A r y a n i
TEMAN kerja saya, Aryani kalau lembur, dia pulang suka ikut mobil saya. Kalau tidak lembur, biasanya dia pulang ikut mobil antar jemput dari kantor.
Aryani, berusia 32 tahun sudah mempunyai suami. Saya kenal baik dengan suaminya. Kalau saya antar pulang Aryani lembur, suami Aryani sering keluar dari rumah ngobrol dengan saya. Mereka punya 1 orang anak berusia 6 tahun.
Saya lebih tua dari Aryani. Usia saya 40 tahun. Saya mempunyai seorang istri yang lumayan cantik dan dari hasil pernikahan kami yang sudah mau memasuki 12 tahun, kami dikaruniai 2 orang anak, masing-masing berusia 10 tahun dan 7 tahun.
Masalah sex, kami bukan pasangan yang kaku. Kami tidak pernah kekurangan ide mengekplorasi hubungan seks kami dengan penuh imajinasi, gaya dan gairah.
Saya selalu menyediakan waktu untuk bercumbu dengan istri saya yang mempunyai ukuran payudara 38B ini sesibuk apapun diri saya, secapek apapun saya pulang kerja.
Kalau istri saya pengen, dia juga tidak segan-segan meminta dengan saya terutama pada hari-hari menjelang dia mau mens, napsunya lebih tinggi dari biasanya.
Selesai sekali, dia berani minta saya mengulangi di lubang yang berbeda, ANAL SEX. Memang libido istri saya lumayan tinggi. Tetapi sangat menyenangkan hubungan seks kami.
“Pak Mul, nanti saya ikut pulang, ya?” kata Aryani datang ke ruang kerja saya sebelum jam pulang kantor.
“Hari ini apa nggak ada mobil antar jemput?” tanya saya.
“Ada, cuma saya mau mampir di mall Pak. Saya mau membeli sepatu untuk anak saya. Segen kalau saya minta mobil kantor antar saya sampai ke mall, tapi kalau ikut Bapak kan Bapak lewat, he… he…”
“Iya deh…” jawab saya.
Aryani berlalu dari ruang kerja saya. Jam 5 kurang 5 menit Aryani sudah datang ke ruang kerja saya membawa tasnya. Saya segera berkemas, karena pekerjaan saya juga sudah selesai, lalu saya minta izin pulang dengan teman seruangan saya yang masih bekerja.
Turun ke lobby kantor, kami masing-masing mampir ke toilet untuk berjaga-jaga jika terjadi kemacetan di jalan raya supaya kami tidak kebelet ingin kencing di tengah perjalanan.
Kalau saya sendiri di dalam mobil, sih gampang-gampang saja, tinggal keluarkan botol air minum kosong, kencing di botol. Selesai! Aryani?
Tapi keluar dari toilet, saya melihat Aryani sudah melepaskan blazernya dan dia memakai blouse berwarna putih yang lumayan tipis tanpa memakai lapisan lagi di balik blousenya yang tipis itu, sehingga saya bisa melihat bra Aryani dengan jelas, warnanya hitam.
Seberapa besar dan tebal cup bra yang menunjang buah dada Aryani berukuran 34B itu saya juga bisa melihatnya dan karena Aryani memakai bra yang cup-nya model V lebar sudah pasti buah dadanya juga kelihatan.
Wajah Aryani kalau dibilang cantik, menurut saya sih tidak, cantik istri saya. Ya dong, masa saya puji istri orang lain? Tubuhnya tinggi langsing.
Berhubung sore itu jalan tidak macet, saya tidak perlu membawa Aryani pergi ke mall lewat jalan raya berbayar, dan dengan cepat pula kami sampai di mall. Karena saya ikut mampir, lalu saya mengajak Aryani makan di foodcourd.
Selesai makan, saya tidak langsung pulang. Saya masih sempat ikut Aryani masuk ke sebuah dept store mencari sepatu anaknya.
Akan tetapi barangkali inilah buruknya sifat wanita, tidak istri saya tidak Aryani. Mata mereka tidak bisa menghindar dari barang-barang diskon 50% + 20%.
Aryani memilih BH. Karena sudah kebiasaan saya pergi ke mall tidak pernah meninggalkan istri saya berbelanja, demikian juga saya dengan Aryani. Aryani memilih BH, saya berdiri di samping Aryani.
“Bagus nggak, Pak?” tanya Aryani pada saya tentang BH yang dipilihnya.
“He.. he…” saya tertawa pelan, lalu mencandai Aryani, “Kalau saya yang pilih, kamu pakai perlihatkan pada saya, ya?”
Senyuman Aryani membuat saya menyerahkan kartu kredit saya pada kasir. Tidak banyak belanjaan Aryani. Dengan sepatu anaknya dan 2 lembar bra, tidak sampai 600 ribu rupiah.
Kami pulang ke rumah masing-masing malam itu dengan aman, damai, sejahtera dan sentosa.
Saya tidur dalam pelukan istri saya, saya juga tidak bermimpi tentang Aryani.
Lewat satu hari, hari berikutnya saya lembur dan Aryani menelepon saya lewat intercom kantor bahwa ia juga lembur. Tidak ada masalah. Malahan saya rugi, Aryani lembur dibayar, saya tidak, karena Aryani masih staff, bukan level manager.
Masa kerja Aryani boleh lebih lama dari saya, tetapi sebelum saya bekerja di perusahaan ini saya sudah malang melintang di dunia perauditan keuangan dan pajak.
Jam pulang kantor saya datang ke ruangan kerja Aryani, dan tentu saja Aryani senang. Ia pulang dijemput sampai ke ruang kerjanya. Dan sewaktu Aryani berdiri dari tempat duduknya, apa yang saya lihat?
Blouse Aryani kancingnya terbuka satu dan dengan jelas saya bisa melihat belahan payudaranya yang dalam.
“Waww… kamu pakai BH yang kemarin beli di mall ya, Ar…?” tanya saya.
“He.. he.. iya, Pak…” jawab Aryani tertawa tidak menyadari kancing blousenya terbuka.
“Kata kamu pengen kasih saya lihat, mana dong…” goda saya karena di ruangan Aryani hanya tinggal kami berdua.
Ups… tiba-tiba tangan Aryani mencengkeram leher bajunya. “He.. he… nggak mau Pak ahh, malu…” jerit Aryani.
Saya mendekati Aryani. Wajah Aryani cembetut tapi masih terkandung sekelumit senyuman. “Kecil, Pak… Ar malu…”
Saya mencium pipi Aryani yang original tanpa polesan kosmetik dan tampak flek hitam kecil-kecil menghiasi pipinya itu. Apa yang terjadi berikutnya?
Aryani memeluk saya. Ruangan yang sepi berbaur dengan kehangatan tubuh kami yang berbeda jenis kelamin, ditambah AC ruangan masih menyala, kami berduapun berciuman lupa dengan keluarga kami masing-masing.
Aryani juga sudah lupa dengan payudaranya yang kecil sewaktu ludahnya bercampur dengan ludah saya. Dibiarkannya jemari saya membuka kancing blousenya satu persatu.
Alhasil, cup BH-nya saya singkap ke atas. Payudaranya telanjang sudah dan payudara yang terasa lembut di telapak tangan saya itu, saya remas. Putingnya mancung.
“He… he… Bapak… tuh satpam lagi ngintip di pintu…” goda Aryani.
“Ah… jangankan satpam,” kata saya.
“Bapak nakal deh, sudah dibilang kecil…”
“Sepertinya jarang diremas, ya…”
“I…yaaa… Pak…”
“Saya mendapat kehormatan, nih…”
Aryani memeluk saya. “Mau kita tuntaskan di rumah atau di hotel?” tanya saya.
“Parah Bapak, masa satu lobang dikeroyok berdua…?” kata Aryani.
Saat itu sempat terlintas di pikiran saya, bagaimana kalau saya mengajak Aryani ‘change partner’? Tetapi nanti dulu, saya harus menundukkan Aryani sekarang, tidak boleh moment ini terlewatkan.
Ternyata bukan keberuntungan saya malam ini. Handoko telepon Aryani bahwa Bayu badannya panas.
Tidak terlalu sulit mendapatkan sebuah kamar di hotel yang sudah cukup punya nama ini hanya berbekal selembar kartu kredit, saya sudah mendapat kunci kamar dan diskon 50% dari harga yang seharusnya saya bayarkan sebelum pajak.
Entah bagaimana perasaan Aryani saat berada di dalam lift bersama saya. Jantung saya berdebar dan saya teringat dengan istri saya di rumah. Rasanya saya ingin meninggalkan Aryani sewaktu pintu lift terbuka di lantai 5.
Tapi Aryani terus menggandeng tangan saya hingga akhirnya sampailah kami di lantai 12, kamar nomor 1207 tempat kami nanti akan berselancar cinta.
Tidak saya duga jika saya sampai bisa berbuat asusila dengan istri orang lain di kamar hotel yang berkasur empuk ini. Dari jendela kaca yang gordennya terbuka lebar tampak langit di sekitar hotel sudah gelap.
Mungkin istri saya sedang menunggu saya makan malam. Tapi sekarang saya sedang mencium telapak kaki Aryani yang putih dan mulus telanjang yang biasanya setiap hari terbalut kaos kaki dan sepatu hitam hak ceper.
Aryani mau mandi saya cegah, karena saya akan kehilangan bau badannya. Jempol kakinya saya hisap, punggung kakinya saya jilat.
“Hooohhh… Paa…aakkk…” rintih Aryani. “Bapak belum sampai ke memek aku, aku sudah mau keluar, Pak.”
Aryani kelihatan aslinya, dan sekarang saya sudah tidak peduli lagi dengan istri saya sewaktu Aryani melepaskan blouse dan branya.
Saya pun melepaskan pakaian kerja saya dan hanya tinggal celana dalam yang menyertai tubuh saya, saya naik ke tempat tidur melumat bibir Aryani, payudaranya semakin saya remas bergantian satu dengan yang lain, sementara lidah Aryani benar-benar tidak bertulang.
Wajahnya boleh tidak seberapa cantik, tetapi geliat lidahnya mematahan iman.
Kecantikan itu relatif. Coba saja wajah-wajah selebritis yang sekarang sedang tebar pesona di media masa itu wajahnya tergores atau terbakar suatu hari, apakah mereka masih cantik?
Kalau mau menilai wanita, nilailah ‘inner beauty‘nya, karena kecantikan akan pudar, sedangkan ‘inner beauty’ akan bertahan sampai manusia itu menutup mata.
Dari bibir, lidah saya menjilat ke ketiak Aryani. “Ooggh…uuummm… Bapak, ooohhh… aku dimanjakan sama Bapak.” kata Aryani.
“Suamimu…”
Aryani menggeleng.
“Handoko harus ketemu istri saya. Bagaimana kalau kita tukar pasangan? Biar Handoko sama istri saya.” kata saya.
Aryani memeluk saya erat-erat. “Aku sayang Bapak.” kata Aryani. “Sangat sayang, bawalah aku terbang, Pak…”
Tangan Aryani mengeluarkan penis saya dan tanpa menunggu, Aryani langsung menjilat kepala penis saya dengan lidahnya.
Ahh… merasakan gesekan lidah Aryani yang kasar itu pada kepala penis saya membuat napsu saya semakin menggelepak-gelepak, malah saya kini memandang Aryani lebih cantik dari istri saya. Apalagi dia pandai memainkan penis saya dengan lidah dan mulutnya.
Mulut Aryani penuh dengan penis saya. Perlahan-lahan dia menarik keluar dan memasukkan lagi ke dalam mulutnya. Betapa nikmat rasanya penis saya buat Aryani seperti sebatang es krim rasa coklat.
Berbeda dengan bagian luar tubuhnya yang wangi parfum, putih dan bersih, sewaktu Aryani melepaskan celana panjang dan celana dalamnya, ternyata bulu jembutnya sangat lebat.
Selain daripada itu, sewaktu saya membuka lebar pahanya terlihat kedua bibir memeknya menonjol keluar bersayap.
Dan bau memek Aryani, ohh… Aryani… tadi sewaktu pulang kantor dia masuk ke toilet seperti dia tidak cebok.
Memek Aryani selain bau pesing, ahh… saya sudah terlanjur menjilat sampai ke dalam lubangnya sewaktu saya melihat lapisan keju yang menutupi bagian luar belahan memek Aryani yang berwarna kemerah-merahan itu. Rasanya sedikit asin.
Ah… biasanya memek istri saya sangat bersih. Istri saya selalu menjaga kebersihan memeknya. Tetapi saya tetap menjilat memek Aryani.
Lidah saya terus menyelusup masuk semakin dalam ke lubang memeknya. “Agghhh… Pak Muu..uull… oohhh… enakk… hahhh…” desah Aryani menggelinjang.
Klitorisnya membesar dan tegang. Saya tidak perlu lama membuat Aryani mencapai klimaks.
Klitorisnya saya jilat, saya sedot. “Arrrgghhhh…. Paa..akk… ooohhh…. Paa..aakk…. Pak…! Pak…! Pak…! Pak Muuuuu…. uuuulllll……”
Pinggang Aryani melengkung tinggi, kedua tangannya bertahan di kasur sambil telapak tangannya digenggam erat seolah nikmat yang tak tertahankan itu jangan sampai terlewatkan, tetapi Aryani harus menghadapi kenyataan sewaktu lubang vaginanya ditusuk oleh penis laki-laki lain.
“Paaa…akkk… uuuhhh… belum selesai Pak… sudah nambah satu lagiii…” racaunya.
Maksud Aryani belum selesai orgasmenya, memeknya sudah disodorin penis.
Saya menggenggam payudaranya di mulut, sedangkan lubang memeknya yang basah saya tusuk-tusuk dengan cepat dan tak sabar.
Chopp… chopp… chopp… chopp… chopp…
“Ahhh… ooohhh… Pakk… oohhh… ahhhh… ooohh… Pakkk…” Aryani menjerit ketika tubuhnya terguncang-guncang sampai kedua tangannya memegangi payudaranya.
Akhirnya saya mendengus, “Oooooohhh…”
Permainan selesai. Lubang memek Aryani saya isi dengan air mani sampai meluber keluar dari lubang dan dia berjanji akan mengajak Handoko bertemu dengan istri saya kalau Bayu bisa dititipkan ke mertuanya.
Istri saya menyajikan minuman dan snack di tepi kolam renang. Udara segar berbau pepohonan dan rumput basah masih bisa kami hirup, dibanding udara di kota yang sumpek meski banyak pohon, tetapi pohon-pohonnya tinggi-tinggi berbahan beton tanpa daun.
“Nggak berenang kalian?” tanya istri saya.
“Nggak tau ada kolam renang, Bu Mul.” jawab Aryani.
Ah Aryani, tanpa memanggil istri saya dengan Bu juga gak papa, umur istri saya paling selisih 1 atau 2 tahun dengan Handoko.
“Telanjang saja…” lanjut saya.
Handoko terkejut memandang saya dengan mata sampai melotot. Handoko tidak tau bahwa lubang istrinya pernah saya isi sampai meluber dengan peju saya yang kental dan hangat.
Istri saya yang memulai. Dia telanjang bulat terjun ke kolam renang. Handoko duduk jadi tidak tenang.
Sewaktu Aryani bangun dari duduknya menjauh dari saya dan Handoko, saya berbisik pada Handoko, “Kamu telanjang, peluk istri saya, dia gak nolak kok…”
“Ahh… Mas…” seru Handoko.
“Kamu pernah anal seks dengan Aryani?”
Wajah Handoko pucat.
“Nikmati saja lubang dubur istri saya, ayo… sana…” suruh saya.
Handoko sudah tidak mampu berkelit sewaktu dilihatnya Aryani telanjang bulat. Aryani bukan terjun bebas ke kolam renang, melainkan ia mendekati saya.
Sambil duduk saya memeluk Aryani dan mencium perut Aryani. Jari tengah saya kemudian merogoh lubang memek Aryani yang basah.
Handoko masih duduk terpaku di tempatnya. Dia baru beranjak bangun dari duduknya melihat istrinya terjun ke kolam dan dipeluk oleh istri saya, mereka berciuman.
Saya santai saja melihat kedua wanita itu saling meremas tetek.
Dan sewaktu Handoko keluar dari ruang ganti bertelanjang bulat, saya melihat kontolnya ngaceng sengaceng-ngacengnya, apalagi dilihatnya anus istri saya berkerut-kerut hitam sambil nungging di tepi kolam renang menjilat memek Aryani dengan posisi 69, dan Aryani juga menjilat memek istri saya, Handoko langsung menghadapkan kontolnya ke anus istri saya.
Saya senang melihat ketiganya swinger sambil kontol Handoko yang bulat besar itu memompa lubang anus istri saya.
Tak lama kemudian kedua wanita itu ganti posisi. Aryani di atas, lalu Handoko memasukkan kontolnya menggenjot lubang memek Aryani.
Saya tidak tinggal diam lagi. Saya mendekati mereka bertiga dengan telanjang bulat. Handoko mengerti maksud saya. Dia mencabut kontolnya menyerahkan memek istrinya pada saya.
Saya menjilat anus Aryani. Tanpa persiapan membuat saya menjilat anus Aryani semakin nikmat, dan saya tidak percaya melihat Handoko menyaksikan penis saya menguak lubang anus bininya yang masih perawan.
Lubang anus Aryani memang masih perawan, selain sempit lubang itu juga masih bisa mencengkeram batang penis saya dengan kuat, sehingga saya menarik dan mendorong penis saya maju-mundur sensasinya menjadi nikmat.
Tak lama kemudian air mani saya sudah mengisi lubang anus Aryani. Saya mencabut penis saya dan melihat air mani saya mengalir keluar dari lubang anus Aryani.
Saya tidak tau bagaimana Aryani selanjutnya menghadapi teman-temannya di kantor.
Malamnya dalam satu tempat tidur kami benar-benar saling ganti istri. Handoko menyetubuhi istri saya di samping saya. Sedangkan saya menjilat vagina Aryani di samping Handoko.
Saya begitu bernapsu terhadap Aryani. Handoko hanya sanggup bertahan 3 ronde, sedangkan saya sampai jam 2 pagi.
Bahkan sepulang dari villa, saya menyerahkan istri saya untuk dipakai Handoko sampai Handoko menghamili istri saya.
Saya juga menikmati hidup bersama Aryani di rumah saya. Kedua anak saya bisa akrab dengan calon mama tirinya ini dan Aryani juga menyayangi mereka.
Istri saya kemudian minta cerai. Dia menikah dengan Handoko. Handoko mengatakan pada saya dengan terus terang, bahwa dia ngeseks dengan istri saya lebih nikmat.
Aryani menjadi mama kedua anak saya. Sekarang Aryani lagi mengandung…