I love you nyet
Para suhu dan agan yang tercinta, perkenalkan ini nubi yang baru belajar nulis Ini cerita kreasi ane sendiri suhu dan agan tercinta, mohon maaf kalo berantakan dan bikin pengen mohon jangan di eace: “Piiip… piiiip… tek!” Rio mematikan alarm yang berdering itu, dilihatnya jam sudah menunjukan pukul 05.47 “masih pagi” pikir Rio. Rio hanya terdiam di kamarnya, kamar yang cukup berantakan khas lelaki, di dindingnya terdapat poster para pemain Real Madrid yang menjadi idolanya, terdapat beberapa hiasan yang juga bertema Real Madrid di meja di samping kasur, dan beberapa foto. Matanya menerawang, menatap foto dengan Dian saat mereka berlibur ke pantai Pahawang, Lampung, mendadak dadanya terasa sesak, terbayang kata Dian yang meminta mengakhiri hubungannya dengan Rio, lebih buruk lagi, Dian meminta putus karna menganggap Rio sok alim, padahal ia hanya ingin menjaga Dian sampai mereka menikah. “……” Rio menghela nafas, lalu bangkit dan melangkah gontai untuk mandi “Trrrrreeeeeeng!!” Bel istirahat berbunyi, namun Rio tetap saja melamun, pelajaran sosiologi yang menjadi favorit nya pun tak bisa ia ikuti. “Woi! Ngapa lu nyet?” Indah mencoba mengagetkan Rio yang melamun, namun jangan kan menjawab, ekspresi Rio pun tak berbeda dari sebelumnya. “Halooooo!?” Sapa Indah kembali, tepat di depan wajah cowok yang terdiam itu, dan kembali tak ada respon dari Rio “Ni anak kesurupan apa gimana sih? Woi tolongin gw dong… eh?” Indah mencoba memanggil teman kelasnya yang ternyata sudah melenggang keluar kelas, praktis hanya mereka berdua yang ada disana. “Aduh gw sendirian nih, Rio? Rio? Sadar nak!” Ujar Indah panik, diguncangnya tubuh sahabatnya yang masih tanpa ekspresi. “Eeeehhh… woi! Gw lagi ngelamun, lo gak ada pengertiannya sih?” Hardik Rio pelan sambil mencoba melepas tangan Indah dari bahunya. Indah menghela nafas lega, “alhamdulillah, gw pikir lo kesurupan nyet” namun kembali Rio tak merespon. “Ni monyet satu gw sumpahin kerasukan beneran, ada apa sayang? Sini cerita sama mamah” gurau Indah. di hempaskan pantat yang padat berisi itu ke kursi disebelah Rio sambil mengelus punggungnya, Indah memang memiliki tubuh yang sekal namun pas dipandang, terutama area dada yang menggembung indah, lumayan besar, dipadu dengan rambut yang dikuncir dan berponi, membuat wajahnya yang cantik semakin menggemaskan, tak ayal Indah sukses menjadi salah satu primadona kelas dan sekolah. “Gak papa” Jawab Rio dingin, merasa tak nyaman, ia mengoyangkan pundak kirinya agar Indah berhenti. “Hmm… lo kan temen gw nyet, cerita dong” indah menarik bahu Rio dan menyandarkan di bahunya sendiri. Rio hanya diam, disandarkan pundaknya di bahu sekal indah, Rio memang sering bersama Indah, bahkan banyak teman cowok yang iri melihat dia bersama Indah, meski Rio gak bisa dibilang tampan, namun tidak jelek juga, tapi justru itu yang bikin banyak cowok makin ‘gemas’ pada keakraban mereka. “Dian mutusin gw…” Rio menghela nafas panjang. Indah terdiam, di elusnya rambut sahabatnya itu, beruntung suasana sepi mendukung, jika tidak pasti mereka jadi bahan olokan satu kelas. “Lo gak pantes disakitin nyet..” batin Indah, ia pun menghela nafas. “Kok bisa?” Tanya Indah lirih. “Dia bilang gw sok alim, bilang gw gak perhatian, au ah.. bingung gw sama cewe, gw jadi ngerti kenapa banyak LGBT jaman sekarang” ucap Rio sambil menjauhkan kepalanya dari pundak Indah. “Buset! Tobat lu woy!! Inget, kiamat makin dekat, wah parah lu!” Indah mendadak histeris, dipegangnya kedua bahu Rio, dan kembali ia mengguncang tubuh sahabatnya itu, bahkan lebih keras dari pada sebelumnya. Rio kaget, kepalanya berguncang ke depan dan belakang, tulang lehernya terasa hampir copot, “eee…ee..eeeee…” hanya itu yang bisa Rio ucapkan. “Stop… ss..stooopp leher gw…” Rio menjerit, seketika Indah berhenti mengguncang tubuh Rio. “Sadar, cewe gak cuma dia, masa lo cuma di putusin dia mau doyan batang nyet! Sadar!”. Rio yang yang masih memegangi lehernya cuma bisa bengong, “ha? Kok lo jadi yang kesurupan? Gw masih doyan toket kampret, apalagi toket lu yang gede!” Deg! Rio keceplosan, ditambah teman satu kelas mereka, yaitu Nia, Mala dan Niken ternyata sudah ada di depan kelas. “Ehh… sorry gengs… kita gak denger apa apa kok” Nia panik berjalan keluar kelas. “Iyah, aku juga” Mala menyusul, wajahnya menahan tawa. “Gw cuma denger TOKET” kata Niken yang terkenal sebagai infotainment kelas, ditambah tekanan pada toket, Niken ngeloyor sambil cekikikan keluar kelas. Suasana kelas menjadi hening, keringat dingin mengucur dari tubuh mereka berdua, bahaya kalo sampe niken ember, begitu kira kira isi kepala mereka berdua. “Ndah, gw cuma… eeehhh?” Mulut Rio terhenti saat Indah menatapnya dengan tajam, mungkin di film kartun, saat ini mata Indah sudah berwarna merah dengan aura berbentuk iblis di belakangnya. “Plak!! Bukk!! Plak!! Kyaaaaaaa!!!! Ampuuuuuunnn!”. Jam sekolah usai, anak anak kelas 11 ips 2 mulai berhamburan keluar kelas, sementara Rio dengan pipi memerah dan jidat benjol masih sibuk membereskan alat tulisnya, untung saja Niken mau tutup mulut dengan bayaran semangkok bakso, jika tidak, Rio tak berani membayangkan apa yang dilakukan Indah. “Nyet yuk pulang, hari ini gw gak bawa motor… jadiii…”. “Nebeng?” Rio memotong ucapan Indah dengan muka datar. “Hehehe” Indah hanya cengengesan sambil menjulurkan lidah menggemaskan, melihat itu Rio hanya bisa menghela nafas. “Kalo gini lo baik, coba tadi, mending gw liat pocong.” Ucap Rio sambil melirik Indah, tak disangka, ekspresi Indah pun ternyata benar benar lebih mengerikan dari pocong di film-film. “GLEK!!” “Lo mau nebengin gw gak nyet…..!!” Pertanyaan dengan sedikit intimidasi dari tekanan suara khas Indah. “Ma.. mau.. kok.. cc-cantik…” jawab Rio terbata, wajahnya mendadak pucat seperti kertas. “Nah gitu dong” Indah tersenyum, sungguh kontras dengan ekspresi wajahnya beberapa detik yang lalu. “Yuk” tarik Indah, sementara Rio hanya bisa mengikuti tarikan sahabatnya yang seperti putri laut selatan itu. Dalam perjalan pulang, Rio terus menceritakan tentang Dian, masa lalu mereka, semua masalah mereka, bahkan gurauan konyol khas anak ABG terhadap pasangan mereka, nampak jelas bahwa Rio sangat sayang pada Dian. “Hem…” Indah hanya bisa bergumam sambil beberapa kali merespon pertanyaan Rio, jujur, alasan kenapa Indah tidak pernah dan tidak mau berpacaran di SMU adalah karena ia menunggu sahabatnya itu, orang yang dia kenal sejak SMP, orang yang selalu berada disampingnya di saat Indah merasa sedih, orang yang saat ini curhat betapa ia mencintai kekasihnya. Hati Indah bagai di sayat-sayat, matanya berair, ia turut merasakan sedihnya saat orang yang disayang disakiti, sebenarnya bukan hanya kali ini sahabatnya itu bertengkar dengan pacarnya, tapi ini sudah kelewatan, pikir Indah. Indah sebenarnya ingin Rio putus dari Dian, tapi apalah dia, tanpa sadar tangannya memeluk perut Rio erat, terlalu erat. “Ndaaaahh!! Sakit begeeekk, perut gw!” Rio teriak menahan sesak di perutnya, untung saja Rio masih sanggup mengendalikan tunggangannya itu, jika tidak, pasti mereka sudah oleng. “Eeeeh? Ma-maaf yah nyet, abis lu berisik banget sih dari tadi, udah lah, sapa tau ntar balik lagi tuh cewek” jawab Indah sekenanya, berusaha menutupi kekalutan hatinya. “Moga aja ya..” jawab Rio pasrah, tak lama mereka berhenti di depan rumah Indah. “Gini aja deh nyet, besok kita jalan-jalan, nonton? Gimana? Pas besok tanggal merah” Tawar Indah. “Hmm…?” Gumam Rio berpura-pura menimbang nimbang tawaran Indah. “Jiah sok mikir nih anak, kayak ada pikiran aja” balas Indah kesal yang dibalas senyuman konyol ala Rio kepadanya. “Buruan, mau gak? Kalo gak besok gw mau pergi sendiri” ancam Indah ketus. “Iya iyaa cantik” jawab Rio. “Oke, besok kita jalan jam 9, jangan telat, btw, alesan ma bonyok apa yah? Belajar kelompok kali yah?” Rio hanya mengangguk, pikirannya masih mengawang kepada Dian. “Ya udah gw pulang yah, bye” pamit Rio sambil mengusap kepala Indah. “Bye monyet galau, jangan bunuh diri yee” goda Indah sambil kembali menjulurkan lidahnya. “Yeee ngaco, belum kawin nih gw, ya udah dah” Rio memacu Honda CBR 250cc kesayangannya pelan menjauhi rumah Indah, dari jauh di lambaikan tangannya sebagai bentuk pamit. “Dasar ni anak, kawin mulu yang dipikirin… beeehhh…” gerutu Indah pelan sambil berlalu masuk ke rumahnya. Malamnya, baik Indah maupun Rio sama-sama tak mampu memejamkan mata mereka, Rio tengah asik melamun tentang hubungannya, bagaimana ia tak mau menyetubuhi Dian karna ia berfikir ingin melakukannya di malam pertama pernikahan mereka, tapi justru Dian salah paham dan berpikir Rio tidak serius berhubungan dengannya, dasar cewek, kebanyakan berkhayal yang tidak-tidak, begitu batin Rio. Sementara Indah, ia sedang menangis terisak, sudah lama ia mencintai sahabatnya itu, baginya hanya Rio yang bisa mengerti dirinya, namun ia tak mau menyatakan perasaannya, “masa iya cewek ngungkapin duluan?” Begitu katanya saat curhat dengan Anissa, kawan sebangkunya. Mendadak hp Indah bergetar, pukul 02.09, “untung di silent” pikirnya, sms dari Rio, raut wajah Indah berubah heran mengetahui Rio juga sedang terjaga disana, dibukanya sms itu sambil menyeka air matanya. “Hoi” begitu isi pesan singkat itu. “Apa hoi? Eh tidur lu, besok kita mau ngedate wkwkwk :v” balas Indah sedikit bergurau. Tak lama balasan Rio kembali masuk “cuma mau pastiin temen gw yang cantik ini udah tidur belon wkwk, ya udah met bobok putri laut selatan hahahah…” Membaca sms itu Indah hanya tersenyum. “Tahek lu nyet, yodah gw mo bocan dulu yeh. Met bobok pangeran lutung xixixi ” balas Indah, yang langsung menaruh hpnya dan tertidur. Pagi itu mereka bangun kesiangan, namun Indah bisa siap tepat waktu. Sementara Rio melirik arloji di tangannya, pukul 09.12, telat sudah, pikirnya, saat itu Rio mengenakan baju kaos hitam dengan lengan ¾ dipadu jeans coklat tua dan sepatu kets, tak lupa dipanasinya Honda CBR kesayangannya, handphonenya berdering tak lama setelah itu. “Hall…”. “Nyet lu kemanaaaahhh? Telat kitaa ini..” cerocos Indah memotong ucapan Rio. “Iya maaf.. hoaamm”. “Lo belum mandi, kampret mau berangkat kapan kitaaa!!” Teriak Indah bak deru senapan mesin. Rio hanya diam sesaat sambil mengorek telinganya yang berdengung mendengar suara Indah, “enak aja, ini udah mandi, wangi, ganteng pula, nih gw lagi manasin si ngeng ngeng hehe” ucap Rio enteng. “Ya udah buru, telat gw hajar lo!” Ancam Indah sebal, dimatikannya telepon itu tanpa pamit. “Bawel amat yak…” Rio langsung berangkat menjemput Indah. “Lama lu nyet!” Gerutu Indah sesampainya Rio di rumahnya, Rio hanya diam, dan tanpa buang waktu gadis cantik itu menaruh bokongnya yang semok di jok belakang. Saat itu Indah mengenakan kaus kuning bertuliskan “touch it, i’ll kill you” dan jeans berwarna putih yang dibalut jaket bola bertuliskan F.C. BARCELONA, jaket yang selama ini dibenci Rio karna Rio seorang fans fanatik Real Madrid. “Helm pake” ucap Rio mengingatkan. “Iya bawel!” Jawab Indah ketus sambil mengenakan helm, sementara Rio mulai memacu motornya tanpa berkomentar Sepanjang perjalanan Indah terus meracau, tanpa ia sadari Rio mengenakan earphone dan menyetel musik dengan keras, ia tau sahabatnya akan terus mengomelinya, makanya ia sudah antisipasi sejak dari rumah menghindari suara Indah yang kesal padanya. Mereka pun sampai di mall pukul 10.05, ” telat nih” batin Indah. “Nyet buru, telat nih!” Kembali Indah memarahi Rio yang terlihat malas malasan. “Apaan sih?” Rio membuka helmnya, dan tampaklah earphone yang menjadi tameng ‘hidup’ Rio oleh Indah. “Anjrit, jadi lu dari tadi gak denger gw ngomong?” Tanya Indah yang dibalas senyum mengejek dari Rio Indah tak mau ambil pusing, sudah telat, segera ditariknya lengan Rio yang masih setengah turun dari motor, hampir saja Rio terjatuh. “Eee… pelan” susah payah Rio menyeimbangkan kembali badannya yang ditarik kuat oleh Indah. “Apaan pelan, telat nih kita” Indah dengan semangat menarik lengan Rio. Benar saja, sesampainya di bioskop ternyata film yang ingin mereka tonton sudah dimulai. “Nyet….” Indah bergumam, jelas sekali ia sangat marah. “Eee…. sabar, kita bisa liat itu kapan kapan kok… sekarang nonton yang lain yah.. eeehh sakiitt!” Indah dengan cepat mencubit perut Rio, sementara sang kasir hanya bisa tersenyum kecil melihat ulah mereka. “Jadi yang akan tayang apa mbak?” Tanya Indah. “Tinggal ini mbak” jawab sang kasir sambil menunjukan judul film horror indonesia, “mulai setengah jam lagi” tambah sang kasir yang bertubuh mungil. “Hah?” Indah terdiam sesaat, dirinya sebenarnya paling takut nonton film horror, tapi tujuannya adalah menghibur Rio. “Gimana?” Tanya Rio. “Ya lo mau gak?” Tanya Indah kembali. “Gw sih oke bae, lu gimana, ntar ngompol lagi di dalem hahaha” gurau Rio. Kembali, sebuah cubitan dari tangan putih halus Indah mendarat di dada Rio, membuatnya kelojotan minta ampun. “Ya udah mbak kita mau” akhirnya dengan berat hati Indah membeli tiketnya, setelah itu mereka memutuskan makan sampai waktunya film tayang. Di dalam, deretan penonton cukup ramai, meski pada hari biasa film itu biasanya sepi, namun di saat libur nasional seperti ini ternyata cukup ramai juga. Film dimulai, dan benar saja Indah sangat ketakutan, beberapa kali ia meminjam tangan Rio untuk bersembunyi, dan beberapa kali pula Rio dengan iseng menarik tangannya saat hantu di film muncul, membuat Indah kelojotan dan beberapa kali berteriak, 2 jam lebih mereka menonton, tak terasa film sudah selesai dan mereka pun akhirnya pulang ke rumah Rio. “Gara gara elu kita gak bisa nonton film itu” gerutu Indah. “Ya maaf, tapi tadi filmnya seru juga kok” bela Rio enteng, tanpa tau sahabatnya hampir stroke saat menonton film horror tadi. “Au ahh, gw haus, minum dong”. “Iya nih aus, kayak sol sepatu gw” canda Rio sambil menunjukan alas sepatunya yang memang agak aus. “Dih lu, motor bagus, sepatu gak mampu beli?” Tanya Indah sedikit heran. “Ini hemat beb” jawab Rio cekikikan sambil ngeloyor pergi mengambil soft drink di kulkas. “Beeehh…..”. “Ini tuan putri” minuman Rio diterima Indah dan langsung diminum hingga habis setengah. “Buset? Aus non?” Dahi Rio berkerut melihat sahabatnya itu. “Biar” Indah lalu tidur di pangkuan Rio, tak lupa dia buka jaketnya, kaus kuningnya nampak tak muat menampung gundukan payudaranya yang padat bulat itu. “Set tuh toket” pikir Rio melihat dada temannya itu naik turun seirama nafasnya, meski begitu Rio tak memikirkan apa pun yang aneh aneh kepada Indah, ditambah tulisan di baju itu bukan hanya sekedar hiasan. “Eh Om sama Tante mana?” Tanya Indah mengenai orang tua Rio. “Oh Mama sama Papa ke Lampung nemuin Mbah” jelas Rio. “Ngapain?” Tanya Indah lagi. “Mbah sakit, ya gak parah sih, tapi katanya Pakde gw Mbah kangen Papa, ya udah pada berangkat” jawabnya. “Lo gak ikut? Durhaka lu sama Mbah” canda Indah. “Kan gw sekolah…” jawab Rio ketus, dibelainya rambut sahabatnya, ia memang sudah biasa melakukan ini, dan tak ada rasa apapun, berbeda dengan Indah yang menghayati semua perlakuan Rio kepadanya. “Hehe, iya yah, ihh seneng deh ada yang ngelus-ngelus gw”. Canda Indah yang sekaligus kejujurannya. “Huu jones, makanya cari pacar hahaha” balas Rio yang langsung membuat Indah manyun. “Tok tok tok!!” tak lama terdengar suara pintu rumah Rio diketuk. “Sebentar” teriak Rio, Indah pun tahu diri dan bangun untuk membiarkan Rio membuka pintu, sesaat terlihat wajah Dian dibalik pintu, namun wajahnya segera menghilang bersamaan pintu yang langsung di tutup oleh Rio. Indah tak tau apa yang mereka bicarakan diluar, namun jelas pertengkaran, ingin rasanya ia keluar dan menampar Dian, lalu memeluk Rio dan menyatakan perasaannya, tapi akal sehat menghalanginya. Tak lama Rio kembali masuk, wajah lusuhnya cukup menggambarkan apa yang terjadi 5 menit diluar sana. “Rio…” Indah menatap Rio. Rio langsung duduk di sebelah Indah, dan terdiam, wajahnya menerawang kedepan, pikirannya kalut. “Lo kenapa?” Indah berusaha bertanya. “Dian marah-marah, katanya gw gak ada niatan memperbaiki hubungan kita…” jawab Rio lemah. “Egois banget sih lo Dian, kan lo yang mutusin Rio” pikir Indah. “Dia malah nuduh gw lebih perhatian ke elo..” sambung Rio. Indah dengan sigap memeluk erat Rio, dibenamkan wajahnya di dada Indah yang cukup besar itu, suasana hening, bagi Rio ada sesuatu yang lain. “….”. “Im sorry..” sesal Indah, namun Rio tetap saja diam. Ia tidak lagi konsen memikirkan Dian, biar bagaimanapun dia juga pria normal, birahinya mendadak bangkit saat wajahnya berada tepat di belahan dada Indah, ditambah wangi parfum bercampur keringat yang membawa sensasi tersendiri. Mereka saling pandang sesaat, dan entah siapa yang memulai, bibir mereka saling bertemu, berpagut dan mengulum, bukan hanya sekedar ciuman yang menyalurkan hasrat, tapi penyaluran rasa cinta yang di pendam bertahun-tahun. “Gw sayang sama lo Ndah…” Rio berucap lirih setelah melepas ciumannya, “maaf buat ciuman itu.” matanya menatap sayu ke arah mata Indah. “Gw sayang sama lo sejak pertama kenal, tapi gw… gw gak berani bilang, gw sadar lo gak mungkin suka sama gw… makanya gw coba bunuh rasa itu dan…” mulut Rio tak sanggup melanjutkan kata-katanya saat bibir Indah kembali melumat bibir Rio, mereka kembali berpagutan selama sekitar 1 menit. “Mmmhhh Rio… mmuuaahh…” Indah melepas ciuman mereka, dipegangnya pipi Rio dengan lembut, tatapan mata nanar, senyum tipis mengembang dari bibirnya. “Aku juga.. sayang kamu… Rio” mata Indah berkaca menahan tangisnya. Deg… jantung Rio serasa berhenti, matanya menatap tak percaya ke arah Indah. “Se-serius Ndah?” Rio terbata tak kuasa menahan rasa herannya. “Seorang Indah Juwita sayang sama gw?” Pikir Rio, selama ini Rio hanya merasa Indah menganggap dirinya sebagai sahabat saja. “Iya sayang… aku sayang kamu sejak lama, kamu alasan aku masih sendiri selama ini, aku nungguin kamu, Rio” kali ini Indah tak sanggup menahan air matanya, bulir demi bulir air mata menetes membasahi pipi, wajahnya memerah, namun ekspresi wajahnya memancarkan perasaan lega yang teramat sangat. “Maaf, aku terlalu pengecut… aku gak bisa ngomongin perasaan ku ke kamu Ndah” sesal Rio, yang dibalas pelukan mesra Indah. Kembali, lidah mereka berpagutan, namun kali ini ciuman mereka sangat ganas, tak hanya mencium, tangan Rio mulai aktif mengelus dada Indah. “Ngghh mmmh… saayyhh… ngghh” lenguh Indah tertahan Jujur ini adalah pengalaman pertama bagi Indah, namun ia rela, darahnya berdesir saat tangan Rio dengan sangat lembut meremas bongkahan lembut tubuhnya, meski terkesan bernafsu. “Ke.. kemar aahh.. kamu aajaahh” pinta Indah lemah saat tangan Rio aktif meremas lembut bukit payudaranya. “Emhh iyah sayang” dengan sigap dituntunnya Indah menuju kamar, sepanjang jalan tak lupa mulut mereka sesekali berpagutan. Sesampainya di kamar, Rio segera merebahkan tubuh Indah dikasurnya, kamar yang berantakan khas lelaki tak mengurangi hasrat mereka. Kembali mereka berpagutan, sambil tak lupa saling melucuti pakaian masing masing, hingga Rio hanya tinggal mengenakan celana kolor dan Indah tinggal mengenakan bra dan cd Mereka pun melepas ciuman masing-masing, tak lupa Rio melepas kain terakhir yang menutup kejantanannya dan… seettt… terpampanglah kemaluan Rio yang tak begitu panjang tapi gemuk itu. “Ihh…” Indah terperanjat, meski beberapa kali ia melihat penis, tapi itu hanya di video porno yang dilihat bersama Anissa saat ia main kerumah Anissa. “Kenapa sayang?” Ucap Rio sambil menuntun tangan Indah memegang penisnya yang sudah hampir tegang sempurna. “Ge..gede yank… jadi gemes” wajah Indah bersemu merah, di genggamnya penis Rio dengan lembut. “Engghh” Rio melenguh pelan merasakan jari lembut Indah. Namun tak lama tangan Indah malah meremas kejantanan itu dengan kuat, sontak si empunya penis kelojotan menahan sakit. “Aaahhh ssaa.. sakit Ndah…” jerit Rio, penisnya sedikit menciut lantaran kesakitan. Indah melonggarkan kembali genggaman tangannya, wajahnya menahan tawa melihat wajah Rio yang kesakitan “Hihihi, gemes yank… kontolnya lucu, eh diremes malah ciut hihihi” jawab Indah, yang dilanjut kecupan lembut di ujung penis Rio. Menerima perlakuan begitu penis Rio kembali menegang, sementara Indah mulai menggerakkan tangannya naik turun dengan lembut, Rio hanya mampu mendesah merasakan nikmatnya kocokan Indah. “Nngghhh sayang… enaakk” erang Rio. “Enak yank? Emh… muuahh emmmppphh…” Indah mendadak mencium dan memasukkan kepala penis Rio ke mulutnya, tak lupa disedotnya penis itu dengan kuat hingga pipinya menjadi kempot. “Aahhh Indaaah…” Rio menjerit tertahan tak menyangka apa yang Indah lakukan, ditatapnya wajah Indah yang menurutnya sangat seksi. “Emmph eemmph emmph..” Indah mulai me maju mundurkan kepalanya, ia mencoba mempraktekkan ilmu yang didapat dari video porno yang ia lihat beberapa kali, namun karna hanya tau dari luar, beberapa kali giginya mengenai kemaluan Rio. “Heekk sakit, jj-jangan kena gigi uhh..” Rio meringis menahan ngilu, tanpa sadar di dorongnya kepala Indah agar melepaskan kemaluan Rio. Indah berhenti melakukan blow job amatiran miliknya, “Eehh.. maaf-maaf” di elusnya kontol Rio dengan perasaan bersalah, “aku gak tau caranya…” jawabnya lagi sambil tertunduk. Rio menghela nafas, meski sakit Rio senang karna artinya Indah masih awam dan belum pernah melakukannya “Gak papa, kamu belum pernah kan? Jadi maklum kalo masih kaku” dipeluknya Indah dengan lembut. Indah tersenyum, hatinya lega Rio memaklumi kemampuannya. “Siapa bilang, aku pernah blow job kok” katanya sambil cengengesan. Rio mengernyitkan dahinya, dia tak percaya Indah sudah pernah memblow job orang lain sebelumnya, “hah? Sama siapa? Kan kamu gak punya pacar?” Tanya Rio heran sambil melepaskan pelukannya. “Iya, emang kenapa kalo aku pernah blow job? Kamu gak mau lagi sama aku?” Tanya Indah sambil memasang ekspresi sedih, namun entah kenapa ekspresi itu justru semakin membuatnya terlihat manis dimata Rio. “Eh? Bukan gitu.. aku cuma heran aja” jawab Rio, dirinya kebingungan antara horny, kaget, penasaran. “Heran kenapa?” Tanya Indah lagi wajahnya masih terlihat sedih. “Ya heran aja, kan kamu gak punya pacar, jadi kamu blow job punya siapa?” Jawab Rio dengan panik, ia tak mau membuat Indah menjadi sedih dan menjauhinya hanya karna salah bicara. “Bukan siapa sayang, tapi apa, aku pernah iseng ngeblow job timun hehe” jawab Indah sambil menjulurkan lidahnya, ia puas mengerjai Rio kali ini. “Ehh… dasar kamu, bikin orang deg degan aja” Rio lega, bahwa penisnya masih penis pertama yang dinikmati oleh Indah, di bukanya bra Indah yang berwarna biru muda itu hingga terpampang jelas payudara Indah yang bulat sempurna. “Sayang… gede… banget, putingnya pink lagi” kagum Rio. “Gede mana sama Dian?” Indah bertanya sambil menutup kedua payudaranya dengan tangan bermaksud menggoda Rio. “Eh? Yaa.. kamu lah sayang.” Rio menjawab sambil tersenyum, memang payudara Indah jauh lebih besar dari punya Dian yang kutilang darat, sebuah pertanyaan konyol menurut Rio. “Bohong ah?” Tanya Indah sambil memicingkan matanya. “Beneran, demi tuhan deh!” Sumpah Rio sambil mengacungkan dua jari ke udara. Sontak Indah tertawa, dalam hatinya dia heran, kok ada orang yang bawa-bawa tuhan di saat begini, “ada-ada aja kamu ah, lagi beginian kok bawa nama tuhan” godanya sambil menjulurkan lidah. Rio hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dengan cepat Rio menciumi payudara Indah hingga beberapa menimbulkan bekas merah, berganti kali ini Indah yang melenguh dikerjai oleh Rio, terutama saat Rio memainkan ujung lidahnya di puting Indah, Rio membuka mulutnya lebar lebar, dicaploknya payudara Indah hingga hampir 1/3 payudaranya masuk kemulut Rio. Indah hanya bisa melenguh dan mendesis, tak terasa vaginanya mulai basah akibat perlakuan Rio, tangannya mulai aktif mencari penis Rio kembali, setelah dapat diremasnya penis itu dengan lembut, membuat sang pemilik semakin semangat mengerjai dada indah milik Indah. “Ouuuhh sayaaang…” gumam Indah pelan. Sementara itu payudara Indah yang satunya tak luput dari remasan tangan Rio, dipilin dan ditarik juga puting Indah dengan gemasnya, sementara tangan satunya masih terdampar di pantat semok milik Indah yang menggoda untuk di remas. “Tok tok tok!!” Tiba-tiba kembali terdengar suara pintu diketuk yang mengagetkan mereka berdua. “Eh siapa itu?” Tanya Indah panik sambil berusaha mencari bajunya yang tercecer. Rio yang sama paniknya kemudian hanya memakai celananya saja, “gak tau, Papa Mama masih di Lampung, paling tukang galon, bentar yah” jawab Rio sambil keluar kamar dengan tergesa. “Iya siapa yah?” Tanya Rio sambil membuka pintu rumahnya. Rio terkejut, di dapatinya Dian berada di depan pintu, mereka saling pandang heran sesaat, Rio heran mengapa Dian kembali lagi, dan Dian heran kenapa Rio hanya mengenakan celana. “Ehh?” Dian melihat tonjolan di selangkangan Rio, dia tau Rio hanya mengenakan celana tanpa dalaman, hatinya semakin curiga karna tak melihat sosok Indah. “Ada apa la… buukk!!” Belum selesai Rio bertanya, tubuhnya sudah di dorong Dian yang langsung berlari ke arah sofa, dipegangnya jaket milik Indah yang masih tergeletak di sana. “Mana dia!!?” Tanya Dian yang mendadak histeris. “Mati! Dian tau!” Batin Rio, keringat dingin mulai mengucur, sesaat Rio tak mampu bergerak sangking paniknya. “Ituu…” Rio tampak bingung, lidahnya kelu, keringatnya bercucuran membasahi tubuhnya yang tak dibalut baju. Tanpa banyak bicara Dian langsung berlari ke arah kamar Rio, Rio yang sejak tadi tertegun mulai mendapat kesadarannya kembali, dikejarnya Dian yang hampir mencapai kamarnya. “Dian!!” Rio mencoba menggapai Dian agar tak membuka kamarnya, namun terlambat. “Kreekk!” Pintu terbuka, terlihat Indah yang baru memakai bra dan celana saja, mata Dian dan Indah saling bertatap, semua tertegun, tak terkecuali Rio. “Plak!!” Dengan cepat Dian menampar pipi Indah, Rio tercekat, sementara Indah hanya terdiam. “Lo brengsek, kalian semua brengsek!!” Pekik Dian histeris. “Dian berhenti!” Teriak Rio sambil mencoba menarik Dian. “Plak!” Sebuah tamparan keras kali ini mendarat di pipi Rio. Rio hanya tertegun lalu mundur beberapa langkah, di lihatnya mata Dian yang berkaca kaca, entah apakah Dian sedih atau marah, mungkin juga keduanya. “Pantes kamu gak mau sama aku, kamu punya yang lebih semok, kamu biarin kita putus karna dia kan? Karna kamu punya yang lebih nikmat!!” Tanya Dian dengan suara bergetar. “Plaaakk!!” . Indah sudah berdiri di depan Dian dan langsung menamparnya, Dian terdiam, sementara Indah malah tersenyum getir. “Jangan salahin Rio…” “Lo tau, seberapa sayangnya dia sama lo? Tapi lo sakitin dia, bukan cuma kali ini, Rio udah sering maafin lo, tapi kali ini, gw yang gak maafin lo, karna gw sayang sama Rio!!” Ucap Indah tegas. “Tapi Rio pacar gw!!” Balas Dian gak kalah ngotot. “MANTAN!!” Jawab Indah tegas yang membuat Dian tak berkutik. “Lo yang mutusin dia, jangan egois, lo mutusin Rio tapi ngarep Rio bakal mohon-mohon balikan sama lo?” “Cukup yan! Biar kali ini gw yang bahagiain Rio, udah cukup lo sakitin dia” tak terasa air mata mulai membanjiri pipi Indah, Rio hanya bisa menghela nafas panjang, tak tau apa yang dia pikirkan. Dian hanya terdiam, ia menatap Rio sejenak lalu berjalan menghampiri Rio yang masih terpaku. “Kamu gak mau lakuin itu sama aku, tapi kamu lakuin itu sama dia, itu yang bikin aku kecewa.” Kata Dian pelan. “Eh? Aku gak…” “Gw sama Rio belum begituan” tukas Indah tegas memotong ucapan Rio. “Kita cuma sekedar grepe-grepe… gak lebih, gw juga tau batasan, apa lagi Rio, kita bakal ngelakuin itu setelah kita nikah, ngerti!?” Jelas Indah penuh emosi. Dian kembali terdiam, bibirnya tersenyum kecut, dengan gontai ia melangkah keluar, suasana berubah hening. Rio melangkah pelan menghampiri Indah, derengkuhnya pundak Indah sambil dikecup kening bekas sahabatnya itu, mereka berpandangan, senyum tipis mengembang dari wajah Indah. “I love you.. Nyet…”. Rio segera tersadar dari lamunan saat Indah menepuk pundaknya lembut, “eh??”. “Kamu mikirin apa sayang?” Tanya Indah. “Aku cuma bayangin saat kita jadian yank..” jawabnya sambil tersenyum. Ya, Rio dan Indah saat ini tengah terduduk di singgasana raja dan ratu sehari mereka, dengan balutan adat jawa nan kental, membuat suasana resepsi pernikahan mereka menjadi sangat berkesan. Indah yang mengenakan kebaya khas jawa terlihat anggun bak putri keraton yogyakarta, begitu pula Rio yang terlihat gagah dengan blangkon di kepalanya, mereka begitu telaten menyalami tamu undangan yang memberi selamat kepada mereka, beberapa sahabat Rio bahkan tanpa sungkan menawarkan jasa ‘rekam malam pertama’, tentu hanya gurauan. “Akhirnya…” Masa pacaran 9 tahun mereka di akhiri pagi tadi di depan penghulu dan para saksi, kedua orang tua mereka pun tak kalah bahagia, terutama orang tua Rio, mengingat Rio anak semata wayang mereka. “Ahh capeeeekkkk!” Teriak Rio lega setelah mengganti bajunya dan hanya tinggal mengenakan boxer, acara resepsi telah selesai, melelahkan, di regangkannya tubuh yang terasa sangat kaku setelah hampir seharian duduk. “Sama capek juga nih…” balas Indah yang tengah menguncir rambutnya selepas keluar dari kamar mandi. Malam ini Indah begitu cantik dengan baju tidur berbahan tipis, di dalamnya pun sudah tak ada penghalang apapun. “Glek!” Mata Rio terbelalak, Indah tampak sangat cantik, seksi dan menawan sekaligus, dipeluknya tubuh sang istri dari belakang, diciumnya harum tubuh indah dengan lembut, ia bersyukur memiliki wanita yang sempurna. “Katanya capeeek? Lepas ahh” Goda Indah dengan kerlingan mata menggoda, ia menengok ke belakang sesaat, mencoba memberontak agar Rio melepaskannya, namun Rio tau Indah tak benar-benar ingin dilepas. Diciumnya tengkuk Indah sampai ia menggelinjang geli, darah Indah berdesir, perlakuan Rio yang kini sudah menjadi suaminya benar-benar di resapi, meski adegan ciuman dan remasan sudah biasa bagi mereka, namun malam ini terasa sangat spesial karna mereka berdua sudah sah sebagai suami istri. “Uhhh…” lenguh Indah saat Rio meremas lembut payudaranya, tak lupa dibukanya kancing baju Indah satu persatu sambil mulutnya aktif mencupangi leher Indah, Indah pun tak tinggal diam, tangan Indah bergerak kebelakang mencari sesuatu di selangkangan Rio, hap! Dengan lembut di remasnya kemaluan Rio yang sudah tegang itu. “Emmhh… sayang… udah tegang…” goda Indah. Rio hanya tersenyum, di lepasnya baju tidur Indah setelah kancing terakhir berhasil dibuka, terpampanglah payudara Indah yang mulus tanpa cacat yang langsung diremas oleh Rio, putingnya tak lupa di pilin dan tarik pelan hingga Indah berteriak kecil. “Ihhh nakal, kamu tuh harus dikasih pelajaran” Indah berbalik dan secara tiba-tiba di dorongnya tubuh Rio hingga terjatuh di kasur, tanpa banyak bicara Indah menarik celana boxer milik Rio, Rio membantu Indah dengan mengangkat pinggulnya agar memudahkan Indah melolosi boxer Rio. Kemaluan Rio pun mengacung bebas, Rio yang kaget hanya mampu membuka mulutnya saat tangan lentik Indah mengurut kejantanannya dengan lembut. “Sayang.. aahh…” desah Rio. Kocokan Indah perlahan makin cepat seirama dengan erangan nikmat Rio, tak lupa biji zakar yang menggantung di urut urut, Indah hanya tersenyum seksi menatap sang kekasih yang merem melek, hasil ‘latihan’ 9 tahun benar-benar ia keluarkan malam ini. Perlahan Indah mendekatkan wajahnya ke ujung kepala kontol Rio, di ciumnya sekujur batang Rio sambil sesekali dijilat, lidahnya di sapu perlahan ke lubang kencing Rio, Rio hanya bergidik geli, mulutnya megap-megap bagai ikan yang kekurangan air. “Engghhh ahh”. Rio hanya bisa mengerang kecil saat Indah mencubit tangannya yang hendak memegang kepalanya, Indah ingin menjadi pemimpin kali ini, di masukannya kepala penis Rio ke dalam mulutnya, sambil lidahnya menari nari di sekitar kepala penis, tak lama kepala Indah bergerak pelan mengocok setengah batang Rio. “Ouhh sayanghhh… kamu makin jago aja…” puji Rio yang tangannya kembali di tepis saat hendak memegang kepala Indah. “Mmhhh ummph ummph ssllrp” hanya itu yang keluar dari mulut Indah. “Ini belum seberapa sayang” pikir Indah. Mendadak Indah memasukkan penis Rio hingga wajahnya terbenam di bulu kemaluan Rio, Rio yang kaget kembali hanya bisa mengerang kecil saat kepalanya menyentuh kerongkongan Indah. Bulir air mata menggenang di pelupuk mata Indah, meski belum terbiasa, ia tak menyurutkan niatnya, kembali ia menarik kepalanya hingga kejantanan Rio tinggal bersisa kepalanya, kemudian didorong kembali sampai mentok di kerongkongannya. Rio tak mampu bertahan lebih lama lagi, sekitar satu menit Indah melakukan deep throat, kemaluan Rio mulai berkedut. “Arggghhh sayaaangghhhhh…..” erang Rio saat orgasmenya mencapai puncak. air maninya muncrat memenuhi kerongkongan Indah, Indah yang kelabakan terlihat memejamkan mata menahan mual, namun sama sekali tak melepas kemaluan Rio, sperma Rio sedikit merembes dari sela bibir Indah yang tak muat menampung derasnya gelombang ejakulasi Rio. Nafas Rio terengah, baru kali ini dia mendapat deep throat dari Indah, luar biasa nikmat, batin Rio. Sementara Indah mulai mencabut kepalanya dari selangkangan Rio, di telannya air mani yang memenuhi mulutnya, bahkan ia tak segan menjilati kemaluan Rio yang sedikit lemas hingga bersih, wajahnya nampak sangat puas. “Enak sayang?” Tanya Indah yang dibalas anggukan lemah dari Rio. “Kamu belajar dari mana sayang? Kok bisa jago gitu?” “Rahasia dong” jawab Indah yang langsung menindih dan memeluk Rio, di ciumnya pipi Rio dengan mesra, bau sperma tercium jelas dari mulutnya yang entah kenapa justru membuat nafsu Rio bangkit kembali. “Paling dari timun” ejek Rio. “Enak aja, sama pisang kok” jawab Indah manja sambil menjulurkan lidahnya, mereka pun tertawa bersama sebelum saling melumat bibir kembali. Kali ini Rio yang lebih agresif, di bukanya celana tidur Indah dengan sedikit bernafsu, terpampang lah kemaluan Indah yang tak berbulu dan rajin dirawat, tak lama tangan Rio sudah bermain-main di atas gundukan selangkangan Indah yang sudah basah sejak tadi. “Mmmhh cuuph mmph shh cuph” Ciuman mereka berdua semakin panas, lelehan air liur menetes dari sela bibir, suara berkecipak terdengar memenuhi ruangan, bahkan peluh yang membasahi tubuh mereka sudah tak lagi dihiraukan Rio melepas ciuman mereka, Indah menatap Rio bingung, namun kebingungan itu tak lama, Rio mulai menjilati telinga Indah dengan lembut, membuat Indah meringis menahan geli, sapuan bibirnya pun perlahan turun ke leher Indah terus hingga mencapai bukit kembar milik Indah, di jilatnya sekitar aerola Indah tanpa mengenai putingnya. Perlakuan Rio itu hanya bisa membuat Indah mendesah dan mengeram, di remasnya kepala Rio yang masih mengerjai Indah, Indah sebenarnya ingin Rio mengerjai putingnya, tapi ia malu jika harus meminta, hal itu diketahui benar oleh Rio, makanya ia tetap menjilati dada Indah sambil sesekali mencupanginya tanpa menyentuh putingnya. Lama kelamaan Indah mulai tak sabar, dijambaknya rambut Rio kasar yang sontak membuat Rio berteriak. “Iseng banget sih!!” Indah sebal, namun Rio hanya cengengesan setelah berhasil mengerjai Indah. “Hehehe, iya iya maaf” Rio pun mulai menjilati puting Indah dengan ujung lidahnya, tak lama ia mulai memasukan pentil itu kemulutnya yang dihisapnya dengan rakus, Indah mendesah-desah penuh nikmat, apa lagi saat payudaranya dan memek nya juga dikerjai Rio. “Aahh ahh sayang ahh…” “Mmpphh ssh ummph mmh” Bosan mengemut kedua pentil Indah, Rio pun mulai berpindah ke bawah, dijilatnya pusar Indah, yang terus bergerak hingga ke vagina Indah. Rio menatap sesaat wajah Indah yang terpejam merasakan nikmat, di ciumnya dahulu paha bagian dalam milik Indah, Rio tak mau terburu-buru, ia ingin Indah meresapi kenikmatan yang ia akan berikan, tak lama ia mulai menjilati vagina Indah, mulai dari bibir vaginanya, hingga ke klitoris nya. Indah hanya bisa mengerang kecil saat ujung lidah Rio menyentuh bagian sensitifnya, di tariknya kepala Rio pelan sebagai tanda ia ingin lebih, Rio yang mengerti langsung menyibak bibir vagina Indah, di jilatnya kemaluan Indah dengan rakus hingga menimbulkan bunyi yang khas, tak lupa kedua tangannya masih sibuk meremas payudara Indah dengan penuh nafsu. “Aahh iyah disitu, ahh sedot… ahhh” erang Indah setiap Rio berhasil menyentuh wilayah kenikmatannya. Tak lama Rio mengangkat kaki Indah sampai dengkulnya menyentuh dadanya, posisi ini membuat anus Indah terekspose dengan jelas, Rio yang sudah sangat bernafsu mulai menjilati anus dan vagina Indah kembali. “Sayang ahh.. udahh… masukin aajah…” pinta Indah lemah, ia sudah ingin merasakan vaginanya dimasuki penis Rio, untuk kali pertama, yap, mereka memang belum pernah ml sesuai janji mereka, selama ini mereka hanya sekedar melakukan petting bila sudah kebelet. Rio mengangguk kecil, ia pun bangkit dan mengarahkan kemaluannya ke liang senggama Indah, di tatapnya wajah Indah meminta persetujuan. “Be gentleman sweetheart..” ucap Indah manja seolah mengerti arti tatapan Rio. “Hah? Kamu bilang apa tadi? Aku gak ngerti” tanya Rio blo’on yang tak mengerti arti ucapan Indah. “Aduuhh sayang, intinya masukinnya pelan pelan” jelas Indah sebal. Rio terkekeh, ia memang tidak begitu paham istilah bahasa inggris, ia pun mulai menusukkan kemaluannya perlahan. Indah mengerang, penis Rio baru masuk sekitar kepalanya saja, tapi vaginanya sudah terasa perih, Rio mengerti di diamkannya sesaat agar vagina Indah bisa beradaptasi, anggukan kecil dari Indah menjadi tanda agar Rio memasukan kembali kemaluannya perlahan, sampai ia merasa ada sesuatu yang menghalangi laju rudalnya. Indah mengangguk pelan sambil memejamkan mata, Rio menarik nafas pelan, dan dengan sekali hentak, ia menghujamkan penisnya menembus selaput dara milik Indah, mata Indah terbelalak, vaginanya terasa sangat sesak, mulutnya menganga menahan sakit. “Aaahhh sakit sayang…” air mata Indah mulai membasahi pelupuk matanya, meski ia tau ini akan menyakitkan, ia tak sangka akan sesakit ini. Rio mendiamkan kontolnya di dalam liang senggama Indah agar lubang itu terbiasa dengan benda asing di dalamnya, vagina Indah sedikit mengeluarkan darah, darah bukti cinta mereka, tak lupa ia memberikan rangsangan di sekitar payudara Indah untuk menetralisir rasa sakit. “Aku mulai yah?” Tanya Rio setelah ia rasa Indah sudah cukup terbiasa, ia memaju-mundurkan pinggulnya dengan intensitas pelan, perlahan namun pasti, Indah juga merasakan kenikmatan dari gesekan antara dinding vaginanya dengan penis Rio. “Ah ah ahh sshh iyah sayang enaak”. Desahan erotis Indah mulai terdengar, raut wajah kesakitannya perlahan terganti dengan ekspresi nikmat, Rio tersenyum lebar, akhirnya Indah sudah benar benar miliknya. Di pagutnya bibir Indah dengan lembut, lidah Rio menyeruak menjelajah rongga mulut Indah, Indah tak mau kalah, dibelitnya lidah Rio dengan penuh nafsu, air liur pun sedikit banyak merembes dari sela bibir mereka. “Cuph ellh emph amph cuphh ssh ellh”. Genjotan Rio perlahan mulai dipercepat, 15 menit dalam posisi itu Indah mulai mengerang tak karuan, tangannya mencengkeram kuat lengan Rio hingga menggores sedikit lengan Rio. “Ahhh akuuh… ahh haamm..pirrhh…” ucap Indah yang merasa hampir klimaks. “Ahh aku jugaa ah ahh ahh…” Rio yang juga hampir klimaks mempercepat genjotannya, suara benturan kedua tubuh yang khas terdengar nyaring di dalam kamar. “Aaaahhhh saaaaayyaaa…..nngghh”. Tubuh keduanya menegang bersamaan, Rio menusukkan kemaluannya dalam dalam hingga mentok ke mulut rahim dimana spermanya menyembur dengan derasnya. Vagina Indah terasa sangat becek, cairan cinta miliknya dan Rio memenuhi rongga vaginanya di campur darah perawan Indah, sebagian bahkan merembes keluar dari sela bibir vaginanya. Suasana berubah hening, deru nafas mereka terdengar pelan, masih terasa sisa kenikmatan pergumulan perdana mereka, Rio berguling kesamping dengan penis yang masih menancap walau sudah sedikit loyo. “Makasih mas, aku seneng banget, aku cinta kamu mas…” ucap Indah dengan mata terpejam. “Aku juga cinta kamu, loh kok tumben pake mas?” Tanya Rio heran, di usapnya rambut Indah yang acak acakan. “Huu ya biarin, kan udah jadi istri” jawab Indah enteng dengan nada manja, Rio hanya terkekeh, akhirnya semuanya berakhir bahagia. “Yuk bobok” ajak Rio yang balas anggukan Indah, ditariknya selimut menutupi tubuh telanjang mereka, dan mereka terlelap bersama. THE END