauan Chiesa “eughmmm…ehmmm…” begitu lenguhan Chiesa ditengah ciuman kami, kurasa dia sangat menikmati hal ini, namun tak lama Chiesa melepaskan ciuman kami dia memegang bahuku dan memintaku untuk bersimpuh, saat aku bersimpuh terlihat kemaluanya yang sudah berdiri tegak aku hanya menelan ludah Chiesa pun menamparkan kemaluannya itu kewajahku, dia menggesekanya ke mulutku
Chiesa : jilat mbak
Aku ingin melawan, namun entah kenapa aku tak bisa aku langsung menuruti kemauanya, aku menjilatnya dari ujung hingga pangkalnya, lalu ku ulangi kearah sebaliknya
Chiesa : emm ssshh, enak mbak terus desah Chiesa pelan
Chiesa: emut mbak
Ucap Chiesa sembari mengalahkannya kemulutku, aku menurut meskipun agak ragu, kubuka mulutku ujungnya masuk dan begitu saja sudah seperti memenuhi rongga mulutku
Chiesa : essh sedot mbak
Akupun mecobanya namun kurasa tidak bisa, tiba tiba Chiesa memang kepalaku dan memasukkan kemaluanya lebih dalam, aku terkejut aku mencoba melepaskanya namun tangan Chiesa terlalu kuat, Chiesa kemudian memaju mundurkan pinggulnya, Chiesa sangat bersemangat melakukan itu
Chiesa : aah, enak bangett mbak uuh
Lenguh Chiesa yang terus mengerakkan kemaluanya di mulutku *emmhh glok, glok aaa” sementara cuma itu suara yang aku keluarkan setelah beberapa lama aku semakin sulit bernafas namun rasanya Chiesa belum puas, namun tiba tiba Chiesa mendorong kemaluanya lebih dalam kurasakan ada cairan hangat mengalir di tenggorokan ku disertai dengan desahan panjangnya Chiesa menarik keluar kemaluannya, kurasakan cairan hangat itu juga ada di lidahku akupun berdiri dan menuju kamar mandi untuk memuntahkannya dan berkumur, saat itu Chiesa juga menyusul ku kekamar mandi kulihat dia membersihkan kemaluannya yang ternyata sangat panjang “kok bisa masuk semua ya” pikirku saat itu
*Cup muach*
Tanpa aba aba Chiesa mencium keningku
Chiesa : makasih ya mbak
Ucap Chiesa sambil tersenyum dan berlalu menuju kamarnya, sedangkan aku berjalan gontai menuju kamar membenamkan wajahku kebantal dan tertidur.
Keesokan paginya semua berjalan normal meskipun aku dan Chiesa masiv terlihat canggung, dan tiba saatnya apakah aku akan melanjutkan sisa liburanku disini atau pulang bersama orang tua dan kakakku.
Ibu : kamu jadi mau liburan disini kan?
Tante Ratri : iya aja biar Olive ada temenya pas liburan
Akupun memandang Olive yang duduk disampingku
Olive : iya aja ya mbak, nanti tak ajak jajan yang enak enak, jalan jalan ketempat yang bagus bagus
Rizka : aku kan ga bisa bawa motor sendiri dek
Olive : kan ada Mas Chiesa, nanti pinjem mobilnya ayah juga boleh, mas kan bisa nyetir
Tatapanku beralih ke Chiesa yang duduk di kursi diujung ruangan, kami saling menatap, dia tersenyum kecil, aku enggan mengakuinya tapi kurasa karena hal itu aku memutuskan untuk jadi menghabiskan liburanku disini, meskipun aku tau kemungkinan Chiesa melakukan hal hal tak patut itu kepadaku, apakah aku takut, atau aku justru menantikan itu terjadi? Entahlah aku pun tak yakin.
Siang itu aku membantu ayah dan ibuku bersiap pulang, serta kakak ku, sebenarnya dia tidak pulang namun dia akan ke kampusnya untuk melakukan bimbingan dengan dosenya esok hari, akupun mengantar kepulangan orang tua dan kakakku dari ambang pintu, saat mereka sudah tidak terlihat lagi akupun masuk kudapati Chiesa sedang memakai sepatunya
Rizka : latihan?
Chiesa : iya mbak, mau seleksi Porprov
Rizka : ooh
Jawabku singkat dan berlalu, ku hampiri Olive yang sedang di dapur, dia bilang mau mencoba resep baru, akupun menghampirinya dan membantunya memasak, kami mencoba 4 resep baru, satu buah kue, 2 makanan ringan dan 1 minuman, tak terasa sudah menjelang sore kamipun meletakan masakan kami di meja makan dan Olive mengajak ayah dan ibunya mencoba makanan yang kami buat, kamipun berakhir kekenyangan sampai tanteku bilang bahwa tidak perlu lagi memasak makan malam, kami setuju, sisa sore itu kuhabiskan mengobrol dengan Olive dikamarnya, hingga cukup larut aku dan Olive hanya dikamar mencoba berbagai macam make up yang dia punya, aku tertarik menjadi MUA (Make Up Artist) karna ibuku juga seorang MUA, dan kami juga mencoba berbagai baju untuk styling OOTD bila saja om dan tanteku mengajak kami liburan, jam menunjukkan pukul 20:00 make-up sudah kami hapus Olive mengajak ku mengenakan skincare dan masker wajah, aku iyakan kemauanya, ditengah kami mengenakan masker kudengar ada suara ketukan pintu, aku dan olive pun berjalan keluar, Olive kedepan dan membukakan pintu, ternyata Chiesa baru kembali dari latihannya
Chiesa : UWAAHH!!!
teriak Chiesa terkejut melihat adiknya mengenakan masker wajah berwarna hijau membuka pintu, saking terkejutnya motornya hampir jatuh
Olive : eeh mas, kenapa
Chiesa : ish ngagetin aja sih dek
Gerutu Chiesa sambil membawa masuk motornya, aku hanya mengawasi mereka dari ruang tengah, lalu Chiesa pun melihatku
Chiesa : UWAAAH!!!
kali ini dia terkejut lagi melihat aku berdiri sampai sampai dia terjengkang
Chiesa : mbak, aduh hah, kaget double gini kalian ngapain sih malem malem maskeran
Aku tidak menjawab dan langsung berbalik menuju kamar mandi karna maskerku sudah keras, setelah membasuh mukaku aku kembali ke kamar Olive, kudapati Olive sudah tertidur lelap, maskernya sudah dibilas mungkin di keran belakang yang biasa dipakai wudhu, aku mengambil handphone ku dan kembali ke kamarku, diperjalanan kudapati lagi aroma wangi itu, aroma vape Chiesa aku mendapati dia masih duduk diruang tengah bermain handphone sambil menghisap vapenya masih dengan kondisi sama, kaos dan celana tim volinya dan sepatunya
Rizka : mandi sa bau kamu tu kecium sampe sini
Chiesa : bentar mbak ngumpuin niat
Rizka : cium bau keringetmu bikin pusing
Chiesa : tak cium aja nanti ga pusing
Jawab Chiesa sambil terus menscroll hpnya
Rizka : ish gaje
Jawabku dengan nada kesal sembari berlalu menuju kamar, aku duduk di karpet kamar sembari mencharge hpku, Aldy beluk tidur jadi aku masih berkirim pesan denganya, tak lama kudengar langkah kaki, rupanya Chiesa baru akan mandi tak terlalu ku perdulikan dia akupun melanjutkan aktifitasku, setelah beberapa menit kudengar suara pintu kamar mandi dibuka, entah kenapa kali ini aku berjalan menuju pintu, kulihat chiesa keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk dan badanya masih terdapat bulir bulir air, dia mendekat aroma tubuhnya sangat khas entah kenapa aku menyukainya, aku terdiam dan menatapnya kemudian dia berhenti didepan ku, tangannya menyentuh pipiku kemudian dia mengecup bibirku, aku tidak terkejut kali ini, aku memejamkan mataku terasa tubuhnya seperti mendorongku masuk dan aku menurutinya aku mundur perlahan, tangan kanannya membelai pipiku sementara tangan kirinya menutup pintu, aku terus mundur hingga aku terduduk dipinggir ranjang
Chiesa : mbak
Ucap Chiesa sembari mengelus pipiku, aku hanya terdiam menatap matanya dan menikmati aroma tubuhnya yang bercampur sabun mandi, sangat harum, sangat terasa hangat, Chiesa kemudian langsung memelukku sembari kembali menciumiku dan merebahkan tubuhku kekasur kali ini dia tidak menindih tubuhku sepenuhnya, kakinya mengangkang diatas tubuhku namun karna itu handuknya perlahan terbuka dan jatuh kebawah, Chiesa telanjang diatasku aku tak mampu memikirkan apa yang akan terjadi aku merasa sudah pasrah pada titik ini, Chiesa kemudian menuntun tanganku ke kemaluanya aku sudah tau apa yang dia mau langsung kukocok batang miliknya “emmhhah…emmhhah…emmmhaah” desahnya tertahan ciuman kami yang makin bergairah, lidah Chiesa mulai mengaduk aduk mulutku, entah darimana aku mencoba membalasnya Chiesa mungkin merasa tertantang mulai lebih agresif dengan mengigit lembut bibir bawahku dan menyedotnya, kemudian Chiesa menurunkan tubuhnya kali ini kurasa dadanya tepat berada diatasku dan kali ini kurasakan kemaluannya tepat diatas milik ku, kemaluannya yang tak tertutup apapun itu mengesek celanaku kurasakan celanaku sedikit basah saat kemaluannya menekan celanaku aku melepas ciuman kami “eughhh aah, chieeesaahh” aku merasakan suatu sensasi seperti sengatan listrik dari kemaluanku menuju sekujur tubuhku, belum pernah kurasakan sebelumnya sementara itu Chiesa menggenggam penisnya dan menggesekan ujung kemaluannya ke calanaku, sensasi itu bertambah “euuuh, aaah emmhh” lenguhku saat Chiesa melakukan itu, aku mencoba meredam suaraku takut bilamana om dan tanteku bangun meskipun kamar mereka berada didepan aku masih merasa takut, tiba tiba Chiesa menggenggam celanaku dikanan dan kirinya dia menciba membukanya, dengan sigap tanganku mencegah hal itu entah sisa kesadaranku darimana aku hanya menggelengkan kepalaku Chiesa menurut dan melepaskan pegangannya dicelanaku namun tiba tiba tanganya menyusup dibalik bajuku “aah euuh, Chiesaa” desahku saat tanganya meraih payudaraku
Chiesa : buka ini aja ya mbak
Aku hanya menatapnya, tanpa sepatah katapun aku dengan sendirinya membuka kaos ku memamerkan langsung tubuhku tanpa penutup apapun lagi, aku tidak memakai bra karna aku sudah mau tidur seperti kebiasaanku dirumah, sementara Chiesa nampak tak percaya dengan apa yang baru saja kulakukan namun dengan seketika matanya berbinar seolah mendapatkan mainan baru tanpa peringatan apapun Chiesa langsung membenamkan wajahnya di payudaraku, seperti bayu sedang menyusu dibarengi dengan goyangan pinggulnya kemaluan kembali beradu dengan miliku meskipun tidak langsung namun sensasinya sangat luar biasa, tak pernah kurasakan sebelumnya ditambah dengan sedotan jilatan dan remasanya didadaku “aehhh uuuh, saahh eeshhh” aku mendesah tak karuan namun sebisa mungkin kutahan namun tetap saja kurasa suaraku memenuhi seluruh kamar ini, Chiesa kemudian menindih tubuhku, kurasakan lagi kemaluannya lebih menekan kemaluanku sembari memelukku dia pun kembali melanjutkan gerakan tubuhnya “aahh ahhh,emmmh” desahan kami saling bersautan dalam kamar, Chiesa kemudian kembali menciumku, setelah beberapa saat kurasakan ada sesuatu yang akan menyembur dari kemaluan ku, akupun melepaskan ciuman Chiesa dan mencoba melepaskan diri
Rizka : Sa, ah….,mm bentarh…akhuj mau pip…emmh
Belum selesai ucapkan ku Chiesa kembali menciumku dan mempercepat gerakannya, tak bisa kutahan labi aku merasa ada sesuatu yang menyembur dari kemaluanku dan membasahi celanaku dibarengi dengan rasa yang belum pernah kurasakan sebelumnya, sangat nikmat, tidak bisa ku gambarkan nafasku menjadi berat badanku lemas Chiesa menurunkan tempo gerakannya seperti membiarkanku menikmati sisa sisa kenikmatan itu, sejurus kemudian Chiesa merangkak dan duduk diatas dadaku, dia mengarahkan kemaluannya ke arah mulutku, aku masih sedikit lemas tapi aku paham maksudnya aku membuka mulutku dia memasukkan ujung kemaluannya ke mulutku dia mencoba mendorongnya agar masuk semua namun kutahan dan ku lepaskan dari mulutku
Rizka : pelan pelan, titit mu gede sama panjang banget, keselek aku nanti
Chiesa tersenyum kecil
Chiesa: jangan disebut titit, kaya bocil mba, ini kontol
Jelasnya sembari kembali mengarahkannya kemulutku, keterima kontol itu masuk ke mulut ku, secara perlahan lahan namun pasti akhirnya semua bagiannya masuk ke mulut ku, Chiesa mulai mengerakkan pinggulnya lagi seperti kemarin, dia terus mendesah penuh kenikmatan “glohh glohh, ahh ahh” hanya desahan kecil serta suara rongga mulut dan kerongkonganku yang beradu dengan kontol Chiesa yang keluar dariku, tak lama kemudian Chiesa mendorong lebih dalam lagi kontolnya ke mulutku aku tau dari kejadian sebelumnya Chiesa akan memuntahkan spermanya lagi ke dalam mulutku kali ini aku siap, dan benar saja kali ini cukup banyak hingga saat dia menariknya keluar dia masih mengeluarkan spermanya hingga mengenai pipi, payudara dan sedikit diperutku, Chiesa kemudian mengelapnya dengan handuknya yang jatuh dan kemudian
*Chup muach*
Dia kembali mencium ku di keningku dan membelai rambutku
Chiesa : makasih ya mbak
Ucapnya sembari memeluk ku, dia jatuh kesamping aku kemudian duduk mengambil bajuku dan menuju kamar ma di membersihkan diri dan berkumur, saat aku kembali Chiesa sudah pergi, aku langsung merebahkan tubuhku di kasur mengambil ponselku jam sudah menunjukkan pukul setengah 2 pagi, Aldy mengirimiku banyak pesan menanyakan keberadaan ku dia mengambil kesimpulan bahwa aku telah tertidur, membacanya aku merasa sangat bersalah, aku juga membayangkan bahwa aku masih akan disini selama 12 hadi lagi, aku membayangkan apa saja yang mungkin Chiesa lakukan, alih alih takut aku malah berfantasi dan bersemangat, namun disatu sisi aku merasa bersalah dan sangat berdosa, apa sebenarnya semua ini?.