CERBUNG – Tepian Hati

Forestory 1 : Malaikat Tanpa Sayap #1 Seharusnya hari itu menjadi hari yang biasa, hari-hari seperti yang kulalui di hari-hari kemarin, Pergi sekolah di pagi hari, pulang di sore hari dan pergi ke tempat aku bekerja Part Time, Yups aku Part Time di Star Bucks di salah satu Mall di Jakarta, tidak terlalu jauh dari sekolahku. Terdengar aneh memang seorang anak kelas 3 SMA tapi bisa bekerja paruh waktu disana, tapi benar aku bisa bekerja disana mungkin lebih karena aku cukup memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik, aku sudah akrab dengan bahasa itu sejak kecil karena memang Almarhum Papah yang memang orang Australia, sedangkan Mamah saat ini bekerja sebagai Staf administrasi di sebuah lembaga bahasa Inggris. Sehingga komunikasi bahasa Inggris memang menjadi begitu akrab di telingaku, Ya memang penghasilan Mamah tidak cukup untuk membiayai sekolah aku dan adik-ku sekaligus, karena itu juga yang membuat aku berusaha mencari kerja Part Time dan aku cukup beruntung hingga bisa mendapatkan pekerjaan di sini. Aku ingat saat itu hujan ditengah hari, ga besar memang tapi aku cukup untuk membuatku menepi berteduh di sebuah halte dekat sekolahku untuk menghindari rintikan hujan, aku melirik jam tangan di tangan kanan-ku sudah lebih 15 menit aku berteduh dan sekarang aku hampir terlambat masuk ke tempat kerja-ku. Orang-orang lain yang berada di halte itu pun mulai tak sabar, terlebih gerimis yang mulai semakin reda, mereka pun mulai turun ke jalan sebagian melap motor mereka, sementara yang lain mengambil payung dari tas mereka sebelum melompat ke mikrolet yang berhenti di depan halte itu. Aku pun ikut melap jok motor-ku yang basah karena air hujan, mengenakan kembali helm yang kupeluk sejak tadi dan mulai menstater motor-ku saat seseorang iba-tiba melompat ke atas jok motorku dan berteriak panik. Sementara beberapa orang lain ikut berteriak dan berlari mengejar. ” Tolong, Kejar orang itu , Copet barang aku diambil !! ” Katanya panik sambil menunjuk sebuah motor yang berjalan kencang di depan-ku. Orang-orang di halte itu ikut panik sambil berusaha naik ke motor mereka, kejadian pencopetan itu berlangsung begitu cepat dan sekarang Sang Korban duduk di bangku belakang-ku, tanpa pikir panjang aku pun berusaha mengejar motor si pencopet bersama beberapa orang lainnya. Cewek yang menumpang di motor-ku ini terlihat begitu panik, dia memukul-mukul pundak-ku sementara aku berusaha mati-matian mengejar motor RX King khas pencopet yang berlari begitu kencangnya, sungguh menyiksa mengejar Motor itu dengan Motor Supra milik-ku, aku sendiri tidak yakin bisa mengejar si pencopet sementara motor-motor yang lain pun tampak kesulitan mengejar si pencopet itu. Entah beberapa menit aku telah berusaha mengejar si pencopet, dan entah berapa banyak juga pukulan yang sudah mendarat di punggungku, sebelum akhirnya pencopet itu benar-benar hilang dari pandanganku. Aku menyerah dan memilih berhenti di pinggiran jalan yang sepi, dan aku turun dari motorku dan melirik ke arah si korban yang ternyata seorang gadis cantik berumur belasan tahun mungkin seumuran denganku, atau paling banyak 2 tahun lebih muda. ” Aduh sory banget ya, ga kekejar copetnya.. ” Kataku, berusaha berempati, sementara gadis itu terlihat begitu lesu dan masih menangis sesengukan, dan itu sungguh membuat ku salah tingkah. Aku benar-benar salah tingkah sendiri sekarang, sementara beberapa motor yang ikut mengejar tadi ikut berhenti di dekatku, dan malah menanyakan hal yang ga perlu ditanya, seperti ” Lolos ya copetnya ? ” ya iyalah, kalo dapet juga pasti udah digebukin kali penjahatnya. Dan kini, seolah aku mengenal gadis itu, Malah aku yang harus berusaha menjawab pertanyaan mereka, karena si cewek itu hanya menangis, entah apa saja yang hilang dari tas-nya itu. Dan kini malah aku menjanjikan akan mengantar pulang Gadis itu karena aku “temannya”, Tololnya aku. Sementara kerumunan orang-orang itu mulai pecah satu persatu hingga tinggal aku dan si korban yang masih menangis di pinggir motor-ku. aku pun duduk disebelahnya dan melirik ke gadis itu. ” Udah jangan nangis ya ? ” Kataku membujuknya setengah hati, sambil melirik jam tangan-ku, aku benar-benar terlambat sekarang. ” Mau dianterin pulang ? ” Tanya-ku ” Aku dak tahu jalan pulang, Aku juga ga tahu alamat rumah-ku, HP ku juga ada di dalam tas itu, hilang semua, ” Katanya sambil mengangkat wajahnya masih menangis. Logatnya terdengar janggal sedikit ada logat Jawa yang kental. ” Lah, terus gimana.. inget nomor telepon rumah ? atau Orang tua ga ?? ” ” Dak Toh, aku lupa nomor telepon rumah.. Papa juga baru ganti nomor .. belum ingat aku ” Dia menjawab sambil sesengukan ” Yawda gini aja, ini pake aja handphone gw, loe hubungin aja temen loe, pasti ada kan yang nomornya loe inget.. ” aku pun meminjamkan handphone-ku. Dia menggambil Handphone-ku sebelum kemudian menggelengkan kepala-nya ” Ah sial ” Pikirku, sekarang harus gimana coba ?? ” Maaf ya, aku lupa nomornya, tapi aku ingat-ingat sebentar ya.. Dak papa toh ?? ” ” Yawda gini aja, loe ikut dulu ke tempat kerja gw, nanti kalau udah inget loe pinjem aja Handphone gw buat hubungin temen loe ya ?? ” usul-ku ” Aku dak ngerepotin kamu toh Koh ?? ” Tanya-nya binggung ” Ga, Gpp udah daripada kelamaan disini, lagi mau hujan lagi nich, nanti kehujanan lagi, gw juga udah telat nich masuk kerja.. ” Kataku sambil kembali naik ke atas motor-ku dan menyuruhnya naik ke motor-ku ” Yawda ayo naik.. ” Kata-ku.., sebelum kemudian dia naik dan aku pun segera me Oh iya, tentang aku ya.. Namaku Febryant Chester, biasa dipanggil Ryan. Seperti yang aku ceritakan tadi Mamah-ku single parent, sedangkan Papah-ku memang berasal dari Australia tapi kami ga seperti keluarga blasteran lain yang biasanya hidup berkelimpahan, Papah juga seorang yatim piatu sebelum kemudian bekerja di Indonesia sebagai pengajar bahasa Inggris di sebuah lembaga kursus, dimana kemudian bertemu Mamah disana dan menikah 3 tahun kemudian.. Sayangnya Papah meninggal tidak lama setelah adik-ku Kevin lahir.. Paru-paru basah penyebabnya karena memang dia seorang perokok berat dan suka sekali dengan minuman keras, itu juga yang membuat aku begitu menjauhi rokok dan minuman keras. Mamah dan Kevin masih tinggal di Palembang sekarang, sedangkan aku tinggal di sebuah rumah kost sederhana di Jakarta, aku masuk ke SMU ini karena mendapatkan beasiswa penuh dari sekolah, sedangkan agar tidak menyusahkan Mamah aku bekerja part time di kedai ini ya di sebuah kedai starbuck. Dan soal Cewek yang sekarang duduk di belakang-ku, aku masih belum tau siapa namanya, yang pasti dia cantik rambutnya panjang sepunggung dengan satu tahi lalat di pipi kirinya yang malah membuatnya semakin manis, tingginya sekitar 160an cm, dengan tubuh yang proposional, lekuk tubuhnya terlihat begitu indah, dengan sedikit bulu halus diatas bibirnya, matanya terlihat tajam, dia cantik, sungguh cantik. dan dari baju seragam yang dipakainya sepertinya dia dari SMU swasta tidak jauh dari sekolahku, tapi logatnya sepertinya dia bukan asli Jakarta, logatnya lebih seperti orang jawa. ” Yawda gw masuk dulu kerja dech, ini ada kupon Voucher loe pilih aja mau minum apa, gw kerja disini nanti gw juga gw jaga kedepan, cuma sekarang harus izin dulu sama supervisor, jadi loe masuk aja lewat depan ya. Kalau dah inget nanti kasih tau aja ke gw, jadi bisa gw pinjemin HP ke lu okay” Jelasku.. lagi-lagi dia hanya mengganguk binggung ” Oh iya, nama loe siapa ?? ” Tanya-ku ” Jennifer, panggil aja Jenny ” Katanya sambil tersenyum dipaksakan ” Nama gw Ryan, kalau gw masih belom keluar juga, nanti kasih tau aja yang ada di counter loe nyari gw ya.. OK ” Aku pun meninggalkannya masuk ke ruang ganti, dan segera menghadap supervisor-ku, kukatakan saja terus terang kalau aku baru membantu seseorang yang kecopetan, dan sekarang orangnya ada didepan, beruntung Bos-ku mengerti dan langsung menyuruhku berganti shift dengan teman-ku. Akupun masuk ke Ruang Kerja, sebelum tak lama Jenny datang ke meja order dan meminjam Handphone-ku, wajahnya terlihat ragu. ” Aku ragu-ragu, ada 3 nomor yang aku inget, gapapa kan kalau aku coba satu-satu ?? ” Tanya-nya ” Iya gpp. Nich pake aja.. ” Kata-ku, sambil memberikan handphone-ku padanya ” Makasih yah koh.. ” Katanya ” Iya gpp, eh udah mesen minuman ?? ” Tanya-ku karena di mejanya terlihat masih kosong. ” Ga dech, aku ga enak ngerepotin.. ” Katanya sambil mengembalikan Voucher yang aku berikan tadi. ” Udah gw bikinin Iced Caramel Macchiato aja ya, minuman favorite gw, pasti lu suka OK ? ” kata-ku Dia hanya mengganguk ragu. Sebelum kemudian tersenyum Aku pun membalas senyumannya sebelum kemudian mulai meracik minuman favoriteku untuk-nya Kemudian aku memanggilnya lagi yang duduk tak jauh dari Order Desk dan memberikannya segelas Iced Caramel Macchiato, Jenny pun mengembalikan Handphone-ku, ” Bentar lagi Mamah jemput aku koq, makasih ya koh dah ngerepotin kamu.. aku panik banget tadi soalnya isi dari tas aku itu banyak banget yang penting.. ” Jelas-nya ” Udah gpp, namanya juga lagi sial.. Oh iya lu sekolah di Global jaya ya ?? ” Tanya-ku.. ” Iya koq tau, oh iya dari seragam aku ya.. ” Katanya sambil tersenyum dan menutupi badge sekolah di dadanya. Akhirnya dia tersenyum lepas setelah menekuk wajahnya selama 1 jam tadi. ” Bukan asli dari Jakarta ya ?? ” Tanyaku lagi.. ” Koq tau lagi sih ?? oh logat ku masih medok ya ?? iya aku dari Surabaya aku baru pindah 1 minggu ini.. makanya aku binggung banget waktu kehilangan tas tadi, sebenernya aku mau dijemput tadi cuma gara-gara kecopetan aku panik, malah lupa mau dijemput di halte tadi.. ” ” Haha, dasar makanya jangan teriak-teriak bikin orang ikut panik juga tau ga, eh asli mana tadi ? ” ” Dari Surabaya, namanya juga panik kan ga bisa kekontrol.. ” Dia tertawa-tawa sendiri mungkin mengingat bagaimana paniknya dirinya tadi. ” Iya maaf ya, jadi mukul-mukul gitu. ” Wajahnya memelas manja. ” Iya, tapi kurus-kurus kuat juga ya, sakit tau pukulannya haha.. ” Aku tertawa kecil ” Ah masa… boong ah kokoh.. aku kurus begini gada tenaganya.. ” Dia membela dirinya sendiri.. ” Haha, yawda ditinggal dulu ya, lagi kerja nich,, diminum ya minumannya, ” Kata-ku sambil berjalan kearah seorang ibu yang hendak memesan minuman.. Tak lama sekitar 20 menit kemudian seseorang mendekati tempat Jennifer duduk, sepertinya memang menjemputnya tapi penampilannya sepertinya bukan Papahnya, mungkin supirnya memang dari cara berpakaian dan sekolahnya bukan hal yang aneh kalau keluarganya punya supir pribadi. Aku memperhatikannya saja dari jauh sebelum Jennifer kemudian berjalan mendekatiku. ” Ko Ryan, aku pulang dulu ya, udah dijemput tuh.. Makasih banget ya Koh ” Katanya.. Wajahnya terlihat kecewa. ” Yawda ati-ati ya, lain kali jangan sampe kecopetan lagi, makanya jangan bengong kalau di halte gitu, ini Jakarta ” Kataku berusaha membuatnya tersenyum lagi Dia kemudian tersenyum datar sebelum kemudian kembali pamit dan pergi keluar. Dan aku gak pernah menyangka bahwa sejak hari itu, Jennifer Adrian akan melompat masuk dalam hidupku. Bersambung : Ke bagian Ke 2 ^^