Nur dan Nia

( Aki penuhi permintaan teman-teman untuk melanjutkan cerita Rani dan Aki mohon maaf kalau cerita agak kacau karena memang ini murni keluar dari khayal Aki saja, bukan based true story seperti yang “dituduhkan” Sista Sweet Angel…. )

Setelah kegiatan perkemahan yang ku jalani bersama Rani, Nur dan Nia, selanjutnya kembali aku menjalani hari-hariku kembali seperti biasa dan aku masih mendatangi kantin di depan kantorku, bertemu dengan ketiga dara ( yang salah satunya sudah kuambil selaput daranya ).
Hingga tiba pada suatu hari ketika aku datangi kantin untuk makan siang, di meja sudut aku hanya bertemu dengan Nur dan Nia, Rani yang biasanya selalu menyambutku duluan tidak ada diantara mereka.
Setelah kami duduk bertiga sambil menunggu datangnya pesanan, kutanyakan pada kedua anak itu tentang Rani. Ternyata Rani mendadak tadi pagi disusul oleh orang tuanya lalu pindah ke Surabaya. Aku tanyakan apakah ada pesan buatku, Nur bilang bahwa Rani nanti akan menghubungiku setelah di Surabaya.
Ada rasa sedih di hatiku karena aku sudah terlanjur sangat dekat dengan Rani tapi apa mau dikata, kondisi berbicara lain sehingga aku memilih diam saja.
Siang itu, kami bertiga makan dengan perasaan yang tidak seperti biasa dan ketika waktu istirahat habis, aku kembali ke kantor dan kembali kerja dengan perasaan yang tidak menentu.
Jujur, aku kehilangan. Setelah apa yang kulakukan dengan Rani waktu berkemah itu, ada sebagian hatiku yang terambil dengan kepergiannya.
Kabar yang ku tunggu, baru muncul 3 hari setelah kepergian Rani. Di telepon, Rani menangis sejadi-jadinya, karena sebenarnya dia tidak menghendaki pindah sekolah tetapi karena orang tuanya harus pindah rumah dan pekerjaan, Rani tidak bisa berbuat apa-apa. Rani berpesan agar aku tidak melupakannya dan kalau aku ada kesempatan ke Surabaya, aku harus mengabarinya. Dia berikan nomor hpnya dan ku simpan di meja kerjaku.

Sekarang, kalau waktu istirahat tiba, aku hanya bertemu dengan Nur dan Nia, itupun tidak sesering ketika ada Rani dan lama-kelamaan bayangan Rani pun berlalu dari ingatanku. Aku kembali “normal” menjalani hari-hariku hingga tiba pada suatu siang …., saat aku istirahat makan, di meja yang biasanya kami gunakan brkumpul, sudah ada Nur dan Nia. Kami makan sambil berbincang seperti biasa dan kemudian mereka mengajak aku untuk berkemah lagi. Mereka ingin bernostalgia katanya dan hanya ingin jalan bertiga saja. Kebetulan hari Jum’at adalah hari libur sehingga kami sepakat akan berangkat hari Kamis siang.
Wah …. berarti akan tiga malam aku jalan dengan dua dara nih dan di otakku muncul lagi pikiran mesum tapi aku belum fokus ke arah itu.
Ku setujui saja maunya mereka dan kuserahkan mau ke daerah mana. Jawaban mereka terserah aku jadi ku usulkan untuk berkemah di tempat yang dulu ketika pertama mereka kemping bersama Rani, mereka setuju.

Pada hari yang sudah ditentukan, kami pergi bertiga. Kali ini aku duduk didampingi Nur sedangkan Nia duduk di belakang.
Dalam perjalanan ke lokasi hingga sampai ke tempat aku memarkirkan mobilku, Nur sering curi-curi pandang padaku tetapi aku pura-pura tidak tahu dan kadang aku bercerita tentang daerah yang dilalui hingga tak terasa kami tiba.
Setelah mobil terparkir dengan aman, kami panggul ransel masing-masing dan mulailah kami berjalan. Kali ini bergantian aku menuntun, di daerah yang jalannya agak sulit aku menarik tangan Nur dan Nia sehingga akhirnya kami sampai di lokasi dulu.
Sempat ku sebut perlahan nama Rani karena ketika tiba di tempat ini, terbayang kembali keindahan yang terjadi saat Nur dan Nia meninggalkan kami ke kawah. Namun bayangan itu segera ku tepis karena sekarang, ada dua gadis yang mungkin …. mungkin …. bisa …… aaahhh.
Segera ku bangun tenda dan karena aku sudah lelah, setelah tenda berdiri aku memilih tidur dan ku pesankan pada mereka untuk tidak pergi terlampau jauh.

Aku tidur lumayan lama dan terjaga karena ku dengar suara teriakan Nur. Aku segera keluar tenda dan ku lihat Nur tengah terengah-engah dengan mata melotot melihat seekor ulat bulu tengah berada di pahanya yang mulus. Nur memang memakai celana pendek yang teramat pendek sehingga pahanya yang gempal, putih tampak begitu jelas menggoda mata. Nia rupanya sama penakutnya pada ulat sehingga dia lari agak menjauh. Aku tersenyum melihat kelakuan mereka lalu perlahan ku taruh saja telapak tanganku di paha Nur sehingga perlahan ulat ( nakal atau baik yaa ? ) itu mulai bergerak ke arah punggung telapak tanganku dan ketika sudah berpindah ke tanganku, ulat itu ku bawa ke pohon teh dan ku simpan di salah satu daunnya.
Nur menangis karena kaget sedang Nia baru menghampiri setelah melihat ulat itu sudah tidak ada di paha Nur. Ku periksa paha Nur ( tentu saja tanganku bebas merdeka menyentuhnya tanpa ada penolakan sedikitpun karena situasi sedang “gawat darurat” menurut mereka) lalu ku ambil garam dan ku gosok-gosokkan ke paha Nur.
” Udah, udah, tidak apa-apa Nur … sebentar lagi hilang gatalnya”, kataku sambil terus mengusap-usap pahanya yang penuh garam.
” Nur takut Pak …. Iiihhh ….. adduuuhhh …. “, rintih Nur saat gosokan tanganku yang bergaram agak keras di pahanya.
” Kamu sih Nur, kenapa tidur-tiduran tanpa matras … jadi aja uletnya naik …. hiiiyyyyy “, Nia menimpali sambil menatap tanganku yang masih anteng ngusapi paha Nur.
” Nia takut juga sama ulet ?”, tanyaku.
” Takut banget Pak … disini banyak ya Pak ?”, tanyanya.
” Tergantung, kalau kalian tidak nurut sama Bapak, uletnya suka pada datang … nengok …. ngajak kenalan sama yang cantik-cantik”, candaku.
Nur langsung memukul bahuku sambil sambil tertawa tapi air matanya masih berlinang dan kusudahi saja usapanku di pahanya. Nia langsung jongkok di sebelahku dan matanya liar melihat sekitarnya, mungkin khawatir.
” Udah, tenang aja … gak akan ada uletnya. Tuh, sudah bapak buang ke pohon “, kataku menenangkan.
” Kenapa tidak dimatiin aja, Pak ? “, tanya Nur.
” Kasihan atuh, kan dia mah tidak punya salah apa-apa, kenapa mesti di bunuh ?”, kataku.
” Ntar datang lagi Pak .. trus merayap lagi ke kaki kita …. hhhiiiyyyy “, Nia bergidik.
” Itu ulat jantan, wajar aja, kalian cantik-cantik sih “, candaku sambil berlalu ke tenda untuk mengambil perlengkapan mandi.
Nur dan Nia serentak mengikutiku mengambil perlengkapan mandi mereka lalu mengikutiku ke sumber air.
” Lho, koq pada ngikut ? Mau mandi bareng to ?” tanyaku sambil menatap mereka.
” Ih, tidak atuh Pak … ya gantian … “, jawab Nia sedangkan Nur saat ku tatap malah menundukkan kepalanya …….. menghindari tatapan mataku.
” Ya sudah. Tutup pintu tendanya deh “, kataku sambil berlalu. Setelah tenda tertutup, mereka mengejarku menuju ke sumber air.
Tiba di sumber air
” Nah sekarang suten, siapa yang menang dia yang mandi duluan dan yang kalah boleh ngintip “, candaku.
” Weeeee … maunya, ” kata Nia sambil tertawa sedang Nur hanya tersenyum sambil lagi-lagi menghindari tatapan mataku . ” Udah, silahkan Bapak dulu, nanti kami giliran kedua “, kata Nia lalu menarik tangan Nur menjauh.
Aku segera mandi tanpa berpikir apa mereka mengintip atau tidak, aku mandi dengan “wajar-wajar” saja tetapi kalau mereka mengintip tubuh telanjangku, pasti mereka akan melihat keseluruhan tubuhku … usai mandi aku berpakaian lalu ku panggil mereka. Ternyata mereka memilih mandi bersama tanpa mewanti-wanti aku untuk tidak mengintip dan aku terus berdiri agak menjauh tetapi lama-kelamaan dalam otakku muncul keingin tahuan, seperti apa mereka kalau telanjang. Maka perlahan aku berjalan ke gerumbulan semak yang posisinya agak tinggi lalu ketika kukuakkan semak itu, tampaklah dua tubuh bugil mereka.
Kulihat buah dada Nur sebesar mangga, sekal dan kencang sedangkan Nia yang posisinya membelakangiku, hanya kulihat tubuhnya lumayan bagus juga ( meski tidak sebagus Rani ) karena tubuh Nia tidak jangkung. Nur tiba-tiba berdiri sehingga aku bisa melihat kemaluannya yang berbulu …. Wah, agak tembem … yang begini kata temanku paling enak kalau disetubuhi. Perlahan aku berdiri, berjalan menjauhi tempat ngintipku.
Teringat lagi kenangan indahku bersama Rani di tempat ini saat ku peluk tubuhnya yang menggigil setelah mandi di pagi itu …. Aah, Rani, sedang apa kau di Surabaya sana ?
Saat aku tengah termenung, tiba-tiba ada tepukan halus di pundakku.
” Pak ….. ?”, dan ketika ku tengok, ternyata Nur. Tubuhnya menggigil dan spontan tanpa permisi dulu langsung kurengkuh tubuhnya ke pelukanku. Ku usap punggungnya untuk membuatnya merasa nyaman lalu kutanyakan Nia, ternyata Nia masih belum selesai.
Nur balas memelukku, kepalanya bersandar di dadaku dan tetap ku belai-belai punggungnya agar dia merasa hangat.
Ketika terdengar suara Nia dari sumber air memanggil Nur, pelukan kami terlepas lalu kami berjalan ke arah sumber air. Nia sudah selesai mandinya lalu kami bertiga berjalan bersama menuju tenda. Tiba di tenda, aku menyalakan api dan keduanya membantuku mnyediakan air untuk di panaskan. Setelah beberapa lama air mendidih, Nia membuat kopi untukku dan minuman untuk dia dan Nur sedangkan Nur lebih banyak diam, hanya sesekali berbicara kalau ditanya oleh Nia atau aku.
” Nur, ada apa koq melamun aja ? ” tanyaku
” Nggak koq Pak, Nur gak apa-apa ” jawabnya kaget ditegur olehku.
” Masih ingat sama yang tadi ?” tanyaku sambil menatap lurus matanya
” Yang …. mana ?”, tanya Nur tapi langsung ada semburat merah di pipinya dan terus menunduk
” Ulat …. ” jawabku pendek.
” Ulat ? Manaa ? ” Nia justru yang langsung berdiri, menengok kiri kanan.
Aku dan Nur jadi tertawa melihat tingkah Nia …..
” Sudah pergi bobo ulatnya Nia, ni kan sudah sore … uletnya gak bawa jaket, jadi terus pulang dan tidak ikut kemping sama kita ” selorohku. Nur dan Nia tertawa dengan candaku lalu ku ajak mereka untuk masak sekalian karena sebentar lagi akan malam.
Kami masak bersama, sesekali ku bantu Nur atau Nia mengolah makanan yang dibawa dengan diselingi obrolan-obrolan ringan tentang keluarga, teman dan kegiatan mereka saat di sekolah. Setelah makanan siap disantap, kami makan bersama sambil mengelilingi unggun. Selesai makan, kami ngobrol tentang berbagai hal hingga akhirnya udara dingin terasa menusuk. Ku ajak mereka masuk ke tenda lalu menyiapkan sleepingbag masing-masing. Lucunya, posisiku jadi di tengah, aku di apit oleh mereka.
” Lho …., koq Bapak dijepit inh ?” tanyaku ( meski dalam hati sudah mulai ada rasa riang …. )
” Biar adil Pak “, jawab Nia
” Adil bagaimana ?”
” Gimana Nur ?” tanya Nia pada Nur.
” Au ah …. ” jawab Nur melingkarkan tangannya ke dadaku sambil merapatkan badannya dan saat aku masih kaget, Nia juga ikut-ikutan melakukan itu serta menyusupkan kepalanya ke dadaku.
Ala mak, mimpi apa aku semalam nih, tanyaku dalam hati dan jelas tidak mungkin aku memeluk keduanya dengan kedua tanganku sehingga akhirnya ku diam saja … bingung.
Kepala Nur dekat sekali dengan pipiku sehingga terasa hembusan nafas lembutnya di pipiku sedang kepala Nia ada di dadaku.
Aku bingung, mau apa yang harus ku lakukan, meski sempat punya fikiran gila terhadap mereka saat mau berangkat tetapi aku ragu, harus bagaimana …… dan saat aku sedang kebingungan tiba-tiba ku rasakan ada kecupan lembut d pipiku. Nur ! Nur tiba-tiba mencium pipiku lalu kepalanya dia susupkan ke leherku … aku kaget setengah mati lalu perlahan ku miringkan kepalaku sehingga sekarang bibirnya dekkaaaaaattt sekali dengan bibirku. Nur menatapku sejenak terus matanya terpejam … ya sudah …. aku pasrah saja pada keadaan …. dengan sangat perlahan ku tempelkan bibirku ke bibirnya .. Nur diam saja dan ketika lidahku perlahan menerobos bibirnya, lidahnyapun menyambut hingga ciumanpun berjalan sebagaimana mestinya dan karena tanganku sudah untuk bergerak karena tertindih oleh tubuhnya dan tubuh Nia maka kami hanya bisa berciuman saja.
Setelah ku lepas ciumanku, nafas Nur kelihatan memburu dan dia tersenyum padaku.
” Nur …., Nia bagaimana ?’ tanyaku perlahan
Tiba-tiba ….. cup ….. pipiku yang sebelah kiri ada yang mengecup …. Nia !!!
” Pak, tapi jangan marah yaa …. ” kata Nia
” Iya … janji gak kan marah ” kata Nur melanjutkan
” Janji apa …. Marah kenapa ? ” kataku benar-benar bingung.
” Nur ….. “, kata Nia
” Ah … kamu aja Ni …. ” jawab Nur sambil mengeratkan pelukannya.
” Gini Pak …. papi …. janji Bapak gak kan marah ?” tanya Nia
” Iya … iya … Bapak janji ” kataku penasaran.
” Kami bertiga, dulu, sama-sama naksir sama Bapak ….. aaaahhhhh “ Nia tidak melanjutkan, malah dia terus menyembunyikan wajahnya di dekat kepalaku
” Eh … eh …. nanti dulu, Bapak bingung …. ” aku langsung bangun karena tidak menduga kondisi begini.
Nur dan Nia pun akhirnya ikut bangun lalu kami duduk berhadapan.
” Maksud kalian gimana …. Hm ? ” tanyaku sambil menatap mereka bergantian.
” Gini Pak …” kata Nur, sambil menunduk, “dulu kami bertiga suka sekali merhatiin Bapak diam-diam. Kami tertarik dengan penampilan Bapak, cara bicara Bapak trus sikap Bapak lalu kami buat kesepakatan, sapa yang duluan bisa dapetin Bapak dan ternyata Ranilah yang pertama mendapatkan Bapak “, Nia menjelaskan.
Pantas … pantas .. pikirku, mereka begitu anteng pergi ke kawah waktu itu dan mempersilahkan Rani tidur sekamar denganku saat di Jayanti, ternyata itu sudah rencana/skenario mereka.
Aku bingung, dulu aku hanya berharap bisa menikmati gelinjang gadis belasan tahun dan sudah ku dapatkan dari Rani secara utuh dan sekarang …. Nur dan Nia tiba-tiba secara bersamaan ingin menerima obsesiku.
Aku tidak habis mengerti, siapa yang mengabulkan obsesiku sampai bertubi-tubi begini, apakah aku harus senang atau bagaimana …….
” Bapak …. Marah yaa ?” perlahan suara Nur terdengar dan mengembalikan kesadaranku.
” Tidak …., bapak tidak marah, cuma aneh saja dengan situasi ini ….. ”
” Boleh kami sayang sama Bapak ?” tanya Nia sambil menatapku.
” Yaaaa ….. boleh tapi …. ” aku tidak bisa menjawab dan setelah diam sejenak akhirnya aku baringkan tubuhku, ku rahup keduanya dalam pelukanku. Pertama ku kecup bibir Nia lalu bibir Nur sambil berkata pada mereka ” Bapak juga sayang sama kalian dan sekarang yuk kita tidur !”.
Mereka tampak gembira, ada senyum dia kedua bibir mereka dan aku dapat kecupan di kedua pipiku, satu dari Nur dan satu dari Nia.
Malam itu akhirnya kami tidur berpelukan dan bisa dibayangkan, tubuhku menjadi hangat karena diapit dua remaja yang kedua-duanya menyukai aku. Saat mereka sudah lelap, ku lihat wajah Nur dan Nia .. keduanya manis-manis dan dengan kejadian tadi aku sudah terbayang bisa menikmati lagi saat-saat indah bersama Rani tapi …. dua sekaligus ? Gila …. dan akhirnya aku tertidur sambil memeluk mereka, kiri dan kanan !

Pagi harinya, aku bangun masih di apit mereka, hanya Nur masih memelukku sedang Nia tidur memunggungiku. Ku tatap wajah Nur yang begitu polos, bibir yang agak lebar tapi ini pasti enak untuk diemut, pikirku lalu ku angkat sedikit dagunya dan ku kecup bibir penggoda ini. Mata Nur terbuka sedikit dan ketika dia tau aku yang menciumnya, lidahnya lalu menyambut lidahku. Kami berciuman dan perlahan, tanganku bergerak ke dada Nur …. Ku remat dengan lembut dadanya, meski masih terbungkus bh, aku sudah merasakan betapa kenyalnya dada gadis ini. Merasa kurang nyaman, tanganku bergerak ke belakang tubuh Nur dan ku buka kaitan bhnya sehingga tanganku bisa menyusup menyentuh kulit halus dadanya Nur dan kumainkan puttingnya dengan telunjukku. Nur mendesah dan tubuhnya terkejang-kejang lembut …. ada rintih di mulutnya saat aku mendusal lehernya …… “Pakkkkk …. Ooohhhh” itu yang ku dengar …. dan itu membuatku tersadar bahwa kami belum gosok gigi dan cuci muka sehingga segera ku lepaskan cumbuanku.
” Bangun dulu, Sayang ” bisikku di telinga Nur sambil ku remas buah dadanya. Nur menggelinjang sambil tersenyum. Aku balikkan tubuhku dan ku peluk Nia dari belakang. Tanganku mendarat langsung di dadanya lalu ke cium ppinya dan ku bisikkan di telinganya ….. ” Nia … bangun yuk … dah siang “.
Nia menggeliat kegelian saat bibirku berbisik di telinganya dan ku pepetkan tubuhku sehingga pasti … pasti Nia merasakan batang kemaluanku yang mengeras menempel di pantatnya. Ku remas perlahan dadanya dan tiba-tiba Nur memelukku dari belakang, gumpalan daging lembut menyentuh punggunggku dan kecupan lembut di leherku.
Nia sudah terbangun dan dia tersenyum begitu manis hingga ku kecup saja bibirnya ….

Kami bangun dengan hati yang terasa nyaman dan saat kami berdiri bertiga di depan tenda memandang keindahan alam pagi, Nur memeluk pingganggu dengan kedua tangannya, sementara tanganku memeluk bahu Nia …. Kami terdiam menikmati keindahan alam dan dalam benakku ada juga rasa nyaman yang “di luar kebiasaan” karena aku bersikap mesra pada dua perempuan sekaligus … apa kata orang bila melihat hal ini ?
Kemudian ku ajak mereka untuk menyalakan api dan memasak air … tanpa cuci muka dan gogok gigi, kami minum air hangat pagi itu. Kami merencanakan kegiatan apa yang akan kami lakukan hari pertama ini dan sepakat kami akan menikmati suasana berkemah di tempat ini alias tidak akan ke mana-mana.

Mungpung belum terlampau siang, kami bertiga pergi ke sumber air lalu mandi …. hanya saat aku ajak mereka mandi bersama bertiga, mereka masih malu-malu dan menolak ajakanku sehingga aku mandi saja sendiri tanpa pedulikan apakah mereka melihatku atau tidak. Usai aku mandi, Nia menyusul dan aku berpelukan dengan Nur sambil berciuman di kebun teh. Ternyata Nur memang gampang on … saat ku remas buah dadanyayang tidak ber-bh, nafasnya sudah memburu dan tangannya mencakar-cakar punggungku dengan lembut. Ketika tanganku bergerak ke bawah ke arah perutnya, Nur semakin tidak menentu dan tubuhnya tersentak saat tanganku tiba di selangkangannya. Ku susupkan saja tanganku ke celana dalamnya sehingga aku bisa menyentuh selangkangannya yang lembab dan ku cari daging kecil yang terselip disitu, Nur bantu aku dengan sedikit meregangkan kakinya …. saat ku temukan, kumainkan dengan jariku. Tubuh Nur berkejat-kejat dan matanya merem melek menikmati kenakalan jariku … ku lumat bibirnya dan lidahnya liar melawan lidahku. Hampir lima menit kumainkan dia lalu kuhentikan kenakalanku karena ku dengar Nia memanggil Nur. Nafas Nur masih belum teratur saat ku bisikkan dia untuk mandi dan jalannya agak goyah meninggalkan aku.
Nia datang menghampiriku dengan tubuh agak menggigil karena dingin dan karena aku tadi sudah sedikit terbakar oleh Nur, maka Nia ku rengkuh dalam pelukanku. Langsung bibirnya ku cium dengan panas dan Nia sambut kulumanku. Tanganku tidak diam, setelah ku usap punggungnya, ternyata Nia tidak memakai bh sehingga tanganku bergerak merogoh dadanya dari bawah kaosnya. Daging dada Nia masih sekal, sesekal Rani, sesekal Nur …. dan Nia merintih saat lidahku menggeluti telinga lalu ke lehernya. Tangannya yang bebas tidak memegang apapun mula-mula meremas-remas dadaku lalu turun perlahan ke perutku dan tak lama kemudian batang kemaluanku yang sudah berdiri tegak dari tadi disentuh lalu diremasnya. Nafsuku mulai bangkit, ku turunkan tanganku dari dadanya ke perutnya lalu aku selusupkan tanganku ke celana tidur dan celana dalamnya sehingga tersentuhlah kerimbunan bulu kemaluannya. Ku hisap dadanya dan jariku bermain di kelentitnya yang agak besar ukurannya di bandingkan Nur. Tubuh Ni berkejat-kejat, matanya terpejam dan dari mulutnya terdengar rintihan-rintihan kenikmatan. Sebenarnya ingin aku baringkan saja tubuhnya disitu dan ku tiduri duluan tetapi karena rumput disitu mash basah dan banyak tanah, keinginan itu ku tunda … kucumbu saja dia. Kuintensifkan permainan jariku di bibir lubang kemaluannya yang sudah banjir dan ku hisap pentil dadanya sedang tangannya menggerumas rambutku ….. ” Bapakkkk …. adduuuhhh …. aaaahhhh ” itu ritihan yang ku dengar dan karena tempatnya kurang memadai, perlahan ku tarik tanganku dari kemaluannya, ku peluk tubuhnya dan kepalanya bersandar di dadaku. Dia atur nafasnya kembali sambil ku usap-usap punggungnya.
Setelah Nur selesai mandi, kami bertiga berjalan ke tenda. Bergantian ku gandeng tangan mereka saat melewati jalan bebatuan hingga kami tiba di tenda.

Kami kemudian masak untuk sarapan. Sambil masak, kami ngobrol dengan gembira … sesekali aku cium mereka begitu juga sebaliknya. Ah .. aku serasa menjadi Arjuna Wiwaha yang digilai dua wanita. Setelah makanan masak, kami makan bersama, diselingi acara suap-suapan dan ku saksikan serta kurasakan, keduanya berebut menunjukkan perhatiannya padaku tetapi di mata mereka tidak ada rasa saling cemburu …. Ah ….. aku larutkan saja segalaku dalam kegilaan ini, aku sudah tidak ingat apa-apa lagi dan mereka juga sepertinya sudah berniat untuk melakukan itu secara bersama-sama sehingga mereka juga tidak merasa canggung. Mungkin inilah threesome teraneh dalam kehidupanku ………… ( pembaca, boleh percaya atau tidak, jangan protes yaa, namanya juga berkhayal … bebas atuh Aki mau kumaha juga ).
Usai sarapan, kami membersihkan bekas makan lalu kegiatan selanjutnya kami saling bercerita tentang berbagai hal, kadang ku selipkan cerita kocak berbau porno dan membuat mereka trtawa-tawa, aku ajak mereka bemain teka-teki yang juga rada-rada jorok sehingga perlahan di dalam benak mereka sudah tumbuh kemesuman semua.

Perlahan, ku lingkarkan tanganku ke pinggang Nur dan Nur sandarkan kepalanya ke bahuku. Tanganku perlahan naik ke dadanya dan karena Nur tidak pakai bh maka tanganku merasakan daging lembut dari balik kaosnya. Nia pun menghampiriku, dia duduk di depanku sangat dekat sehingga tanganku bisa membelai belai pahanya yang bercelana pendek longgar. Saat ku dengar Nur melenguh lembut, segera ku cium bibirnya, ku kulum lidahnya serta ku remas perlahan buah dadanya sementara tanganku yang satu lagi bergerak naik ke arah selangkangan Nia hingga tersentuh gumpalan daging hangat yang sudah mulai basah. Tangan Nia yang tadi sudah berhasil memegang batang kemaluanku sekarang bergerak lagi kesitu, meski belum masuk ( karena aku pakai celana berbahan kanvas ) tapi tangan Nia sudah mengusap-usap disitu sehingga batang kemaluanku mulai menggeliat. Lepas bibirku dari bibir Nur, aku pindah ke bibir Nia dan Nur memelukku dari belakang sambil mendusal-dusalkan dadanya yang mengeras ke punggungku. Nia menggigit bibirku saat tanganku menyentuh daging hangat di selangkangannya dan jariku bermain kembali disitu …..
Akhirnya ku tarik tubuh Nia hingga terbaring menindihku, ku peluk tubuhnya, ku usap leher belakangnya sementara Nur meremas-remas dadaku. Kepalaku yang berbantalkan paha Nur membuatku melepas bibirku dari bibir Nia, ku gigit lembut paha Nur sementara Nia menjilati leherku …. dan karena merasa ini sudah pada saatnya, ku bawa saja mereka masuk ke tenda. Setelah pintu tenda tertutup, ku baringkan tubuh Nia lalu ku buka kaosnya sehingga tubuhnya hanya bercelana, kembali ku lumat bibirnya ambil tanganku meremas dada telanjangnya. Nur kemudian menarik kaosku hingga aku telanjang dada lalu Nur membuka kaosnya sendiri, setelah tubuhnya hanya berbalut celana pendek, Nur memelukku dari belakang ….. aaahhhh, ada daging lembut menyentuh dan menggesek-gesek punggung telanjangku … perlahan ku gerakkan tanganku ke arah selangkangan Nia sambil ku buka celana pendek sekalugus celana dalamya sehingga akhirnya Nia telanjang bulat di depan kami. Aku bangun, segera ku lepas celanaku dengan celana dalamku sehingga sekarang batangku berdiri tegak dan siap melaksanakan tugasnya. Sekarang aku pindah lahan, Nur yang sudah telanjang dada ku baringkan, ku tarik lepas penutup tubuhnya sehingga sekarang kami bertiga di dalam tenda sudah benar-benar telanjang. Ku lumat bibir Nur dan tanganku meremat dadanya sementara Nia mulai membelai belai batangku yang sudah mengeras. Ku raba perut Nur dan ketika tanganku tiba di selangkangannya, aku rasakan kebasahan disana …. Kumainkan daging kecil yang menyelip di belahan kemaluannya dan ku dekatkan mulutku ke lubangnya dan rintihan kenikmatan keluar dari mulut Nur, saat sapuan lidahku mempermainkan bibir kemaluannya yang mulai mengalirkan cairan, gigitan–gigitan kecil kulancarkan di sekitar klentit, maupun bibir lubangnya yang semakin basah di banjiri oleh cairan bening yang keluar dari lubang kemaluannya.
Saat aku tengah menjilati lubang kemaluan Nur, Nia dengan cepat tangannya meraih batang kemaluanku, mulutnya kembali mempermainkan batang kemaluanku, dengan penuh nafsu, Nia melumat batang kemaluanku, permainan lidahnya begitu cepat, Nia masukan batang kemaluanku ke mulutnya, walaupun tidak muat seluruhnya Nia tidak peduli, kadang Nia memainkan kepala penisku dengan giginya, gelinya luar biasa, sehingga batang kemaluanku semakin bangun dengan tegak dan keras.
Sekarang, itu pikirku tapi sebelumnya aku sempat bertanya apakah Nur masih virgin ? Ternyata sudah tidak dan karena aku sudah tidak tahan, maka ku dorong Nia dari aktifitasnya mengulum batang kemaluanku lalu ku payungi tubuh telanjang Nur.
Aku tempatkan pinggulku di antara batang pahanya, kuturunkan sedikit tubuhku lalu Nur membantuku, dengan membimbing batang kemaluanku tepat ke arah lubangnya, setelah pas, ku dorong perlahan tetapi aku mengalami sedikit kesulitan, walaupun Nur sudah tidak perawan, namun lubangnya masih sempit, mungkin karena ia sudah lama tidak berhubungan badan. Perlahan-lahan aku dorongkan pinggulku, memasuki lubang kemaluan Nur, sambil kadang kunaikan sedikit, lalu kuturunkan lebih dalam, terus, hingga akhirnya batang kemaluanku sempurna terbenam di dalam lubang kemaluan Nur dan Nur pun mendelik saat ku tekan sedalam-dalamnya batang kemaluanku. Tangannya meremas punggung telanjangku lalu mulailah aku naik turun dengan ritme yang teratur. Gesekan demi gesekan yang di timbulkan oleh batang kemaluanku di dalam lubang kemaluan Nur,menciptakan sebuah sensasi kenikmatan, melahirkan desahan – desahan menggambarkan betapa nikmatnya kami mengarungi keindahan persetubuhan ini. Nia yang menyaksikan tubuhku yang telah menyatu dengan tubuh Nur, merasa sangat terangsang dan dia hanya duduk dengan posisi kaki sedikit terbuka hingga lubang kemaluannya nampak jelas telah dipenuhi lendir birahi. Sambil ku genjot batang kemaluanku di lubang Nur, ku minta dia mendekati bibirku hingga sekarang, sementara batang kemaluanku sedang menggenjot lubang kemaluan Nur, tapi bibirku tengah bergelut dengan bibir Nia.
Sepuluh menit aku melakukan gerakan naik turun di atas tubuh polos Nur, sambil bermandikan keringat yang lahir dari suhu yang cukup panas di dalam tenda, sementara bibirku selain bermain di bibir, leher dan dada Nia beberapa menit kemudian aku percepat genjotan pinggulku di tubuh Nur, sesaat kemudian tubuh Nur mengejang dan kemudian Nur mendesah panjang, tubuhnya menegang kaku, lubang kemaluannya berkedut-kedut, Nur mengalami orgasmenya. Ku diamkan ayunan pinggulku dan setelah kurasakan ketegangan Nur sudah berkurang, ku cabut perlahan batang kemaluanku yang masih berdiri tegak lalu ku baringkan Nia yang dari tadi sudah menarik-narik tubuhku setelah melihat Nur orgasme.
Sejenak aku tertegun melihat vagina yang bersih kemerahan dan dihiasi bulu-bulu yang baru tumbuh, lubang kemaluannya tampak masih perawan.
Sambil bertumpu pada lutut dan siku, bibirku melumat, mencium, dan kadang menggigit kecil menjelajahi seluruh tubuhnya. Kuluman di puting susu yang disertai dengan gesekan-gesekan ujung burung ke bibir lubang kemaluannya kulakukan dengan hati-hati, karena Nia masih utuh.
“Nnniiiaa ….. ” bisikku di telinganya …. ” Kau tidak menyesal perawanmu hilang oleh Bapak ?” kesadaranku masih jalan meski birahiku sudah berkecamuk dalam hatiku.
“Tidak Paaaakkkk …. Ambil aja ….. Nia ingin ngerasaaiiinnnn kaya Rani sama Nurrrr….” rintih Nia disela amukan birahinya.
Nia sudah tak dapat lagi menahan gejolak birahinya, membimbing batang kemaluanku ke lubang kemaluannya, Nia sudah terangsang berat dan sangat menginginkan batang kemaluanku memasuki lubang kemaluannya.
“Uuuhh.. Paaakkkkk…….. ayoooo ……. masukkin ….. aaaahh”, Nia sampai merintih rintih dan meminta-minta aku untuk segera menyelesaikannya. Ku hentikan cumbuanku setelah kulihat puting susunya mengeras, batang kemaluanku mulai masuk dan menembus keperawanannya.
Saat kepala batang kemaluanku mulai menembus lubangnya yang basah, kurasakan ada sesuatu yang menghalangi gerak lajuku tapi tetap ku dorong perlahan . “Ahhhhh.. aahh ….aaaahhh”, Nia merintih perlahan saat kurasakan penghalang laju gerak batang kemaluanku tertembus dan tangannya mencengkeram bahuku saat selaput dara itu robek, ditembus batang kemaluanku yang besar dan keras. Batang kemaluanku yang terpercik darah perawan bercampur lendir vaginanya terus masuk perlahan sampai setengahnya, ditarik lagi pelan-pelan dan hati-hati. “Ahh”, Nia merintih kenikmatan.
Aku tidak mau terburu-buru, aku tidak ingin lubang kemaluannya yang masih agak seret itu menjadi sakit sehingga aku tidak langsung memompanya padahal nafsuku sudah serasa mau meledak. Kudorong lagi perlahan batang kemaluanku, masuk lagi setengahnya dan Nia menggelinjang dan pinggulnya agak mengangkat saat ku tekan pinggulku. Batang kemaluanku terus menghunjam semakin dalam. Ditarik lagi, lubang kemaluan Nia makin lama makin mengembang, hingga batang kemaluanku itu bisa masuk sampai mencapai pangkalnya beberapa kali. Nia mulai merasakan nikmat, badannya mulai bergetar getar dan mengejang, dan tak tertahankan lagi. “Aaahh …. Bapaaaakkkkk …… aaahh” lubang kemaluannya berdenyut-denyut nikmat. Maka mulai ku naik turunkan pinggulku dengan gerakan yang teratur dan tidak terburu-buru. Aku ingin Nia merasakan kenikmatan senggama pertamanya sekaligus mengungkapkan rasa terima kasihku karena perawannya telah dia berikan kepadaku. Wajahnya yang cantik manis Nia begitu manis saat Nia menahan rasa nikmat persetubuhan pertamanya . Mulutnya menganga, matanya kadang menatapku liar kadang terpejam erat.
Nur yang sudah mencapai orgasmenya tadi hanya menatap persetubuhan kami. Tubuhnya yang telanjang dibiarkan terbuka dengan kaki terkangkang.
Deru nafasku dan napas Nia semakin cepat seperti nafas orang mendaki bukit. Makin cepat gerakan maju-mundurku semakin memuncak terasa gelombang datang bergulung-gulung berusaha menjebol benteng pertahanan. Lalu tiba-tiba Nia mengangkat pantatnya, tangannya menekan kuat-kuat pantatku sehingga batang kemaluanku tertancap dalam-dalam di lubang kemaluannya ……..
“Bapaaaaaaaaaakk……..oooohhhhh……..” kurasakan lubang kemaluan Nia berkedut-kedut berapa kali sehingga aku yang sudah dari tadi menahan keluarnya ledakan birahiku, maka kupercepat ayunan pinggulku dan …..
“Nnniiiaaaaaa ……… ” kulesakkan sedalam dalamnya batang kemaluanku lalu kumuntahkan cairan nikmatku, entah berapa kali aku menembakkan air maniku dan kami merintih rintih panjang saat menggapai puncak kenikmatan persetubuhan ini.
Setelah ketegangan tubuh kami berkurang, ku kecup bibir Nia lalu tubuhku ambruk diantara dua tubuh telanjang gadis-gadis ini. Ku cium juga Nur yang menatapku dengan pandangan yang tidak bisa ku baca. Lalu akhirnya mereka sama-sama merapatkan tubuh telanjangnya ke tubuh telanjangku. Kami tertidur …kelelahan
( segitu dulu yaa … ni kan baru hari pertama kempingnya )

Bagi saya yang agak bodoh ini, berteman adalah salah satu jalan agar saya tidak ketinggalan dalam menangguk Pengetahuan dan Pengalaman.