Balas Dendam si Culun
“Aku tidak percaya mereka memecatku,” pikir Bayu dalam hati. Padahal hanya sedikit lagi sampai prototipe untuk proyek besarnya selesai.
Keinginann membalas dendam kemudian tumbuh dalam diri Budi karena disebut oleh perusahaan sebagai “Orang gila nan patrikais”, dia menghabiskan beberapa bulan berikutnya untuk sebuah proyek baru. proyek untuk membalas dendam pada CEO perusahaan, seorang perempuan bernama Sarah yang bertanggung jawab untuk mengakhiri pendanaan untuk proyeknya. Meskipun dia cantik dan, menurut rumor, dia menggunakan kecantikan dan tubuhnya untuk mencapai puncak, dia menertawakannya ketika dia mengajaknya kencan dan menyalahkannya secara pribadi atas kegagalan proyek tiga tahun tersebut.
Mulustrasi Bayu
Setelah ditolak mentah-mentah oleh wanita cantik yang menjadi dambaannya dia menghabiskan setiap detiknya dengan obat pengontrol pikiran barunya. Awalnya obat itu dikembangkan oleh perusahaan untuk interogasi dan membuat orang mengatakan yang sebenarnya. tapi dia sekarang punya tujuan lain dalam pikirannya.
Bayu, berteman dengan petugas kebersihan yang memiliki akses tak terbatas ke semua peralatan dan bahan kimia perusahaan dan terus memodifikasi obat dengan tujuan baru…balas dendam.
Enam bulan setelah dia dipecat, obatnya sudah siap. Obat tersebut telah dimodifikasi untuk mengubah sifat moral seseorang…pada kenyataannya, obat tersebut menggeser pengambilan keputusan individu ke standar rendah yang mereka miliki seperti saat mabuk…tetapi dengan lebih banyak manipulasi psikologis:
-orang itu tidak bisa berbohong
-Tubuh seseorang akan merasakan kebutuhan untuk patuh meskipun pikiran sadarnya menentang hal tersebut
-libido seksual orang tersebut akan meningkat secara drastis
-individu akan merasa tak nyaman dengan pakaian yang dikenakannya dan ingin telanjang
-dia juga bermain-main dengan formula untuk menciptakan apa yang dia yakini berpotensi menimbulkan dampak permanen pada orang yang terinfeksi (obat asli hanya bertahan satu jam). Ini adalah satu hal yang dia masih sangat tidak yakin: ini bisa berlangsung beberapa jam, hari, minggu, atau mungkin selamanya.
Sekarang kembali ke rumah, setelah kehilangan segalanya ketika dia dipecat, dia tinggal bersama ibunya dan adik perempuannya yang berumur delapan belas tahun, Caca, yang sering mengejeknya karena menjadi pengangguran beban keluarga. Sementara dia adalah seorang cewek doyan nongkrong dan, seperti kebanyakan orang sepertinya dia menyebalkan bagi siapa pun yang tidak cocok dengan kelompok sosialnya. Bayu Memutuskan dia harus melakukan tes obat tersebut sebelum mengejar Sarah dan perusahaan yang memecatnya, Dia memutuskan untuk menguji obat tersebut pada adik perempuannya.
Malam itu, ketika adiknya tertidur, dia masuk ke kamarnya, dan menyemprotkan obat ke wajahnya. Melihatnya tertidur, dia sungguh cantik. Rasa bersalah sesaat dirasakan Bayu ketika dia menyadari konsekuensi yang baru saja dia timbulkan pada adik kandungnya sendiri. Namun, nasi sudah jadi bubur. Tak ada cara untuk kembali.
Setelah sekitar satu menit, dia terbatuk-batuk, baunya menyengat, dan dia duduk dan berteriak ketika dia melihat kakaknya sedang menatapnya. “Apa-apaan ini, Bayu?”
“Selamat pagi,” Bayu tersenyum, payudaranya yang besar nyaris tidak tertahan oleh gaun tidur ungunya.
“Keluar dari sini, dasar beban keluarga,” bentaknya, kesal karena kesombongannya.
“Diam.”kata Bayu dengan nada mengancam
Adikku menatapku dengan tatapan keheranan.
Bersemangat untuk menguji teorinya, kontolnya menegang di celananya karena potensinya, dia memerintahkan, “Tunjukkan tokedmu, Ca.”
Seperti yang diharapkan, bahkan ketika dia berbicara, dia tanpa sadar mengangkat gaun tidurnya. “Mereka sebaik yang kubayangkan,” katanya sambil melihat payudaranya yang besar dan kencang.
Dia menunduk dan tersentak saat menyadari dia telah melepas gaun tidurnya. “Apa-apaan?”
“Tunjukkan tokedmu,” perintahnya, menikmati ekspresi bingung di wajah adikku.
“Keluar dari kamarku,” tuntutnya sambil menangkupkan payudaranya yang menggairahkan.
“Oke.” dia setuju dengan gembira bahwa hasil penelitiannya selama bertahun-tahun sejauh ini bekerja persis seperti yang diharapkan. Dia langsung pergi ke dapur, mengambil mentimun, dan kembali kepada adiknya, yang masih menangkup payudaranya.
“Apa yang kamu lakukan padaku?” Dia bertanya, jelas frustrasi karena dia tidak bisa berhenti menangkup payudaranya.
“Baru saja memodifikasi otak kecilmu,” dia mengangkat bahu, “dan itu sangat mudah.”
“Bangsat!” dia mengancam, wajahnya memerah karena marah.
“Oh ya, nanti lu bakal mastrubasi pakai mentimun ini,” perintahnya sambil melemparkannya ke tempat tidur.
“Tidak akan,” jawabnya menantang, sambil mengambil mentimun.
“Kenapa gak coba blow job mentimun ini,” perintahnya sambil mengeluarkan ponselnya untuk memfilmkannya.
“Bajingan…” Dia bertanya, sebelum mentimun meredam pertanyaannya. Dia menghisapnya perlahan, matanya membelalak karena kaget dan marah.
“Wow, kayaknya lu sudah pengalaman.”
Caca memelototinya.
“Sekarang masukin ke memekmu.” perintahnya.
Sambil mengeluarkan timun dari mulutnya, Caca melanjutkan celaannya “Kenapa lu begini bajingan.”
“Ya, kamu benar-benar menyebalkan bagiku sepanjang hidupmu dan sekarang aku akan mengajarimu tempatmu,” jelasnya.
Main pakai timun
“Tempatku?” Dia bertanya, sambil memasukkan mentimun ke dalam vaginanya.
“Sebagai lonteku.”
“Bangsat” bentaknya, sambil memompa keluar-masuk mentimun dari dalam memeknya, frustrasi karena mentimun itu benar-benar membuatnya bergairah.
“Lu pengen ngentotin gua?” Dia secara tidak sengaja mengerang, frustrasi karena dia tidak bisa mengendalikan diri dan merasa malu karena kakak laki-lakinya yang kalah memegang kendali.
“Suatu saat kau memohon padaku,” jawabnya, merasa geli karena obat itu jelas-jelas bekerja dengan sempurna.
“Mustahil,” bentaknya, masih belum menyadari kondisinya sendiri
“Kau sangat menggemaskan dengan sikap pembangkangan itu,” balas Bayu, ingin semakin membuatnya kesal.
“Dasar bajingan sialan,” erangnya.
“Apakah kamu terangsang?” dia bertanya, sudah mengetahui jawabannya.
“Ya, anjing,” dia mengakui dengan frustasi, napasnya semakin berat.
“Kau terangsang karena mastrubasi di depan kakakmu?” dia menjelaskan.
“Ya, sialan,” katanya, “Bagaimana lu ngelakuin ini?”
“Kimia sederhana,” dia mengangkat bahu, “Tapi karena lu sering bolos jadi lu mana tahu.”
“Lu benar-benar culun,” tuduhnya sambil dengan marah meniduri dirinya sendiri dengan mentimun.
“Lebih baik daripada Lu murahan,” balasnya, “yang mastrubasi pakai mentimun”
“Lu yang bikin gua begini,” balasnya.
“Kayaknya lu memang suka,” katanya, sebelum bertanya,
“Ya,” akunya.
“Apakah lebih besar dari kontol pacarmu?” Dia bertanya.
“Ya,” dia mengakui, sebelum menambahkan, “dia akan bunuh lu ketika dia mengetahui apa yang telah kamu lakukan.”
“Gua mungkin akan menjadikannya seorang pecundang,” dia mengangkat bahu, gagasan itu tiba-tiba menjadi sangat menarik.
“Sialan lu,” katanya lemah, saat orgasmenya terus meningkat.
“Setiap gesekan mentimun memberi lu lebih banyak kenikmatan,” tambahnya
“Oh ya,” erangnya yang hendak mencapai orgasme.
“Tapi lu hanya bisa orgasme dengan izin gua,” tambah Bayu ingin melihat Caca memohon untuk orgasme
“GAK AKAN,” balasnya, napasnya menjadi tidak menentu, tapi karena pengaruh obat, dia jadi sulit untuk bohong.
, “Mana yang lebih enak mentimun barumu atau kontol pacarmu?”
“Mentimunnya,” bentaknya, dengan marah memompa mentimun itu jauh ke dalam vaginanya, menjadi frustrasi karena orgasmenya tidak kunjung datang.
“Lu mau orgasme?” Dia bertanya.
“Yessss,” rengeknya.
“Makanya minta lonte” perintahnya, senang sekali bisa berkuasa atas dirinya.
“Gua bukan lonte,” protesnya.
“Kata cewek yang sedang mastrubasi dengan mentimun,” balas Bayu.
“Biarin gua klimak,” pintanya, keringat mengucur di wajahnya.
“Mohon kalau begitu,” Bayu mengulangi.
“Tolong, bolehkah gua orgasme,” dia memohon dengan lemah.
“Yang tulus dong.”
“Sialan lu,” umpatnya. Setelah jeda singkat dia memohon, sambil terus memompa vaginanya, “tolong kakak, biarkan adikmu yang lonte ini klimaks.”
“Pada hitungan ketiga, lonte,”
“Tolong, cepat,” rengeknya, napasnya tak menentu hingga Caa mengira dia akan pingsan.
“Satu, dua, tiga,” Bayu menghitung dengan cepat.
“Fuuuuuuuuuuck,” teriaknya dengan suara keras.
Kontol Bayu bergetar keras. Dia segera melepaskan celana jins dan celana dalamnya saat dia terus gemetar karena orgasme yang sangat tertunda.
“Apakah lu suka menghisap kontol?” Bayu bertanya, kontolnya yang hampir delapan inci berdiri tegak, beberapa inci dari wajah saudara perempuannya.
Dia membuka matanya dan menatap kontolnya dengan kagum pada panjang dan ketebalannya, hampir dua kali lipat ukuran kontol pacarnya, yang jarang memuaskannya. “Iya , Kak!”
“Ya , apa?” dia bertanya, mengetahui bahwa setiap gadis yang pernah melihat kontolnya dari dekat akan terkejut dengan ukurannya terutama pada seorang culun kurus.
“Singkirkan itu,” katanya, meski tidak berpaling darinya.
“Apakah kamu suka menghisap kontol?” Bayu mengulangi.
“Ya, gua suka,” jawabnya jujur, meskipun Caca belum pernah memasukkan makanan sebesar ini ke dalam mulutnya.
“Apakah lu ingin menghisap kontol gua?”
“Ya,” jawabnya lalu menutup mulutnya, frustrasi karena kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak sama dengan apa yang dia pikirkan. “Mengapa kata-kata yang ingin kuucapkan berbeda dengan apa yang keluar?”
“Obat itu menghilangkan kebohongan lu,” dia mengangkat bahu. “Lu hanya bisa ngomong jujur.”
“Sial,” katanya, sebelum menambahkan,
Bayu mengelus kontolnya dan bertanya, “Apa yang sedang lu pikirkan saat ini?”
‘Gua mau ngentot,’ jawabnya, sebelum menatapnya dan menambahkan, ‘Sial, aku benar-benar tidak bisa berbohong.’
“Tidak, lu bakal selalu mengatakan apa yang sebenarnya lu inginkan,” jelasnya.
“Selamanya?” dia bertanya, khawatir dengan dampak jangka panjangnya.
“Mungkin saja.”
“Jadi gua gak akan bisa berbohong kepada siapa pun?” dia bertanya, ketakutan.
“Ya. Lu harus selalu bersikap baik kepada orang lain.”
“Ugggh,” desahnya.
“Lu adalah budak gua sekarang,”
“Lu benar-benar ingin ngentot adik lu?” Caca bertanya meremehkan.
“Lu ingin gua entot?”tanya Bayu menggoda.
“Ya!!!!!,” akunya, vaginanya menginginkannya, meskipun otaknya menganggap itu menjijikkan.
“Apakah kontol gua lebih besar dari pacarmu yang lain?”
“Jauh lebih besar,”
“Silakan usap, gua tahu lu mau,” dia menawarkan.
“Besar sekali,” katanya, terpesona oleh panjang dan ketebalannya. “Dan keras,” tambahnya, sambil meraihnya.
“Semuanya untukmu, adik lonteku,” tambahnya.
Kontol di depannya sangat memesona hingga Caca memasukkannya ke dalam mulutnya. Caca memutar lidahnya di sekitar bagian atas kulup yang tebal.
Bayu takjub melihat betapa baik obat itu bekerja untuk melemahkan pikiran adiknyaa yang sekarang menghisap kontolnya tanpa diberitahu. Mulutnya luar biasa, menghasilkan air liur ekstra untuk menghasilkan sensasi luar biasa di kontolnya
, “Apakah kakak suka?
“Sangat,” dia mengangguk, menyadari bahwa Caca melakukan ini atas kemauannya sendiri, sebelum menambahkan, “Benarkah?”
Semenit kemudian, Bay bertanya, “Apakah adik lonteku ingin ngentot”
Matanya membelalak saat Caca mengeluarkan kontol kakaknya dari mulutnya. “Itu berarti inses,” katanya, tangannya masih memegang kontol pria itu.
Bayu tertawa, “Lu baru saja memasukkan kontol gua ke dalam mulut lu.”
“Ehmm, iya juga ya.”
“Apakah lu ingin ngentot” godanya, pantatnya yang sempurna sekarang menatap wajahnya.
“Tolong isi memek adikmu dengan kontolmu kak.” Ujar Caca memohon.
“Okelah kalau maksa,” Bayu tersenyum, sambil menyelipkan k3maluannya ke dalam dirinya.
“Fuuuuuck,” teriaknya, panjang dan lebar tubuhnya tidak seperti yang pernah dimiliki orang lain.
“Lu suka kan?”
“YAAA!!!!”
“Lu memang bener-bener Lonte.” Erang Bayu melihat adik perempuannya menjadi lontenya
“Ugghhhhhhaaaahhhhhh,” erangnya menikmati perentotan yang dia lakukan.
“Lu lebih suka ngentot sama siapa? Pacarmu atau kakakmu?”
“Kakakrrrr,” jawabnya, orgasmenya meningkat.
“Lu mau jadi tempat penampungan peju gua?”
“Yesssss,” erangnya, napasnya sudah tidak menentu.
“Kalau begitu bakal memperlakukanku dengan hormat mulai sekarang, dan membicarakanku di depan teman-teman lu?” Bayu melanjutkan.
“Yessss, semua temanku pasti suka dengan kontol sebesar ini,”
Bayu terus memperhatikan adiknya menikmati kontolnya. Bayu kagum akan kekuatan yang dia miliki atas dirinya, sebagian karena obat-obatan dan sebagian lagi karena kontolnya yang besar. Bayu juga geli karena dia tahu dia tidak bisa datang sampai dia bilang dia bisa.
Menyadari Caca tidak bisa orgasme tanpa izin, Caca segera memohon, “Tolong izinkan gua orgasm .”
“Tapi menurutku inses itu salah,” godanya mengutip perkataan adiknya tadi.
“Izinkan gua orgamse,” Caca memohon, frustrasi karena tidak mampu melakukannya.
“Okelah. Lu boleh muncrat,” perintahnya, dan menyaksikan dia langsung terjatuh ke depan.
“Yesssssss, fuuuuuuuuck,” teriaknya, saat bendungan tak kasat mata itu pecah dan orgasme paling intens dalam kehidupan seks mudanya meletus dalam diri Caca.
Bayu lalu menarik kontolnya, berdiri dan memerintahkan, “Lonte, berlutut di depan gua.”
Caca segera turun dari tempat tidur dan berlutut saat dia memasukkan kontol Bayu ke dalam mulutnya.
“Mulai sekarang, lu bakal mendambakan peju gua” katanya.
Seketika, dia memang mendambakan peju nya. Caca mengangguk dengan hasrat pada kontol kakaknya
“Katakan padaku apa yang lu inginkan?”
Dia mengeluarkan kontolnya dari mulutnya, bahkan saat dia memompanya, “Aku ingin peju ada di mulutku.”
“Mohon untuk itu,” perintahnya, sambil memompa kontolnya.
“Oh, tolong, kakak,” dia memohon, rasa malu menimpanya bahkan ketika mulutnya berair karena peju kakaknya, “Isi mulut adikmu dengan pejumu.”
“Buka lebar-lebar,” perintahnya, sebelum beberapa detik kemudian menembakkan peju ke mulutnya, meskipun tali pertama mengenai hidungnya.
Begitu peju itu mengenai mulutnya, Caca merasakan kepuasan, karena rasa laparnya yang tiba-tiba terpenuhi, dan Caca kembali mencondongkan tubuh ke depan dan memasukkan kontol Bayu kembali ke mulutnya untuk mengambil setiap tetes terakhir benih kecanduannya.
“Lonte pinter,” erangnya, sambil perlahan memerah kontolnya.
Seraya menarik kontolnya keluar, Bayu berkata, “Kamu akan membawa temanmu, Cika padaku.”
“Tapi dia tidak akan tertarik padamu.”
“Aku bisa membuatnya melakukan apa pun yang kuinginkan,”
“Tolong jangan gunakan itu padanya,” pintanya, tidak ingin menarik sahabatnya ke dalam ketundukan seksual terhadap kakaknya yang culun.
“Dengar, lonte gua yang mengambil keputusan di sini,lu patuh saja,” ucapnya tegas.
“Tetapi….”
“Pergilah, arahkan kepalamu ke kenop pintumu terus jilat” perintahnya, ingin menyampaikan maksudnya.
“Aku hanya mencoba untuk….” Caca mulai menjilat kenop pintu.
Dia menjelaskan, “Jadilah lonte yang patuh dan aku tidak akan mempermalukanmu.”
“Ya!” Air mata mulai mengalir di wajahnya karena besarnya kekuasaan yang Bayu miliki atas dirinya.
“Bagus,” dia mengangguk, “lu boleh berhenti menikmati kenop pintumu.”
Bayu berjalan ke pintu dan bertanya, kontolnya sudah keras lagi, “Ingin lebih banyak peju ?”
Caca mengangguk, bahkan ketika lebih banyak air mata mengalir di wajahnya, “Ya.”
Caca mencondongkan tubuh ke depan dan memasukkan kembali kontolnya yang besar dan berair ke dalam mulutnya sambil bertanya-tanya bagaimana dia bisa menjalankan perintah Bayu
Sementara itu Bayu memutuskan dia akan mengujinya pada temannya berikutnya, dan mungkin beberapa orang lain, untuk memastikan tidak ada kesalahan sebelum mengejar Sarah dan seluruh perusahaan.
Caca terombang-ambing selama lebih dari dua puluh menit, sampai rahangnya terasa sakit, sebelum Bayu akhirnya memasukkan seluruh peju nya ke tenggorokannya.
Sambil menarik kontolnya lagi, Bayu berkata,”lu bakal bawa Cika ke sini sepulang kuliah.”
“Ya,”
“Bagus, lonteku,” katanya sambil menepuk kepalanya.
Dia ingin membentaknya, tapi hanya duduk di sana dengan frustrasi, marah, dan anehnya terangsang.