Aini, Sesaat namun berbekas
Hari sudah sore ketika aku tiba di sebuah terminal disalah satu kota. Hari ini aku akan pergi keluar kota untuk memperbaiki sebuah mesin penggilingan padi milik seorang konsumen. Pagi itu aku hanya memakai celana pendek yang lumayan besar. Aku sengaja memakainya agar gampang bekerja sesampainya di sana. Aku adalah seorang montir di sebuah bengkel khusus alat-alat pertanian. Aku adalah seorang sarjana teknik dari sebuah universitas ternama. Aku menerima pekerjaan ini karena sesuai dengan yang aku inginkan. Aku diberi kebebasan oleh pemilik bengkel untuk mengelola bengkel tersebut. sehingga aku merasa kalo bengkel ini adalah punyaku, dan aku berusaha untuk mengembangkannya menjadi yang terbaik. Dengan susah payah aku mencari loket bus yang aku inginkan. setelah dapat aku pun membelinya dan membayar sesuai dengan harga yang tertera di karcis tersebut. Perjuanganku belum terhenti sampai di situ, ternyata bisnya baru berangkat, dan yang menggantikan belum datang. Aku pun duduk menunggu. Asap bus benar-benar menyesakkan. Aku merasakan diriku sesak napas. dari dulu memang aku tidak pernah suka keramaian dan kesesakan di kota ini. Ketika menunggu bis itu aku melihat para calon penumpang yang akan membeli tiket. Dan tanpa sengaja aku melihat seorang wanita sedang mengendong seorang anak, dan menarik koper yang lumayan besar. Dia kelihatannya kelelahan dengan bawaannya tersebut. Kemudian datanglah seorang pria menghampirinya, pria tersebut membawa koper besar tersebut. Dan duduk tepat di depan kursi yang aku duduki. Setelah aku perhatikan, ternyata si ibu itu seorang wanita yang manis. Sebuah lesung pipi menghiasi pipi kiri dan kanannya. Kulitnya lumayan bersih, kuning langsat, dan rambutnya yang panjang itu diikatnya dengan sebuah ikat rambut warna pink. Dan harum tubuhnya sungguh enak dihidung. Tak lama kemudian bis itu datang juga. Aku bergegas naik. aku mencari kursiku nomor 14A. dua tempat duduk. Aku sengaja mencari tempat duduk persis di bawah AC. Biar bisa tidur lelap. Aku segera menutup mata. Mengurangi kebisingan akibat lalu lalang orang mencari tempat duduk. “Mas, mas, maaf …,” ada suara merdu rupanya. Aku membuka mataku. Ternyata wanita tadi. Aku pun menjawab “ada apa ya bu??”. “Maaf, apa boleh tukeran sama suami saya? Suami saya dapat tiket tempat duduk di depan kursi si mas. Soalnya beli tiketnya baru aja tadi. “Aku melihat ibu yang menyapa tadi. Kemudian melihat suaminya yang tersenyum mengangguk kepadaku di depan kursi kami, menggendong anak yang kira-kira berusia 5 tahun. “Aduh, bu, maaf, bukannya saya tidak mau, cuman memang saya sengaja memilih tempat di bawah AC ini bu. Maaf ya bu,” jawabku agak keberatan. Bukannya apa-apa, tapi aku paling tidak suka diganggu dengan masalah orang yang telat membeli tiket seperti pasangan ini. Dan aku berikan seribu alasan, karena tempat duduk ini adalah yang ideal. Selain letaknya paling belakang paling ujung. Dibelakang kursiku adalah toilet, di samping kursi ini telah ditempati sebuah paket yang telah duluan di masukin ke dalam. akhirnya si ibu pun mengalah, dengan cemberut ibu itu berkata. “Ya sudahlah pa, kita ngalah aja. Aku duduk di sampingnya mas ini aja.” Langsung saja otak ku jadi otak mesum. Soal na ada seorang wanita yang menurutku anggun, cantik dan ayu duduk di sampingku tanpa ada pemisahnya. Seakan akan dunia ini sekarang berubah menjadi milikku. Tanpa ada penghuni lain, karena aku merasa sangat beruntung. Aku tidak perduli kalo wanita yang duduk di sampingku ini telah bersuami dan mempunyai seorang anak yang telah berusia sekitar 5 tahun. Hujan mulai turun, tapi tidak terlalu deras. Cukup untuk membuat orang yang berada di dalam bus ini menjadi mengantuk. Saat itu kami baru masuk jalan tol dan hujan itu pun turun dengan derasnya. Bis kami melaju dengan pelan karena sore itu jalan tol lagi macet. sekitar 1 jam kemudian ,Kendaraan mulai menderu, bertambah cepat. Kulihat tebaran warna hijau ditimpali air hujan yang begitu deras di sebelah kiri jalan tol. Suara air hujan menderu keras sekali di atas atap. Orang-orang sudah tertidur ,mungkin karena kecapean atau karena memang cuaca yang mendukung. Aku memandang ke samping. Ibu itu kini sedang sibuk memberikan makan kepada anaknya, dan terlihat sekali kali dia bercanda dengan anaknya. Suaminya juga ikut menemani istrinya memberi makan si anak. Aku pun tertarik bergabung karena melihat kelucuan si anak dan ayunya ibunya. Sesekali aku ikut menggoda si anak. Tampaknya keluarga itu menerima aku. Sesekali kami tertawa dengan kecil melihat kelakuan si anak, sementara yang lain terlihat sudah terlelap dialam bawah mimpi masing-masing. Setelah selesai memberi makan, si ibu itu pun bersih bersih, mengganti baju anaknya yang kotor karena makan tadi, kemudian memakaikan jaket buat anaknya. sambil anaknya dipangku, dia menidurkan anaknya, dan suaminya membantu dengan bernyanyi kecil. Karena tidak ingin mengganggu, aku biarkan suami istri itu menidurkan anak mereka. Tak lama kemudian si anak pun tertidur. Suaminya pun kini telah duduk di tempat duduknya. membiarkan istrinya yang memangku anaknya yang sedang tertidur. Lampu bus itu pun dimatikan setelah kernet busnya pindah ke depan menemani sopir bus itu. Suasana pun menjadi sunyi diganti dengan suara alunan musik yang dari speaker yang disetel tidak terlalu keras. Musik itu seakan membawa para penumpang ke mimpi yang lebih dalam aku terbangun karena merasa kedinginan. Ternyata jaketku terjatuh ke bawah. Aku melirik jamku. Jam 9 malam. aku pun mengambilnya. aku memandangi orang yang di dalam bus itu. Semua orang tampaknya sudah terlelap. Tidak terkecuali ibu dan anak di sampingku. Bus tadi baru saja berhenti di tempat makan. Orang-orang makan malam dan ke belakang. Pasti mereka kekenyangan, dan acara yang paling menyenangkan setelah makan adalah tidur. Hujan masih turun, rintik-rintik. Aku melanjutkan tidurku. Aku pun terbangun karena si anak merengek minta duduk di pangkuan ayahnya. Si anak pun kini telah berpindah ke pangkuan si bapak duduk di depan kami. karena gangguan tadi aku pun sulit memejamkan mataku. aku pandangi keluar jendela bus ini. masih di jalan tol dan hujan pun masih turun dengan deras. kini si ibu itu telah duduk di samping ku. dia minta agar duduk di dekat jendela biar dia bisa bersandar ke jendala. Aku pun mengalah, karena aku pun menginginkannya duduk di sana. Tiba-tiba ibu itu menggeser sedikit tubuhnya. Ya, ke arah ku. Kami berdua menjadi duduk berdempetan. Sisi samping kananku menempel pada bagian kiri tubuhnya. Harum rambut dan parfumnya mulai merasuki hidungku. Aku mulai terangsang. entah setan dari mana datang pada ku. aku jadi ingin menikmati tubuh ibu muda ini. Aku pun mencoba untuk berani melakukan apa yang ada diotakku. Tubuhku aku condongkan sedikit ke depan, dan kemudian aku bergeser ke arahnya. Sehingga posisi saat itu, lenganku tepat di depan dadanya. Tubuh itu diam saja. Lenganku kemudian ku tekan sedikit ke belakang, sehingga aku bisa merasakan sesuatu yang begitu empuk. Ya, payudaranya. Payudaranya besar. Aku bisa merasakan volumenya ketika lenganku menggeseknya. Dan sangat empuk. Sikuku kemudian membuat gerakan melingkar di dadanya. Pelan sekali, sikuku bergerak. Aku tidak mau membuat ia berpikir macam-macam dan kemudian menamparku. Tubuh itu diam saja. Kulirik matanya. masih terpejam. Tapi aku mendengar dia menghela napas. rupanya dia telah terangsang. terdengar dari helaan napasnya yang berat. sepertinya aku berhasil membuat dia terangsang. Aku merasakan dadaku berdentum-dentum. Kepalaku berputar-putar karena aliran darah yang sangat cepat ke otakku. Aku bisa mendengar degup jantungku di telingaku sendiri. lenganku aku diamkan sebentar menunggu reaksi balik dari dia. aku tidak menggeser lenganku dari payudara ibu muda ini. dia mengerak-gerakan payudaranya yang sebelah kiri. sepertinya dia ingin aku terus menggerak-gerakannya. Yang lebih mengejutkan lagi, tangan ibu itu mulai mengelus pahaku. ya, pahaku yang dibalut celana panjang kain warna coklat. Tangannya sangat perlahan mengelus kakiku dari mulai pangkal paha sampai atas lutut. Aku gemetar. Sangat gemetar. Aku tidak tahan …… Sekarang posisiku berubah. Aku membuka tas dan mengambil sweater. Aku sudah memakai jaket tentu saja, karena aku tidur di bawah AC. tapi sweater tadi untuk maksud lain. Sweater tadi kemudian aku tutupkan di atas dadaku, dan kemudian tanganku kulipat. Apabila di lilhat dari jauh, seperti orang yang tangannya kedinginan karena AC. Tapi bukan itu alasannya. Aku beringsut lagi mendekati tubuhnya. Tangan ibu itu masih mengelus pahaku. Kami berpandangan sebentar. Lucunya, setelah itu kami berdua kembali bersender pada tempat duduk kami dengan mata terpejam. Tanganku mulai beraksi. Tangan kiriku yang tadi dilipat mulai bergerak ke arah dadanya. Sangat pelan. Tangan itu mulai menyusuri bukit indah yang tertutup kain, mulai dari tepi. Aku sangat menghayati momen itu. Pelan-pelan kuelus bukit indah itu, dari tepi ke kanan. Sedikit ku remas, tapi tidak banyak. Aku tidak mau menyakiti bukit indah itu. Sungguh, ibu itu mempunyai dada yang sempurna. Besar, dan sangat kenyal. Aku merasakan bahwa dia memakai BH yang berenda. Aku membayangkan bentuknya. Mungkin warnanya hitam. Atau merah. Dan rendanya sedikit tembus pandang. Mungkin cupnya cuma setengah. Mungkin cupnya tidak bisa menahan volume payudara sebesar itu. Oooh, aku semakin terangsang. Ibu itu mengenakan baju jeans terusan dengan bawahan rok dengan kancing dari dada sampai di lutut. Kain jeansnya untungnya kain yang lemas, sehingga aku bisa merasakan tekstur renda BHnya. Sangat merangsang. Aku melirik sedikit ke arah dia. Dia masih terus mengelus pahaku. Aku tidak sabar. Tangan kananku yang nganggur kemudian memimpin tangannya ke penisku yang sudah tegang. Aha, dia mengerti. Kemudian dia berlanjut mengelus kontur penisku dengan jari telunjuk dan jempolnya yang tercetak jelas di dalam celanaku. OOoh, mantab. “Besar …..,” desisnya. Matanya tetap terpejam. Mataku juga. Aku melanjutkan kenakalanku. Kali ini, dua kancing tepat di depan dada besar itu aku buka. Dengan susah payah. Pernah membayangkan membuka kancing-kancing besar pada kain jeans? Yup, susah sekali. Akhirnya dia turun tangan. Tangannya kanannya membantuku membukanya. Tanganku kemudian masuk perlahan ke dalam bajunya, untuk merasakan keindahan payudara di baliknya. Bayanganku memang menjadi kenyataan. BH setengah cukup yang terlalu kecil, dengan renda yang sangat merangsang. Aku suka sekali renda, terutama apabila renda itu ada di tempat yang tepat. BH dan celana dalam. Aku kembali mengelus dadanya. Sekarang aku sedikit meremasnya. Sensasinya benar-benar luar biasa. Dia mendesis. Kepalaku berdentum-dentum. Jantungku berdebar sangat keras. “Buka,” bisikku lirih. Mungkin tidak terdengar. Tapi aku tidak mau mengambil resiko terdengar. dia berhenti mengelus penisku, membungkukkan sedikit badannya, dan kemudian berusaha melepas kait BHnya di belakang. Agak lama dia membukanya. Selagi dia membuka BHnya, perlahan aku menarik ritsleting celanaku ke bawah. Pelaaan sekali. Setelah itu, aku memelorotkan celana dalamku. Tidak melorot sih sebenarnya. Cuman mengaitkan kolornya ke bagian bawah penisku. Tidak nyaman memang. Tapi sekarang penisku bisa bebas mengacung menunjuk langit. Menanti elusannya.
Karena ternyata cerita ini repost maka saya tamatin aja deh… mohon maaf suhu atas keteledorannya tidak mengecek terlebih dahulu.. ============================================================================================ “kamu jalan duluan ke belakang, aku nyusul dari belakang” bisik dia kepadaku. Aku tidak mengerti. tapi aku pun melakukannya. aku berjalan dengan perlahan ke belakang. dimana itu adalah tempat orang untuk merokok. suasana disana sunyi dan gelap. karena tidak ada aktivitas disana. aku duduk agak mendekat ke toilet. agar bisa memantau situasi. ruangan merokok ini tertutup dengan ruang penumpang depan. hanya pintunya yang diberi kaca. Itu pun hanya kecil. diapun datang juga, dia melihat sebentar ke depan dan dia pun menutup pintu itu. karena tidak sabaran aku langsung membuka resleting celanaku dan mengeluarkan adikku yang belum sempat dituntaskan tadi. tangannya aku tarik, lalu aku minta dia jongkok tepat di depan selangkanganku. dia menurutinya dan mengerti akan apa yang aku inginkan. diapun mulai beraksi. mulutnya kini telah terisi “adik” kecilku. sungguh nikmatnya tiada tara. aku hanya bisa memejamkan mata. tanganku kini mulai aktif. kedua gundukan didadanya kini telah aku jamah. aku meremas nya dengan penuh penghayatan. cukup lama kami melakukannya. Dia pun melepaskan “adik” kecilku dari mulutnya. dengan pelan penuh nafsu dia minta agar “adik” kecilku di masukin ke miliknya. aku pun langsung menyetujuinya. dia langsung berdiri dan menurunkan celana dalamnya. perlahan namun pasti dia menuntun “adik” kecilku memasuki liang kenikmatan itu. setelah dia perkirakan posisinya pas dia pun menurunkan tubuhnya dengan perlahan. Gilaaaa. Aku merasakan bibir bawahnya menyentuh kepala “adikku”. hangat sekali terasa. Gila mungkin, tapi aduuuh, memang nikmat. bibirnya dan bibirku pun kini mulai menyatu. Ohh, bibirnya atas dan bawah memang memberikan sensasi yang sungguh nikmat. sepertinya dia sudah biasa melakukannya. terbukti goyangannya sungguh membuat aku mabuk kepayang. “Jangan keras-keras …,” aku berbisik sambil tanganku meremas bukit kembar yang montok dan indah itu. Dia kembali melanjutkan kulumannya. Kali ini dia menaik turunkan tubuhnya dengan pelan-pelan. Naik turun. Naik turun. Nikmat tak terkira. “Ooohhh ..,” kali ini aku terpaksa harus melenguh. Ini nikmat sekali. goyangannya sungguh membuat aku lupa kalau dia adalah istri orang lain. dimana suaminya sedang tertidur hanya beberapa meter didepan kami. namun kenikmatan ini membuat aku lupa akan segalanya. masa bodoh dengan itu semua, yang penting “adik” kecilku bisa terpuaskan. gerakannya yang sungguh indah membuat aku hanya bisa memejamkan mata, sementara bibir kami masih saling memagut, sementara kedua tanganku sibuk melakukan aktivitas yang lain. kadang tanganku singgah di kedua bukit kembarnya yang indah, kadang turun ke bawah meremas kedua bongkah pantatnya yang sungguh indah itu. “Aku mau ….”tiba-tiba dia mengejang…..dengan kuat tangannya memelukku, sampai bibirku kini berpindah ke lehernya yang jenjang dan harum itu. “Aaaahhhhh …”katanya dengan tertahan, takut yang lain mengetahui perbuatan kami. akupun merasakan adanya dorongan yang kuat dari penisku. aku kocokkan dengan cepat pinggulku…… hasilnya….dia pun mengejang tuk yang kedua kalinya, dan “adik” kecilku menumpahkan isinya di dalam liang kenikmatan itu. Ujung penisku berkedut. Sekali. Kurasakan aliran sperma mengali ke dalam liang itu. Dua kali. Tiga kali. Empat kali. Selama itu pula liang itu mencengkeram “adik” kecilku dengan nikmatnya. Aku ejakulasi. Di dalam tubuh seorang ibu muda. Orang asing. Aku bahkan tidak tahu namanya. Dia masih duduk di pangkuanku, kepalanya masih bersender di leherku. sedang kedua tangannya kini telah lepas, tidak lagi memelukku. ada sekitar 5 menit dia dalam posisi seperti ini. kemudian dia memandangku. Tatapan itu ….membuat aku jadi bernafsu lagi.si ‘adik” kecilku perlahan mulai bangun lagi. meminta jatah untuk yang kedua kalinya. sepertinya dia mengerti, dan mulai melakukan gerakan-gerakan seperti tadi. kali ini pertempuran kami berlangsung cukup lama….dan sedikit ada improvisasi dalam gerakan kali tidak didominasi lagi oleh dia, akupun juga turut aktif. aku minta dia untuk berdiri menghadap ke depan, dia pun berdiri, aku posisikan dia melihat tembus ke dalam melihat para penumpang yang sedang tertidur dan tentu pasti melihat suaminya yang sedang tertidur memangku anak mereka. tapi aku cuek saja dan tetap menggoyangnya. posisi ini hanya sebentar karena sudah capek dan tidak tahan lagi berdiri dengan lama. lalu kami melakukannya lagi di atas kursi buat penumpang yang ingin merokok, kali ini dia yang dia bawah, aku ambil alih semua peranannya. kelihatan dia memang sudah kelelahan. tapi masih mengairahkan. kini kami sama-sama berkeringat karena memang di ruangan itu tidak ada AC. Aku pun mempercepat gerakan pinggulku, dan cairan itu pun keluar dengan cepat nikmatnya, ternyata dia orgasme. aku minta dia membersihkan adik kecilku dengan mulutnya sebelum aku masukin kedalam celanaku. aku bersihkan lelehan cairan yang keluar dari liangnya dengan saputanganku. setelah bersih celana dalamnya yang aku pakaikan. dia tersenyum dengan perbuatanku. “Makasih ….,” hanya itu yang terlontar dari mulutnya. aku hanya menggangguk dengan lemah, dan dia tersenyum, senyuman yang manis itu memberi rasa yang sungguh damai buatku. aku memapahnya dengan perlahan, takut ketahuan dengan yang lain. setelah sampai di kursi kami. diapun duduk sambil bersender kepadaku. sungguh romantis saat itu. Kami pun tertidur dengan lelapnya karena kecapaian setelah aktivitas yang tadi. Pagi menjelang. Orang-orang sudah sibuk ngobrol. Isi bus kembali ramai. Aku pun terbangun .dia masih lelap tertidur, Atau pura-pura. aku tidak tahu, takut mengganggunya dan takut menjadi masalah bagi kami berdua. aku biarkan saja dia tertidur. kemudian suaminya mendatangi kami, dadaku berdetak dengan kencang, takut ketahuan suaminya. “mas tolong bangunkan istriku, nih anak kami mau minta makan,”katanya, ternyata dia tidak tahu. syukurlah…..pikirku dalam hati. aku bangunkan ibu itu dengan perlahan…. dia pun bangun, dan dia bersikap seolah olah tidak ada terjadi apa-apa antara kami berdua. pukul 6.30. Orang-orang sudah mulai turun bus. Sudah sampai dekat perbatasan. Berarti sebentar lagi masuk kota. keluarga muda itu bersiap siap turun. Oh, ternyata mereka mau turun di sini. berarti dekat dengan tempat aku turun. “Mas, duluan, mas …,” kata suaminya ramah, ditimpali ibu itu. Aku terpaksa menoleh ke arah mereka. Baru kusadari sekarang. Ibu itu sangat manis. Aku merasa berterima kasih padanya. “Oiya, monggo-monggo,” sahutku. Mereka turun dari bus. Bus semakin sepi mendekati terminal kota itu. Ada secarik kertas kecil di bekas tempat duduk ibu tadi. Aku memungutnya. Penasaran. ternyata di situ ada tertulis nama dan no Hp si ibu. Aini. hanya itu nama yang tertulis di sana. dan sebuah no yang pasti akan aku hubungi. TAMAT