In Too Deep

Halo agan-agan semua! Perkenalkan ane sebagai anak baru disini, jadi di kesempatan kali ini ane ingin menyalurkan kegabutan ane selama pandemi ini dengan membuat cerbung.

Cerita ini berceritakan tentang seorang mahasiswa yang yang kehidupan percintaannya datar-datar saja sampai dia bertemu dengan perempuan yang benar-benar membuat kehidupannya menjadi lebih berwarna. Hope you guys like it! Without further a do, here goes my story. (cerita ini purely merupakan cerita fiksi, jadi mohon maaf jika terjadi kesamaan nama, dll)

(Part 1: The Introduction)

Cause I’m in too deep, and I’m trying to keep up above in my head, instead of going under….”
Lagu Sum 41 yang berjudul In Too Deep ini membangunkanku dari tidur panjang. Aku melihat hapeku dan waktu menunjukkan pukul 4.30, melihat sudah jam segini aku lekas bangun dari tempat tidur dan segera ambil wudhu dan menjalankan sholat subuh. Tak lama setelah itu aku mendapat teks chat dari Mamah yang memang sering membangunkanku jam segini karena takut anaknya tertinggal ibadahnya. “bayuu! Kirain belom bangun, udah sholat subuh belom? Semangatt semester duanya yaa, kamu gausah mikirin IP bakal jatoh atau gimana, pokoknya jangan lupa have fun disana yaa!” Begitulah teks dari Mamah. “Iyaa mah udah sholat kok, iyaa mamah aman pokoknyaa selama kiriman uang bulanannya tepat waktu mah ” balasku. Setelah membalas chat mamah akupun melakukan olahraga kecil seperti push up, sit up, dll.

Bayu Aji Dirgantara, itulah namaku. I’m just an ordinary teenager who tries to living my ordinary life dalam menjadi mahasiswa semester 2 di salah satu PTN favorit di kota yang terkenal dengan khas apelnya dan dekat dengan Gunung Bromo. Kehidupan ku disini pun aman-aman saja. Ayah yang sedang kerja diluar negeri tidak pernah melupakan anaknya yang merantau jauh-jauh dari kota satelit dari ibukota kita yang terkenal karena kepanasannya hingga disebut sebagai planet lain. Ayah selalu mengirimkan uang mingguan kepadaku tepat waktu yang terkadang dilebihkan untuk bisa makan makanan enak dan relatif mahal untuk anak kos. Mamah pun juga rajin memberi uang pegangan kepadaku just in case aku kehabisan uang padahal aku juga bisa mengatur keuangan sehingga tidak pernah kehabisan.

Aku merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Aku mempunyai adik perempuan yang bernama Arbella Saputri yang masih berada di bangku kelas 2 SMA. Kata Ayah, Bella sangat mirip dengan Bundaku yang sudah meninggal disaat umurku masih 8 tahun, kala itu Bunda mengidap penyakit kanker, atau setidaknya itu karena aku tidak ingat apa-apa, yang bisa aku ingat dengan jelas hanyalah perkataan terakhir Bunda sebelum meninggal yaitu “Apapun yang terjadi, kamu harus selalu bisa jagain Ayah dan Bella ya, nak. Kamu jagoan Bunda” sebelum akhirnya Bunda menghembuskan napas terakhirnya. Ayah sempat mengalami stres yang cukup parah karena kemeninggalan Bunda, namun 3 tahun setelah kejadian tersebut ayah bertemu dengan seorang dokter muda dan menikahinya, perempuan inilah yang sekarang kupanggil Mamah, sebelumnya Ayah menyuruhku untuk memanggilnya ‘bunda’ namun aku menolaknya karena bagiku hanya ada satu Bunda. Mamah pun menghormati keputusanku dan aku memanggilnya Mamah hingga sekarang.

Untuk masalah penampilan, aku bisa dibilang tidak ganteng, namun ‘mending’. Aku rasa mukaku yang tidak terlalu tampan ini tertutupi dengan postur badanku dengan tinggi 180 cm dan berat badan 70 kg. Memang, genetik dari keluarga ayah selalu menghasilkan anak-anak yang tinggi menjulang untuk yang laki-laki dan cantik-cantik untuk perempuan. Selain itu, dengan ukuran penis yang diatas rata-rata standar kepanjangan penis orang Indonesia, kurasa aku juga merupakan lelaki yang cukup attractive.

Jam sudah menunjukkan waktu jam 8:00 dan Kelas pertamaku di semester ini akan mulai pada jam 8:50. Akupun lekas siap-siap dan berjalan menuju kampus menggunakan mobil pemberian ayahku sebagai hadiah lulus SNMPTN waktu itu. Ketika aku sudah sampai kampus, waktu masih menunjukkan pukul 8:20, kurasa 30 menit cukup untuk makan sebentar di kantin dan nongkrong bersama teman sekelasku Adi dan Rama. Kami bertiga merupakan tiga sekawan yang sudah berteman selama 3 tahun, berkenalan di awal SMA hingga memutuskan untuk memilih jurusan yang sama di kampus yang sama sebagai tujuan utama kami, namun jalur masuk kami berbeda karena mereka berdua bisa kuliah disini melalui jalur mandiri yang menggunakan uang pangkal, dan semester dua ini, entah keajaiban tuhan dari mana, kami bertiga dipersatukan di dalam satu kelas.

Skip ke kelas pertamaku. Aku, Adi dan Rama tidak sempat mengamankan kursi belakang karena kami masuk kelas mepet dengan jam mulai kelas. Rama yang berusaha memindahkan kursi ke belakang ditahan oleh Adi. “Udah lah solid kita duduk di depan, gaada ceritanya mindahin bangku” ucap adi dan kita bertiga akhirnya duduk di depan.

Sialnya, ternyata masih ada dua bangku kosong di belakang dan Adi dan Rama lah yang melihatnya duluan dan mereka pindah ke bangku tersebut. Aku yang kebingungan pun langsung membuka hape dan meng-chat Rama. “lahh katanya solid” ucapku melalui L*ne dan Rama hanya membalas dengan emoticon . Sekitar 10 menit mulai KBM, ada yang mengetuk pintu kelas dan memasuki ruangan. Ternyata yang masuk adalah perempuan. Aku tak perlu menengok ke sekeliling kelas, namun aku tahu pasti para laki-laki di kelas ini langsung memerhatikan perempuan ini karena DIA CANTIK BANGET. Dengan postur tubuh yang kutaksir kurang lebih 158 cm dan memiliki tubuh yang tidak semok, namun tidak rata, menurutku itu sudah perfect, apalagi ditambah dengan hijab. Dosenku pun berkata “haduhh kenapa hari pertama aja kamu bisa telat?”. Perempuan inipun membalas “maaf pak saya kesiangan.” Dosenku sempat ngedumel sebentar dan kemudian menyuruh dia duduk dan karena bangku kosong sudah sedikit dan yang tersisa hanya disampingku atau di pojok yang tidak terlihat papan tulisnya. Dia pun akhirnya memilih duduk di sampingku dan langsung mengajakku berkenalan. “Haloo kenalin aku Hani, nama kamu siapa?” Tanya dia. Akupun menjawab “Bayu Aji, gapapa bisa milih kamu mau manggilnya ‘Bayu’ atau ‘Aji’ jangan dua-duanya nanti malah ribet’. Hani pun tertawa kecil dan mengeluarkan binder dari tasnya untuk mulai mencatat.

Saat ini, fokusku terbelah menjadi dua sisi. Sisi pertama berusaha untuk mengerti apa yang dijelaskan oleh dosenku, sisi lainnya memperhatikan Manusia cantik yang ada di sampingku. Jilbab hitam dan sweater oversize abu-abunya sangat terlihat imut di Hani seolah-olah Hani sedang tenggelam di dalam sweaternya. Mukanya yang khas seperti muda-mudi ibukota juga pasti dapat membuat laki-laki manapun meleleh melihatnya. Tak lama kemudian, muncul notifikasi chat dari Rama yang bertuliskan “liatin papan tulis, bego. Jangan liatin cewe, dasar manusia hoki”. Akupun membalas perlakuan Rama tadi dan membalas hanya dengan emoticon .

Selesai kelas, Aku, Adi, Rama dan Hani tidak langsung keluar ruangan karena kami belum tandatangan absen dan disitu kulihat nama panjang Hani. Hanindya nur Khairunnisa. Wah nama yang cantik seperti orangnya, pikirku. Di saat itu juga aku memperkenalkan Hani dengan Adi dan Rama. Setelah mengisi absen akupun langsung bergegas ke mobilku dan pulang ke kosan karena jadwalku hari ini hanya satu kelas dan dua praktikum namun minggu pertama praktikum belum berjalan sehingga aku bisa pulang dengan cepat.

Ketika aku sudah dekat mencapai mobilku, Aku melihat Hani sedang berdiri di pinggir parkiran dengan tampak kebingungan. Akupun menghampirinya dan menyapanya. “Hani, kayanya lagi kebingungan gitu, kenapa?” Sapaku. Hani yang kaget pun menjawab “Eh iya bayy, aku lagi bingung ini mau pulang ke kosan gimana soalnya baterai hape aku habis jadi gabisa mesen G***k”. Naluriku sebagai laki-laki pun bermain dan menawarkan Hani untuk kuantar pulang. “Walah, terus kamu lagi nungguin temen atau gimana sekarang? Kalo masih bingung mau aku anter aja ngga? Kos kamu dimana emang?” Tanyaku. Hani pun menjawab “aduh bay ngga enak aku, gapapa kayaknya aku jalan kaki aja. Kosanku juga ngga jauh-jauh banget kok, cuma 1 km-an dari kampus.” Akupun menjawab lagi “lah kenapa gaenak, gapapa kok, lagian siang-siang gini kan panas, nanti diledekin ama tukang angkot loh cewe-cewe jalan sendirian. Gapapa ayo aku anter aja”. Hani yang sempat bimbang pun akhirnya mengiyakan ajakanku dan kita berdua jalan bersama menuju mobilku.

Di jalan, kita mengobrol banyak dan dari obrolan kita, aku mengetahui bahwa dia merupakan anak pertama dari dua bersaudara sama sepertiku dan adik kita berdua ternyata seumuran. Aku juga jadi tau kalau dia berasal dari ibukota negara kita yang notabennya dekat dengan kotaku. Tak lama kemudian, kami pun sampai di kosannya yang bisa kulihat, kosannya merupakan kosan yang elite, bisa kutaksir harganya bisa mencapai 2 juta per bulan, harga segitu di kota yang notaben biaya hidupnya cukup rendah merupakan harga yang sangat mahal. Kulihat juga di parkiran kost an ini dipenuhi dengan mobil-mobil mewah.

Hani pun turun dari mobil dan sebelum masuk kedalam kosannya, dia mengetuk jendelaku dan meminta untuk menurunkan jendelanya. “Makasih yaa bay udah mau nganterin aku pulang, aku jadi gaenak.” Ucap Hani. Aku menjawab “iyaa Hani, santai. Aku juga gaenak kalo tadi kamu malah jalan kaki, lagi terik panas gini soalnya.” Hani pun tertawa dan menjawab lagi “yaudah makasih banyak yaa, sampe ketemu besokk, hati-hati dijalan yaa Bayu atau Aji eheheh”. Akupun kembali menjalankan mobilku menuju kosanku.

Setelah memarkirkan mobilku, aku tidak langsung turun melainkan mengecek hape ku terlebih dahulu dan kulihat ada notifikasi I****gram yang bertuliskan “Hani nur Khairunnisa has started to following you”. Selain itu, dia pun mengirimi aku pesan via dm yang bertuliskan “Bayuuu, makasih banyak yaaa udah mau nganterin, beneran aku masih gaenak kepikiran. Kabarin kalo udah di kosan yaa.” Welp, Is it the beginning of a beautiful relationship? I guess it is.

-To be Continued-