Aku Dientot Dua Pemuda Jalanan
“Mbak kehujanan yaa?” Terdengar suara dari belakangku.
Saat aku menoleh, rupanya ada seorang pemuda laki – laki yang kuperkirakan berumur 19 – 20 tahun.
“Iya saya kehujanan, dan lagi nunggu hujan reda,” kataku sembari tersenyum.
“Mbak masuk aja sini, kalo disitu yaa bakal kena cipratan air nanti,” kata pemuda itu dengan sopan.
Aku menurutinya lalu mengikuti dia masuk ke dalam. Rupanya di dalam rumah kosong itu, ada satu pemuda lagi yang sedang tiduran di alas kardus, dia juga kuperkirakan seumuran dengan bocah ini.
“Kalian tinggal disini?” tanyaku.
“Iyaa mbak, kami cuma tidur disini,” jawab pemudaitu.
“Ohh yaa maaf mbak, nama saya Atep,” kata pemuda itu sambil mengulurkan tangannya.
“Saya lita,” kataku membalas uluran tangannya.
“Ohh mbak Lita, salam kenal,” ucap pemuda itu.
Aku perhatikan pemuda kurus itu memperhatikan area dada dan perutku yang lekukannya jadi terlihat jelas akibat basah terkena hujan. Pemuda satunya yang tadi masih tertidur akhirnya terbangun.
“Lhoo bro … itu mbak siapa?” tanya pemuda berambut keriting itu seraya mengucek – ucek mata.
“ohh ini mbak Lita namanya, kebetulan lagi berteduh disini,” kata Atep.
“ohh gitu. Nama saya Nandu,” kata bocah itu sambil tersenyum.
Mereka berdua meski hanya pemuda jalanan, harus kuakui mereka sopan. Aku, Atep dan Nandu lalu mengobrol kecil sembari melihat hujan di luar yang belum menunjukkan tanda – tanda reda.
“Mbak apa ndak kedinginan pake baju basah kuyup kayak gini,” celetuk Atep.
“Yaa sebenarnya mbak kedinginan, tapi mau bagaimana lagi,” kataku.
“Yang jas luar ini dilepas aja mbak, buat ngurangin rasa dingin, kayaknya mbaknya kedinginan deh,” ujar Nandu.
Aku sendiri sebenarnya gak mau melepas jas blazer-ku, apalagi di depan kedua pemuda ini, tapi disatu sisi nandu benar kalau tidak kulepas yang ada aku makin kedinginan karena basah kuyup begini. Akhirnya kulepas blazer-ku menyisakan kemeja putih lengan panjangku yang juga basah kuyup. Aku sendiri tidak sadar kalau hari ini aku memakai BH hitam.
“Ehhh … kok kalian ngeliatin mbak seperti itu?” tanyaku.
“Habisnya baju putih mbak tembus hehehe …,” jawab Atep.
Aku segera menengok ke bawah dan tersadar jika kemeja putihku jadi sedikit tembus memamerkan BH yang ada di dalamnya, meski remang – remang tapi tetap bisa terlihat cukup jelas. Aku lalu menutupinya dengan blazer ku.
“Nakal yaa kalian …,” kataku dengan tersenyum.
“Mau gimana lagi mbak, keliatan hahaha,” balas Atep.
Aku sih memaklumi mereka mengingat mereka masih muda, sudah pasti penasaran dengan tubuh wanita. Aku lalu iseng memperhatikan area selangkangan mereka, ya ampun baru liat BH nyeplak aja udah menggembung gitu celananya. Tiba – tiba muncul ide di dalam kepalaku untuk menjahili mereka dan kebetulan aku mulai gak nyaman dengan pantyhose-ku yang basah kuyup.
“Mbak ijin lepas stocking ku yaa,” kataku.
Aku mengangkat sedikit pantatku, lalu kedua tanganku masuk ke dalam rokku, kutarik ujung pantyhose yang perlahan menuruni pahaku yang basah, kuperhatikan kedua pemuda dekil itu memperhatikan dengan seksama saat aku menurunkan pantyhose-ku dari kaki jenjangku ini. Kulepas juga sepatu hak ku agar pantyhose-ku bisa lepas dengan mudah dan akhirnya pantyhose-ku terlepas dari kakiku, kupamerkan kaki jenjang nan mulusku ke kedua pemuda itu.
“Mbak masih kedinginan gak??” tanya Atep.
“Hmmm … lumayan sih, tapi yaudah lahh,” jawabku.
“Kalo misal itu baju luarnya gak nyaman dilepas juga gapapa mbak, lagian cuma kita aja yang ada disini,” ujar Nandu dengan nada polos.
“Ini kayaknya mereka mau cari kesempatan deh,” pikirku.
Entah kenapa timbul ide untuk menggoda kedua anak muda ini lebih jauh, aduh kenapa aku jadi kepikiran begini, apakah karena sudah 2 bulan suamiku gak senggol diriku? Aku lalu dengan cueknya melepas dua kancing atas dari kemeja putih, menampakkan sedikit dari belahan dadaku, dan pastinya kedua pemuda itu semakin menatap tajam tubuhku.
“Hayoo ngapain kalian??” tanyaku dengan tatapan genit.
“Ehh … anu mbak, kok cuma dilepas dua aja kancingnya?” Atep bertanya balik kepadaku.
“Lhaa trus mbak harus gimana?” ujarku.
“Kancingnya lepas semua juga gapapa mbak, yang liat cuma kita berdua kok hehehe,” ujar Nandu.
“Kaliannya aja yang enak, trus kalo mbak buka semua kancingnya kalian cuma liat gitu??” tanyaku sambil tersenyum.
“Gini aja deh mbak, gimana kalo mbak buka semua kancing bajunya, kita juga lepas baju, biar sama – sama gak pake baju hehehe,” ucap Atep.
“Dasar yaa kalian, tapi ya udah deh, biar mbak gak masuk angin,” kataku.
Mereka berdua dengan sigap melepas kaos mereka, menampakkan dada dan perut kecoklatan mereka. Aku lalu melepas semua kancing kemejaku tetapi tidak melepas kemejaku, BH dan perutku yang putih mulus dan rata terpampang di hadapan kedua pemuda itu, sudah jelas mereka kembali melongo melihat wanita kantoran yang memiliki badan seksi ini.
“Ini tambah sakit,” ujar Nandu menunjuk ke area selangkangannya.
“Ehh kok sakit??” tanyaku dengan polos.
“Iya nih gak tau kenapa,” jawab Nandu.
“Aduh … aku juga sama mbak, sakit …,” ucap Atep seraya memegangi selangkangannya.
“Lahh kok pada sakit semua, hayo mikir apa kalian?” tanyaku dengan nada genit.
“Anu … ummmmm … kalo kita lepas celananya gimana mbak? biar gak terlalu sakit hehehe,” ujar Atep sambil mesam – mesem.
Entah kenapa bukannya marah aku malah menjadi semakin penasaran dengan kelakuan mereka. “Yaudah sana dibuka, mbak penasaran deh sakitnya gimana.”
Dengan tersenyum lebar, mereka berdua mulai berdiri dan menurunkan celana mereka beserta celana dalamnya, kedua pemuda tengil itu sekarang telanjang bulat di depanku, penis mereka mengacung tegak ke arahku. Gila mereka ternyata terangsang sama aku.
“Mbak yuk skalian roknya juga dilepas gapapa, kita aja lepas celana lhoo,” kata Nandu.
Aku tersenyum menatap mereka dan entah kenapa aku malah menuruti kata bocah itu. Aku mulai menurunkan perlahan retsleting rok hitamku, kemudian aku turunkan rok ku melewati kaki mulusku, tentu saja kedua anak muda dekil itu mengamati dengan mata melotot. Setelah terlepas aku lempar rok ku entah kemana dan sekarang di tubuhku hanya tersisa BH dan CD hitam beserta kemeja putih yang kancingnya telah terlepas semua. Jika kuperhatikan, aku begitu seksi dengan penampilan seperti ini, dan kedua pemuda itu juga pasti berpikir sama sepertiku.
“Wow ….” Mulut kedua pemuda itu terbuka lebar.
“Wahh titit kalian tambah besar yaa,” kataku dengan terpesona.
“Habisnya mbak punya badan bagus gini, kan wajar burung kita tegang,” ujar Atep.
“Mbak mau nyoba megang gak?” tanya Nandu sambil mengarahkan tititnya ke diriku.
Berani juga bocah ini pikirku, dan entah dorongan darimana, aku pegang tititnya Nandu. Harus kuakui, titit pemuda ini keras dan cukup besar.
“Ouhhhhh,” lenguh Nandu saat tititnya kupegang,
“Baru pertama dipegang sama cewe yaa tititnya?” tanyaku.
“Enggak sih mbak, udah pernah sebelumnya,” jawab Nandu.
“Wahhh … nakal yaaa, jangan – jangan kamu juga tep,” kataku sambil berpaling menatap si Atep.
“Hehehehehe …,” ujar Atep sambil cengengesan.
“Kamu pasti yaa pengen kan, sini mbak pegang juga.” Aku sepertinya mulai kerasukan setan nafsu.
“Mbak coba dinaik-turunin dong tangannya, biar lebih enak hehehe …,” ucap Atep.
“Hmmmm … bilang aja mau dikocokin hihihi,” ujarku yang mau – mau saja ngocokin batang penis dari seorang pemuda dekil dan agak bau ini.
“Ouuhhhh enak banget mbak,” lenguh Nandu.
“Ohhh … mbaakkk … terusin.” Atep juga melenguh menikmati kocokanku.
Aku hanya tersenyum aja melihat mereka menikmati servis dari wanita yang jauh lebih tua daripada mereka. Tidak pakai lama, cairan sperma mereka muncrat dari titit mereka.
“Yahh udah keluar, keenakan yaa kalian,” ledekku.
“Iya nih, kocokan mbak enak banget sampe kita keluar cepet,” ujar Atep.
“Aduh tanganku jadi belepotan sperma kalian deh,” ucapku sambil melihat kedua tanganku yang berlumuran cairan sperma.
Atep lalu bangkit berdiri pergi ke dalam dan kembali menyerahkan sebuah lap kotor. Aku lap tanganku yang berlumuran sperma sambil aku cuci dengan air hujan dari luar.
“Nah sekarang giliran mbak yang bakal kita bikin enak – enak hehehe,” ujar Nandu dengan senyuman genit.
“Hehehe betul tuh bro, ayo mbak mau mulai darimana?” tanya Atep.
“Kalian ada alas gak, buat berbaring?” tanyaku.
Dengan sigap, Atep dan Nandu beranjak berdiri dan mengambil selembar kardus yang sedikit kumuh, lalu meletakkannya di atas lantai semen yang aku dan kedua bocah itu dudukin. Aku lalu melepas kemejaku yang sedari tadi menggantung di tubuhku, menyisakan BH dan CD hitam saja yang masih basah. kemudian, aku menuju ke lembaran kardus yang telah disiapkan oleh Nandu dan Atep, dan berbaring di atasnya. Dengan segera, mereka berdua mengelilingi tubuh ******* dan mulai mengamatinya dari atas sampai bawah.
“anu… mbak boleh kita raba badannya mbak?” tanya atep,
“boleh aja hihihi….” ujarku sambil tertawa kecil
Atep mulai meraba perutku yang mulus dan rata, Nandu asik meraba – raba pahaku. Aku mulai melenguh menikmati sentuhan tangan besar dan kasar mereka diatas tubuhku yang terawat ini. Aku dibuat makin melenguh ketika ada tangan yang mulai meraba payudara kananku kemudian mulai meremasnya.
“Wahh ni toket kenceng banget, empuk pula,” kata Atep.
“Aku juga nyoba ahh,” ujar Aandu yang segera merangkak ke depan.
“tuh mainin aja toket kirinya,” ucap Atep kepada Nandu.
Nandu meraba pelan – pelan lalu mulai meremas – remas payudara kiriku. Cukup lama mereka meremas payudaraku yang masih terbungkus BH.
“Mbak ini BH-nya dilepas yaa,” pinta Atep.
Aku tersenyum ke arahnya, kemudian aku beranjak menaikkan punggungku, kulepas BH-ku dan kulempar ke sampingku, tersembullah kedua bongkahan payudaraku yang padat dan besar ini. Aku lanjut berbaring lagi dan mereka berdua segera menyerbu kedua payudaraku. Kali ini tidak hanya meremas, mereka berdua mulai menjilat dan mengulum payudaraku beserta putingku yang berawarna pink.
“Ouhhh yahhh terusin dek,” racauku menikmati servis oral mereka.
Tidak berselang lama, Atep menyudahi permainannya di payudara kananku, sementara Nandu masih asyik memainkan payudara kiriku. Kurasakan ada yang mulai meraba – raba area selangkanganku, aku coba melihat, ternyata Atep tengah memandangi selangkanganku yang masih tertutup CD hitamku sambil meraba – rabanya.
“Ooohhhh … kamu ngapain Tep,” lenguhku sambil memejamkan mata menikmati sentuhan dua pemuda jalanan ini.
Beberapa saat kemudian, Nandu menghentikan permainan mulut dan tangannya di payudaraku, dan kurasakan ada benda keras yang berada diantara belahan dadaku. Saat kulihat, aku terkejut melihat Nandu sudah meletakkan tititnya di belahan dadaku, dilanjutkan dengan mendempetkan kedua payudaraku dengan tangannya, membuat tititnya dijepit oleh payudaraku yang besar. Dia mulai memaju-mundurkan tititnya.
“Nih anak kayaknya mahir deh,” kataku dalam hati.
Aku idak mempermasalahkannya, malah menikmatinya. Baru saja aku menikmati tits fuck dari Nandu, Atep tiba – tiba memelorotkan celana dalamku, aku cukup terkejut tapi tidak menghentikan aksinya dan justru sedikit membantunya dengan sedikit menaikkan kakiku. Akhirnya aku telah telanjang bulat di depan kedua pemuda itu, dan mereka menjadi laki – laki kedua dan ketiga yang melihat tubuh telanjangku setelah suamiku sendiri.
“Wuihhh … memeknya gak ada jembutnya,” ujar Atep yang mulai meraba – raba vaginaku yang gundul.
“Wahhh, mantep dong Tep,” ujar nandu yang masih asik menggesek tititnya di belahan dadaku.
Tidak lama kemudian, Atep mulai memainkan klitorisku, membuatku mulai mendesah tidak karuan.
“Ouuhhh terusin sayang …,” desahku.
Atep lalu memasukkan kedua jarinya ke dalam lubang vaginaku.
“Aahhhh!!” Aku sedikit menjerit saat jarinya mengobel – obel vaginaku.
Kocokan jarinya Atep semakin cepat. “Ni memek sempit banget, udah gitu basah banget pula.”
“Si mbaknya udah terangsang nih,” sahut Nandu.
Tak berselang lama, Atep menarik kedua jarinya dan kali ini dia memasukkan tiga jarinya ke dalam vaginaku yang telah becek.
“Ahhh … ahhh … yesss …,” desahku menikmati servis dari mereka berdua.
Atep kemudian menghentikan fingering-nya dan kali ini menggunakan lidahnya menyapu area selangkanganku.
“Ohhh … Atep, terusin sayang,” ujarku.
Nandu menghentikan tits fuck di belahan dadaku, dia kulihat beranjak dari atas tubuhku lalu berjalan ke arahku. Dia mengarahkan tititnya ke wajahku.
“Mbak kulum kontolku dong,” ujar nandu.
Aku kembali menuruti permintaan dari pemuda dekil itu. Aku masukkan penis bocah itu ke dalam mulutku, tidak habis pikir aku mau – mau saja mengoral batang penis yang bukan milik suamiku ini. Karena penisnya cukup besar, jadi agak sulit bagiku memasukkan seluruh batang hitam itu ke dalam mulutku. Kusedot – sedot, kujilat kepala penisnya, membuat si Nandu merem melek menikmati oral seks-ku. Aku yang sedang asik mengulum penisnya nandu, tidak sadar jika Atep telah menyudahi permainan lidahnya dan tiba – tiba kurasakan ada benda besar dan keras menyentuh bibir vaginaku.
“Ohh tidak, Atep mau menyetubuhiku,” kataku dalam hati.
Tapi aku sama sekali tidak menolak, malah sedikit melebarkan pahaku. Kurasakan perlahan batang penis Atep memasuki vaginaku hingga akhirnya ambles semua.
“Mmmpphhhh …,” desahku tertahan menikmati kedua lubangku dijejali penis dari dua pria yang jauh lebih muda dariku.
“Uhhhh … ni memek sempit banget,” kata Atep yang mulai melakukan gerakan maju-mundur.
Tidak habis pikir lubang vaginaku yang selama ini hanya dimasuki penis suamiku sekarang tengah dimasuki oleh penis pemuda jalanan.
“Ohhh … enak banget memek mbak, aku ngentotin mbak – mbak cantik,” celoteh atep yang terus menggenjot vaginaku.
Aku yang mulai terbuai dengan kenikmatan duniawi ini. Aku sepintas melihat Atep dan Nandu bersalaman sambil terus menggempur kedua lubangku.
“hehehe … akhirnya kita berhasil ngentotin cewe kantoran,” ucap Nandu.
“Bener Ndu, udah gitu cantik dan seksi pula, beruntung banget kita,” balas Atep.
Dilecehkan seperti itu aku bukannya marah malah makin terangsang. Beberapa menit berlalu, mereka berdua berhenti menggenjotku, Nandu mencabut penisnya diikuti oleh Atep.
“Lhoo kok berhenti?” tanyaku.
“Kita mau ganti gaya mbak, sekarang mbak nungging dong, kita mau ngentotin mbak pake gaya anjing hehehe …,” jawab Nandu.
Aku tersenyum ke arah mereka dan mengikuti permintaan kedua anak muda itu mengambil posisi menungging. Kali ini Atep menuju ke depan, sementara nandu ke belakang, sepertinya mereka mau gantian mencoba lubang di tubuhku.
“Aku masukin ke mulut yaa mbak,” pinta atep sembari menyodorkan penisnya ke mulutku.
Tanpa banyak bertanya langsung aku lahap penis hitam besarnya itu.
“Mbak, aku masukin memeknya yaa,” kata Nandu sembari memasukkan penisnya ke dalam vaginaku yang sudah becek.
Mereka kembali menyetubuhi diriku yang mungkin seumuran dengan Kakak atau tante mereka. Secara bergantian mereka memaju-mundurkan penisnya yang membuat tubuhku bergoyang ke depan dan ke belakang.
“Ouhhh … memeknya rapet banget,” racau Nandu.
“Benerkan kataku,” sahut Atep.
“Nih mulut juga mantep banget nyepongnya,” lanjut Atep yang mulai menjambak rambutku dan semakin menekan penisnya masuk ke dalam mulutku.
“Ahhh mbak aku mau keluar, keluarin di dalem yaa,” seru Nandu.
Aku segera mencabut penisnya Atep dari mulutku. “Ehhh!! Jangan Ndu, di luar aja yaa, semprotin ke punggung atau pantat mbak aja.”
Beruntung Nandu menurut, dia mencabut penisnya dan dia semprotkan spermanya di bongkahan pantatku yang montok. Nandu langsung ambruk di sampingku setelah menyemprotkan isi testisnya itu. Aku lalu kembali mengulum penisnya Atep dengan posisi masih menungging.
“Mbak ganti lubang yaa, aku mau ngontolin memek mbak lagi,” ucap Atep yang merendahkanku, tapi aku diam dan menurut saja.
Kucabut penisnya dan kali ini Atep berbaring diatas lembaran kardus lusuh. Aku langsung mengerti apa yang dia mau, aku merangkak ke arahnya lalu kuturunkan pantatku sambil ku arahkan penisnya ke dalam vaginaku. Dengan sekali dorongan seluruh penisnya masuk ke dalam liang senggamaku. Aku mulai menggoyang pinggulku menikmati penis hitam besar yang menancap di vaginaku.
“ouhh enak banget mbak,” celoteh Atep yang tangannya mulai menggapai kedua payudaraku dan meremas – remasnya.
Aku dibuat semakin binal menggenjot pemuda dekil ini. Hujan diluar perlahan reda, tetapi aku tidak menyadarinya dikarenakan sedang terbuai dengan nafsuku. Selama 10 menitan kita berdua saling memuaskan dan aku merasa orgasmeku sudah semakin dekat.
“Tep aku mau keluaaarrrr,” seruku dengan kepala menengadah ke atas.
“Keluarin aja mbak, biar kontolku anget sama cairannya mbak,” kata Atep yang semakin keras menghujam-hujamkan penisnya.
Tubuhku terasa melayang saat cairan orgasmeku mengalir deras menyembur ke penisnya Atep dan mengalir sampai ke pahaku. Aku langsung ambruk di atasnya Atep, dadaku tepat menimpa wajahnya Atep yang aku pastikan dia kegirangan ditimpa payudara besar dari seorang wanita kantoran. Aku beranjak berdiri setelah berbaring di atasnya atep selama 3 menitan, kugenggam penisnya Atep yang mengkilat akibat cairan cintaku dan kukocok karena dia belum mendapatkan orgasme.
“Kuat juga bocah ini,” kataku dalam hati.
Baru beberapa detik aku kocok penisnya, Atep akhirnya memuncratkan cairan spermanya yang membasahi tanganku.
“Enak banget mbakk,” ucap atep yang terlihat kelelahan.
Kulihat di sudut lain, Nandu malah sudah tertidur. Aku lalu bangkit berdiri, kuambil tisu dari tasku untuk mengelap tangan dan vaginaku yang berlumuran cairan, aku lalu memungut pakaianku yang berserakan dan kukenakan kembali. Aku lalu berpamitan dengan Atep yang masih terbaring lemas akibat persetubuhan kita tadi, dia hanya mengangguk saja. Aku segera menuju ke halte dan berharap semoga tidak ketinggalan bus. Beruntungnya masih ada bus, jadi aku tidak perlu pulang menggunakan taksi. Sesampai di rumah, aku segera mandi agar suamiku tidak curiga dengan bau aneh di tubuhku. Semenjak aku melakukan hubungan seks dengan kedua pemuda itu, aku jadi sering kepikiran dengan kenikmatan yang mereka berikan meski mereka masih pemula. Jujur kuakui suamiku sendiri tidak bisa membuatku sepuas itu, ditambah dia sudah jarang menyentuhku dikarenakan kesibukannya, membuatku menjadi semakin menginginkan kenikmatan itu lagi. Setiap pulang kerja aku selalu melewati rumah kosong tempat mereka tidur, terkadang aku hanya melihatnya sekilas sambil kulewati dan kadang juga aku berhenti sejenak menatap rumah tempat dimana tubuh putih mulus dan ******* disentuh dua pemuda dekil itu. Karena sering kepikiran, kuputuskan setelah pulang kerja nanti, aku akan kembali mengunjungi kedua pemuda itu. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti membuat badanku panas dingin. Aku jadi tidak sabar menunggu jam pulang kantor, tapi tidak lupa aku menghubungi anak dan suamiku kalau aku akan lembur sebagai alibi. Jam pulang akhirnya tiba, dengan jantung yang berdegup aku segera beres-beres dan menuju ke tempat dimana kedua pemuda itu tidur. Dengan dada yang berdebar – debar aku tiba di rumah kosong itu. Sambil celingak – celinguk, aku lihat sekeliling biar tidak ada orang yang melihat. Aku lalu perlahan masuk ke dalam rumah itu.
“Halo? Apa ada orang?” kataku.
Tidak ada respon dari dalam, aku malah masuk makin dalam. Kubuka pintu yanga ada di depanku dan ternyata di dalamnya kosong.
“Aduh pada kemana sih mereka??” gerutuku dalam hati.
“Ehh halo mbak.” Terdengar suara cowo dari belakang.
Saat aku menoleh, Atep dan Nandu sudah ada di belakangku.
“Kalian darimana aja? Mbak cariin lhoo,” kataku dengan senyum lebar.
“Habis dari luar cari uang hehehe,” kata Nandu.
“Tumben mbak kesini, kangen yaa sama kita berdua,” ucap Atep.
“Kalo gak kangen, gak mungkin mbak kesini hihihi …,” kataku dengan tawa genit.
Kami bertiga lalu duduk di lembaran kardus lusuh bersama dan berbasa-basi sebentar. Selanjutnya sudah dapat ditebak, mereka berdua mulai menggerayangi tubuhku yang masih tertutup blazer sambil melepas satu per satu pakaian lusuh mereka hingga tidak lagi benang di tubuh mereka. Aku mulai melepas jas blazerku lalu kulempar entah kemana, aku segera berbaring dan kedua bocah itu langsung menyerbu kedua payudaraku yang masih terbungkus kemeja putih. Sambil meremas-remas payudaraku, Atep dan Nandu melepas satu per satu kancing kemejaku, melucutinya dari tubuhku dan melemparnya ke tempat acak, menyisakan BH dan rok hitam yang masih menempel di tubuhku. Aku menghentikan mereka berdua ketika mencoba melepas rokku, mereka menurut saja, lalu aku berdiri dan kulepas retsleting rokku hingga meluncur ke bawah, sekarang di depan mereka berdiri ibu dua anak yang juga seorang wanita kantoran yang hanya memakai BH dan CD ungu. Aku meminta mereka duduk di lembaran kardus lusuh, aku lalu mengambil posisi merangkak menghampiri mereka. Kupilih Atep dan sedikit kuturunkan tubuhku agar mulutku bisa menjangkau penis tegangnya. Aku lahap habis penis dari Atep dengan posisi yang begitu menantang, layaknya seorang pelacur yang haus penis. Nandu berjalan menuju sampingku dan mulai meremas-remas payudaraku yang masih terbungkus BH. Atep yang keenakan memegangi kepalaku agar tidak kemana-mana. Tidak berapa lama, Atep melepas kulumanku, sepertinya dia tidak ingin keluar duluan, aku lalu mengarahkan diriku ke Nandu yang baru saja menghentikan remasannya di payudaraku, dia kuminta duduk di lembaran kardus dan dengan posisi yang sama aku kulum penis hitam besarnya, sementara Atep menggerayangi pantatku yang masih tertutup oleh CD-ku. Kuhentikan sejenak aksiku, aku lalu berdiri dan kutanggalkan pakaian dalamku yang masih menempel di tubuhku. Setelah bertelanjang ria, kukenakan kembali hak tinggiku biar makin seksi hehehe. Aku kembali ke posisi merangkak yang tadi dan kulanjutkan mengulum penisnya Nandu, sementara di belakang Atep mulai asik mencolok-colok vaginaku dengan jarinya yang kasar dan kotor, badanku menjadi sedikit bergetar akibat sengatan rangsangan dari si Atep.
Nandu kemudian melepas kulumanku karena tidak ingin keluar duluan juga, mereka berdua lalu membaringkan tubuhku di lembaran kardus. Nandu kali ini memainkan kedua payudaraku dengan mulutnya sementara Atep mulai mengarahkan penisnya ke lubang vaginaku.
“Aaaaahhhhh …,” desahku saat Atep menghentakkan penisnya ke dalam liang senggamaku.
Atep mendiamkan penisnya sebentar lalu dia mulai menyetubuhiku dengan tempo yang cukup cepat. Nandu mendekat ke arahku dan mengarahkan penisnya ke mulutku yang langsung aku lahap seluruhnya. Beberapa menit berlalu, mereka lalu bertukar posisi dengan diriku juga mengubah posisi menjadi doggy style. Atep kali ini menyetubuhi mulutku sementara nandu di belakang menyodok vaginaku yang sudah becek.
“Mbak binal juga yaa … suka dientotin sama anak muda kayak kita,” kata Atep merendahkanku.
“Hehehe … udah cantik, seksi, memeknya juga rapet, bikin Nandu gak bosen kalo tiap hari ngentotin mbak,” ucap Nandu sambil menghentakkan penisnya ke liang senggamaku.
Tidak lama kemudian, mereka berdua mengatakan mau keluar.
“Keluarin dimana mbak?” tanya Nandu.
“Semprotin di wajah mbak aja yaa hehehe,” kataku dengan genit.
“Ahhh sial mereka udah mau keluar, aku aja belum nih,” gerutuku dalam hati.
Nandu dan Atep lalu memposisikan dirinya di depan wajahku, tentu aku masih setia menungging, mereka mulai mengocok penis mereka di depanku dan tidak lama crott crott crottt, sperma mereka menyembur dengan deras di wajahku, membuat mukaku yang cantik berlumuran cairan sperma. Mereka berdua langsung ambruk terduduk dengan wajah puas, sementara aku masih uring-uringan belum mendapatkan orgasmeku. Aku menunggu mereka memulihkan energi sebelum kuminta memuaskanku lagi. Sekitar 5 menit kemudian, mereka berdua terlihat sudah cukup pulih, kali ini kuminta Nandu yang berbaring, aku lalu memposisikan diri diatas penisnya yang telah kembali tegak, perlahan kuturunkan pantatku dan setelah kepala penisnya menyentuh bibir vaginaku, langsung aku hentakkan pantatku. Penis itu dengan mudah menyelinap masuk ke dalam lubang vaginaku, aku langsung menggoyang pinggulku layaknya penyanyi dangdut yang sedang manggung. Nandu juga tidak mau kalah, dia meremas kedua bongkahan payudaraku yang berguncang hebat.
“Ouhhh enak banget mbak, goyang yang kenceng mbak,” ceracau Nandu.
“Ohhhh yeahhh … ahhh … ahhhh,” desahku menikmati penis hitam besar yang mengisi liang senggamaku.
Aku tidak menyangka diriku yang selalu dikenal sebagai wanita yang rajin dan tegas di kantor dan rumah, sekarang menjadi wanita binal yang membiarkan dirinya dientot dua pemuda jalanan. Kita saling memuaskan selama 10 menit dan diakhiri dengan orgasme kita berdua. Karena sudah dikuasai nafsu aku baru sadar jika Nandu muncrat di dalam vaginaku, ya udahlah kataku dalam hati. Kita berbaring sebentar menikmati kenikmatan duniawi ini. Aku lalu bangkit berdiri dan kupungut pakaianku yang berserakan, sementara mereka berdua masih berbaring telanjang. Baru saja aku mengambil CD-ku, tiba-tiba ada yang menjamah bongkahan pantatku yang montok. Aku menoleh ke belakang dan rupanya Atep yang menjamah pantatku.
“Kenapa Tep?” tanyaku.
“Mbak satu ronde lagi yaa, Nandu udah dapet masak aku belum hehehehe,” katanya.
Aku tersenyum dan mengangguk ke arahnya, kuletakkan kembali CD-ku ke lantai dan Atep memintaku berbaring di lembaran kardus yang dia siapkan. Aku cukup kaget ketika Atep tiba-tiba menyambar bibirku dan mengulumnya. Seperti seorang pelacur binal, aku balas kulumannya dan kami saling berpagutan lidah layaknya sepasang kekasih. Tidak dapat kupercaya aku beradu lidah dengan seorang pemuda yang bau itu. Setelah puas berciuman, aku memposisikan diriku menungging di lantai.
“Entot mbak dari belakang yaa,” pintaku.
“Okee mbak.” Atep berkata sambil meremas pantatku. “Wahh memeknya masih basah gini, aku masukin yaa.”
Penisnya langsung masuk semua ke dalam vaginaku.
“Aaaakkkhhhhh,” desahku dengan nada panjang ketika Atep menyodokkan penisnya dengan keras.
“Ahh yeahh mbak, goyang yang cepet,” katanya sambil menampar pantatku.
“Akkhhh!!” jeritku. “Nakal yaa hehehe.”
Kedua tangan Atep yang sedari tadi memegang pinggulku, kali ini bergerak ke depan, tangan kirinya meremas payudaraku dan tangan kanannya meraih rambutku dan menjambaknya. Awalnya aku kaget Atep menjambakku tapi setelah itu kubiarkan saja. Kepalaku jadi terangkat ke atas akibat dijambak Atep. Beberapa menit berlalu dan kurasakan aku mau orgasme.
“Mbak aku mau keluar nih, aku semburin di punggung mbak yaa,” kata Atep.
“Ahhh … Atep tahan bentar yaa, mbak mau orgasme dikit lagi,” ujarku.
Atep lanjut menyodok vaginaku sampai aku mendapatkan orgasme keduaku. “Ahhhh … I cummminnngg ….”
Atep mencabut penisnya dan dia semburkan isi testis-nya ke atas punggungku yang mulus, terasa begitu banyak cairan yang tumpah di atas punggungku. Atep langsung ambruk di sampingnya Nandu yang telah tertidur, aku hanya tersenyum melihat mereka. Aku lalu mengambil tisu untuk membersihkan punggung dan vaginaku yang dipenuhi lendir akibat persetubuhan kami bertiga, setelah itu aku kembali berpakaian dan meninggalkan mereka yang tertidur dan masih telanjang bulat. Sesampai di rumah, aku langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, beruntung suami dan anak – anakku tidak mencurigaiku atau mencium bau aneh dari tubuhku. Saat mandi, aku jadi kepikiran dengan apa yang aku lakukan, jujur aku sudah melakukan perselingkuhan dan merasa tidak enak dengan suamiku, tapi disatu sisi aku masih membutuhkan kebutuhan biologis, hanya saja kenapa aku mendapatkan dari pemuda jalanan yang dekil itu. Bagaimanakah ke depannya? Wanita karir yang berwibawa sepertiku akan menjadi tempat pelampiasan nafsu kedua pemuda jalanan, dan bagaimana reaksi kedua anakku jika tahu mama mereka yang biasa tegas dan disiplin ternyata suka dientotin anak muda dekil seperti Atep dan Nandu. Memikirkan hal itu malah membuat vaginaku berkedut lagi, apakah aku sudah jadi sedikit gila? Pada saat mau tidur, aku terpikir kembali apakah aku akan tetap menghampiri mereka atau berhenti disini, aku lihat besok ajalah. Besoknya setelah pulang kerja, aku coba menghampiri rumah kosong tempat mereka berdua tidur. Saat kudatangi, tidak ada siapa-siapa di dalam. Aku berpikir mereka mungkin masih di jalanan jadi kuputuskan menunggu. 15 menit telah lewat dan mereka sama sekali belum menampakkan diri, aku lalu iseng masuk lebih dalam dan kutemukan secarik kertas yang kemungkinan ditulis oleh mereka. Saat kubaca, aku terkejut rupanya tadi siang mereka dibawa oleh satpol PP ke panti sosial saat razia anak jalanan. Sebelum dibawa pergi, mereka mengatakan ingin menulis sesuatu sebelum mereka diangkut oleh petugas. Di dalam tulisan itu mereka mengucapkan terimakasih atas pengalaman yang tidak terlupakan bersamaku dan akan selalu kangen untuk ngentotin aku. Disatu sisi aku cukup lega karena aku tidak jadi pelacur buat mereka tapi disatu sisi aku cukup sedih karena tidak bisa merasakan sodokan penis hitam besar mereka.
Tamat.