A M I N A H
Pagi itu Masrowi selesai memperbaiki mobilku ia ngomong padaku bahwa ia mau pergi mancing. “Mas, aku ikut.” kataku karena aku lagi santai hari ini. Istriku dan anak-anakku pergi nginap di rumah neneknya.
“Ya boleh, Mas Anto.” jawab Masrowi senang punya teman mancing.
Masrowi pulang mengambil alat-alat mancingnya. Setelah itu Masrowi dan aku pergi ke tambak dan Masrowi yang membawa mobilku. Sebelum sampai di tambak aku mengajak Masrowi mampir ke warung nasi padang langgananku.
Perut kenyang aku dan Masrowi melanjutkan perjalanan, sekali lagi mampir ke mini market membeli air minum dan Masrowi mengambil sebungkus rokok, semuanya aku yang bayar.
Sekitar jam 3 sore aku sudah duduk dengan gelisah dan karena sudah mendapat 2 ekor ikan nila dan 2 ekor ikan mas, kalau ditimbang sekitar 2 kilogram keempat ekor ikan itu, kamipun pulang. Masrowi menyuruh aku membawa pulang ikan nila, ia membawa ikan mas.
“Nggak usah Mas, nggak ada yang ngurus,” jawabku. “Mbakmu gak ada di rumah,”
“Kalau gitu biar istriku yang ngurus aja ya Mas, nanti selesai masak Mas Anto makan di sini.” ujar Masrowi.
“Ya deh,” jawabku segera pulang mandi.
Selesai mandi aku periksa mobilku, ternyata rokok Masrowi ketinggalan di mobilku. Saat itu juga aku membawa rokok Masrowi ke rumahnya.
Masuk ke halaman rumah Masrowi konsentrasiku langsung buyar. Aminah, istri Masrowi ngomong apapun sudah tidak tertangkap jelas oleh pendengaranku karena saat itu perhatianku terpusat pada paha Aminah yang terbuka lebar karena daster yang dipakainya kependekan tidak mampu menutup seluruh pahanya.
Akibatnya di ujung paha Aminah tampak seonggok pemandangan yang indah terbungkus celana dalam berwarna merah. “Mas, nanti ikan nilanya aku goreng saja ya, Mas Anto suka kan ikan goreng?” tanya Aminah padaku saat aku berjongkok di depannya.
“Lihat ada apa di pahamu.” jawabku.
Jika saat itu Aminah bangun dari jongkoknya selesai masalahku dengan Aminah, tetapi Aminah tidak bangun setelah ia tau pahanya terkangkang lebar, malah ia “Mmmm…” sambil memonyongkan bibirnya padaku dengan mimik genit.
Kesabaranku habis. Tanpa pikir lagi aku serbu bibir Aminah. “Jangan Mas… Masrowi ada di dalam…”
“Bodo amat…” jawabku. “Memekmu yang tembem itu bikin Mas gemes…” segera kutahan belakang leher Aminah dengan tangan kiriku, kupagut bibirnya dan kusedot ludahnya.
Tidak kupikirkan lagi saat itu Aminah sedang pegang pisau. Bisa saja ia menikam aku dengan pisau yang dipegangnya, tapi tidak. Pisaunya terlepas dari tangannya disaat tanganku menggosok-gosok gumpalan celana dalamnya yang hangat dan lembab itu, Aminah membalas lumatan bibirku.
Akupun segera menyibak pinggir celana dalam Aminah mencari lubang memeknya sambil aku perhatikan pintu rumah. Rupanya lubang Aminah sudah basah kuyup saat kusodok dengan jariku.
“Mmmh… Masss… mmmhh… Masss… mmmhh… mmmhh..” gumam Aminah dengan suara tak jelas dan napas mendengus-dengus keluar dari hidungnya saat kelentitnya kupencet dengan jari jempolku bersama 2 jariku yang masuk ke dalam lubang nonoknya yang basah, kupelintir dan kubelit biji kacang Aminah.
Setelah beberapa saat Aminah langsung menggigit bibir bawahku, tubuhnya menggelinjang menegang bergetar hebat dan kuku-kuku jarinya menancap di punggungku. Aminah terjatuh duduk di tanah dengan napas ngos-ngosan.
“Sudah keluar?” tanyaku melepaskan Aminah, jariku bau amis yang berasal dari lubang memek Aminah.
“Ya…” jawab Aminah buru-buru ia jongkok lagi meneruskan pekerjaannya membersihkan ikan. “Pulang sana sebelum Masrowi keluar.” usirnya.
“Kasih Mas dulu celana dalam sama BH yang kamu pake, nanti Mas kembaliin kamu dengan yang baru.” kataku.
Aminah menengok pintu rumahnya dan setelah dirasakannya aman, buru-buru ia bangun mencopot celana dalamnya memberikan padaku. BH-nya juga ia copot.
BH Aminah agak basah dan bau susu karena ia memang sedang menetek anaknya yang kedua yang lahir 5 bulan yang lalu.
Kubawa pulang hadiah dari Aminah. Kukocok kontolku di rumah sambil menikmati bau memek dan bau tetek Aminah.
Sungguh luar biasa kau Aminah, erangku.
Air maniku saat keluar sungguh-sungguh banyak. Untung tadi tidak sampai masuk ke rahim Aminah. Kalau tadi masuk, Aminah bisa langsung hamil.
Sudah hampir jam 7 malam sewaktu Aminah mengetuk pintu pagarku. “Mas… Mas Anto… Mas…” panggilnya.
“Katanya tadi suruh Mas makan di rumah,” kataku melihat tangan Aminah memegang rantang sambil kubukakan pintu pagar.
“Nggak jadi Mas, Masrowi dipanggil Pak RT memperbaiki mobil, makanya… ini aku bawain buat Mas, sudah sama nasinya.” jawab Aminah yang sudah mandi wangi memakai daster panjang. Rambutnya yang panjang sampai ke punggungnya ia gulung menjadi konde.
Harus kuakui Aminah lebih cantik dari istriku, karena Aminah memang lebih muda dari istriku. Aminah paling-paling berumur 26 atau 27 tahun, anaknya juga masih kecil-kecil, yang pertama berumur 2 tahun dan yang kedua baru 5 bulan, sedangkan istriku sudah berumur 35 tahun. Memeknya kugauli sudah hampir 12 tahun.
“Ayo, masuk…”
Aminah berjalan masuk ke halaman rumahku, “Aku gak bisa lama-lama Mas, ada adik iparku di rumah…”
“Tadi kamu pergi ngomong nggak mau ke mana?”
“Nggak sih…”
Aminah melepaskan sandal jepitnya di depan pintu rumahku. Aku mengambil rantang yang dibawahnya dan kutaruh di meja. Aminah melangkah masuk ke rumahku dan ia terbengong sejenak.
“Kenapa?” tanyaku.
“Bagus.” Jawabnya memandang sekeliling rumahku.
“Karya istriku,” kataku dan kupeluk Aminah.
“Mass…” desah Aminah manja menyandarkan kepalanya di dadaku yang bidang.
Kubawa bibirnya ke bibirku. Seketika kedua bibir anak manusia yang berbeda usia itu sudah saling melumat. Kunikmati ludahnya. “Mass… pfff… pfff… Mass… Mass…” desah Aminah dalam pagutanku.
Kugiring Aminah ke kamar ia sudah tidak mampu menolak ajakanku. Melihat aku melepaskan pakaian, Aminah juga melepaskan dasternya, BH-nya dan celana dalamnya.
Hmmm… melihat tubuh Aminah yang telanjang bulat membuat kontolku berdiri tegang setegang-tegangnya bagaikan meriam bambu. Boleh banyak wanita kucabuli, tetapi Aminah adalah wanita yang istimewa. Masrowi sungguh beruntung.
Jembut Aminah begitu lebat dan hitam bagaikan sarang tawon menempel di antara kedua pahanya. Kedua tetek Aminah yang besar padat, bentuknya bukan bulat, melainkan menggelantung panjang mirip lonceng dengan aerola yang lebar berwarna gelap serta putingnya besar.
Hmmm, luar biasa bukan?
Aminah naik duluan ke tempat tidur. Kucium punggung kakinya. “Kotor Mas…”
“Nggak…” jawabku. “Bagi Mas, engkau wanita yang luar biasa sexy.” ucapku menyanjung Aminah.
Kujilat telapak kakinya, kuhisap jempol kakinya. Kucium pahanya, dan kujilat pahanya. Hanya yang satu ini yang ‘menyamakan’ Aminah dengan wanita lainnya, ‘memeknya berbau amis’.
Tetapi tetap kujilat memek Aminah. “Haahh… Masss… Masss… hahh… haahh… haahh… Mass… enak Mas, jilat terus Mass…” rintih Aminah manja.
Lidahku meliuk-liuk masuk ke dalam lubang memek Aminah dan pinggul Aminah ikut meliuk-liuk sembari merintih sampai wajahnya terdongak dan kedua tangannya mencengkeram kuat kain seprei.
“Masss…. Masss…. Massss…. Masss… sudah gak tahan, Massss…. mau keluar lagi Masss…. ooohhh…. Maaa… aassss…. Massss Antooooooooooo……” Aminah menjerit sekencang-kencangnya.
DAMMM…! Aminah terkulai lemas setelah jeritan terakhirnya melemah.
Aku naik ke tempat tidur, Aminah segera menyodorkan teteknya ke depan mulutku. “Ini tetekku diisep Mas, airnya penuh banget, isep sampai habis jangan ditinggalin, Masrowi juga gak mau kok, ia gak pernah nyentuh tetekku…” kata Aminah.
Kuhisap dan kutelan glekk… glekkk… glekk… air tetek milik Aminah. Segar, fresh, menggairahkan lebih daripada obat perangsang. “Mass… mmm… Masss… Mass…” desah Aminah. Betapa manjanya Aminah sambil tangannya membelai kontolku.
“Jadi istri Mas ya…” kataku.
“Aku sih mau aja jadi istri Mas Anto, bagaimana dengan Masrowi…” ujar Aminah sambil memelukku, lupa ia dengan adik iparnya di rumah.
“Gini aja,” kataku. “Mas pelihara kamu gimana, Mas penuhi segala kebutuhanmu…”
Tanpa menjawab Aminah naik ke tubuhku mencium bibirku sembari tangannya membantu kontolku masuk ke lubang memeknya, blessss…
“Ahhh… nikmat banget kontol Mas… nggak aku dapatkan dari Masrowi…… sungguh nikmat kontol Mas, besar dan keras…” racau Aminah.
“Kamu siap hamil?”
“Mmmhh…” Aminah mencium bibirku lagi seraya memacu kontolku dengan memaju-mundurkan pantatnya.
Betapa nikmatnya memek Aminah, liukan pantatnya sungguh meruntuhkan iman. Kubalik tubuhnya ke bawah, kugenjot memeknya dengan cepat dan bertenaga. Plokk… plokk… plokk… plokk…
“Ahhhh… ahhhh… ahhhh…. MASSSS…. ahhhh… ahhhh… ahhhh…. ahhhh…. MAS ANTOOOO…. AKU KELUAR LAGIHHH…”
Kali ini kuremas teteknya, kedua-duanya kiri dan kanan sampai susunya muncrat-muncat, kuterus guncang-guncangkan memek Aminah sampai lava panasku meletus dari kontolku, croootttttt…. kudorong, benar-benar kudorong kontolku sampai habis tertelan lubang ‘super’ nikmat milik Aminah, crooottt… crooottt… crooottt…. UHHH… NIKMAT MASSS…. MEMEKKU ANGET…. rintih Aminah, meskipun kamarku dingin ber-AC tubuh Aminah tetap basah berkeringat ditambah susunya yang tadi kuperas keluar, croottt… croottt… crooot… spermaku belum berhenti keluar, croottt… croottt… crooot… croottt… croottt… crooot… lagi… croottt… croottt… crooot… lagi… croottt… croottt… crooot… croottt… croottt… crooot…
Setelah air maniku habis terkuras oleh kenikmatan memek Aminah, Aminah baru sadar. “Anakku…” katanya buru-buru mendorong tubuhku pergi dari tubuhnya.
Aku ambil tissu membersihkan memeknya yang kebajiran air maniku. Aminah senangnya luar biasa kuperhatikan. Ia peluk aku, ia kecup bibirku… cupp… cupp… cupp… muachh… muachh… muachhh…
Masrowi tidak pernah curiga kalau beberapa hari sekali Aminah minta izin pergi ke mall sambil membawa kedua anaknya, padahal di tengah jalan kujemput Aminah dengan kedua anaknya. Aku nikmati tubuh Aminah di hotel.
Aminah mengatakan padaku Masrowi hanya sekali menikmati tubuhnya sejak ia melahirkan anaknya yang kedua, maka itu aku berani mengemukakan maksudku pada istriku bahwa aku ingin menikah dengan Aminah.
“Dosa Mas, kalau Mas sampai minta Aminah cerai, kecuali Aminah diceraikan Masrowi.” jawab istriku. “Lalukan saja apa yang biasa Mas lakukan dengan Aminah, Mama nggak ngelarang, di rumah ini saja nggak usah pergi di hotel, nanti anaknya Mama jaga.”
Benar saja, anak bayi Aminah sangat dekat dengan istriku, ia mau netek di tetek istriku sehingga ia tetap tenang saat aku ngentot dengan Aminah, kadang-kadang istriku ikut gabung, kontolku jadi rebutan kedua wanita ini.
Semakin kuentot Aminah semakin hot dan semakin panas, semakin sexy, dan semakin cantik, walaupun kini rambutnya yang hitam sudah terselip beberapa lembar uban membuat ia tampak elegan duduk di kursi direktur memimpin rapat perusahaan yang kubangun bersama istriku yang pertama.
Tetapi tidak ada gading yang tak retak, tak ada bangkai yang bisa disembunyikan bau busuknya. Masrowi tau juga akhirnya istrinya selingkuh denganku. Masrowi menceraikan Aminah, sehingga Aminah resmi menjadi istriku yang kedua.
Aku merintis sebuah perusahaan kebun kelapa sawit, Aminah menjadi direktur, aku menjadi komisarisnya.
Di ruang kantor Aminah terpajang koleksi celana dalam dan BH-nya yang kuminta untuk pertama kalinya di depan rumahnya. Juga terpajang dalam bingkai berukir foto-foto telanjang Aminah dalam berbagai pose.
Sedangkan istriku yang pertama menjadi NYONYA BESAR yang cerewet setelah ia berhenti menstruasi.