Nadine part 2
Malam kian pekat membuat bilik sempit itu memancarkan semburat jingga cerah yang dihasilkan oleh lampu minyak di dalam bilik. Sementara di dalam bilik, sepasang anak manusia tengah bergumul tanpa busana, menyatukan raga mereka dalam persetubuhan yang penuh gairah. Desah nafas mereka membuat suasana makin erotis. Nadineyang baru pertama kali ini melakukan hubungan badan seolah terbawa ke alam lain. Nadinesudah sepenuhnya dikuasai oleh nafsu seksual yang menggebu hingga tanpa disadari, dia mulai mengimbangi permainan Pak Sugi. Dibiarkannya Pak Sugi memacu tubuhnya, bahkan tanpa sadar, tiap kali sodokan penis Pak Sugi berhenti, secara refleks Nadinemenggerakkan pinggulnya sendiri membuat genjotan penis Pak Sugi pada vaginanya tidak berhenti.
Akhirnya Nadinetidak tahan lagi, sodokan demi sodokan penis Pak Sugi pada vaginanya membuat tubuhnya mengejang kuat. Kakinya menggelepar tak terkendali. Kuku jari tangan Nadinemembenam di punggung Pak Sugi seolah ingin menyayat kulitnya. Akhirnya Nadinetak tahan lagi menahan desakan birahinya. Tubuh Nadinemelengkung ke atas, liang vaginanya berknntraksi dan berdenyut kencang seolah ingin menghancurkan penis Pak Sugi yang sedang menggenjotnya.
“OOOHHHKH.. AAHGH.. AHH.. AAHH…!!” Nadinemengerang keras sekali sehingga jika ada yang berdiri 10 meter dari gubuk, pasti akan bisa mendengar erangan Nadine Orgasme Nadinekembali meledak tak tertahankan, bahkan lebih hebat dari yang pertama.
“Ohhkh.. Ohh..” Pak Sugi melenguh sambil menyodokkan penisnya dalam-dalam di liang vagina Nadinedan menekan penisnxa kuat-kuat. Sedetik kemudian, diiringi lenguhan bak banteng terluka, Pak Sugi menyemburkan spermanya. Nadinemerasakan cairan hangat mengisi rahimnya. Selama beberapa detik lamanya tubuh keduanya menegang sebelum akhirnya kembali melemas.
Selama beberapa saat Pak Sugi mendiamkan penisnya di dalam vagina Nadineseolah ingin merasakan kenikmatan tubuh lembut seorang wanita secantik Nadineselama-lamanya. Kemudian Pak Sugi ambruk menindih tubuh Nadine sebelumnya kemudian bergolek kelelahan di sebelah presenter cantik itu.
Perlahan, kesadaran Nadinemulai pulih. Saat itulah tangisannya pecah. Nadinemenutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dia merasa hancur, kehormatan yang selama ini dijaganya sekarang direnggut paksa oleh seseorang yang sama sekali tidak dia kehendaki. Nadineingin sekali kabur, tapi mau ke mana? Dia bahkan sama sekali tak tahu di mana dia berada.
Dengan gemetar Nadinemencoba turun dari ranjang, tapi tangan Pak Sugi mencekal pergelangan tangannya.
“jangan pergi Neng,” kata Pak Sugi sambil menarik Nadineuntuk tidur di sebelahnya. Nadineyang lelah secara fisik dan mental tak kuasa menolaknya, akhirnya karena kelelahan, Nadinepun terlelap tidur.
Ketika pagi menjelang, Nadineterbangun dan mendapati dirinya terbaring sendirian di ranjang, masih dalam keadan telanjang bulat. Semilir angin pagi yang dingin membuat tubuhnya yang telanjang menggigil. Pakaiannya terserak di sekitarnya. Dengan tergesa-gesa Nadinememakai kembali pakaiannya. Perutnya yang lapar membuat Nadinemendekati meja. Ada nasi jagung dan ikan bakar di atas meja. Dipandanginya makanan itu sesaat, kemudian Nadinememakannya dengan lahap. Rasanya sangat aneh, tapi Nadinemenelannya juga.
“Oh, sedang makan ya Neng?” terdengar suara Pak Sugi yang baru masuk. seketika wajah Nadinememerah mengingat kejadian semalam. Dilihatnya Pak Sugi hanya memakai celana kolor. Pak Sugi membiarkan gadis itu makan. Meski begitu Pak Sugi heran, kenapa Nadinetidak melarikan diri saat ada kesempatan.
“Bajunya Neng Nadinekotor kan? Sudah empat hari tidak dicuci.” kata Pak Sugi akhirnya. Nadinehanya mengangguk pelan.
“Sebaiknya dicuci Neng, mumpung lagi cerah. Bisa cepat kering.”
“Tapi Pak..” kata Nadinesetelah diam selama beberapa detik. “Apa Pak Sugi punya baju ganti?”
“Wah.. maaf Neng, saya cuma orang hutan, tidak punya baju yang lain lagi.” jawab Pak Sugi.
“Terus gimana dong?” tiba-tiba wajah Nadinememerah. “Masa’ saya harus telanjang seharian?”
“Ya nggak apa-apa Neng. Toh nggak ada orang lain di sini selain saya.” jawab Pak Sugi santai.
“Apa?” Nadinetersedak mendengar ucapan itu.
“Nggak apa kan? Saya kan sudah pernah lihat Neng Nadinetelanjang.” Pak Sugi berujar kalem.
Nadinebimbang sesaat, tapi dia rasa Pak Sugi benar. Toh dia sudah pernah melakukan hubungan seksual dengan Pak Sugi, jadi sebenarnya tak ada bedanya apakah dia berpakaian atau telanjang. Akhirnya Nadinebergegas pergi ke sungai.
Sesampai di sungai, Nadinesegera melepas seluruh pakaiannya dan segera merendam tubuhnya yang penat. Nadinemerasa sangat rileks merasakan air sejuk membasahi tubuhnya. Otot-otot dan tulangnya yang semula terasa sakit menjadi segar kembali. Dibersihkannya sisa-sisa persetubuhan yang masih menempel di tubuhnya. Seperti melakukan terapi spa, tubuh Nadinebenar-benar terasa segar, segala rasa sakit dan penatnya seolah tersapu aliran sungai yang jernih.
“Enak mandinya Neng?” terdengar suara dari tepian. Nadinemenjerit dan menenggelamkan tubuhnya sampai sebatas leher dengan panik. Hanya kepalanya saja yang menyembul ke permukaan. Dia melihat ke arah suara. Pak Sugi sudah ada di tepi sungai, duduk di atas batu.
“Pak Sugi! Sejak kapan Pak Sugi ngintip saya?” Nadineberteriak marah. Pak Sugi tertawa mendengarnya.
“Masa ngintip sih Neng? Neng Nadinekan pasti mau kalau saya suruh telanjang.” jawab Pak Sugi enteng. Nadinemenunduk malu. wajahnya memerah. Tapi hati kecilnya membenarkan ucapan Pak Sugi. Entah kenapa, sejak Pak Sugi memperkosanya semalam, dirinya jadi begitu patuh pada Pak Sugi. Apakah karena pengalaman seksual yang dia alami ingin dia ulangi lagi, ataukah terjadi ‘Stockholm Syndrome’ padanya. Nadinetidak tahu, yang pasti dia benar-benar sudah berada dalam kekuasaan Pak Sugi. Karena itulah saat Pak Sugi memanggilnya, Nadinepasrah saja. Dengan patuh dia berdiri dan berjalan mendekat. Tubuh telanjangnya yang basah berkilauan diterpa cahaya matahari. Alangkah terkejutnya Nadinesaat Pak Sugi menyuruhnya melakukan oral seks.Nggak Pak.. Maaf, saya nggak bisa.” Nadinemenunduk malu. “Saya belum pernah begituan..” kata Nadineterus terang.
“Jangan takut Neng, nanti saya ajari.” kata Pak Sugi sambil membuka celananya. Penisnya yang berukuran besar langsung mencuat tegang. Nadineberdesir melihatnya. Penis itulah yang semalam telah membawanya pada orgasme yang luar biasa. Pak Sugi lalu meminta Nadineberlutut di depannya sehingga penisnya tepat berada di depan wajah Desy.
“Pegang Neng, jangan malu-malu.” kata Pak Sugi. Tangan Nadineagak gemetar saat menyentuh penis Pak Sugi. Inilah kali pertama Nadinemelakukan hal itu. Penis itu pas dalam genggamannya. Lalu dengan gerakan lembut, Nadinemulai mengocok penis itu.
“Ohh.. yeah.. bagus Neng.. ohh.. terus..” Pak Sugi mengerang merasakan kenikmatan yang menjalari penisnya. “Ohh.. bagus Neng.. ohh..” Pak Sugi membelai rambut Nadineseolah memberi semangat. Lalu Pak Sugi menyuruh Nadineuntuk mengulum penisnya. Mula-mula dimintanya Nadineuntuk menjilati penisnya. Desypun patuh, dijilatinya batang penis itu sampai licin, lalu pelan-pelan Nadinemulai memasukkan penis Pak Sugi ke dalam mulutnya. Nadinekemudian menghisap-hisap dan menyedot-nyedot penis itu. Meski semula jijik, tapi lama-lama Nadinemulai bisa menikmati oral seks pertamanya itu. Disemangati oleh Pak Sugi, Nadineberubah menjadi liar, naluri seksual telah mempengaruhi dirinya. Gerakannya dalam melakukan oral seks tidak lagi menampakkan Nadineyang malu-malu melainkan seorang wanita jalang yang minta dipuaskan. Dimain-mainkannya penis Pak Sugi di dalam mulutnya. Kadang Nadinemenggunakan lidahnya untuk menjilati ujung penis legam itu. Kadang Nadinemengeluarkan penis itu dari dalam mulutnya untuk kemudian dikulumnya lagi secara berulang-ulang membuat Pak Sugi mengejang-ngejang menahan kenikmatan yang menggedor-gedor syarafnya. Setelah beberapa menit akhirnya Pak Sugi tidak tahan lagi. Tubuhnya mengejang hebat, penisnya mengeras di dalam mulut Desy.
“Ohkkh.. ohh..!” Pak Sugi mengerang keras. “Ohhkk.. Saya mau ngecrot Neng..”
Dan sedetik kemudian sperma Pak Sugi tumpah memenuhi mulut Nadinedengan deras. Sperma Pak Sugi langsung meluncur masuk ke perut Nadinetanpa bisa ditahan.
“Uhkk.. ohk..” Nadineterbatuk dan meludahkan sisa sperma di mulutnya. sebagian sperma yang tidak tertelan meleleh di sudut bibirnya yang mungil.
Pak Sugi terduduk di batu dengan terengah-engah. Dia merasa sangat lemas tapi juga sangat puas oleh permainan Desy. Dan sebagai ucapan terima kasih, diciumnya pipi gadis cantik itu.Setelah Pak Sugi selesai melampiaskan hasratnya, dan Nadineselesai mencuci, keduanya berjalan pulang dalam keadaan telanjang. Pak Sugi memeluk pinggang Nadinesambil sesekali mencium pipi gadis itu penuh nafsu.
Selama menunggu pakaiannya kering, Desypun terpaksa beraktifitas dalam keadaan bugil. Nadinemerasa malu bila bertemu dengan Pak Sugi, meskipun Pak Sugi pernah menyetubuhi dirinya, tapi Nadinetetap saja jengah berhadapan dengan seorang pria dalam keadaan telanjang begitu. Apalagi jika Nadinememergoki Pak Sugi sedang memandangi tubuh telanjangnya yang memang indah. Tapi lama-lama Nadinemulai terbiasa, lagipula tidak ada orang lain di tempat itu kecuali dirinya dan Pak Sugi. Pak Sugi sendiri tentu sangat menikmati kesempatan itu. Tak puas-puasnya Pak Sugi memandangi kemulusan tubuh bugil Desy. Kadang dengan sengaja Pak Sugi mencolek-colek bagian-bagian tubuh Nadineyang sensitif. Kadang bahkan tanpa merasa bersalah Pak Sugi nekat meremasi pantat atau payudara Nadineyang kenyal itu. Anehnya, meski kadang Nadineberusaha menepis tangan Pak Sugi yang usil, tapi lebih sering justru dia membiarkan saja tangan Pak Sugi menggerayangi tubuhnya.
Melihat reaksi Desy, Pak Sugi jadi makin berani. Ketika Nadinesedang lengah, Pak Sugi menyergapnya dari belakang dengan sebuah pelukan ketat sambil berusaha mencumbui leher dan pundak gadis itu.
“Mmh.. ohh.. jangan Pak..” Nadinemendesah lirih dan meronta pelan. Tapi sesungguhnya, meski mulutnya berkata jangan, tubuhnya bereaksi lain.
“Tidak apa-apa Neng..” kata Pak Sugi sambil terus berusaha mencumbui leher Desy, sementara tangannya yang kurus menjamah sepasang payudara mulus Nadinedan meremasinya dengan lembut.
“Ohh… aahh..” Nadinemendesah merasakan libidonya meninggi. Entah kenapa Nadinejadi mudah terangsang oleh sentuhan Pak Sugi, tubuhnya menggeliat merespon cumbuan Pak Sugi. Nadinelalu membalikkan tubuhnya sehingga keduanya saling berhadapan. Pak Sugi segera mendekap tubuh mulus presenter cantik itu dan menghujani bibirnya yang mungil dengan ciuman ganas.
Sinar matahari yang lembut menerobos dedaunan, membuat suasana menjadi romantis. Sementara desah erotis dan manja meluncur dari bibir Nadineyang terhanyut menikmati permainan Pak Sugi. Hal itu membuat Pak Sugi makin bernafsu. Direbahkannya tubuh telanjang Nadinedengan posisi kaki
mengangkang, lalu Pak Sugi membenamkan wajahnya ke selangkangan Nadineyang membuka lebar. Diserangnya vagina gadis cantik itu dengan sapuan lidahnya, sementara jarinya mengaduk-aduk liang vagina Nadinedengan kasar.
“Aahh.. aahh.. ohh..” Nadinemengerang menahan kenikmatan yang melanda tubuhnya. Apalagi saat Pak Sugi menyentil-nyentil klitorisnya dengan ujung lidah. Tubuhnya serasa membengkak terdesak oleh gejolak seksualnya. Saking terangsangnya, Nadinebahkan meremas-remas payudaranya sendiri untuk menambah kenikmatan yang dia rasakan. Sementara di bawah, Pak Sugi makin buas menggarap vagina Desy. Vagina itu dikocoknya dengan tiga jari dengan kecepatan brutal membuat Nadinemenggeliat-geliat merasakan orgasmenya yang kian mendekati klimaks.
“OHHKH.. AAHH.. AHH…” Nadinemelenguh keras. Tubuhnya menegang, kakinya menggelepar liar, dari vaginanya cairan kewanitaan mengucur deras. Orgasmenya meledak dahsyat membuat tubuhnya seperti melayang beberapa senti di udara.
Di bawah pohon, di atas rerumputan, kembali keduanya menyatukan raga mereka dalam sebuah persetubuhan yang amat erotis. Tubuh Pak Sugi yang hitam dan kurus terlihat bersemangat menggumuli tubuh mulus Desy. Sementara sambil bagian kemaluan mereka menyatu, bibir merekapun saling berpagutan dengan erat seolah tak mungkin bisa dipisahkan. Tidak seperti semalam, kali ini tubuh Nadinetelah menerima perlakuan Pak Sugi, sehingga bisa mengimbangi gerakan Pak Sugi. Seolah pasangan yang serasi, tiap kali Pak Sugi menghentikan genjotannya, secara refleks Nadinemenggoyangkan pinggulnya sendiri.
Pak Sugi yang kian berani kemudian meminta Nadineuntuk menungging lalu disetubuhinya presenter cantik itu dari belakang dengan posisi ‘Doggy Style’.
“Ouhh.. ohh.. ahhs.. aahhs.. ohh..” Nadinemenggigit bibirnya sambil mendesah tiap kali penis Pak Sugi menyodok liang vaginanya. Tubuhnya tersentak maju mundur mengikuti irama sodokan Pak Sugi. Payudaranya yang menggantung bebas bergoyang liar menggemaskan. Kadang-kadang Pak Sugi meremasi payudara itu dengan kasar untuk menambah kenikmatan.
Gaya anjing kawin itu sungguh membuat Nadinekewalahan. Beberapa kali orgasme menghajar tubuhnya sampai lemas. Nadineakhirnya hanya bisa pasrah dan membiarkan Pak Sugi menggenjot vaginanya. Nadinesudah kehabisan tenaga. Tubuhnya bagaikan boneka kain yang tersentak-sentak setiap kali penis Pak Sugi menyodok vaginanya. Hal itu berlangsung terus sampai terdengar Pak Sugi melenguh bagai kerbau terluka, dan sesaat berikutnya cairan hangat kembali mengisi rahimnya. Sperma Pak Sugi menyembur di dalam vaginanya.Keduanya terkapar lemas di rerumputan setelah mengalami orgasme yang begitu luar biasa.
Meskipun sangar meletihkan tapi Pak Sugi merasa sangat puas, seumur hidupnya baru sekarang dia bisa berhubungan seks dengan wanita yang secantik dan semulus Desy. Pak Sugi lalu merangkul pundak Nadineyang sekarang duduk di rerumputan.
“Kenapa menangis Neng?” tanya Pak Sugi saat melihat air mata membasahi pipi Desy. Nadineterisak pelan.
“Bagaimana nanti kalau saya hamil Pak?” tanya Nadineterbata di sela tangisnya. Pak Sugi tertawa kecil, lalu diciumnya pipi gadis itu.
“Tidak mungkin Neng Nadinehamil.” kata Pak Sugi. “Soalnya saya ini mandul. Karena itulah istri saya meninggalkan saya.”
Nadinememandang Pak Sugi dengan tatapan tak percaya, taph Pak Sugi menatapnya penuh arti. Nadinemerasa lega meski sedikit ada keraguan di hatinya.
Malam kembali turun. Kegelapan mulai menyelimuti hutan. Di angkasa malam bulan yang nyaris bulat penuh memberi penerangan yang memesona. Tebaran bintang bagaikan berlian yang berkilauan.
“Indah ya Neng?” tanya Pak Sugi yang tahu-tahu sudah memeluk pinggang Nadinedari belakang sambil menciumi leher gadis itu.
“Ohh..” Nadinemendesah merasakan sentuhan bibir Pak Sugi pada daerah peka rangsangan itu. “Pak.. Jangan.. ohh..” Nadinemeronta lemah di tengah desahan erotisnya. Tapi Pak Sugi tahu, meski bibir Nadinemenolak, tapi tubuhnya menikmati sentuhannya.
“Ohh.. ohh.. ahh.. Pak.. ohh..” Nadinemendesah penuh nikmat, kemudian dia membalikkan badannya,
menyerahkan diri sepenuhnya pada gairah seksualnya. Maka, di bawah cahaya bulan, sekali lagi tubuh dua anak manusia yang sangat bertolak belakang itu kembali menyatu. Keduanya sekarang sudah seirama, saling bantu untuk mendapatkan puncak kenikmatan bersama-sama. Nadineseolah sudah merelakan diri seutuhnya pada Pak Sugi, tanpa perlawanan sama sekali, dia merelakan dirinya untuk disetubuhi oleh pria tua itu.
“Ohh.. ahh.. ahh..” Nadinemendesah, menatap wajah pria yang sedang menggeluti tubuhnya itu dengan tatapan manja. Bercinta di bawah siraman cahaya bulan adalah pengalaman baru bagi Desy, dan itu menimbulkan sensasi tersendiri dalam tubuhnya.
Pak Sugi yang sudah tahu keadaan Desy, jadi bersemangat. Dia tahu gadis cantik itu sudah sepenuhnya ada dalam genggamannya. Karena itulah dia makin menggebu dalam menggenjot tubuh putih mulus itu seolah ingin mereguk kenikmatan dari tubuh presenter itu sebanyak yang dia bisa. Nadinebaginya adalah sebuah hadiah yang tak ternilai harganya, setelah sekian lama menyendiri, tiba-tiba ada wanita cantik yang rela menyerahkan diri untuknya.
Malam itu Pak Sugi seperti ingin tidak pernah berhenti menyetubuhi Desy. Dan Desypun tidak keberatan untuk melakukannya, karena sebenarnya Desypun merasakan kenikmatan luar biasa tiap kali dia bersetubuh dengan Pak Sugi meskipun pria yang menyetubuhinya itu sama sekali tidak sebanding dengannya.
“Ohh.. ohh.. ahh..” Nadinemendesah penuh nikmat merasakan setiap gerakan penis Pak Sugi yang mengaduk-aduk liang vaginanya. Pak Sugipun kian ganas menggumuli tubuh mulus presenter cantik itu.