Umik Zahra dan Para Lelaki Perkasa

Umik Zahra adalah janda berusia 47 tahun. Ia bercerai dengan suaminya sekitar 5 tahun lalu. Suaminya sudah menikah lagi.

Umik Zahra adalah wanita tangguh dan pekerja keras. Setelah bercerai, ia merintis sejumlah usaha untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan 3 anaknya.

Mantan suaminya jarang memperhatikan anaknya. Otomatis, Umik Zahra yang haru berpikir ekstra dan banting tulang demi anak-anaknya tetap hidup layak dan bisa mengakses pendidikan tinggi.

Hasilnya, usaha yang dirintis Umik Zahra berjalan lancar dan sudah terbilang sukses. Modal untuk usaha yang dirintisnya berasal dari warisan warisan orangtuanya.

Saat ini, usahanya yang terbilang sukses besar adalah toko sembako di desanya dan rumah kos yang ia bangun di pinggiran kota.

Usahanya ini, sudah bisa membiayai sekolah dan kuliah anaknya. Anak pertama, kuliah di universitas ternama. Anak kedua duduk di bangku SMA. Sementara anak terakhir masih SMP.

Meski kebutuhan ekonomi sudah terpenuhi, ada kebutuhan lain Umik Zahra yang harus terpenuhi juga. Yaini kebutuhan biologisnya.

Setelah bercerai dengan suaminya, kebutuhan biologisnya i dapatkan dari para lelaki perkasa. Bagaimana kisahnya? Simak ceritanya.

NB: Nama karakter dan cerita di dalamnya murni fiktif. Tidak ada niat untuk menyinggung suku, agama, ras, antar golongan (SARA) tertentu.

***

#1

Pak Tomo adalah juragan beras yang banyak menyuplai beras di berbagai toko besar. Orang sering memanggilnya Kaji Tomo.

Siang itu, Pak Tomo mengirim beras ke toko milik Umik Zahra. Setiap seminggu sekali, stok beras di toko Umik Zahra perlu diisi kembali.

“Tumben Ji, ngantar sendiri berasnya?” tanya Umik Zahra.

“Iya anak-anak banyak yang libur. Hari ini jadwal pengiriman juga padat, jadi aku ikut ngirim juga,” ucap Kaji Tomo.

“Alasan, palingan biar bisa ketemu aku,” goda Umik Zahrah.

“Ssstttt, jangan keras-keras. Sudah tahu gitu. Haha,” ujar Kaji Tomo.

“Mau diturunkan berapa zak ini?” tanya Kaji Tomo.

“Yang 5kg 100 zak, yang 10kg 50 zak, yang 50kg 20 zak aja,” kata Umik Zahra.

“Udah itu aja?” tanya Kaji Tomo.

“Ya, yang lainnya stoknya masih cukup,” jawab Umik Zahra.

Umik Zahra kemudian memanggil pekerjanya untuk menurunkan beras dari truk. Di toko itu ada 3 orang yang bekerja membantu Umik Zahra. Diantaranya 2 orang laki-laki yang tugas utamanya mengangkut barang-barang.

Kemudian ada satu perempuan yang membantu di bagian kasir atau keuangan. Ia adalah ponakan Umik Zahra yang sudah dipercaya soal urusan keuangan.

Sambil menunggu beras diturunkan dari truk, Kaji Tomo menghitung berapa uang yang harus dibayar.

“Siang ini bisa kan Mik?” tanya Kaji Tomo mengode Umik Zahra untuk mengajaknya hubungan badan.

Kaji Tomo dan Umik Zahra memang punya hubungan khusus. Keduanya sudah beberapa kali melakukan hubungan badan. Kaji Tomo sendiri masih punya istri.

Kabarnya ia juga punya istri kedua, yang dinikahinya secara siri. Bahkan, Umik Zahra sempat diajak nikah siri, namun ajakan Kaji Tomo itu ditolak mentah-mentah.

“Jangan hari ini Ji, ini masih banyak urusan,” kata Umik Zahra, sedikit jual mahal.

“Ayo, kasih bonus beras lagi,” Kaji Tomo memberi tawaran.

“Kasih berapa?” tanya Umik Zahra.

“Beras 5kg 5 zak ya?” kata Kaji Tomo.

“15 zak mau,” kata Umik Zahra.

“Aduh makin banyak ya minta bonusnya sekarang,” jawab Kaji Tomo.

“Ya sudah kalau nggak mau Ji, aku banyak kerjaan,” kata Umik Zahra lebih jual mahal.

“Ya, ayo wes. Rugi aku ke sini sendiri kalau nggak dapat apa-apa dari kamu,” ucap Kaji Tomo.

Umik Zahra pun membayar total uang yang harus dibayarkan ke Kaji Tomo. Kemudian ia meminta pekerjanya untuk menurunkan 15 zak beras 5kg, bonus yang dikasih Kaji Tomo. Bonus yang harus ia ganti dengan memuaskan Kaji Tomo.

“Ya udah, tunggu di kamar kos biasanya. Ini kuncinya,” kata Umik Zahra meminta Kaji Tomo berangkat dulu agar pekerjanya tidak menaruh curiga.

Di rumah kos milik Umik Zahra ada 15 kamar. Namun ada satu kamar khusus untuk Umik Zahra beristirahat atau menginap saat mengunjungi rumah kosnya.

Sedangkan rumah Umik Zahra sendiri tak jauh dari toko sembakonya. Saat ini ia tinggal bersama 2 anaknya, karena anak pertama kuliah di luar kota.

Setelah Kaji Tomo berangkat, sekitar 15 menit kemudian, Umik Zahra pamit ke para pekerjanya untuk keluar bentar, karena ada urusan. Mereka tentu percaya saja dengan Umik Zahra.

Umik Zahra pun berangkat ke rumah kosnya menggunakan mobilnya. Jarak ke kos itu sekitar 20 menit saja.

Setibanya di sana, Umik Zahra langsung masuk ke kamarnya. Di dalam sudah ada Kaji Tomo yang langsung tersenyum mesum menyambut kedatangan Umik Zahra.

Umik Zahra menutup pintu kamarnya. Lalu duduk di samping Kaji Tomo.

“Sampean ini udah punya 2 istri kok masih selingkuh, masih minta jatah ke wanita lain,” kata Umik Zahra.

“Ya kurang, mangkanya aku mau nikahin kamu juga,” kata Kaji Tomo.

“Nggak mau aku, palingan ada wanita lainnya yang juga yang sampean ginikan,” kata Umik Zahra.

“Yang penting bonus lancar kan. Haha,” jawab Kaji Tomo.

“Besok-besok tambahi lagi, jadi 50 zak,” kata Umik Zahra.

“Aduh, tambah mahal ya. Haha,” jawab Kaji Tomo.

“Emang mahal punyaku,” ucap Umik Zahra dengan tegas.

“Iya-iya, emang paling enak punyamu. Mangkanya mahal ya,” kata Kaji Tomo.

“Ayo, jangan ngobrol terus. Aku tidak punya waktu lama, bisa curiga yang di rumah nanti kalau lama-lama,” ajak Kaji Tomo.

Kaji Tomo pun langsung mendekap Umik Zahra dengan erat dan menciumnya dengan beringas penuh nafsu. Umik Zahra mencoba untuk merespon dengan menggerakkan bibirnya.

Tangan Kaji Tomo kemudian mulai mengeksplor tubuh Umik Zahra. Ia remas payudara Umik Zahra. Kemudian melepas baju atas Umik Zahra dan BH yang dipakainya.

Mulut Kaji Tomo langsung menyosor payudara itu dan terus meremasnya. Ia jilat dan kenyot payudara Umik Zahra dengan rakus.

Umik Zahra mulai keenakan. “Ahhhh,” ia mendesah pelan.

Tangan Kaji Tomo kini berusaha melepas celana dan CD Umik Zahra hingga telanjang bulat. Ia obok-obok vagina Umik Zahra. Lalu menjilatinya dengan penuh nafsu.

Umik Zahra ikut meningkat nafsunya. Tubuhnya bergetar keenakan.

Kini Kaji Tomo memelorotkan celananya sendiri, ia meminta Umik Zahra mengocok dan mengulum penisnya. Umik Zahra menurut saja.

“Ayo bikin enak saya, Mik,” pinta Kaji Tomo.

“Kok sudah tegang dan keras. Minum obat kuat pasti ya? tanya Umik Zahra.

Kaji Tomo hanya tersenyum saja.

Umik Zahra terus mengocok dan mengulum penis Kaji Tomo.

“Ahhhh,” Kaji Tomo mendesah keenakan.

Kaji Tomo kemudian mendorong tubuh Umik Zahra hingga telentang di atas kasur. Tubuh Umik Zahra adalah pemandangan indah yang selalu membayangi kepalanya.

Tubuh Umik Zahra memang masih terlihat ideal dibandingkan dengan wanita lain seumurannya. Kulitnya putih bersih. Bodinya tidak gemuk, ya tidak kurus. Sangat ideal.

Umik Zahra rajin merawat wajah dan tubuhnya. Sehingga membuatnya terlihat lebih muda dari usianya.

Kaji Tomo pun langsung mengarahkan penisnya ke vagina Umik Zahra. Penis yang tidak begitu besar dan panjang itu dengan mudah masuk di lorong vagina Umik Zahra.

“Blessss,” seluruh penis Kaji Tomo langsung masuk.

Meski ukuran penisnya tidak terlalu besar dan panjang, namun penis itu bisa berdiri dengan tegak dan keras sekali. Mungkin efek obat kuat yang sudah dia minum.

Kaji Tomo yang sudah berusia 59 tahun, secara normal mungkin akan kesulitan penisnya berdiri tegak dan keras tanpa bantuan obat.

Tak hanya itu, setiap kali berhubungan dengan Umik Zahra, durasinya juga masih lumayan lama.

Kaji Tomo terus menggenjot vagina Umik Zahra. Sekitar 10 menit kemudian, ia minta Umik Zahra menungging. Ini adakah gaya favorit dari Kaji Tomo.

Kaji Tomo memasukkan penisnya ke vagina Umik Zahra dari belakang. Jika dari belakang, jepitan vagina Umik Zahra lebih terasa.

“Uhhh, enak banget pokoknya punyamu, Mik,” kata Kaji Tomo sambil mendesah.

“Ahhhh,” Umik Zahra ikut mendesah.

Setelah lebih dari 10 menit, Kaji Tomo mempercepat sodokannya. Ia hampir mencapai puncak kenikmatan.

“Uhhhh, aku mau keluar, Mik. Dikeluarin di dalam apa luar?” tanya Kaji Tomo.

“Dalem aja,” kata Umik Zahra.

“Gak bakalan hamil kan?” tanya Kaji Tomo.

“Nggak, nggak bakal hamil lagi aku. Sudah tua,” ucap Umik Zahra.

“Tua, tapi jepitannya masih kayak anak muda. Ahhh, enak,” kata Kaji Tomo yang terus menggenjot vagina Umik Zahra.

“Crotttt… Crotttt… Crotttt,” sperma Kaji Tomo muncrat seluruhnya di dalam rahim Umik Zahra.

“Ahhhh, enaknya, lega,” kata Kaji Tomo.

“Yakin gak hamil, kalau hamil gimana? lanjutnya, sambil mencabut penisnya.

“Gak, gak akan hamil. Aku juga gak mau punya anak dari sampean Ji. Haha,” ujar Umik Zahra.

Percumbuan siang itu sudah tuntas. Kaji Tomo mengaku puas. Mereka pun segera beranjak dari rumah kos tersebut.