Dian elina yang malang

Dian Elina baru saja selesai mandi sore itu. Ia hanya mengenakan handuk kuning kesayangannya. Hujan turun deras dari sejam yang lalu. Rumahnya kosong. Ia berdiri di depan cermin kamarnya sambil mengeringkan rambutnya. Iseng-iseng ia melepas handuknya. Hmm tubuhnya indah dan kencang. Payudaranya menggantung ibarat mangga yang mengkal. perutnya rata. Dian meraba buah dadanya, turun ke perutnya, hingga selangkangannya dengan bulu yang tercukur rapi. Usianya baru 25 tahun. Mendadak petir menggelegar kencang. bersamaan dengan itu listrik mendadak padam.”Aih… sialan.” Gerutunya. Ia mengingat-ingat dimana ia meletakkan lilin dan korek api. Di dapur. Dengan meraba-raba ia bergerak ke dapur, “Ah. dak ado yang jingok jg” Katanya dalam hati. Dian membiarkan tubuhnya telanjang bulat mengendap ke dapur rumahnya. Ia terkesiap melihat pintu belakang terbuka lebar. Dan sebelum sempat bereaksi sepasang tangan yang kekar menyergapnya. Dian meronta dan menjerit sebisanya. Namun tangan yang lain membekap mulutnya. Tubuhnya diangkat dan dibopong dengan mudah. Dalam keremangan Dian dapat melihat ada sekitar 5 atau 6 lelaki bertubuh besar di dalam ruangan itu. Mereka membopong Dian ke kamar tidurnya. Tubuh telanjangnya direntangkan di kasur. Mendadak lampu menyala. Dian menjerit jerit dan meronta. namun suaranya tenggelam oleh derasnya hujan. Kini ia dapat melihat ada 6 lelaki di ruangan itu. Mereka basah kuyup. Mengenakan topeng kupluk yang menyisakan mulut dan mata mereka. “Jangan kak… Jangan….” Dian mulai menangis melihat mereka mulai membukai pakaian masing-masing. Ia dapat melihat batang-batang penis mereka mengacung keras. bagaimana tidak, ia terlentang telanjang bulat di ranjangnya. Sementara 2 orang memegangi tangannya di sudut. “Ikat tangannyo.” Salah seorang dari mereka, pimpinannya, memerintahkan. seorang dari mereka membongkar lemari pakaian Dian dan mengambil 2 jilbabnya yang panjang kemudian tanpa memperdulikan tangis gadis itu mereka mengikat Dian dengan jilbabnya sehingga kedua tangannya terentang lebar. Kemudian pemimpinnya yang bertubuh besar mulai menindihinya. Sementara kedua kakinya direntangkan lebar-lebar. Dian tak sanggup melawan. Ia hanya bisa memalingkan wajahnya dan menangis sesenggukan ketika buah dadanya mulai dikenyot-kenyot. Dikulum dan digigit-gigit. Tubuhnya lemas.. Mendadak lelaki itu mencengkram wajahnya dan memaksa melumat bibirnya. Dian meronta sebisanya,”MMmmhh… sssp… mmmhhh…” Ia merasa sangat dilecehkan. Salah seorang dari mereka membuka jendela lebar-lebar. Kemudian menempelkan pisau di leher gadis itu.”Diem Bae… Nurut.. Kalo dak galak digorok! Ngerti!!?” Dian menggigit bibirnya dan menangis sesenggukan. Ia benar-benar tak berdaya. Dapat dirasakannya penis raksasa pemerkosanya tengah menggosok-gosok bibir vaginanya, siap mendobrak masuk. “AKKKHHHHHH!!!” Dian meregang kesakitan ketika lelaki itu menekan memaksakan batangnya yang berdiameter cukup besar masuk ke selangkangannya. Tanpa ampun lelaki itu mencengkeram bahu Dian sehingga ia dapat menyodok sedalam-dalamnya. “AKhhhhh luar biasa sempitnyo punyo gadis ini…!!” Lelaki besar itu mengerang penuh kenikmatan. ia mulai menggenjot vagina Dian yang kering itu. Dian mengerang kesakitan. Perih dan pedih. Ia merasa seakan tubuhnya akan dibelah dua. “Akhhh!! Akhhh!!! Sssakitt kakk…. Akhhh! Akhhmmmphhhmm…!!!! MMMP!!” Teriakan Dian terpotong karena seseorang dari mereka menjejalkan penisnya ke mulut Dian. Sementara yang lain sibuk meremas-remas dadanya. Terkadang dengan brutal menarik-nariknya. “AKHHHH luar biassaaaaaa…!” Pemerkosanya meregang keras sebelum spermanya memuncrat mengisi rahim Dian. Ia mencengkeram erat pinggul gadis itu. Menghabiskan maninya. Dian hanya mampu meringis kesakitan. Mulut dibungkam dengan batang kemaluan yang besar, keras. “Akhhh….,” pemimpinnya mencabut kemaluannya yang mengecil dari vagina Dian yang bengkak memerah. “Ayo giliran!” Lelaki selanjutnya segera mengambil posisinya. Mulai menyetubuhi Dian seperti anjing. “Akh! Akh!! Lonte! khh!!!” Sementara salah seorang dari mereka duduk di dada Dian, menggosok batangnya diantara kedua buah dada gadis itu. “Akhhh ” ketika muncrat ia dengan mantap menjejalkan batang kemaluannya ke mulut Dian. Dian terengah-engah. merasa mual ketika sperma yang hangat dan kental itu disemburkan ke dalam mulutnya. Mereka terus bergantian menyetubuhi gadis itu. Malam semakin larut. Hujan telah berhenti. Dian Elina tergeletak lemas di ranjangnya. Vaginanya becek oleh mani pemerkosanya. Demikian juga dada dan perutnya. Ikatan tangannya telah dilepas namun ia tak mampu berdiri. Dian Elina hanya mampu menangis sesenggukan. Para pemerkosanya masih memperhatikannya, mereka tengah beristirahat. Sebagian membongkar isi kulkas dan mengisi perut mereka. Mereka belum puas mengerjai Dian. Tiba-tiba salah seorang dari mereka berdiri dan menjambak rambut Dian yang pendek. “AAHHH Ampun Kak!!! Ampunn…” ia menyeret gadis itu ke ruang tamu yang memiliki banyak jendela. Lampu dihidupkan. Dian merinding karena walaupun rumahnya bertingkat, beberapa rumah diseberang jalan juga bertingkat sehingga mungkin saja orang dapat melihatnya telanjang bulat. Lampu yang dihidupkan membuat ruang tamunya bagai aquarium. Mereka menelungkupkan Dian di meja tamu. “Jangan meronta biar dak sakit.. he he he” Sambil berkata seperti itu Ia mulai melesakkan batang kemaluannya ke dubur gadis itu. Keras dan cepat. membuat tubuh Dian meregang kesakitan.”AAAAAAAAAAHHHH!!!! SAAAkitttt!!! Jangan disodomi KAK!!! akkkhhh!!! AMPUNN!!!” Dian Elina menjerit kesakitan. Anusnya perih dan pedih hingga ke pusarnya. Pemerkosanya menjambak Dian sehingga wajahnya menengadah. melihat ke jendela paling besar. “Akhh Akhhh nikmat nian duburmu!” Dian akhirnya hanya mampu menangis. Pandangannya berkunang-kunang menahan sakit dan perih di anusnya. Mereka bergiliran mensodomi Dian dimeja itu. Sebagian mengeluarkan maninya didalam anus Dian. kemudian memaksanya membersihkan batang kemaluan mereka dengan mulutnya. Dian hanya sanggup menangis menahan muntah membayangkan bahwa yang dirasakannya adalah aroma pantatnya sendiri. ia hanya berharap mereka puas mengerjainya dan meninggalkannya. Sebagian lagi menyemburkan sperma mereka ke punggung dan rambut Dian. Dian tergeletak lemas telanjang bulat diatas lantai kayu di ruang tamunya. Tubuhnya berkilat oleh peluhnya, peluh pemerkosa, dan mani kental berleleran disekujur tubuhnya. Ia hanya sanggup menangis. Tapi siksaan belum usai. “Capek yoo?? he he he.. ayo kami traktir minum!” Mereka menjambak rambutnya dan menyeretnya lagi ke kamar mandi. Dian tak sanggup meronta lagi. Dian dilentangkan di lantai kamar mandi. Mereka tertawa-tawa melihat gadis itu. Kemudian salah seorang dari mereka duduk di dadanya, ‘Buka mulut sayang..” Dian hanya pasrah saja ketika batang kemaluan lelaki itu yang lemas dijejalkan ke mulutnya. Mendadak ia merasakan cairan hangat anyir mengisi mulutnya. Lelaki itu mulai mengencinginya. Dian berusaha meronta namun yang lain menjambak rambutnya dan menekannya ke lantai. Mereka tertawa-tawa nmelihat Dian kelabakan berusaha keras menelan air kencing itu supaya tidak tersedak, sebagian besar meluap dari mulutnya. Dian terbatuk-batuk. Belum pernah ia dilecehkan seperti itu. Puncaknya mereka berlima mengencingi sekujur tubuh Dian Elina… Terutama wajah dan dadanya. Menjelang fajar ketika keenam lelaki itu meninggalkan Dian berbaring telanjang bulat tak sadarkan diri di lantai kamar mandinya. Bermandikan air kencing..