Selingkuh Di Saung
Sore harinya aku iseng menelpon, rupanya bu dede yang mengangkatnya. Terdengar suara suaminya, akupun serentak langsung membicarakan bunga dan hendak membeli beberapa bunga untuk mengisi bagian depan rumahku. Akhirnya lewat telepon, suaminya menawarkan diri untuk membuat taman di sepan rumahku. Entah mengapa aku sangat senang mendengar hal tersebut seakan ada sesuatu yang kuharapkan dari mereka. Rupanya tanpa sadar aku memang terpikat oleh bu dede, aku membayangkan meremas payudaranya yang besar dan putih mulus. Malamnya aku menelpon dengan maksud meminta suaminya untuk datang melihat kerumahku. Dia pun bersedia dan esok harinya mendatangi rumahku. Setelah melihat-lihat, dia sanggup untuk membuatkan aku taman kecil di depan rumah. Rencananya lusa dia mulai mengerjakannya. Setelah itu aku ikut ke kiosnya untuk melihat bunga yang kan di tanam di rumahku itu. Namun perhatianku bukan pada bunga, melainkan pada bu dede. Aku heran, padahal istriku cantik, lebih langsing dan selalu berpakaian seksi, berbeda dengan bu dede yang agak montok dan berpakaian tertutup dan berjilbab. Entahlah munggkin karena hari itu aku melihat kemesraan dia dengan suaminya yang membuat aku penasaran dengannya. Gila bener?!
Malamnya sekitar jam stengah 8, aku iseng menelpon nya, rupanya dia yang mengangkat karena kebetulan waktu itu suaminya pergi ke hajatan temannya. Aku mengobrol mengenai bunga dan sedikit-sedikit menyinggung masalah keluarganya. Bahkan seseklai aku mnggodanya, dia hanya tertawa. Namun percakapanku terputus karena istriku pulang dari pengajian rutinnya. Semalaman itu aku memikirkan bu dede, dan entah kenapa penisku berdiri saat ku bayangkan meremas payudaranya, akupun melampiskana birahiku pada istriku yang sudah tidur. Esoknya suami bu dede datang untuk mulai membuat taman, ditemani 2 orang temannya. Sekitar jam 9 stetalah aku meberikan konsep yang aku ininkan, mereka mulai bekerja. Dan sekitar jam 11 setelah aku mandi dan rapi, aku pergi menuju kios bu dede. Setiba disana rupanya sedang sepi, aku mndapat sambutan hangat dari bu dede.
“Eh pak madi, gimana suami saya sudah mulai bekerja?” tanyanya
“Sudah bu, sangat bersemangat” jawabku sambil tersenyum dan mngedipkan mata. Dia pun membalas senyumku. Akupun masuk ke kebun kecil di belakang kiosnya. Disana terdapat saung kecil sekedar untuk istirahat dan berteduh. Kamipun mengobrol dengan suasana segar dan sesekali aku menggodanya. Beberapa saat kemudian aku diajak melihat bunganya yang bagus. Akupun beranjak dan berjalan di sampingnya. Entah kenpa tiba-tiba tangan kananku merangkul pundaknya, namun dia membiarkan begitu saja. Mungkin dia menganggap karena aku sudah cukup tua. Dan tanpa sadar penisku berdiri. Akupun memperhatikan dia yang memamerkan bunganya itu. Sesekali aku memberikan senyum padanya, dan dia membalas senyumku. Kemudian kami kembali ke saung dan lagi, aku merangkulnya bahkan ke pinggangnya.
Entah apa yang dia pikirkan sehingga dia tidak sedikitpun merasa risih apalagi marah dengan perlakuanku. Apalagi jika melihat penampilannya yang alim dan selalu tertutup. Namun demikian, dengan tubuh yang gempal seperti itu, tetap saja lekukan tubuhnya terlihat, apalagi bagia toketnya yang sangat menonjol kedepan membuatku sangat ingin meremas dengan liar. Hal tersebut aku bayangkan sampai aku dikagetkannya yang melihat aku menatap tubuhnya tanpa aku sadari.
“Pak kenapa, ada pa dengan saya, ko gitu?” mengagetkanku.
Sial, aku jadi kaget dan agak malu, namun hal tersebut malah memancing adrenalinku untuk sedikit mengungkapkan isi hati dan maksudku.
“eh ngga, ibu ini sangat mempesona saya!” kataku tanpa sadar.
Dia sejenak terdiam dan kemudia tersenyum sambil menjawab “ah pak madi bisa aja, kita mah sudah tua, masa masih terpesona, sama saya yang kayak gini lagi!”
“Beneran bu, pertama saya bertemu bu dede, saya suka, maaf ya kalo saya lancang!” jawabku balik.
“Ah bapak ko jadi ngelantur gitu sih” jawabnya setelah diam sejenak. Kemudian dia memakai kerudungnya dan saat tangannya mengangkat, kulihat garis bh yang ditambah lagi lekukan susunya membuatku keringat dingin. Lagi-lagi penisku berdiri dan tegang membesar membuat lekukan kedepan sehingga tonjolannya sangat terlihat jelas oleh bu dede. Awalnya aku malu, namun kulihat bu dede seperti asik memperhatikan, membuatku jadi percaya diri dan seakan memamerkan barangku tersebut. Aku pura-pura cuek dan terus pura-pura sibuk melihat-lihat bunga.sementara itu biarpun kami ngobrol namun kuperhatikan bu dede sesekali melihat tonjolan burungku, aku makin berpikir gila dan semakin asik membiarkan pistolku tegang kedepan di balik celana trainingku.
Namun bu dede sama sekali tak terpancing untuk berkata sesuatu atau mengingatkanku, atau mungkin dia memang senang memperhatikannya. Lalu akupun duduk di sampingnya, dan dia mulai agak risih, atau maungkin lebih tepatnya lagi tegang. Beberapa saat kemudian aku berbaring disampingnya sengaja agar penisku yang mengacung dibalik celanaku semakin bisa diperhatikan oleh bu dede yang duduk disampingku. Aku tetap bersabar dan meneruskan perbincangan. Namun aku makin yakin bahwa aku bisa menggarap seorang ibu 2 anak yang suaminya tengah bekerja di rumahku. Aku sengaja mempekerjakan suaminya di rumahku untuk membuat taman agar aku bisa mendekati istrinya.
Kulihat sudah pukul 2 siang, aku ada janji penting dan terpaksa menunda naafsuku biarpun sudah berada di ujung kepala. Aku berpamitan dan segera menaikki pajeroku dan kulihat dia seperti masih memikirkan penisku tadi. Malamnya aku mulai berpikir bagaimana caranya memancing gairahnya biar aku bisa mencicipi tubuh montoknya. Namun aku tidak mendapatkan akal dan malah tertidur di sofa dan istriku membangunkanku mengajak tidur di kamar. Pagi hari aku terbangun dan melihat keluar sudah ada suami bu dede beserta anak buahnya yang bersiap meneruskan proyek kecil di rumahku. Entah kenapa aku enggan menemuinya, bahkan setelah ku selesai semua dan aku bersiap keluar dan masuk ke mobil tanpa menyapa mereka. Aku tancap gas dan langsung menuju kios bu dede. Hari itu dia mengenakan baju kurung warna hijau cerah, sangat serasi dengan warna kulitnya yang putih. Akupun langsung menyapanya dan berbasa-basi mengajaknya mengobrol. Lalu sesekali dia menoleh ke arah penisku yang saat itu masih tidur.
Pikiran gilaku mulai muncul. Kami langsung menuju saung di belakang kiosnya yang lumayan tertutup. Kulihat gerakan pantatnya saat dia berjalan sangat jelas dari belakang dan seketika penisku berdiri. Begitu melewati pintu, aku tutup pintunya dan tiba-tiba seperti bergerak sendiri aku nekad memeluknya dari belakang dan menekan pantatnya dengan penisku. Dia sangat kaget dan dengan reflek berteriak minta tolong. Akupun kaget dan segera melepas pelukanku karena terdengar langkah kaki orang menuju saungnya. Gila sekitar empat orang masuk ke ssaung dan aku sudah sangat takut krena yakin mereka akan menghajarku karena aku akan diituduh memperkosa bu dede. Namun entah kenapa bu dede berbohong pada orang-orang dan memberi penjelasan dia minta tolong karena ada ular di sekitar saungnya. Dia juga mengatakan bahwa akulah orang yang mengusir ular tersebut.
Wah selamatlah aku. Aku awalnya tidak mengerti mengapa dia berteriak, namun berbohong pada orang-orang. Namun akhirnya aku sadar bahwa dia berteriak bukan karena melawan tindakanku, namun reflek karena kaget. Artinya dia tidak begitu mendapat pengaruh negatif atas tindakanku. Aku jadi makin berani. Sesaat setelah orang-orang pergi, aku maulai mendekatinya.
“Kamu hampir membunuhku!” kataku
“Tapi kamu hampir memperkosaku!” jawabnya
Kamipun saling bertatapan. Dan tiba-tiba dia berkata “Maaf pak saya kaget”
“Panggilnya mas aja, jangan pak!” jawabku sambil menghampirinya dan menuntunnya untuk duduk. Dia diam saja saat kugenggam tangannya dan kurangkul pinggangnya. Lalu bibirku mulai nakal mendekati wajahnya. Dia sedikit mengelak dan berkata “jangan pak, saya sudah bersuami”
“Saya juga sudah beristri, suami kamu kan lagi di rumah saya” jawabku sambil terus berusaha menciumnya.
“Ah pak ga enak ah, ntar ada orang lihat” dia coba mengelak
“Ya udah kita pergi aja yah?” pintaku sambil kugerayangi pahanya yang berisi itu.
“Gak ah, kios bagiamana, ntar suami saya kesini bagaimana” elaknya lagi sambil mencoba melepaskan tanganku dari pahanya.
“Gak bakalan, dia lagi kerja dirumahku.” Jawabku sambil terus meenggerayangi tubuhnya dan aku berhasil menciumi wajahnya.
Akhirnya dia menghentikan perlawanannya dan membiarkan tangan dan bibirku menyentuhnya. Lalu kuremas perlahan payudara montoknya dan mulai kuciumi biirnya. Dia sedikit merinding dengan kumisku. Lalu tangannya kuarahkan menuju penisku dan membiarkannya meremas dan mengocoknya. Akhirnya aku mulai berhasil memancingnafsunya. Kusingkapkan kerudung yang menghalangi lehernya dan langsung kucium dan kujilati leher sampai dada bagian atasnya. Dia hanya merinding dan mendesah pelan. Lalu remasan tengannya di penisku semakin kencang menandai bahwa nafsunya mulai menguasainya.
Kubaringkan ia dan aku segera mengunci pinti kiosnya, dia memperhatikanku sambil menggigit jarinya. Aku makin bernafsu melihat tingkahnya yang seperti pemain bokep itu. Lalu kupelorotkan celanaku hingga keluarlah penisku yang tegang dan kekar. Dia terperangah melihat penisku. Aku langsung mengarahkan mulutnya ke penisku, namun dia tidak mengerti maksudku. Akupun mencoba menjelaskan meskipun dia awalnya enggan karena jijik, namun akhirnya dia mau setelah sedikit kupaksa. Aku yakin permainan yang dilakukan bersama suaminya pasti sangat monoton dan membosakan, aku jadi senang karena aku yakin dia akan menyukai perlakuanku. Sungguh amatir, dia masih ragu untuk memainkan mulutnya terhadap penisku. Akupun berinisiatif memberinya contoh. Kubaringkan dia dan kubuka celananya, dia sedikit malu karena ini pertama kalinya bagian vitalnya ddilihat dan disentuh lalaki lain selain suaminya. Waw.. aku sangat terpesona oleh keindahan memeknya yang sangat beraroma. Lalu kumulai menjilati pangkal pahanya dan memeknya yang hangat dan basah. Diapun mendesah dan sepertinya baru kali ini mendapat perlakuan dan kenikmatan seperti ini.
“Ahhh….enaknya…..geli….nikmat.” desahnya
Mendengar hal tersebut aku makin bernafsu dan beberapa saat kemudian kumasukkan penisku ke liang memeknya. Namun dia serentak menolak hal tersebut.
“Jangan..jangan…ini milik suamiku, untuk suamiku!” dia memohon sambil berusaha mendorongku. Aku sudah tanggung dan gak kuat kalo harus menahan gelora nafsuku. Aku teruskan saja penggalianku, dan dengan sedikit memaksa akhirnya penisku menancapa di memeknya dan tancapkan sedalam-dalamnya, memang terasa sakit tapi itulah cara membuat perlawanannya terhenti.
“Awwww….” dengan suara yang mendesah dan mata yang tertutup seakan dia terhempas oleh kenikmatan di campur sedikt kekagetan akibat tusukan penisku. Dia tak berdaya menahan kenikmatan dari kocokan penis yang besar di dalam memeknya. Terasa denyutannya memijit penisku dan mekin membangkitkan gairahku untuk mengentotnya dengan liar. Bahkan dengan keadaan bagian atas yang masih tertutup dan berkerudung, aku memang tidak sambil menikmati payudaranya, namun karena situasi dan tempat yang terbatas, aku hanya memainkan penisku di liang kehormatannya. Namun itu sangat memberi kenikmatan yang sensasional.
“Ahh mas saya takut suami tau ahhhh… tapi nikmat mass….terus…” dia tidak bisa mengontrol karena kenikmatan yang diterimanya. Aku terus mengocokkan penisku dan tiba-tiba dia mengerang agak keras pertanda dia mencapi orgasmenya. Aku terus pompa dan semkin cepat dan makin cepat sampai akhirnya akupun keluar dan segera kuarahkan penisku yang mengeluarkan sperma ke mulut pemilik saung itu.
“Nih makan” kataku sambil memasukan penisku dengan sedikit paksaan ke mulut mungilnya. Dia berontak namun dia sudah lemas karana genjotanku terhadap memeknya. Kutahan agar semua spermaku masuk dan dia telan. Dia pun memuntahkan sebagian dan terlihat dia sangat mual. Sebagian spermaku berceceran di dagu dan sebagian lagi di kerudungnya, namun aku masih merasa masih ada sisa sperma di penisku. Segera kukocokkan dan kumasukan lagi ke mulutnya. Dia menolak lagi namun kutahan. Lagi-lagi dia memuntahkan sebagian spermaku. Aku tertawa melihat kejadian tersebut, lalu kurangkul dan kupangku dia. Kupeluk dan kuermas payudaranya. Dia diam saja karena baru kali ini mendapat sensassi seperti ini.
“Ini belum seberapa sayang!” bisikku.
Dia tidak menjawab, dengan raut muka yang lemas dia memelukku. Tiba-tiba penisku kembali berdiri dan seketika langsung kubaringkan dia dan ku masukkan lagi penisku dengan cepat. Sepertinya dia masih lemas dan hanya menerima perlakuanku begitu saja. Lalu kupompa penisku dengan cepat dengan posisi miring dari belakang. Dia hanya mendesah setengah sadar. Lagi makin kupercepat dan ku mendapat kenikmatan yang luar biasa. Beberapa menit kemudian dia kembali mencapai puncaknya, sementara aku mencapai puncaknya sekitar 2 menit kemudian.
Luar biasa permainan yang kami lakukan, meskipun aku yang menjadi aktif dan dia pasif, namun aku sangat menikmatinya. Entah kenapa pikiranku makin gila saat melihat plastik lembut dan kapas. Aku ambil dan kurangkai sehingga menjadi sebuah batang memanjang dengan diameter sekitar 8 cm, kubuat sepadat mungkin lalu kumasukkan dan kukocokan benda itu kedalam memeknya beberpa menit. Lalu kuusahakan penisku kembali keras dan kucoba memasukkan ke liang anusnya. Dia tidak berdaya untuk menolak perlakuanku sekalipun terasa sakit.